The Secret Life of The Loveab...

By wldstrs

91.7K 4.1K 115

Orang-orang dengan hidup yang mudah selalu berharap mendapatkan sesuatu yang lebih rumit untuk memberikan hid... More

Author's Note
Cover
Chlonder's Playlist
1. A True Friendship
Statement
2. Before All This
3. Your Feather Touches
4. You're a Trendsetter
5. Happy Go Buzzed
6. Where It Is
7. Before You Exit
8. Did Not Believe
9. A Louder Silence
10. Our Beating Heart
11. It Gets Harder
12. Your Good Radiance
13. Bite Your Tongue
14. You'll Find Me
15. Tree Of Secrets
16. Sharp as Knives
Probably Read This Already
17. Broken To Pieces
!!!
18. Hold Me Down
19. A True Heartbreak
20
20. He's My Prince
21. I Am Burning
22. Pieces You Left
23. A Concrete Heart
.
24. Jingle The Bangle
25. Knight To Remember
Intermezzo
26. Bliss Of Tomorrow
Cover
27. View Of Green
Uh Huh...
Please
28. The Inconspicuous Pothos
29. Troubles The Heart
30. Hotel Room Affair
31. Beneath Your Beautiful
32. Keep It Yourself
33. Set The Fire
34. As You Wish
Huh
35. The Deepest Point
36. Get Ready For
Promise.
37. Flock of Birds
Sequel: ??
Sequel: The Secret Life of The Innocent Daughter
38. I'm Only Yours (EPILOGUE)
Series

31. Beneath Your Beautiful (Full Version)

749 42 3
By wldstrs

Happy, happy New Year!
May this year be better than the last.
💥 🎊 🎉 🎺
2️⃣0️⃣1️⃣7️⃣
-----------------------///////////-----------------------

WARNING!!!
Chapter contains rated R scene.
-------------------------------------------------------------

1,5 jam dalam penerbangan ini, sesuatu yang sangat menyeramkan terjadi.

Kau tahu bagaimana disebuah penerbangan sudah bukan lagi hal yang mengejutkan saat pesawat melintasi bagian di udara dengan kondisi tertentu (i.e. badai atau angin kencang) pesawat akan mengalami turbulence. Hanya saja biasanya, turbulence hanya akan terjadi sesaat, dan biasanya itu sudah cukup menyeramkan. Jadi bayangkan kalau kejadian itu terjadi pada mu, hanya saja tidak berdurasi beberapa detik saja atau mungkin maksimal 1 menit, tapi hampir mencapai 5 menit lebih tanpa henti. Aku berani bertaruh tidak ada seorang pun yang akan bisa tenang dan diam melewati hal seperti yang saat ini aku alami. Tidak bahkan para pramugari yang sudah biasa berada di udara dan melewati hal semacam ini. Itu hanya bagaimana manusia seharunya.

"Relax, Chloe" ucap Xander dari sisi ku menggenggam tangan ku "kita akan baik-baik saja" walaupun aku sebenarnya yakin dia juga sedikit tidak mempercayainya

"Bagaimana kau bisa tahu?" Tanya ku menoleh padanya, sama sekali tidak mempercayainya

"Kau hanya harus mempercayainya" ucap Xander menatap ku

"Kau bahkan tidak sepenuhnya mempercayainya" balas ku bergetar

"Kau begitu, kau sebaiknya mempercayainya untuk kita berdua" dia mengalihkan wajahnya dan entah mengapa tatapan mengeras, tapi tidak tangannya yang menggenggam ku, jempolnya masih tetap mengelus tangan ku, menenangkan, entah bagaimana gestur simple itu bisa membantu ku.

Beberapa saat kemudian, P.A. System pesawat berbunyi, dan sang kapten pesawat sendiri berbicara kalau kita sudah melewatkan masa kritis sebelumnya, para penumpang terlihat sangat lega, dan saat itulah tiba-tiba sebuah petir menggelegar dan pesawat tergoncang amat sangat keras sampai aku berpikir aku akan pingsan akibat pesawat yang rasanya seperti sedang jatuh bebas. Sepertinya aku saat ini menangis.

