WHALIEN 52

بواسطة snwflxs

24.5K 1.1K 100

Just a story about KOOKMIN daily life in roleplayer Boy x Boy AU! Jungkook!Top x Jimin!Bottom Dont like dont... المزيد

Two <jxnguk's mind special episode>
Three
Four
< ATTENTION !! >
Five
SIX
Seven
<<ATTENTION!!!>>

One

9.8K 364 14
بواسطة snwflxs

Ungu, pudar, gelap, sebuah sensasi yang cukup sering atau mungkin selalu dirasakan seorang Jeon Jungkook. Pemuda bersurai coklat yang sekarang nampak gelap dikarenakan cahaya matahari yang memang belum terlalu terang.

5:42 AM-Jungkook bahkan tak perlu melihat arloji di lengan kirinya untuk mengetahuinya. Ini adalah pertama kalinya bagi Jungkook. Ah- mungkin tidak benar-benar yang pertama kali, tetapi entah kenapa ia memiliki firasat yang aneh dimana ia merasakan bahwa ada sesuatu yang tengah menantinya disini.

Jungkook menaiki kembali skateboard cyan-blues miliknya, berputar-putar di lapangan itu sembari sesekali mencoba trik-trik baru. "Ternyata bermain skateboard saat suasana masih ungu itu menyenangkan!" gumamnya pada dirinya sendiri.

Seseorang yang sepertinya tengah berlari pagi menatap Jungkook, membuat Jungkook sendiri berhenti dan tersenyum mengangguk menyapanya. Seseorang itu itu balik melakukan hal yang sama lantas pergi.

Jungkook mendudukkan tubuhnya bersandar pada pagar pembatas, menenggak sedikit air mineral dari botol yang ia bawa. Suasana sudah memerah.


Whalien 52

.

Starring :
BTS Jeon Jungkook & Park Jimin
AU!Romance.. maybe?/Shounen-ai | One-Shot | PG-15

.

"an endless messeges will one day reach someone
on the other side of this planet.."

JiKook Fanfiction-©jxnguk


"Jeon Jungkook!"

Jungkook menghela nafasnya malas saat ia mendengar seseorang yang ia kenal betul memanggil namanya.

"Apa?" jawab Jungkook jengah. Matanya menatap pemuda yang bisa dibilang mirip dengannya dalam segi wajah. Tentu saja mirip. Mereka kan kembar.

"Bawakan barang-barangku yang ada dimobil." Perintah seorang Jeon Jungsoo dan berjalan pergi meninggalkan dirinya.

Jungkook mencibir, enak saja. "Tidak mau, urus saja barangmu sendiri." Dan begitulah Jeon Jungkook melangkah menuju kamar asramanya sendiri.

Kamar itu kosong. Tentu saja kamar itu kosong, Jungkook tidak memiliki roommate. Dan yah, bisa diakui kalau ia menyukainya seperti itu.

Setelah meletakkan barang terakhirnya dilantai dan sejenak menatap ke kasur yang tadi sudah ia tata, Jungkook beranjak keluar dari kamar itu.

Langkahnya tertata rapi tepat menuju aula sekolah, tempat dimana makan malam bersama awal semester akan diadakan sebagai ajang beramah tamah sesame murid serta penyambutan murid baru.

Jujur saja, Jungkook tidak begitu menyukai keramaian. Tetapi apa boleh buat, ia adalah ketua klub fotografi dan ia tentu saja harus mempromosikan klubnya bukan?

Jungkook mengecek kembali kamera yang tergantung dilehernya saat seseorang entah siapa, menabrak dirinya dari samping.

Tidak begitu keras sih, hanya menyenggol. Tetapi tetap saja hal itu membuat Jungkook mau tidak mau mengalihkan perhatiannya pada si penabrak.

"Ah, maaf. Aku tidak sengaja." Orang itu sedikit membungkuk meminta maaf padanya. Jungkook hanya tersenyum dan mengangguk.

"Anak baru, ya?" Tanya Jungkook.

Pemuda di hadapannya mengangguk. "Kau sendiri?"

Jungkook member isyarat agar mereka berjalan bersama ke aula dan pemuda itu mengikutinya. "Aku bukan anak baru. Aku ketua klub fotografi disini."

