8

11.5K 900 50
                                    


Halo, selamat siang!

Ini dia part 8-nya yang sudah aku janjiin bakal aku post di bulan Januari xD

Syukurlah UAS sudah berakhir, dan sedang menikmati liburan, sekaligus aku lagi ada proyek pribadi jadi aku bakal lebih fokus ke sana untuk sementara waktu..... So, maaf kalau cerita ini rada-rada terbengkalai sedikit dan begitu juga dengan Our Apartment after story. Part lanjutan belum aku tulis sama sekali, harus menunggu lebih lama lagi ya, pembacaku tersayang...

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

*kalau menemukan typo silahkan komentar ya

oOoOoOoOo

Leander baru masuk ke kelas saat dosen serta teman-temannya sudah berada di dalam sana. Dia mengangguk sopan pada sang dosen, lalu mengambil tempat duduk di pojok belakang, meskipun masih ada beberapa bangku kosong di depan kelas. Lagi pula, Felicia sudah duduk di barisan depan bersama dengan Andrew. Bahkan Leander sadar bahwa gadis itu mengikuti gerakannya sampai dia duduk di bangkunya, tetapi dia berusaha tidak peduli.

Leander nyaris saja mengumpat saat melihat Felicia bangkit dari duduknya lalu pindah ke belakang menyusulnya dan duduk tepat di sampingnya. Namun untung saja, dosen di depan sana segera membuka kuliahnya dan mulai mengajar.

"Hai, Lean!" sapa Felicia dengan semangat.

Leander menatap Felicia lalu mengangguk singkat. "Hai."

"Kenapa minggu lalu kau tidak pernah masuk?" tanya Felicia, nyaris berbisik. "Liburan keluarga lagi?"

"Semacam itulah," balas Leander tanpa menatap gadis itu sama sekali.

Felicia menekuk wajahnya. "Kenapa jawabanmu datar sekali?"

"Haruskah aku menjawab pertanyaanmu sambil berteriak?" tukas Leander ketus.

Felicia memuta bola matanya sambil mendengus. "Kau ini salah makan atau bagaimana? Kenapa aneh sekali?"

Kali ini Leander tidak membalas perkataan gadis itu. Jika dia menjawab, Felicia akan terus melontarkan pertanyaan padanya. Lalu dia pun tidak akan bisa mengalihkan pandangan dari wajah gadis itu, dan menatap wajah gadis itu hanya akan membuatnya teringat tentang hidupnya yang terasa sangat menyedihkan. Bukan karena dia harus menjadi vampire berdarah campuran, melainkan karena dia tidak bisa bersama Felicia.

"Ms. Lambert, bisakah kau berhenti menatap Mr. Bieber dan mulai mengerjakan latihan?"

Leander terkejut saat namanya disebut. Dia menatap dosen, dan mendapati dosen itu tengah melihat Felicia dengan ganas, sedangkan gadis itu malah sedang menatapnya. Terang-terangan. Astaga!

"Ms. Lambert!" panggi Dosen itu lagi.

Felicia tersadar, dan mendapati Leander tengah menatapnya dengan tajam. Dia mengalihkan pandangan, matanya bertemu dengan sang dosen yang juga tengah menatapnya tak kalah menyeramkan. Sedangkan anak-anak sekelas menatapnya sambil tersenyum. "Ya, Pak?"

"Halaman 105," ujar dosen dengan dingin.

Sambil menggeruk tengkuknya yang tidak gatal, Felicia membuka buku panduannya tepat di halaman yang diminta oleh dosen. Ternyata itu adalah beberapa soal.

"Waktumu hanya tersisa 10 menit lagi," ujar dosen itu lagi. "Mengingat kau sudah menghabiskan 15 menit pertamamu dengan memandangi Leander."

Kali ini ucapan tersebut membuat seisi kelas tertawa. Namun tidak dengan Leander.

oOoOoOoOo

Dengan Andrew dan Felicia mengapitnya, Leander berjalan menuju kantin. Mereka punya waktu 15 menit sebelum memulai kelas selanjutnya. Sebenarnya dia tidak ingin ke kantin sama sekali, apalagi bersama Felicia. Tapi gadis itu berhasil merengek padanya, bahkan menarik tangannya agar ikut walaupun Andrew telah menawarkan diri untuk menemaninya. Namun gadis itu dengan terang-terangan mengatakan kalau dia hanya ingin pergi dengan Leander.

LEANDERWhere stories live. Discover now