"Ini hanya sedikit kendala" Xander menarik ku ke dadanya. Seatbelt mencegah ku untuk berada lebih dekat dengannya, tapi setidaknya ini sudah cukup.

Dari posisi ku saat ini, aku bisa mendengar detak jantungnya, yang sama seperti ku, berderap sangat cepat, ia juga takut, tapi ia menujukkan ketenangan yang luar biasa tak normal. Dia terus menenangkan ku saat sebenarnya ia juga memerlukan hal yang sama. Kadang, hal seperti ini lah yang membuat ku berpikir aku bisa saja jatuh cinta padanya.

"Chloe" aku merasakan sesuatu yang kasar dan disaat yang sama juga lembut, mengelus wajah ku "bangun, sudah waktunya untuk turun" saat aku membuka mata ku, yang aku lihat pertama adalah lautan hijau yang sangat dalam "kita sudah mendarat dengan aman" ucapnya tersenyum saat melihat ku sudah membuka mata ku.

Bagaimana tepatnya aku bisa jatuh tertidur di saat seperti tadi? Apalagi tertidur sampai kita mendarat? "Aku tidak ingat aku jatuh tertidur" balas ku sedikit serak dan Xander hanya mengangkat bahunya

Saat pesawat sudah mulai sepi, aku dan Xander berdiri dari kursi kami dan mengikuti para penumpang untuk turun dari pesawat, aku tidak melewatkan fakta kalau Xander masih terus menggenggam tangan ku bahkan setelah kita turun dari pesawat dan berjalan di koridor menuju lobby kedatangan.

Dari bandara, kita menggunakan taksi untuk kembali ke apartemen sejak Xander belum menghubungi supirnya atau Raymond untuk menjemput kami di bandara. Aku tidak keberatan dengan menggunakan taksi, aku sama sekali tidak keberatan. Aku mungkin memang tumbuh besar dikelilingi oleh uang, tapi orang tua ku tidak pernah membiasakan ku hidup dalam kemewahan, kecuali mungkin mereka menugaskan supir untuk mengantar ku ke berbagai tujuan, tapi selain itu, kau bisa menganggap ku sebagai gadis normal yang harus menabung kalau menginginkan sesautu.

"Kau seperti sedang berpikir keras" ucap Xander menyadarkan ku

"Aku sedang berpikir tentang orangtua ku" balas ku datar "aku merindukan ayah ku" tambah ku sebelum menyadarinya

"Kau akan terbiasa pada waktunya" ucapnya pahit lalu melihat keluar jendela

"Bagaimana Max meninggal?" Tanya ku entah kenapa tiba-tiba terucap.

Xander terdiam, aku kira ia tidak ingin menjawabnya, dan kalau memang itu kasusnya, aku tidak akan memaksanya. Tapi tiba-tiba ia menoleh menatap ku dan dengan datar mengatakan "it was a plane crash"

Aku tidak bisa mengatakan apapun, aku terlalu terkejut untuk bisa merespon apapun. Aku bahkan terlalu gagu untuk bisa mengatakan"aku turut berduka"

"Atau mungkin pengeboman pesawat" ucapnya lagi "kasusnya tidak terselesaikan"

"Itu sungguh tragis" gumam ku tercekat

"Ibu ku ada di pesawat itu juga" ucapnya lagi seolah aku tidak mengatakan apapun

Sungguh, aku kehilangan kata-kata. Bagaimana bisa ada seseorang mengalami penderitaan seperti itu?

"Aku mengetahui beritanya dari TV, saat itu aku sedang di dalam sel tahanan" ucapnya lagi sambil tertawa kecil "dad ada dirumah, kemungkinan sedang sibuk dengan pelacurnya untuk mendengar beritanya" lanjutnya menatap kosong "dia seharusnya ada di pesawat itu juga, tapi ia mengaku sakit, jadi ia mengirim ibu ku untuk mendampingi Max" lalu ia menoleh pada ku "tidak seperti yang kau kira, huh?" Aku hanya bisa menggeleng, entah kenapa mulut ku menolak untuk membuka. Setelah itu, semuanya sunyi.