Pemuda itu mengerjab takjub, "Woah, benarkah?" Jungkook mengangguk.

"Namaku Jeon Jungkook, kau?" Jungkook menjulurkan tangannya mengajak berjabatan.

Pemuda itu mengambil tangan Jungkook dan menjabatnya, "Park Jimin."

"Jungkook-a!" suara seseorang yang Jungkook kenal memanggilnya. "Ya! Jeon Jungkook!" suara itu sekarang tepat berasal dari samping kirinya bersamaan dengan pundaknya yang ditepuk oleh si pemilik suara, Kim Seokjin.

Jungkook melepaskan salamannya dengan Jimin dan balik menatap Seokjin, atau yang lebih dikenal dengan nama penanya, Jin.

"Apa?" Tanya Jungkook.

"Kau sudah ditunggu Hoseok."

Jungkook mengernyit bingung. "Tapi aku kan tidak mau mempromosikan klub dance, aku harus mem-HYUNG!!" protes Jungkook saat tanpa peduli Seokjin menariknya begitu saja. Dan ia melakukannya di depan murid baru. Sungguh memalukan.

Jin melepaskan Jungkook saat mereka berdua telah berada di hadapan Hoseok. Jungkook merengut, merapikan kembali kemejanya yang sedikit berantakan.

"Aku sudah bilang aku tidak mau." Cerca Jungkook.

"Oh, ayolah Jeon. Kau kan MVP klub dance." Pinta Hoseok.

"Aku. Tidak. Mau." Tegas Jungkook.

"Sekali ini saja Jeon." Jin memasang wajah memelasnya. Oh tidak akan, Jungkook tidak akan terpengaruh dengan wajah itu.

"Aku ini ketua klub fotografi Hyung. Ke-tu-a."

"Kau keras kepala sekali Jeon." Jungkook menatapnya dengan ekspresi kau-baru-tahu-ya miliknya.

"Aku pergi, sugohae!" Jungkook mengangkat tangan kanannya sejenak dan berbalik meninggalkan mereka berdua yang hanya bisa geleng-geleng kepala menatap kepergiannya.

"Jadi, bagaimana?" Tanya Jungkook saat ia telah sampai distan milik klub fotografi. Matanya menjelajah ke stan mereka. Foto-foto terbaik sudah mereka pajang dengan bingkai. Mading terbaru yang beberapa hari lalu ia kerjakan hingga larut pun sudah terpasang.

"Baru ada tiga orang yang mendaftar."

Jungkook melirik ke buku daftar anggota baru dan benar saja, baru ada tiga orang yang mendaftar. Ini tidak bisa terjadi.

Ckrek! Ckrek! Lampu kamera Jungkook nampak sedikit menarik perhatian beberapa orang disana. Dan begitu mendapatkan perhatian, Jungkook lantas mengeluarkan senyum terbaiknya.

"Hey! Kalian mau bergabung dengan klub fotografi?" tanyanya ramah.

Dan yah, benar saja seketika stan mereka dipenuhi orang-orang yang mendaftar ke klub itu. Kau begitu cerdas, Jeon Jungkook.

...

Jungkook menjatuhkan tubuhnya serampangan di atas kasur setelah akhirnya acara di aula sekolahnya selesai. Sungguh, ia begitu lelah.

Matanya terpejam, namun sedetik kemudian mata ber-onix gelap miliknya terbuka kembali, menatap lurus kearah langit-langit kamarnya.

Ia menopang kepala dengan lengannya. Pikiran Jungkook melayang kemana-mana. Tepatnya, melayang kembali saat di aula tadi.

Jungkook melihatnya lagi. Melihat orang yang pada awalnya Jungkook sama sekali tidak tertarik, namun entah bagaimana setelah melihatnya kembali untuk yang kedua kali Jungkook merasakan sesuatu yang aneh.

Orang itu seperti memiliki daya tarik yang aneh yang membuat Jungkook sama sekali tak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikannya.

Orang itu terlihat cukup ramah, namun.. entahlah, menurut standar Jungkook orang itu nampak seperti.. play-hard-to-get?

