The Secret Life of The Loveab...

由 wldstrs

91.7K 4.1K 115

Orang-orang dengan hidup yang mudah selalu berharap mendapatkan sesuatu yang lebih rumit untuk memberikan hid... 更多

Author's Note
Cover
Chlonder's Playlist
1. A True Friendship
Statement
2. Before All This
3. Your Feather Touches
4. You're a Trendsetter
5. Happy Go Buzzed
6. Where It Is
7. Before You Exit
8. Did Not Believe
9. A Louder Silence
10. Our Beating Heart
11. It Gets Harder
12. Your Good Radiance
13. Bite Your Tongue
14. You'll Find Me
15. Tree Of Secrets
16. Sharp as Knives
Probably Read This Already
17. Broken To Pieces
!!!
18. Hold Me Down
19. A True Heartbreak
20
20. He's My Prince
21. I Am Burning
22. Pieces You Left
23. A Concrete Heart
.
24. Jingle The Bangle
25. Knight To Remember
Intermezzo
26. Bliss Of Tomorrow
Cover
Uh Huh...
Please
28. The Inconspicuous Pothos
29. Troubles The Heart
30. Hotel Room Affair
31. Beneath Your Beautiful
31. Beneath Your Beautiful (Full Version)
32. Keep It Yourself
33. Set The Fire
34. As You Wish
Huh
35. The Deepest Point
36. Get Ready For
Promise.
37. Flock of Birds
Sequel: ??
Sequel: The Secret Life of The Innocent Daughter
38. I'm Only Yours (EPILOGUE)
Series

27. View Of Green

1K 87 0
由 wldstrs

Aku terbangun keesokan paginya merasa lebih segar dari sebelumnya, aku tidak tahu mengapa, yang jelas saat aku bangun pagi ini, aku merasa segar. Aku membuka tirai di kamar ku dan melihat keramaian pagi kota, walaupun aku berada di lantai yang tinggi, aku bisa mendengar suara klakson kendaraan di jalan berkat keramaian yang ada. Aku bisa melihat orang-orang berjalan di trotoar dan menyeberangi zebra cross, walaupun memang mereka terlihat sekecil semut dari tempat ku berdiri. Biasanya, aku salah satu dari mereka semua, tapi tidak hari ini, karena hari ini aku tidak ada kelas, sang dosen sakit dan tidak ada pengganti yang siap, jadi kelas diliburkan. Tapi ini kuliah, dosen kadang bisa sesuka hati mengganti jadwal, jadi ada kemungkinan hari ini bukan hari libur sepenuhnya. Tapi tetap, pagi ini aku tidak memiliki urusan apapun untuk dilakukan. Sudah cukup lama aku tidak lagi merasakan hari seperti ini.

Saat aku keluar dari kamar, aku masih mengenakan piyama ku, okay mungkin bukan piyama, lebih tepatnya pakaian yang ku pakai untuk tidur. Anyway, saat aku keluar dari kamar, aku tidak menemukan siapapun di luar kamar ku, tidak bahkan di dapur, atau ruang tengah. Mungkinkah Alexander telah kembali ke kebiasaan lamanya? Kurasa tidak, dia selalu meninggalkan gelas kopi, tapi saat ini, kopi pun bahkan belum dibuat, alat pembuatnya masih tersimpan rapi di tempatnya. Apa dia sedang sakit atau sesuatu? Aku tahu ia di rumah, aku mendengarnya masuk kamar tak lama setelah aku meninggalkannya. Hmm.. Sangat aneh..

Di dapur, aku membuka lemari es dan mengeluarkan telur. Aku lapar, aku butuh makan, dan sejauh ini, yang bisa aku buat dengan kompor hanya telur dan mie instan. Mie instan jelas sekali bukan untuk sarapan, jadi tersisa lah telur untuk ku buat, dan saat selesai, aku pun langsung menyantapnya dengan lahap, aku mengakhiri sarapan ku dengan dua gelas susu dan segelas air.

Yang selanjutnya aku lakukan adalah mandi. Mungkin setelah mandi nanti aku akan keluar, aku tidak ingin berdiam diri seharian di dalam sini, lama-lama bosan juga. Jadi ya, aku pun mandi, mengambil waktu yang lebih lama sejak aku tidak dibutuhkan di tempat lain yang penting, melakukan hal lain yang biasanya tidak pernah aku lakukan kalau mandi, lalu baru aku keluar.