"Ayah mu bajingan" ceplos ku dan Xander tertawa mendengarnya

"Yang terburuk" ucapnya beberapa saat kemudian

Seolah memang semuanya sudah direncanakan, saat kita kembali sampai di apartemen, semua lampu menyala dan aku melihat seorang pria paruh baya, atau setidaknya itu yang aku simpulkan dari rambut putihnya, duduk di sofa di memunggungi aku dan Xander. Dari cara Xander yang tiba-tiba menegang, aku tebak pria paruh baya ini adalah seseorang yang ia ceritakan di taksi tadi.

Mendengar suara langkah kaki, pria itu berdiri dan memutar balik tubuhnya "ah, kau sudah kembali"

"Bagaimana kau bisa masuk apartemen ku?" Nadanya tajam, jadi sepertinya disini ada permusuhan antara ayah dan anak, tapi dari ceritanya tadi, aku rasa ia pentas mendapatkan kebencian itu.

"Jangan merendahkan ku, Alexander, aku masih ayah mu" ucap pria itu sinis. Aku berharap Xander memiliki balasan untuknya, tapi tidak, ia hanya diam. "Jadi ini bagaimana hampir $2 juta terlihat?" Pria itu menatap ku dari kepala sampai kaki lalu kembali ke kepala ku "aku tidak melihat dimana dia setara dengan harganya"

"Don't" desis Xander, pria itu tertawa

"Kau mulai melembek, Son" ucap pria itu

"Pergi dari apartemen ku!" Xander menunjuk pintu keluar

"Secara teknis, aku yang membayar apartemen ini, ini--"

"Semua yang kau bangun telah hancur sesaat Max dan mom meninggal" ucap Xander melangkah mendekat pada ayahnya "aku, sendirian, membangun segalanya dari awal lagi" lanjutnya mendesis "ini semua, adalah hasil keringat ku sendiri"

"Lihat kau... Kau telah berubah dari seorang bocah menjadi seorang pria" sindir sang ayah "tapi, apa kau lupa kalau nama ku masih berada di dalam daftar Board of Director, Son?"

"Bagaimana bisa aku lupa? Kau mengingatkan ku setiap saat kau pikir aku melakukan kesalahan dalam menjalankan perusahaan ku" balas Xander menyindir "kau tidak bisa menyingkirkan ku, dad, aku adalah pemilik sah seluruh aset yang ada" lanjutnya "saham Westerstill belum go public, dan begitu juga dengan Chesterfield Bank. Aku masih pemilik legal segalanya" siapa yang tahu kalau pria dihadapkan ku ini lebih berpengaruh dan berkuasa dari yang tadinya aku kira? Chesterfield Bank kurang lebih merupakan bank swasta pilihan rakyat terbesar dan merupakan salah satu bank yang sangat berpengaruh pada pasar saham di dunia, setidaknya itu yang aku dengar. Aku tidak familiar dengan Westerstill, tapi sepertinya itu semacam perusahaan besar?

"Jangan terlalu percaya diri, Alexander" ucap sang ayah "WST memang hanya bagian kecil, tapi kau sungguh tahu, Son, aku bisa menjatuhkan mu dengan mudah"

"Ancaman mu tidak membuat ku takut" balas Xander datar "sekarang keluar dari apartemen ku" lanjutnya menatap tajam, tapi lagi, sang ayah hanya tertawa, tapi dia memang berjalan ke arah pintu dan akhirnya pergi.

Aku masih menatapi pintu beberapa detik setelah pintu tertutup di belakang ayahnya. Saat aku kembali menatap pada Xander, aku melihatnya sudah duduk di sofa, punggungnya tegang, untuk pertama kalinya sejak aku mengenalnya, aku melihat Xander seperti sedang stress, jadi aku pun mendekatinya dan menyentuh bahunya pelan, semoga saja itu adalah tindakan yang benar.