Yah, mungkin maksudnya hanya ingin mencari teman. Tetapi bukankah itu sedikit.. berlebihan? Memberi hadiah untuk orang yang mau berteman dengannya? Jungkook tidak habis pikir.

Secerca senyuman tiba-tiba terpatri dibibir Jungkook. Mungkin dia hanya terlalu polos, pikir Jungkook dan ia pun terkekeh sendiri.

Tapi.. sepertinya ia tak sepolos itu. Dan ya, lagi-lagi tawa kecil lolos dari bibirnya.

"Jeon Jungkook!"

Lamunan Jungkook buyar saat ia tiba-tiba mendengar suara Jungsoo yang memanggilnya dengan disertai ketukan pintu tidak sabaran dari luar kamarnya.

Mau apa, sih dia itu. Dengan langkah malas Jungkook berjalan membuka pintu. Dan dihadapinya Jungsoo dengan wajah pucat pasi berdiri di depan pintu kamarnya. Jungkook mengernyit.

"Kena-" omongan Jungkook terpotong saat Jungsoo langsung memaksa masuk.

"Tutup pintunya!" perintah Jungsoo sambil mendorong pintu kamar Jungkook hingga tertutup dan menguncinya.

"Kenapa, sih?" Tanya Jungkook tak tak mengerti.

"Aku takut." Jungkook mengangkat sebelah alisnya mendengar jawaban saudara kembarnya tersebut.

"Temanku menceritakan cerita seram padaku." Jelas Jungsoo tanpa perlu ditanya.

Jungkook memutar bola matanya jengah. "Jeon Jungsoo, kau ini bukan anak kecil. Tolonglah!"

"Kau tahu sendiri aku ini bagaimana, Jeon Jungkook." Protes Jungsoo.

Jungkook tahu, ia memang tahu. Ia mengenal Jungsoo lebih baik dari siapapun. Mengingat mereka tumbuh bersama dari lahir hingga sekarang.

"Kemarilah," kalah Jungkook.

Jungsoo mendekat kearah Jungkook yang kini telah duduk diatas kasur. Kemudian Jungsoo duduk diatas paha Jungkook dengan posisi menyamping, memeluknya.

Jungkook balik memeluk Jungsoo, menenangkan pemuda yang meskipun wajah, tinggi dan tubuh mereka hampir sama, mereka memiliki kepribadian yang jauh berbeda.

Jungkook bisa dibilang ramah walau tak seramah Jungsoo yang bisa dikatakan banyak omong. Jungkook lebih pendiam dan tidak suka kebisingan. Jungkook lebih berani dan Jungsoo lebih suka mengatur ini itu. Juga, Jungsoo itu cengeng. Sungguh, Jungkook tak habis pikir bagaimana mungkin mereka berdua begitu berbeda. Jungsoo itu lebih seperti.. wanita?

Jungkook mengelus punggung Jungsoo dengan sayang. "Sudahlah, jangan takut. Aku sudah ada disini."

Jungsoo mengendurkan pelukannya setelah ia merasa cukup baikan. Tersenyum pada Jungkook. "Terimakasih, Jeon."

Jungkook terkekeh, menghapus sisa-sisa air mata dipipi Jungsoo. "Tidak masalah, Nona Jeon."

Jungsoo memukul lengan Jungkook, protes. "Berhenti memanggilku Nona, Jeon!" ancamnya.

Jungkook hanya menjulurkan lidahnya dan member isyarat agar Jungsoo bangun dari dirinya.

"Kembalilah ke kamarmu dan tidur." Ujar Jungkook sambil berdiri merapikan kemejanya yang sedikit berantakan.

"Aku takut, bodoh. Aku menginap saja." Jungsoo mengerucutkan bibirnya, yang entah kenapa membuat Jungkook bergidik karena ia membayangkan jika dirinya pun akan terlihat seperti itu jika ia melakukan hal serupa.

"Tidak menerima tamu. Sekarang pergilah."

"Kau tega sekali, sih!" protes Jungsoo yang dihadiahi tatapan kau-mau-apasih dari Jungkook.

"Baiklah, tapi temani aku dikamarku sampai aku tertidur, bagaimana?"