Walaupun memang kalau aku sendirian di sini, aku tetap akan berpakaian sepantasnya, karena siapa yang tahu kalau nantinya aku harus melakukan sesuatu yang mendadak? Atau mungkin ada tamu? Atau mungkin Alexander memasang CCTV disini? Tidak bisa membiarkan dia melihat ku dengan pakaian kurang pantas nantinya saat ia mengeceknya, bukan? Jadi aku memilih sebuah oversized T-shirt dan celana pendek normal dan barulah aku kembali keluar kamar.

Aku tidak tahu apa yang menarik ku untuk mendatangi kamar Alexander, dan lebihnya lagi membuka pintunya, karena sesaat aku melakukan itu, aku sungguh, sangat, sangat, sangat, menyesalinya. Yang kulihat memang bukan sesuatu yang buruk seperti ia sedang di kasur dengan seorang wanita, atau pria, tidak, bukan yang seperti itu, tapi aku memang melihatnya, tanpa atasan, ataupun bawahan, dan hanya dengan brief boxer, yang menunjukkan hampir segalanya. Sial, aku tidak akan pernah bisa mengeluarkan gambar itu dari kepala ku sekarang ataupun akan pernah melihatnya dengan cara yang sama lagi. Walaupun begitu, aku harus akui, Alexander sangat seksi saat tanpa pakaian. Sungguh, aku tidak pernah menebak ia memiliki semua itu dibawah pakaiannya. Maksud ku, ya aku menyadari tangannya yang cukup berotot, tapi itu... Man.. Tak pernah sekalipun aku menebaknya!

Hmm... Aku sungguh penasaran seberapa merah wajah ku saat ini...

Saat aku kembali keluar dari kamar ku setelah rasa malu ku sedikit berkurang, tapi sepertinya rasa malu itu harus kembali memuncak saat aku melihatnya di bar sarapan sedang meminum kopi paginya sambil membaca sesuatu di HPnya. Aku menyadari Alexander tidak memakai pakaian kerjanya, dia memakai pakaian rumah, atau yang terdekat dengan pakaian rumah, dia memakai jogging pants dan kaos yang untungnya selalu tak pernah ketat. Sepertinya Alexander bukan tipe yang suka menunjukkan bentuk tubuhnya, karena itu aku tidak pernah menebak tentang apa yang ia miliki dibalik sana. Ah! Tidak bisa kah aku berhenti memikirkan hal itu?!

Alih-alih berjalan ke dapur mendekatinya seperti yang biasa akan aku lakukan, aku berbelok ke ruang TV dan menyalakan TVnya, menonton apapun yang ditayangkan disana. Setidaknya dengan begitu aku pikir bisa sedikit mengalihkan pikiran ku.

"Jadi, beritahu aku" ucapnya berdiri di sisi sofa "apa yang kau lakukan mendatangi kamar ku?" Ugh, apa ia harus membahasnya?

"Apa kau sungguh ingin jawaban?" Balas ku berusaha terdengar normal sambil menatapnya

"Tentu saja, aku tidak akan bertanya kalau aku tidak ingin jawaban" balasnya menatap ku miring

"Aku mencari uang untuk kabur dan menghilang" balas ku asal karena sesungguhnya aku juga tidak tahu mengapa aku mendatangi kamarnya "aku sudah merencanakan notenya dan baju-baju ku sudah siap, aku hanya butuh uangnya, tapi semua itu gagal karena kau ada di rumah" lanjut ku kembali menatap TV

"Bahkan kalau aku tidak rumah, kau tidak akan menemukan uang," balasnya bergerak untuk duduk di sisi ku "aku tidak menyimpan uang di rumah, Chloe, itu sangat tak aman"

"Jadi dimana kau menyimpan uang mu, Xander?" Tanya ku basa-basi

"Bank, tentu saja" balasnya santai

"Bank lebih sering dirampok daripada rumah, dan juga, untuk sampai di sini, kau harus melewati banyak pencegahan keamanan" balas ku "jadi menurut ku, apartemen ini lebih aman daripada bank"

"Virtual bank tidak bisa dirampok, Chloe" apakah di dunia ini sungguh ada sesuatu yang namanya virtual bank?