"Kau tak apa?" Tanya ku pelan di sisinya

"Aku minta maaf karena kau harus menyaksikan itu" ucapnya menyentuh tangan ku

"Tidak apa, setidaknya itu lebih baik dari orang tua ku" ucap ku duduk di sisinya

"Apa maksud mu?" Dia mengangkat kepalanya dan menoleh untuk menatap ku

"Well, kau tahu... Orang tua ku menjual ku pada seorang pria untuk membayar hutang mereka" balas ku ringan, tapi aku tersenyum, jadi ia tahu kalau aku hanya bercanda saat membahasnya. Xander tertawa kecil, setidaknya itu sebuah kemajuan, walau hanya kecil "tapi itu sudah lama, sudah tidak lagi masalah. Prianya ternyata cukup baik, walaupun kadang ia bisa menjadi sangat bajingan" lanjut ku seperti sedang berpikir

"Hmm.. Dia terdengar menarik, bagaimana kalau kau menceritakan tentangnya lebih banyak?" Ucapnya ikut bermain, menarik ku mendekat padanya

Menyamankan diri ku bersandar di dadanya, aku memulai bercerita "well, dia lebih sering bersikap bajingan pada ku, bicaranya kadang sangat menusuk, dia kadang juga bisa menakutkan. Dia--"

"Apa kau takut padanya?" Tanya memotong ku, dia terlihat panik

"Dulu, tapi tidak lagi, dia melembek" balas ku meliriknya "seperti yang aku tadi katakan, dia kadang menakutkan, tapi kadang dia juga baik, akhir-akhir ini lebih banyak baiknya" aku menyeringai "dia membuat ku diterima di WSU, dengan jurusan yang aku inginkan, entah bagaimana dia tahu, karena bahkan orang tua ku belum mengetahuinya," aku meliriknya lagi, dia membuang muka, kebohongannya terungkap, aku tersenyum melihatnya lalu melanjutkan "dia juga membayar tuitionnya. Dia membayar apartemennya sejak entah kenapa, dia melarang ku untuk tinggal di asrama" aku terdiam, berpikir apa lagi yang bisa ku sebutkan "dia... Umm... Oh ya, dia sangat keras kepala, dia selalu mengaku sebagai pacar ku saat nyatanya dia bukan"

"Kau yakin dia bukan?" Tanyanya menolehkan wajah ku untuk  menatapnya

"Ya, aku yakin" balas ku jahil

Xander menggeram tak terima, lalu ia mulai meng-claim bibir ku. Sepertinya itu selalu menjadi senjata andalannya...  Aku tidak keberatan, aku menyukai bibirnya, malahan sangat menyukainya. Saat ia melepaskan bibir ku, aku secara tidak sengaja menggeram kesal, dan Xander mentertawai ku. Ia mengecup ku singkat lalu memindahkan posisi ku ke pangkuannya, dan aku langsung bisa merasakan bagiannya yang menonjol.

Menyisipkan jari ku ke rambutnya, aku menariknya lebih dekat, memperdalam ciumannya. Sungguh sangat nikmat sampai aku beberapa kali mengerang, apalagi ditambah dengan gunung kecil di celananya yang mengenai ku dibagian yang tepat.

"Steady, babe" bisiknya menahan pinggul ku, dia seperti kehabisan nafas "you don't want me to take you right here right now" lanjutnya menggigit bibir bawah ku pelan sebelum kembali melumatnya

"Maybe I want you to" balas ku berbisik di telinganya

"Fuuck..." Gumamnya lalu melanjutkan dengan menarik atasan ku lepas, tangan hangatnya langsung menyentuh kulit ku tepat setelahnya. Hanya dari itu saja, aku cukup yakin itu bisa membuat ku terangsang "kau tidak serius dengan itu" ucapnya menatap mata ku "katakan pada ku kau tidak serius" matanya terlihat memohon

"Aku serius" aku tidak akan mengatakan kalau akal sehat ku masih utuh, kau tahu bagaimana seseorang saat mereka terangsang, semua pikiran akal sehat mereka terbuang ke selokan tak berguna.

Tubuh ku menginginkannya, tidak bahkan menperdulikan apa aku sudah siap atau belum, tubuh ku hanya menginginkannya.