Jungkook mengengguk, setidaknya pemuda ini tidak akan menginap disini.

...

Jungkook melangkah cepat melewati koridor-koridor sekolahnya. Langkahnya tepat tertuju kearah ruang dance. Hari ini adalah jadwal klub dance dan dirinya sebagai salah satu pengurus pun harus turut menyambut para anggota baru.

Semua orang yang ada di dalam ruang latihan langsung menengok saat Jungkook membuka pintu ruangan.

"Maaf aku terlambat." Jungkook membungkook dan berjalan kearah Hoseok yang tengah berdiri di depan para anggota baru.

"Nah, ini dia murid terbaik kita." Kata Hoseok menatap Jungkook disampingnya.

Jungkook membungkuk kembali. "Jeon Jungkook." Katanya tersenyum.

"Nah, bagaimana kalau sedikit peragaan dance, Jeon?" tantang Hoseok.

Jungkook melebarkan matanya dengan tatapan kaget. "Se-sekarang?" Hoseok mengangguk.

"Baiklah." Jungkook berjalan ke tempat yang sedikit luas, mempersiapkan diri untuk menunjukkan kebolehannya.

"Yo, Five, Six, Seven Eight!" mengikuti aba-aba Hoseok, musik pun mulai terdengar. Dan Jungkook hanya melakukan sedikit freestyle sebisanya hingga musik berhenti.

Tepuk tangan terdengar setelah Jungkook mengakhiri penampilannya dan kembali bergabung bersama Hoseok.

"Nah, sekarang bagaimana kalau giliran kalian yang menunjukkan kebolehan kalian, hm? Bolehkan, bolehkan?" kata Hoseok dengan begitu bersemangat, yah seperti biasanya.

Semua anggota lantas membentuk lingkaran yang cukup luas dan satu persatu menunjukkan skill dance mereka ditengah lingkaran. Jujur saja, Jungkook tidak begitu memperhatikan mereka sampai pada saat Hoseok berseru, "Yea, Park Jimin!"

Dan Jungkook pun melihatnya lagi. Pemuda yang sejak kemarin selalu berputar-putar dikepalanya itu tengah melakukan dance popping di tengah lingkaran. Harus Jungkook akui jika matanya sungguh tak bisa lepas dari sosok itu.

"Aww!" seseorang tiba-tiba menyenggol rusuknya, membuat perhatian Jungkook buyar. Dan saat ia menengok, orang itu adalah Hoseok.

"Bukankah dia itu cukup berbakat, Jeon?" Tanya Hoseok, menunjuk Jimin dengan matanya. Jungkook hanya mengangguk dan kembali menatap sosok itu. Sangat berbakat.

...

Hari yang padat sekali. Sungguh, sepertinya hari ini berwarna oranye meskipun tidak sepenuhnya oranye. Dua pertemuan klub dalam sehari sungguh melelahkan dan yang sangat Jungkook butuhkan saat ini hanyalah mandi dan tidur.

Jungkook mematung saat ia telah berada di dalam kamarnya. Matanya menatap kearah tempat tidur baru yang ada diseberang ruangan. Tempat tidur baru? Apa ia akan punya roommate? Oh, tidak.

Beberapa kardus nampak sudah berada disana. Mungkin si empunya barang masih memindahkan barang-barang lainnya. Jungkook lebih memilih untuk tidak ambil pusing dan setelah mengambil beberapa pakaian, ia beranjak madi.

15 menit berlalu dan Jungkook keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap ditambah handuk putih yang ia gosok-gosokkan ke atas rambutnya yang masih basah.

Dan orang itu ada disana, teman sekamarnya ada disana tengah memunggungi dirinya.

"Halo?" Tanya Jungkook menatap punggung pemuda yang sepertinya tak asing.

Pemuda itu menoleh dan Jungkook menahan nafasnya. Dia kan?

Pemuda itu pun terkejut kala mendapati Jungkook disana. "Jungkook?"

"Park Jimin?"

...

Sial. Kata itulah yang sedari tadi terus berada pada peringkat pertama kata yang ada di dalam pikiran Jungkook saat ini.