"Bisa saja dirampok oleh perampok berbasis komputer" balas ku tak mau kalah

"Tidak saat encryption banknya kuat"

"Terserah kata mu, lah" ucap ku membesarkan volume TV

"Apa kau bahkan mengerti apa yang mereka katakan?" Tanyanya lagi setelah me-mute suara TV

"Aku mempelajari bahasa Jepang sejak sekolah dasar" balas ku terganggu "itu bahasa ketiga ku saat ini"

"Apa bahasa kedua mu?" Ia menyipitkan matanya

"Spanish" balas ku mengambil remotenya kembali

Aku tidak berbohong, orang tua ku memang mengirim ku untuk les bahasa sejak aku kecil, jadi sekarang, aku bisa 3 bahasa. Asal tahu saja, itu bukanlah sesuatu yang aku banggakan, karena kadang, kata-katanya tercampur aduk dalam kepala ku dan membuat ku bingung dan orang lain yang ku ajak bicara bingung. Sungguh bencana.

"Kau ternyata lebih berguna dari yang aku kira" ucap Alexander, tapi aku tidak menggubrisnya, aku tidak ingin mengatakan hal yang salah, dia cenderung sering membuat ku melakukan itu, jadi aku akan tetap diam "kau tahu, kau tidak harus bersikap aneh hanya karena kau baru saja melihat ku setengah--"

"Tiga perempat" potong ku entah kenapa. Sudah ku bilang bukan?!

"Huh?"

"Aku melihat mu tiga perempat" ulang ku sejak sudah terucap sebelumnya "dan aku tidak bersikap aneh" tapi ia hanya mentertawakan ku lalu berdiri

"Aku akan berangkat ke China besok, kembali mungkin 4-5 hari kemudian, tergantung pesawatnya" ucapnya sambil mengambil gelas kopinya dan membawanya ke tempat cuci piring

"Kau sering sekali pergi akhir-akhir ini" ucap ku berdiri mengikutinya "apa kau yakin kau pergi ke tempat yang kau katakan pada ku?"

"Sejak kapan ada pembohong yang mengakui kebohongannya, Chloe?" Ucapnya sibuk mencuci gelasnya

"Jadi kau berbohong?" Tanya ku mendekatinya

"Tidak!" Ucapnya difensif

"Hanya saja kau selalu memaksa ku untuk ikut dengan mu sebelumnya" ucap ku bersandar di counter

Alexander membuang nafas lalu menatap ku "kau sedang kuliah, Chloe" ucapnya singkat

"Jadi? Itu tidak pernah menghentikan mu sebelumnya" balas ku mengangkat bahu

"Aku melakukan pekerjaan ku, Chloe. Kalau aku mengajak mu ke setiap pekerjaan jauh ku, kau tidak akan pernah memasuki kelas mu, yang berarti aku membayar percuma" aku masih berharap biaya kuliah ku ditanggung oleh orang tua ku, tapi Alexander baru saja memastikan kalau orang tua ku, ibu ku, sudah melepas ku sepenuhnya. Sungguh aku tidak ingat kapan terakhir aku berbicara pada ibu ku, aku rasa saat pemakaman ayah ku.

"Kau seharusnya senang, Chloe" ucapnya mengembalikan ku ke dunia nyata "aku sering pergi berarti kau lebih sering mendapatkan waktu bebas tanpa ku, terutama saat kau memiliki pria yang kau harap menjadi pacar mu itu" lanjutnya berjalan melewati ku "dan selama aku pergi, jangan kau sekali-kali mencoba memasuki kamar ku, karena percayalah, aku akan tahu kalau kau mencobanya"

Entah kenapa, aku tahu kalau apa yang ia katakan lebih dari hanya sekedar omong kosong dan ancamannya itu berbobot lebih dari hanya sebuah ancaman. Jadi sebaiknya aku mendengarkan apa yang ia katakan pada ku dan tidak mencoba melakukan sebaliknya. Siapa yang tahu apa yang bisa ia lakukan kalau aku melanggar?

Hari selanjutnya, saat aku terbangun, Alexander sudah berangkat, dia meninggalkan ku sebuah note di bar sarapan yang mengatakan demikian dan ulangan dari ancamannya kemarin, selain itu dia juga meninggalkan ku sebuah kartu kredit dengan nama ku tertera disana. Baiklah kalau begitu.