"Kau tidak tahu dengan apa kau melibatkan diri mu, Chloe" dia menyerang bibir ku "aku akan membuat ku berteriak sangat lantang sampai suara mu serak"

"Apa aku sudah mengatakan dia juga terlalu percaya diri?" Ucap ku menatap matanya

"Aku tidak pernah mengatakan omong kosong" ucapnya berdiri dari sofa dan membawa ku bersamanya, kaki ku dengan otomatis mengait di pinggangnya "aku akan selalu melakukan apa yang aku katakan" oh, aku sudah jelas sekali tidak berdaya terhadapnya.

Sesaat kita sampai di kamarnya, dia tidak membuang waktu dengan goda-menggoda, dia langsung menuju bisnis.

Dia menaruh ku di tengah kasur, lalu ia melepas atasannya dan melemparnya ke seberang ruangan, saat tangannya bergerak ke celananya, aku mendapat keberanian untuk melakukan sesuatu untuknya sejak selama ini selalu dia yang melakukannya untuk ku.

Aku tahu saat biasanya di video-video biru sang wanita sudah telanjang bulat saat memberikan prianya sentuhan intim, tapi ku rasa hal itu tidak perlukan... Toh pada akhirnya, mereka juga tidak menatap kami saat kami melakukannya, mereka menutup mata mereka, kecuali kalau sang pria memiliki 'fetish' tertentu tentunya.

Aku mengambil alih tugasnya melepas celana, tapi tentu saja aku tidak langsung melepaskannya, aku mengambil waktu ku untuk menyentuh dada bidang dan perut kerasnya terlebih dahulu, aku selalu ingin menyentuhnya sejak pertama aku melihatnya.

Berdiri dengan lutut ku di kasur, aku mengecup ringan dadanya. Aku memberinya senyuman kecil saat ia hanya diam tidak menolak ataupun menerima. Dia mengangkat tangannya dan menyentuh rambut ku lembut. Aku anggap itu sebagai persetujuan darinya.

Aku melanjutkan kecupan ku dari dadanya menuju perutnya dan berhenti saat aku tidak dapat bergerak lebih turun lagi karena satu, disana masih ada celananya, dan dua, aku tidak sefleksibel itu.

Jujur saja aku mengaku, ini bukanlah saat pertama ku, aku sudah melakukannya beberapa kali saat aku masih di sekolah umum, mereka bilang aku cukup handal, tapi mereka hanya anak SMA, mereka belum berpengalaman, tapi pria ini, aku cukup yakin dia sudah, karena itu aku sedikit gugup, tapi tentu saja aku tidak menunjukkan padanya dan bersikap normal.

Saat akhirnya celananya tak lagi di tempatnya, aku disapa dan bagian yang besar, seperti besar... Tapi tidak abnormal. Aku menggigit bibir ku melihatnya. Sekarang aku tahu mengapa ia sangat yakin pada dirinya.

Perlahan tapi yakin, aku menyentuhnya, Xander mendesis kecil, kemungkinan karena tangan ku yang dingin. Aku memberinya senyuman kecil meminta maaf, tapi ia tidak melihat itu karena matanya yang menutup. Lihat? Sudah ku katakan sebelumnya bukan?

Sejak ia sudah memuaskan ku 2 kali sebelumnya, aku akan mencoba membalasnya sebisa ku, dan sungguh, aku tidak pernah sebersemangat ini untuk membalas sesuatu yang orang lain lakukan pada ku.

Menggerakkan tangan ku naik turun di sepanjang tongkatnya beberapa kali, lalu aku membawanya ke dalam mulut ku. Sungguh, panjangnya hampir membuat ku tersedak, sejauh ini dia lah yang terbesar yang pernah ku temui, tidak seperti aku sering menemui hal ini, aku belum jadi pelacur.