Sedari tadi yang dilakukan Jungkook hanyalah menatapi pepohonan yang tertiup angin dengan pikiran yang berlarian entah kemana.

Ia tak merasakan warna apapun sejak beberapa jam terakhir, tepatnya setelah ia keluar dari kamarnya, dan itu sungguh membuatnya frustasi. Jungkook menyandarkan kepalanya pada tembok di belakangnya dan menutup mata. Menghela nafas.

"Disitu kau rupanya." Suara Jungsoo terdengar menembus gendang telinga Jungkook yang sama sekali tak mau repot-repot membuka matanya.

"Apa?" Tanya Jungkook tak perduli.

"Hanya mencarimu." Jungsoo duduk di depan Jungkook yang menyender tembok di sebelah kanan Jungsoo. "Kau ini kenapa, sih?"

"Apanya yang kenapa?"

"Daritadi kau menutup matamu, memangnya warnaku hari ini aneh?" protes Jungsoo.

Jungkook mengehela nafas kasar, "Aku tidak merasakan warna apapun hari ini. Hidupku kosong, Jeon Jungsoo."

Jungsoo memiringkan kepalanya menatap Jungkook, "Seolma.. Jangan katakan.."

"Apa?"

"Kau jatuh cinta, ya?" celetuk Jungsoo yang langsung dihadiahi jitakan tanpa ragu dari seorang Jeon Jungkook.

"Hahaha!" suara tawa seseorang terdengar tak jauh dari mereka berdua.

Oranye-

"Yak! HYUNG!"

Merah-

Jungkook seketika membeku. Warna-warna itu dengan tiba-tiba merasuki otaknya begitu saja.

Jungkook menoleh, mencari-cari asal suara tersebut dan disanalah orang itu. Orang yang sudah mencuri semua warnanya tengah bercanda dengan seseorang.

"Yak! Jeon Jungkook!" jentikan jari Jungsoo di depan matanya membuat perhatian Jungkook menjadi terarah pada Jungsoo.

"Dia itu siapa, sih? Kau melihatnya sampai melamun begitu." Tanya Jungsoo turut menatap sosok yang ditatap Jungkook.

"Dia itu.. pencuri warnaku."

...

Jungkook masih asyik menatap lekat-lekat laptopnya dengan jari-jari tangannya yang menari-nari dengan lincah diatas keyboard. Ia tengah menulis.

Siapa sangka orang yang terlihat lebih senang dengan hal-hal nyata seperti dance, fotografi dan bahkan bernyanyi ternyata memiliki ketertarikan dalam dunia tulis menulis. Sebenarnya Jungkook juga cukup pandai dalam hal menggambar, namun sepertinya akan lebih baik jika ia tidak menunjukkannya pada siapapun.

Jimin, disisi lain kamar itu nampaknya tengah asyik mengoceh seorang diri. Jungkook sesekali melirik kearahnya, berpura-pura tak tertarik.

Namun setelah beberapa menit kemudian, setengah merasa kasihan dan setengahnya lagi geli, Jungkook merespon Jimin.

"Astaga, Hyung! Hahaha. Kau sedang apa, sih?" Tanya Jungkook meletakkan laptop yang tadinya berada dalam pangkuannya ke atas kasur.

"Hahaha, aku sendiri juga tidak tahu." Tawa Jimin.

Menghitung dari kecepatannya menjawab, bukankah sepertinya Jimin juga tertarik padanya? Senyuman Jungkook tersimpul tipis -sangat tipis hingga mungkin tidak ada yang menyadari senyuman itu- saat memikirkan kemungkinan tersebut. Baiklah, tolong beritahu Jungkook untuk berhenti berkhayal.

...

"Maaf, tadi itu hanya dare." Ujar Jungkook dengan senyuman angkuhnya dihadapan seorang Park Chanyeol yang terkenal karena ketampanannya di sekolah itu.

Chanyeol mengangkat sebelah alisnya dengan ekspresi tidak percaya. Dan Jungkook dengan mudahnya hanya mengangkat bahu acuh dan meninggalkan pria itu begitu saja.

Target pertamanya sudah selesai, ia tinggal mencari dua target lagi. Hm.. sepertinya orang itu bisa.

