The Secret Life of The Loveab...

By wldstrs

91.7K 4.1K 115

Orang-orang dengan hidup yang mudah selalu berharap mendapatkan sesuatu yang lebih rumit untuk memberikan hid... More

Author's Note
Cover
Chlonder's Playlist
1. A True Friendship
Statement
2. Before All This
3. Your Feather Touches
4. You're a Trendsetter
5. Happy Go Buzzed
6. Where It Is
7. Before You Exit
8. Did Not Believe
9. A Louder Silence
10. Our Beating Heart
11. It Gets Harder
12. Your Good Radiance
13. Bite Your Tongue
14. You'll Find Me
15. Tree Of Secrets
16. Sharp as Knives
Probably Read This Already
17. Broken To Pieces
!!!
18. Hold Me Down
19. A True Heartbreak
20
20. He's My Prince
21. I Am Burning
22. Pieces You Left
23. A Concrete Heart
.
24. Jingle The Bangle
25. Knight To Remember
Intermezzo
26. Bliss Of Tomorrow
Cover
27. View Of Green
Uh Huh...
Please
28. The Inconspicuous Pothos
29. Troubles The Heart
30. Hotel Room Affair
31. Beneath Your Beautiful
31. Beneath Your Beautiful (Full Version)
33. Set The Fire
34. As You Wish
Huh
35. The Deepest Point
36. Get Ready For
Promise.
37. Flock of Birds
Sequel: ??
Sequel: The Secret Life of The Innocent Daughter
38. I'm Only Yours (EPILOGUE)
Series

32. Keep It Yourself

1.1K 92 9
By wldstrs

Please read the author's note at the end of the chapter. Thanks.
------------------------------------------

Aku tidak bertemu dengannya untuk waktu lama. Sepertinya ia menghindari ku. Apa ini karena seksnya? Apa dengan kita melakukan seks membuat segalanya berubah? Dia selalu ada saat bahkan aku tidak menginginkannya ada. Jadi mengapa sekarang ia menghindari ku?

Aku tahu dia pulang setiap malam, hanya saja ia selalu pulang terlalu malam untuk ku temui, antara aku sudah terlelap atau aku terlalu lelah untuk bangun dari kasur ku. Tapi aku harus tetap berbicara padanya. Kita tidak bisa tinggal di apartemen yang sama dan tidak pernah sekalipun mengatakan apapun kepada satu sama lain ataupun bahkan hanya berpapasan. Kita harus berbicara!

Jadi malam ini, aku berencana untuk menunggunya pulang. Aku akan menunggu di sofa, dengan banyak kopi agar aku tidak jatuh tertidur. Aku sudah sangat niat.

Jam sudah menujukkan jam 12 malam, tapi ia masih belum pulang juga. Setengah jam kemudian ia masih belum pulang juga. Lalu akhirnya di jam 01.32, aku mendengar pintu depan terbuka yang diikuti dengan langkah kaki yang berat. Aku menunggu sampai ia cukup dekat sebelum mulai berbicara

"Kenapa kau menghindari bertemu dengan ku?" Ucap ku dan melihatnya terlonjak terkejut

"Jeez, Chloe!" Umpatnya kesal "untung saja kau jauh dari ku"

"Kau menghindari ku" ucap ku lagi

"Aku tidak" balasnya berjalan kearah ku

"Kau selalu pulang malam, pagi malah, lalu pergi lagi sebelum aku bangun. Apa itu kalau bukan menghindari?" Tanya ku menemuinya setengah jalan

"Okay, mungkin aku memang sedang menghindar" ucapnya mengaku "tapi bukan kau" lanjutnya

"Lalu apa yang kau hindari?"

"Ini" ia menujuk dirinya lalu diri ku. Aku menatapnya tidak mengerti "pembicaraan ini"

"Pembicaraan ini tidak akan pernah terjadi kalau kau tidak penah menghindari ku" balas ku kesal "kau tahu kalau kita hampir sebulan tidak saling berbicara?" Tanya ku menatapnya

"Sungguh?" Ia terlihat tidak percaya

"Ya, Xander, ini sudah hampir sebulan" ucap ku sarkastis "kau tahu lupakan saja. Mungkin aku seharusnya membiarkan situasinya seperti ini" lanjut ku

"Tunggu" ia menarik tangan ku "aku cukup yakin kau ingin membicarakan sesuatu sampai mau menunggu ku selama ini" aku menarik tangan ku, tapi ia menariknya kembali "apa?"