Setelah beberapa saat, aku tahu ia sudah dekat saat aku bisa merasakan sesuatu yang asin di dalam mulut ku. Tapi sebelum aku bisa membuatnya sampai di puncak, dia menarik ku menjauhinya

"As much as I like seeing myself in between your lips," ia menatap mata ku "I rather not come inside your pretty mouth" ucapnya menjilat bibir ku lalu melumatnya. Tangannya bergerak ke punggung ku dan membuka kaitan bra ku. Dan sesaat bra ku sudah terlepas, tangannya langsung segera meremas payudara ku, erangan setengah lantang terlontar dari mulut ku "that's right" bibirnya bergerak ke leher ku "mengerang lah untuk ku, Chloe"

Tangannya bergerak lagi untuk melepas celana ku, aku lebih dari sukarela membiarkannya. Dia melepaskan celana panjang ku berikut sekalian dengan celana dalam ku, lalu ia menjatuhkannya keduanya ke lantai "selalu saja siap" ucapnya memijit klitoris ku ringan, tapi walaupun begitu, sensasi luar biasanya tetap saja sama. "Sangat licin" ucapnya lagi lalu menjilat puncak payudara ku menggoda sambil tangannya terus menggoda ku di bawah sana. "Tapi aku tak yakin kau sudah siap untuk ku" ucapnya lalu aku merasa kan ujung penisnya menyentuh bukaan ku, aku mengerang dan mendesah di saat yang sama. "Always so eager" ucapnya mencubit ringan titik paling sensitif ku, aku tidak bisa lagi mengontrol nafas ku yang tak karuan karenanya. Ia memijit lebih keras dan yang ku rasakan hanya kenikmatan yang membuat ku mengerang nikmat.

Lalu semuanya menghilang dalam seketika, aku membuka mata ku dan menemukan alasannya.

Aku tidak tahu bagaimana, tapi melihatnya berdiri disana sepenuhnya tanpa sehelai pun pakaian membuat ku berpikir aku sedang melihat malaikat. Dia sangat seksi, menarik, dan sempurna.

Aku melihatnya merobek bungkus aluminium dan mengeluarkan isinya, aku menontonnya dengan seksama saat memasangkan lateks di penisnya, dan saat ia selesai, menatap ku yang sudah kembali terduduk dengan dalam, ia mencium ku sambil disaat yang sama mendorong ku untuk kembali terlentang di kasur

"Apa kau yakin kau sudah siap untuk ku, Chloe?" Tanyanya tepat di atas ku, menggunakan kedua tangannya untuk menahan dirinya agar tidak meniban ku. Aku menggigit bibir ku dan mengangguk. Dia mencium ku sekali lagi dan aku bisa merasakan ia memposisikan dirinya di bukaan ku. Saat ia memperdalam ciumannya, di saat itulah juga ia memasuki ku.

Jujur saja, itu sangat sakit, rasanya seperti vagina ku tersobek untuk mengakomodasi ukurannya.

Dia tidak bergerak, seolah sedang menunggu ku untuk menyesuaikan diri dengan dirinya yang ada di dalam ku.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya pelan, aku mengangguk kecil "kau akan terbiasa beberapa saat" ucapnya menyatukan bibirnya ringan di bibir ku.

Lalu ia mulai bergerak perlahan di dalam ku. Setelah beberapa saat, aku pikir Xander benar, aku mulai terbiasa dengan ukurannya, gerakan lambatnya seperti sedang menggoda ku, tapi masih tetap nikmat. Aku penasaran bagaimana akan terasa kalau lebih cepat

"Faster" gumam ku, dan ia menurut, aku merasakan temponya lebih cepat "more, Xander" desis ku

"You're eagerness never ceased to amaze me" ucapnya lagi

Beberapa saat kemudian, temponya sudah lumayan cepat dibanding dengan yang pertama, nada tak terkontrol ku semakin tak terkontrol. Demi Tuhan, sekarang aku mengerti mengapa banyak sekali orang kecanduan dengan seks.

"Aku masih..." Ucap ku terbata-bata "...menunggu..." Aku menjambak rambutnya "janji mu"

"Aku akan" balasnya "tapi tidak di saat pertama mu" aku, sungguh tidak tahu, bagaimana ia bisa tahu banyak detail tentang ku, terutama detail yang sangat personal seperti itu. Apa dia semacam penguntit ku atau sesautu? Semenyeramkan apapun ini, aku senang kalau pria ini adalah semacam penguntit ku, setidaknya dia sangat menarik dan tidak aneh seperti penguntit normalnya.