"Enghh hyung, belai Kookie hyung.." Jungkook memulai aksinya pada seorang Lee Donghae dengan acting yang menurutnya sepertinya meyakinkan.

Namun saat seseorang yang bernama Donghae itu memperhatikannya, ekspresi Jungkook seketika berubah total menjadi datar. "Maaf, itu hanya dare."

Korban kedua yang Jungkook tinggalkan begitu saja. Hm.. Kau benar-benar pandai dalam hal memanipulasi, sungguh. Pujinya pada diri sendiri.

"Hm.. Berarti aku tinggal mencari satu pria lagi." Gumam Jungkook sambil berjalan menyusuri koridor.

"Untuk apa mencari, Jeon Jungkook? Aku ada disini." Suara seseorang membuat Jungkook berbalik dan menemukan sosok Kim Namjoon disana.

Jungkook tersenyum senang dan langsung menghambur kearah Namjoon, "Enghh Hyung.. belai Kookie hyung.." acting itupun keluar lagi.

Dan sedetik kemudian wajah datar Jungkook kembali lagi. "Terimakasih sudah membuatku menyelesaikan dareku hyung!" ujar jungkook dengan wajah sumringah dan langsung berlari kembali ke kamar asramanya.

"Aku sudah menyelesaikannya." Sembur Jungkook begitu ia masuk. "Sekarang giliranku, truth or dare hyung?"

"Dare." Jungkook menyeringai mendengar jawaban Jimin.

"Lakukan hal yang sama pada 7 pria berbeda!" tantang Jungkook.

"Astaga, Jeon Jungkook!" protes Jimin.

"Selamat bersusah payah!" Jungkook melambaikan tangannya tak perduli pada Jimin yang kini berjalan keluar.

Dalam diam, Jungkook mengikuti Jimin. Tidak, bukan untuk memastikan apakah Jimin melakukan darenya atau tidak, lebih tepatnya Jungkook hanya.. penasaran?

Tidak tidak, jangan berfikiran kalau Jungkook mengikutinya seperti seorang stalker yang harus repot-repot bersembunyi yang pada akhirnya malah membuat orang yang diikuti mengetahuinya.

Jungkook hanya perlu mengetahui apa yang sedang Jimin lakukan dan itu sudah cukup. Ia sebenarnya sering mengikuti Jimin tanpa sepengetahuan dari orang tersebut. Dan itu cukup membuktikan bahwa Jungkook penasaran dengan Jimin.

Jungkook sendiri tak tahu mengapa, tetapi sosok seorang Park Jimin di matanya sungguh berbeda. Orang itu benar-benar sudah menarik seluruh perhatian Jungkook.

Seakan-akan warna yang selalu Jungkook rasakan seketika menghilang saat Park Jimin tidak ada disana atau seperti dunianya menjadi seperti film hitam-putih yang membosankan jika Jungkook tak melihat Park Jimin.

Jungkook tiba-tiba saja terkesiap kala nampak disana raut wajah Jimin terlihat begitu bahagia saat bercanda bersama teman-temannya.

Seperti sebuah batu yang tiba-tiba saja di buang ke dalam air, dada Jungkook seakan tertekan ke dalam. Rasanya seperti tertimpa tekanan air yang begitu kuat dan menyesakkan.

Bibir Jungkook terkatup rapat dan ia menggigit bibirnya sendiri, menahan perasaan aneh yang tiba-tiba menyerangnya. Ia sebenarnya kenapa? Itulah yang dipikirkan Jungkook.

Cukup, sepertinya Jungkook tidak tahan lagi jika ia harus terus memperhatikan Jimin bercanda dengan mereka seperti ini. Terlalu menyakitkan.

Dengan langkah cepat, Jungkook melangkah menjauh dari sana dan dengan tepat ia melangkah menuju kamar Jungsoo. Satu-satunya orang yang dapat jungkook andalkan di saat-saat seperti ini hanyalah Jungsoo.

"Jeon Jungsoo!" Jungkook mengetuk pintu kamar Jungsoo dengan tidak sabaran.