Seperti selalu, aku meminum susu sebelum aku berangkat menuju kampus, tapi sebelum aku keluar pintu depan, aku kembali terpikir dengan ancamannya dan kamarnya. Apa aku harus memeriksa apakah ancaman yang ia katakan kemarin adalah ancaman kosong atau bukan? Aku sungguh tertarik untuk tahu apa yang ia sembunyikan dalam kamarnya. Melihat jam tangan ku, aku masih memiliki waktu 15 menit sebelum waktunya aku harus benar-benar berangkat agar tidak terlambat memasuki kelas pertama ku. Jadi aku mengambil kesempatan ku dan membuka pintu kamarnya, tapi ternyata, pintu kamarnya terkunci. Dia pasti sangat ingin menyembunyikan sesuatu di dalam sana sampai harus mengunci kamarnya, aku penasaran apa...

Aku kembali melewati bar sarapan dan membaca notenya di bagian dia mengulang ancamannya

Remember, you only have access to the living room, tv room, kitchen, and your room.
You can't bring anybody to our apartment, not even Abigail, and especially not your hope-soon-be-boyfriend or that asshole Denov.
Do not lie, I know you're friends with him again.

Lalu barulah saat itu aku sadar, apartemen ini memiliki 3 kamar. 1 adalah miliknya, 1 milik ku, lalu 1 kamar tidak dipakai. Aku tidak boleh masuk ke kamarnya, jadi sisa dua, jelas sekali aku boleh memasuki kamar ku, lalu sisa satu. Yang membuat ku bertanya, kenapa aku tidak diperbolehkan memasuki kamar itu? Alexander tidak mencantumkan kamar itu di list tempat yang boleh ku datangi, apa dia lupa? Atau apakah ia menyembunyikan sesuatu juga di kamar itu?

Saat aku mendatangi kamar itu dan mencoba membuka pintunya, lagi, aku menemukan pintunya terkunci. What the hell? Apa yang tepatnya ia sembunyikan dari ku di dalam kamar itu? Kenapa sebuah kamar kosong dikunci olehnya? Aku ingin menyelidikinya lebih lanjut, tapi saat aku melihat jam di tangan ku, aku menemukan aku telah terlambat 3 menit dari waktu aku seharusnya berangkat. Sial! Aku akan terlambat 15 menit saat aku sampai nanti!

👻👻

Aku merasa seperti wanita genit yang hanya berteman dengan pria. Kenapa? Well, biar aku ceritakan ceritanya.

Jadi, kau tahu aku punya cafe langganan yang biasa aku datangi setiap pagi dimana aku menemui Denov disana? Well, hari ini, karena aku terlambat, Denov sudah pergi menuju kelasnya, tapi ia cukup baik hati untuk membuat sang barista menyisihkan minuman untuk ku yang tinggal ku ambil tanpa menunggu. Saat jam selesai kelas, Denov menemui ku dan bertanya mengapa aku tidak di cafe pagi ini, dia menebak sesuatu yang berkaitan dengan "pacar" ku, yang dengan segera aku membenarkannya agar tidak memperpanjang masalah dengan mengatakan bus ku terlambat datang.

Keesokan harinya, sama seperti biasa aku menemui Denov di cafe, sang barista menjuluki kami 'The Morning Pair' sejak kita selalu bertemu disini, selalu, setiap hari. Yang membuat hari ini berbeda adalah hari ini, aku membawa Kai ke cafe langganan ku setelah kelas kita berakhir, saat itu, sang barista masih pria yang sama dengan yang tadi pagi, dan sungguh aku tidak bisa tidak menghiraukan bagaimana ia menatap ku seolah aku telah berselingkuh dengan Kai. Apa dia berpikir aku pacar Denov? Dari tatapannya sepertinya ya. Dan saat ia berbicara pada ku dengan kalimat sarkastis, saat itulah aku merasa bagaimana saat ini aku merasa. Sungguh, aku bukanlah wanita itu, aku hanya tidak begitu pandai mencari teman.

Saat kita keluar dari cafe, aku berpura-pura tidak terganggu dengan komen sarkastis sang barista dan barulah sesaat setelah Kai tidak lagi melihat ku, aku mulai menangis. Sungguh, aku bukan biasanya jenis yang mudah menangis dan sensitif, tapi entah kenapa, kali ini komen simple itu bisa menyentuh sisi sensitif ku. Ada yang salah dengan ku...