"Seperti kau peduli saja" balas ku ketus

"Mungkin memang aku peduli" ucapnya lagi

"Fine. Aku akan ke New York lusa"

"Untuk apa?" Tanyanya menatap ku

"Sahabat ku akan melahirkan, aku harus berada di sana" ucap ku datar

"Apa kau membicarakan Abigail?"

"Apa aku memiliki sahabat lain di New York?" Balas ku sarkastis lalu pergi. Sungguh, Xander terlihat terkejut dengan berita itu, seolah itu merupakan sesuatu yang mempengaruhinya

"Tunggu, apa Lyander Mikels adalah ayahnya?" Kenapa ia bertanya sesuatu yang seperti itu?

"Sungguh Xander, aku tidak tahu bagaimana kau bisa tahu segalanya" ucap ku tetap berjalan "aku sahabatnya, tapi aku tidak tahu siapa nama belakang ayah bayinya" lanjut ku "mungkin memang benar pikiran ku kalau kau adalah seorang penguntit" ucap ku sebelum menutup pintu kamar ku.

3 gelas kopi jelas sekali menjaga ku tidak jatuh tertidur. Karena tanpa aku sadari, tiba-tiba jam ku sudah menyatakan jam 4 pagi, yang berarti 2 jam telah berlalu tanpa disadari. Aku tidak bisa tidur, jelas sekali aku telah meminum terlalu banyak kopi.

Semuanya sangat sunyi saat ini, jadi aku bisa mendengar suara air dari sisi lain dinding ku. Siapa yang mandi di jam 4 pagi? Apa dia sungguh sesibuk itu atau ia masih mencoba menghindari ku? Mencurigakan...

Beberapa menit kemudian, aku mendengar air berenti mengalir. Ia sudah selesai mandi. Dan entah kenapa, pikiran dirinya di bawah shower membuat ku terangsang. Apa yang salah dengan ku, sungguh... Aku merasa seperti wanita terobsesi. Aku seharusnya sedang kesal dengannya! Aku tidak seharusnya berpikir tentang dia tanpa pakaian di bawah shower! Argh! Kenapa dia harus semenarik itu sih?!

Kembali dalam kesunyian, tiba-tiba aku merasa merinding. Rasanya seperti tiba-tiba udara dingin memenuhi kamar ku. Aku tidak biasanya menjadi wanita yang mudah takut, tapi kali ini aku merasa seperti aku harus. Jadi aku melompat turun dari kasur ku dan dengan cepat keluar dari pintu yang membuat ku menabrak satu-satunya penghuni lain apartemen ini, dan walaupun aku tahu fakta itu, aku masih menjerit kaget

"Apa yang salah?" Tanya Xander terdengar penasaran, itulah saatnya aku menyadari betapa konyol kelakuan ku ini "Chloe?"

"Tidak ada" aku menggeleng "ini sangat konyol" aku menarik diri dari dekapan ringannya. Sial, dia sangat nyaman!

"Beritahu ku tetap" tanya menatap ku ingin tahu

"Kamar ku tiba-tiba terasa dingin" aku ku pelan. Tunggu... Aku seharusnya marah padanya! "Kenapa kau sudah siap dan rapi di jam 4 pagi?" Tanya ku menyulut topik argumentasi

"Apa kau mencoba membuat pertengkaran, Chloe?" Tanyanya menyipitkan mata

"Ya, memang" balas ku bersedekap

"Untuk apa?" Tanyanya menahan tawa

"Karena kau kembali bersikap sangat bajingan!" Jawab ku mendorongnya, tapi ia hanya tersenyum pada ku "kenapa kau malah tersenyum?!"

"Karena kau terlihat sangat lucu saat ini" ucapnya dengan senyum yang semakin lebar

Tangan ku memiliki pikiran ku sendiri saat tiba-tiba tangan ku melayang dan menampar pipinya "jangan kau tersenyum saat aku kesal, Xander"

"Kalau aku tidak harus pergi sekarang, aku akan membuat mu membayar kelakuan mu" dia menyentuh pipinya pelan "jadi aku akan menyimpannya untuk nanti" dia menarik kedua tangan ku dan mencium ku kasar "itu janji lain" lalu ia meninggalkan ku yang masih terpaku di posisi ku saat ini. Sialan...

"Chloe" seeorang menarik tangan ku sesat aku sampai di kampus. Saat aku melihat siapa yang menarik ku, aku melihat Kai dengan senyum lebarnya "hey"

"Hey!" Aku tersenyum lebar

"Jadi malam ini aku ada slot" dia menggenggam tangan ku. Maksud dia dengan slot adalah giliran bertarung

"Aku dengan senang hati mendukung mu" ucap ku tersenyum.