"Sebentar!" pekik jungsoo dari dalam dan tak lama pintu pun terbuka. "Kena-"

Tanpa membiarkan Jungsoo bertanya Jungkook langsung menghambur kedalam kamar Jungsoo. Beruntung Kim taehyung, teman sekamar jungsoo tidak ada disana.

"Kau kenapa?" Tanya Jungsoo setelah menutup pintu kamarnya dan duduk disamping Jungkook yang tengah terduduk diatas kasur Jungsoo.

Jungkook menggeleng. "Aku sendiri tidak tahu. Rasanya hanya begitu menyesakkan." Mata Jungkook menatap kosong kearah lantai marmer dibawah kakinya.

Jungsoo mengangkat sebelah alisnya. Ia tahu Jungkook memang selalu berbicara aneh, tapi setidaknya ia bisa menjelaskan padanya ada masalah apa, bukan?

"Bicaralah dengan benar, Jeon Jungkook!"

Jungkook menghela nafasnya pelan, "Kau tahu orang yang aku bilang telah mencuri warnaku?"

"Orang yang sudah membuatmu jatuh cinta itu?" Tanya Jungsoo polos.

Jungkook mengangguk, "Sepertinya ia tidak setertarik itu padaku. Aku mengikutinya lagi hari ini, dan kau tahu?" Jungkook menghentikan kalimatnya dengan tanda tanya bagi Jungsoo.

"Ia tampak begitu senang dengan teman-temannya.." lanjut Jungkook yang dihadiahi tatapan tak paham seorang Jeon Jungsoo.

"La.. lu?" Tanya Jungsoo tak mengerti.

"AKU CEMBURU! Kenapa kau begitu bodoh sih, Jeon!" sembur Jungkook dengan berapi-api.

"Hello tuan Jeon, bukan hanya aku yang bernama Jeon disini, oke?" Jungsoo menghela nafasnya sejenak dan menatap Jungkook kembali.

"Kalau begitu nyatakan saja perasaanmu padanya, Bodoh!" omel Jungsoo yang hanya direspon dengan hampa oleh Jungkook.

"Aku sedang mempersiapkannya.." jawab Jungkook pelan.

Jungsoo mengangkat sebelah alisnya, "Mempersiapkan apa?"

"Aku tengah mempersiapkan hal-hal terbaik yang aku bisa untuk membuat pernyataan cintaku menjadi lebih special untuknya, Jeon."

"Bukankah itu membuang-buang waktu?" Jungsoo bangkit dan menatapi Jungkook dari atas hingga kebawah.

"Apa maksudmu?" Tanya Jungkook menatap Jungsoo.

"Ya.. Itu buang-buang waktu, Jeon Jungkook. Kenapa tidak langsung saja nyatakan perasaanmu padanya? Itu akan lebih mudah dan cepat, kupikir." Jawab Jungsoo mengutarakan pendapatnya dan mengendikkan bahu.

Jungkook menatapnya tak suka. "Kau benar-benar tak punya selera Jeon Jungsoo. Kau pikir aku mau menyatakan cintaku dengan hal-hal yang terlalu biasa seperti itu? Oh, that's no no!" cibir Jungkook.

"Baiklah kalau begitu, semoga sukses dengan hal-hal yang sudah kau persiapkan, Jeon!" Jungsoo tersenyum simpatik.

...

Jungkook sudah siap. Sungguh. Meskipun hatinya saat ini terasa benar-benar kacau dan gugup. Ia akan menyatakan perasaannya pada orang itu sekarang juga.

Setelah menarik beberapa nafas panjang Jungkook tersenyum, menyunggingkan senyum terbaik yang ia miliki. Dengan sedikit gugup ia menyodorkan secarik kertas pada Jimin.



Hyung, ini Jungkook. Jeon Jungkook yang selama ini selalu pengen hyung perhatiin. Jeon Jungkook yang selalu cari-cari perhatian hyung. Jeon Jungkook yang udah jatuh cinta pada pandangan kedua/? sama hyung.

Apa hyung tau kalo selama ini hyung udah nyuri semua warna yang ada di sekeliling kuki dan ngebuat dunianya kuki jadi macem film hitam putih kalo hyung lagi ga on?