Tak lama setelah itu, aku cukup yakin kita berdua sudah hampir sampai orgasme, dan aku juga cukup yakin, diantarkan kita berdua siapa yang akan sampai terlebih dahulu, tentu saja aku, aku bahkan tidak bisa menahannya lagi. Aku merasakan diri ku mengetat di sekitarnya, otot paha ku menegang, kepala ku seperti berputar, aku merasa seperti mau pingsan. Aku harus meremas sesautu, dan seprai tidak terasa cukup memuaskan. Dan seperti Xander bisa membaca pikiran ku, tangannya meraih tangan ku dan seperti itu saja aku mulai meremasnya kencang. Saat aku sudah benar-benar sangat dekat, Xander mempercepat temponya lagi dan membuat ku tak bisa menahan jeritan pelepasan ku. Sungguh aku merasa seperti ada keran di bawah sana. Dia tidak berhenti disana, dia tetap bergerak, keluar-masuk-keluar-masuk, sampai aku merasakan pelepasannya juga. Dengan nafas tak teratur, dia menjatuhkan dirinya di atas ku saat bagian dirinya masih di dalam ku.

Xander mengangkat kepalanya sedikit dan mengecup pipi ku sekilas sebelum aku merasakan dirinya menarik keluar dari ku. Sungguh aku baru merasakan sakitnya bagian diantara kaki ku ini. Tapi itu tidak menghentikan ku untuk bisa jatuh tertidur beberapa saat kemudian.

👻👻

Saat aku terbangun keesokan paginya, sisi kasur sebelah ku sudah terasa dingin, sepertinya Xander sudah lama pergi meninggalkan kasur ini. Aku harus kembali ke kamar ku, tapi aku tidak tahu dimana atasan ku berada, yang bisa aku temukan hanya atasan milik Xander yang ia pakai semalam. Aku tidak ingin terlihat seperti wanita manja setelah melakukan sex dengan memakai pakaiannya, jadi sepertinya sekali lagi aku harus menggunakan bed cover untuk menutupi tubuh ku...

Saat bed cover sudah sepenuhnya tertarik ke lantai, di atas seprai aku bisa melihat bercak merah yang menandakan semalam bukan hanya sekedar mimpi ku, itu dan fakta kalau saat ini aku ada di dalam kamar Xander.

Seberapapun sebenarnya aku ingin mengoprek kamarnya sejak aku sudah di dalamnya, aku tidak ingin menghancurkan situasi apapun yang saat ini telah terbangun diantara aku dan Xander, jadi aku mengurungkan niat ku dan keluar dari kamarnya untuk menuju kamar ku sendiri, tak lupa membawa seprai bekas semalam untuk dicuci. Tidak bisa aku meninggalkannya begitu saja di sana, bukan?

Saat aku melihat jam yang menyala disisi kasur ku, aku melihat tanggal yang mengatakan ini masih hari Kamis, yang berarti aku masih ada kelas kuliah, dan jam yang menujukkan kalau aku hampir terlambat! Sial! Aku harus segera bersiap-siap dan berhenti berangan-angan seperti wanita terobsesi.

Setelah aku selesai bersiap-siap dan segala macamnya, aku baru menyadari tidak ada jejak Xander di apartemen ini, tidak ada gelas kopi ataupun HPnya. Kemana ia pergi?

Tapi sejak aku sudah terlalu terlambat, aku berusaha mengalihkan semua pikiran itu dan segera berangkat ke kampus. Aku akan memikirkan tentang itu nanti.

Continue Reading

You'll Also Like

9K 1.3K 12
Cinta tidak memandang dari rendah atau tingginya derajat seseorang. Tetapi, cinta akan datang sendirinya mengisi jiwa yang kosong. Hati yang hampa, d...
318K 49.5K 28
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
1M 14.8K 19
●Masuk katagori "populer" pada 23 nov 2019 [Cerita di PRIVATE, FOLLOW untuk membaca!] Vivian dijodohkan oleh orangtuanya dengan Samuel, seorang...
379K 3.4K 10
Alexandria Neville akan melakukan apapun demi uang. Karena memang itu yang paling penting di dunia ini. Hidup itu keras, Kawan. Kau tidak bisa mendap...