Okay, aku memang mengatakan kalau aku "jatuh cinta" pada Xander, tapi aku juga tidak ingin menolak Kai.

Jujur saja, aku belum lupa dengan janji Xander malam ini, tapi aku sedang kesal dengannya, jadi aku akan membalasnya... Aku akan membiarkannya menunggu. Dia kemungkinan juga akan mengetahui dimana diri ku pada akhirnya, tapi setidaknya aku mencoba membalasnya. Dan tidak lupa, aku juga sangat menyukai pengingatnya. Siapapun wanita dengan otak waras pasti memiliki pendapat yang sama dengan ku menyangkut hal ini.

Sama seperti sebelumnya, Kai yang menyetir menuju tempat pertarungannya. Tempatnya selalu sama sejak memang tempat itu dikhususkan untuk mengakomodasi acara ini.

Saat kita sampai di sana, aku melihat tempat ini lebih ramai dari saat terakhir aku kemarin. Mobil-mobil bahkan ada yang parkir paralel. Sepertinya pertarungan malam ini adalah pertarungan yang besar.

"Pink baby deer?" Ucap penjaga pintu.

"Only for psychopath" aku belajar dari beberapa kali kunjungan ku kemari kalau kode rahasia untuk memasuki tempat ini adalah hal-hal konyol.

Lalu kita masuk. Sama seperti sebelumnya, tempat ini sangat ramai, dipenuhi oleh sorak-sorai ramai mendukung jagoan para penonton. Kai langsung menuju ruang ganti dan membawa ku bersamanya. Ini akan menjadi saat pertama dia membawa ku ke ruang ganti, biasanya Kai akan meninggalkan ku bersama Ryan atau siapapun yang ia percaya di bagian luar dekat dengan ring. Tapi entah kenapa ia tidak melakukan itu saat ini, dan aku juga tidak akan bertanya mengapa.

Sesaat kita sudah di ruang ganti, Kai membanting pintu ruang ganti dan sesaat kemudian ia sudah melumat bibir ku. Well, memang rasanya tidak sama seperti saat Xander melakukannya, tapi sudah cukup dekat. Tidak tahu berapa lama waktu yang telah berlalu, tapi kita berpisah saat mendengar seseorang menggedor pintu ruang ganti. Aku yakin wajah ku saat ini merah, aku merasa malu.

"Kita akan lanjutkan itu nanti" ucap Kai serak "sekarang aku ada pertarungan untuk dimenangkan"

"Tak sabar sampai nanti" aku mengangguk lalu membuka pintu ruang gantinya

"Maaf mengganggu urusan kalian" siapapun dia berdeham "Kai giliran mu 5 menit lagi" aku melihat Kai mengangguk

"Aku akan menunggu di dekat ring" ucap ku pada Kai mengikuti siapapun tadi pergi

Tepat waktu seperti yang sudah di katakan, 5 menit kemudian nama Kai dipanggil naik ke ring. Sebelum ia mulai, ia mengirimkan ciuman untuk ku.

Aku menontonnya bertanding, lawannya kali ini lebih besar darinya, dan sepertinya juga lebih kuat, tapi untungnya, hal itu tidak membuat Kai mundur, aku yakin itu malah membuatnya tertantang untuk melawan kawannya itu.

35 menit kemudian, masih belum ada yang menyerah, pertarungan harus dihentikan karena kedua petarung sudah terlihat terlalu berantakan untuk melanjutkan. Dengan segera aku mendatangi sisi Kai dan bertanya apa dia bisa melanjutkan, tapi dia malah mentertawakan ku dan berkata, "aku bukanlah pria yang mudah menyerah, babe"

"Bagaimana kalau tinjunya membunuh mu?" Tanya ku menarik tangannya

"Percayalah pada ku, Chloe, selama ada kau disini, aku akan baik-baik saja" balasnya menyentuh tangan ku setelah darah di wajahnya bersih "wish me luck" ucapnya kembali memasang mengaman mulut, siap kembali bertarung.

Aku sungguh-sungguh tidak bisa tahan lagi melihat hal ini, pertarungan ini terlalu kasar dan tidak ada satupun dari mereka mau menyerah. Lalu tiba-tiba, secara absurd dan serentak, semua penonton berdiri, menghalangi pemandangan ku, apa ada yang mati di dalam ring? Lalu sorak-sorai lantang mulai mengisi kesunyian sebelumnya. Seseorang menang. Dan seseorang itu adalah Kai. Bagaimana bisa, aku juga tidak mengerti.

"Kau akan pulang dengan ku, sekarang"

"Jadi sekarang kau penguntit juga?" Balas ku menggenggam pergelangan tangannya yang melingkar di pinggang ku, tidak terkejut ia ada disini.