Di hari ketiga, telepon masuk membangunkan ku dari mimpi indah yang tak bisa ku ingat. Saat aku melihat caller IDnya, aku melihat nama Alexander tertulis disana, dengan malas dan suara serak aku mengangkatnya, karena jika tidak, dia akan terus menelpon sampai aku mengangkatnya, yang mana pun yang ku pilih, pada akhirnya akan sampai pada ku yang mengangkat telepon tersebut

"Ini jam 2 pagi kau tahu" ucap ku serak

"Maaf, tapi ini penting" ucapnya singkat dan hampir panik

"Apa?" Tanya ku malas

"Skye kecelakaan, kau pergi ke St. Moritz karena aku jelas sekali tidak bisa kesana untuknya" jelasnya cepat

"Bagaimana itu bisa terjadi?" Tanya ku sambil bangun dari kasur untuk bersiap

"Apa kau sedang barsiap-siap?" Tanyanya

"Ya..." Jawab ku menggumam "so?"

"Hari ini peringatan kematian Max" balasnya benar-benar datar "dia selalu berada di titik terburuk hari ini" lanjutnya "tahun lalu ia terjatuh dan kakinya patah"

"Okay" balas ku "bagaimana aku akan sampai di St. Moritz pada jam seperti ini?"

"Tidak bisa kah kau menyetir?" Tanyanya bingung

"Aku tidak pernah harus" balas ku datar

"Kau pasti bercanda" ucapnya tak percaya dan aku hanya diam "pergi dengan taksi. Telepon aku lagi saat kau sudah sampai disana" lalu ia menutup teleponnya. Bajingan.

Saat aku sampai di rumah sakit, aku langsung mencari informasi tentang Skye. Pada awalnya aku sempat salah menyebutkan namanya, alih-alih menyebutkan Cayline, aku menyebutkan Skye, pantas saja tidak ada. Setelah aku mendapatkan informasinya, aku segera menghubungi Alexander dan memberi tahunya aku telah sampai dan mendapat informasi tentang Skye. Dia menyuruh ku untuk memberikan HP ku kepada Skye karena ia ingin berbicara padanya, aku memberi tahunya Skye sedang tidur dan aku bahkan tidak boleh menjenguk karena saat ini bukan jam besuk, lalu ia menyuruh ku untuk memberikan HP ku kepada suster shift malamnya. Tak lama kemudian, di suster mengembalikan HP ku dan mempersilakan ku masuk ke kamar Skye. Aku penasaran apa yang Alexander katakan padanya..

Saat aku didalam kamar Skye, aku melihat Kellen menemani disana, dia tidak tidur. Saat ia melihat ku datang ia langsung tersenyum dan mendekati ku

"Hey, Chloe" sapanya lalu memeluk ku

"Kenapa kau masih bangun, Kellen?" Tanya ku penasaran

"Seseorang harus menjaga mama" ucapnya menoleh pada Skye

"Skye sedang tidur, apa aku harus membangunkannya?" Tanya ku pada Alexander yang masih di telepon

"Berikan HP mu ke Kellen" ucapnya singkat

Alexander dan Kellen berbicara untuk beberapa saat di luar ruangan sebelum akhirnya Kellen mengembalikan HP ku sambil menyampaikan pesan dari Alexander untuk ku, dia bilang Alexander mengatakan aku sungguh harus belajar bagaimana cara mengemudi. Dasar Alexander pria konyol.

Setelah itu, aku menunggu di kamar Skye sampai ia terbangun. Kali ini Skye menabrakkan mobilnya ke sebuah tiang telepon, ia mengaku kalau ia sedang mengantuk. Kellen, yang selama ini duduk di belakang ku, tidak mengatakan apapun, sepertinya ia sudah tahu dan terbiasa dengan hal ini, seolah-olah ini bukan lagi kejutan untuknya. Tapi bukankah Alexander mengatakan "selalu" tadi di telepon?

Baru setelah jam 6 aku kembali ke apartemen, aku merasa kurang istirahat, tapi tak apa, sekali-kali aku berkorban untuk orang lain, tak sering aku mendapat kesempatan seperti itu.

繼續閱讀

You'll Also Like

435K 39.9K 98
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
38.2K 4.6K 22
COMPLETE STORY ✔️✔️✔️ Perjuangan seorang fans untuk bertemu idol favoritnya , berjuang untuk bisa saling bertatap dan juga dekat satu sama lain Cast:...
52.1K 986 12
Dia puas dengan hidupnya dan kesenangan sementara yang mengalir melaluinya. Sampai suatu malam seorang wanita mengubah segalanya. Alyssa Gillespie se...
1.3M 102K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...