"Ku kira kau sudah tahu aku tidak pernah harus menguntit mu untuk tahu dimana kau berada" ucapnya tertawa "pulanglah dengan ku, aku memiliki janji untuk di penuhi"

"Aku datang dengan seseorang" balas ku berbalik untuk menatapnya.

"Apa kau pernah melihat aku peduli dengan hal semacam itu?" Ia menatap ku miring "kau pulang dengan ku, Chloe, sekarang juga" aku menggeleng "baiklah" ucapnya lalu mengangkat ku dari tanah. Aku tahu ia akan membawa ku pergi bersamanya walaupun aku menolak, apapun caranya, yang ia katakan terjadi, tidak ada cara untuk membantahnya.

"Kai akan mencari ku" ucap ku memberitahunya

"Aku tidak peduli" balasnya tidak peduli

"Seorang pasti melihat mu membawa ku" ucap ku lagi

"Tetap tidak peduli"

"Bagaimana kau bisa masuk ke dalam?"

"Belum kah kau mengenal ku, Chloe?"

"Tentu saja"

"Ada pertanyaan lain?"

"Saat ini belum"

"Good" ucapnya tepat sebelum kembali meletakkan ku di tanah dan menarik ku ke arah pintu keluar. Saat kita di depan pintu, pria penjaga pintu menatap ke arah kami "kau tidak pernah melihat ku atau dia"

"Tentu saja, sir" ucapnya mengangguk lalu membukakan pintunya. Aku tidak akan bertanya tentang apapun ini

👻👻

Saat kita kembali sampai di apartemen, aku mengeluarkan HP ku yang sejak tadi tidak sekali pun berhenti bergetar, aku tahu itu adalah Kai yang menelepon ku, meninggalkan voicemail, dan beberapa SMS, tapi aku tidak bisa melakukan apapun karena saat ini aku bisa melihat Xander sedang tidak mood untuk aku lawan.

Di dalam mobil tadi, saat HP ku pertama bergetar, Xander melarang ku untuk mengangkatnya, dan saat aku melawannya dan akan mengangkatnya, dia mengambil HP ku dan mengancam untuk melemparnya keluar jendela, aku kira ia hanya bercanda, tapi ia benar membuka jendelanya dan hampir menjatuhkannya ke jalan, saat itu juga aku langsung memohonnya untuk tidak melakukan itu dan kemungkinan berjanji padanya untuk tidak akan mengangkatnya.

Aku tahu itu sangat salah, memberikan seseorang sebuah harapan palsu, aku tidak seharusnya melakukan itu saat aku masih terlibat dengan pria seperti Xander. Jangan salah, Xander tidak pernah mengekang ku, dia membiarkan ku, yang ia minta dari ku hanya untuk ku mengingat apa konsekuensinya. Itu semua pilihan ku apa yang aku pilih untuk lakukan dan tidak lakukan.

"Apa kau marah pada ku?" Tanya ku menarik tangannya

"Tidak" balasnya singkat

"Mulut mu memang mengatakan tidak, tapi kau sebenarnya marah pada ku" ucap ku menggeleng, masih menggenggam tangannya "kenapa?" Xander hanya diam tidak menjawab ku "aku tidak melawan mu saat kau memaksa ku pergi dari tempat tadi, aku tidak mengangkat telepon Kai saat kau menyuruh ku. Aku melakukan semuanya seperti yang kau mau. Kenapa kau marah pada ku?"

"Aku tidak marah pada mu, Chloe!" Ucapnya keras

"Lalu mengapa kau memaki ku barusan?" Balas ku tidak mau kalah

"Kau sangat menyebalkan kau tahu itu Chloe?" Ucapnya mengretakan giginya

"Saat ini aku hanya ingin tahu mengapa kau marah pada ku" ucap ku masih bersikeras

"Sekali lagi aku beritahu pada mu, aku tidak marah pada mu"

"Kau memiliki mata amarah mu" ucap ku menatapnya matanya "aku tahu kau berbohong"

"Okay, fine. Aku memang marah pada mu!" Dengan kasar ia menarik tanganya dari genggaman ku

"Kenapa?"

"Karena kau disana, kau pergi ke pertarungan itu saat kau tahu kau seharusnya tidak" kali ini ia tidak lagi menahannya

Aku terdiam. "Kau cemburu"

"Ya, jelas sekali!" Balasnya membuat ku tersenyum. Itu adalah saat pertama ia tidak menyangkal tuduhan ku, dan itulah yang membuat ku tersenyum. "Jelas sekali kau senang membuat ku kesal"

"Itu bukan alasan ku tersenyum" balas ku, senyum ku semakin lebar "aku tersenyum karena kau akhirnya mengakui kalau kau cemburu" ia terdiam "kau selalu mengelak setiap kali aku menebaknya, ini pertama kalinya kau mengakuinya"

"Lalu kenapa?" Tanyanya. Saat aku hanya terdiam tidak membalasnya, ia berkata "kau aneh"

"Tidak. Aku unik" Sungguh saat ini aku ingin menciumnya, bibirnya sangat menggoda, tapi aku tidak yakin menjadi yang menginisiasikannya adalah hal yang baik, moodnya sedang aneh saat ini

"Kau ingin mencium ku" ucapnya datar, dia tidak bergerak dari posisinya

"Ya" balas ku singkat, masih terus menatap matanya

"Lalu kenapa tidak kau lakukan?" Tanya Xander memiringkan kepalanya

"Karena kau sedang marah pada ku" balas ku berkedip

"Marah atau tidak, aku akan selalu membalas ciuman mu" ucapnya lalu menarik ku ke bibirnya.

Aku menghela nafas lega sesaat bibirnya menyentuh bibir ku. Seperti sebelumnya aku menahan nafas ku, dan sekarang aku bisa kembali bernafas dengan lega. Apa itu masuk akal?

Kepala ku mulai dipikir hal-hal gombal. Aku tidak bisa menahannya. Hal itu langsung muncul dalam kepala ku.

His lips are feather, his touch is heaven, and his body... It's Godlike!

Aku tidak akan pernah bisa merasa cukup dengannya. Aku ingin lebih, aku ingin lebih darinya. Aku gila untuknya, dan aku jelas sekali jatuh cinta padanya. Aku memiliki harga diri, aku tidak akan melempar diri ku padanya seperti ini tanpa alasan. Aku menginginkannya. Sangat, sangat, ingin.

"You seem on fire." Bisiknya lalu mengangkat ku dari lantai, memposisikan ku semakin dan lebih dekat padanya

"Penuhi janji mu sekarang" desah ku tak sabar

"Dengan senang hati" balasnya

Selamat tinggal kelembutan, kita telah memasuki kota kasar.

Xander mendorong ku ke dinding, masih di atas tangannya, ia menabrakkan punggung ku ke kerasnya dinding, semua udara dalam paru-paru ku terhempas keluar karenanya. Selama semua itu terjadi, bibirnya tidak pernah melepaskan bibir ku, aku bahkan tidak yakin apa ia bernafas sedari tadi. Aku butuh bernafas, tapi ini terlalu berat untuk ditinggalkan, untuk dilepaskan, aku membutuhkan sentuhannya seolah sentuhannya adalah hidup ku sendiri, seolah dialah oksigen yang aku butuhkan untuk bisa hidup. Aku mencintainya, ya, aku mencintainya. Tapi, bagaimana aku bisa mencintai seseorang yang tidak ku kenal sepenuhnya? Bagaimana kalau selama ini semua yang ia tunjukan pada ku hanya sebuah trik? Bagaimana kalau setelah ia mendapatkan yang ia inginkan dari ku, ia akan pergi, meninggalkan ku, membuang ku seperti sampah yang tak lagi diinginkan. Aku harus menjaga hati ku agar tetap utuh. Aku tidak bisa membiarkan dia. Tapi bagaimana aku bisa melawan ini? Karena sungguh, aku tidak bisa.

Dia telah membuat ku jatuh cinta padanya.

-------------------------------------------------------

For some reason, this chapter feels like there's a personal stuff being written here, when there's actually none. And I am the one who wrote it. Why?
Doesn't matter.

I plan on writing the next chapter soon, and I'm also planning to make the whole chapter as mature, and when I said planning, it means I am indeed making the next whole chapter as a mature scene.
That's all.
Thank you very much.

Continue Reading

You'll Also Like

459K 12.7K 34
[Telah selesai] Mereka dijodohkan oleh kedua orangtua mereka hanya karena saham. Tapi bagaimana kalau nantinya itu akan menjadi perasaan? Lalu saling...
1M 14.8K 19
●Masuk katagori "populer" pada 23 nov 2019 [Cerita di PRIVATE, FOLLOW untuk membaca!] Vivian dijodohkan oleh orangtuanya dengan Samuel, seorang...
239K 6.2K 15
Aku memang terlalu rendah.. Jika aku pergi apa Kau akan sedih?
4.7M 556K 34
Setiap orang pasti pernah melakukan satu kesalahan besar. Kesalahan yang membuatnya menyesal bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Bagi Gadis, kesal...