Apa hyung tau kalo kuki selalu ngestalk akun hyung dan ketawa sendiri waktu baca selfplot hyung yang bener-bener 'ga banget' itu? Wkwk

Maaf kalo kuki sering ngebully hyung dan gapernah sama sekali muji hyung.. Tapi kuki selalu seneng tiap ada notif dari hyung meskipun mungkin hyung gatau.

Tapi kemaren, waktu hyung ngacangin kuki dan asik sm temen-temen hyung, itu gatau kenapa bikin kuki rada nyesek gitu :"v

Kuki seneng liat hyung seneng, tp kok sakit ya kl hyung senengnya bukan gara-gara kuki?

Kuki pengen nyenengin hyung, pengen banget.. makanya kuki pernah nanya hyung sukanya sm org yg gimana..

Maaf kalo kuki ga romantis, gabisa muji hyung, gabisa ngomong sayang ke hyung, gabisa bikin hyung seseneng waktu hyung lagi sm tmn2 hyung itu..

Kuki mah apa atuh :") Kuki juga mau diperhatiin sm hyung, kuki jg pengen di spam, dibully gitu sm hyung.. Kuki pengen jd prioritasnya hyung, pengen dikangenin juga :"v

Tapi karna kuki keknya garing, ga heboh kek mereka, gapernah make CAPSLOCK kl ngomong, dan lebih suka ngespam pic daripada ngelawak, karna kuki bukan pelawak..

Jadi kuki cuma bisa merhatiin hyung dari sini, dari sisi gelap kuki yang mungkin gaakan pernah bisa hyung liat :") atuhlah aing mellow sangat :"v

Kuki jg pengen di jb sm hyung, bukan cm kuki yg selalu nge jb hyung. Kuki ngiri gitu sm tmn2 hyung yg tweetnya hyung jb in dan hyung kasi CAPSLOCK :"D

Tweet kuki tuh jd berasa kek batu dilempar dijalan gitu, gapenting.. meskipun kadang emang beneran gapenting si wk :"V

Maaf kuki terlalu bawel :"V tapi intinya kuki sayang hyung, kuki pengen bisa cemburu sm hyung, kuki pengen hyung..

Jadi.. kita saksikan setelah iklan! .g

Jadi.. Hyung, sini kuki tembak, DOR! *gagitu :")

Jadi.. Hyung mau ga nyelesein cerita ini? Hyung yang harus nyelesein ff ini.. Hyung yg harus mutusin apa ff in bakal jadi happy ending atau engga..

Sekarang hyung coba cek mention hyung deh, mungkin kuki udh nge spam disana sekarang, wkwk



| FIN or TBC

FF ini belom punya ending, silahkan kembali lagi nanti setelah

@Chim_parkjimin memberi jawaban pada @jxnguk :)))

Salam ganteng,
jxnguk


Note: Disini Jungkook punya synisthesia dimana dia bisa liat, denger sama ngerasain warna, jadi hidupnya dia itu penuh warna/? :V btw ini seriusan :"D

Pss; gua bawel bgt ampe suratnya satu lembar lebih *slapped*

Psss; gua seme.

Pssss; maaf kalo ceritanya terlalu ngebut, gua nyelesein ini dlm setengah jam abis gua ada masalah sedih2an/? Sm Jimin hyung :"V soalnya gua pengen cepet nembak dia biar gada kata-kata "bukan siapa-siapa" dan biar ga dikata omong doang ato malah php gegara kaga nembak2 padahal gua lagi ngerjain ini ff buat nembak dia :"V

Psssss; harusnya ff ini bisa lebih panjang daripada cuma 15 lembar word dengan sekitar 3.500+ kata :") mengingat gua begitu kreatip/? Mungkin bisa jadi novel .g


Btw gue baca ulang dari awal ampe akhir kok rasanya pas diakhir-akhir gue malu-maluin bgt yak :"V *ditendang ke bulan*




واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

915K 75.8K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
1.8K 282 4
Kisah Seokjin dan Taehyung bagaikan sebuah persimpangan jalan.
205K 9.2K 19
Nama : Alynsa Andharesta Melodi Umur : 17 Tahun Kelas : XII IPA 2 Status : Menikah Mendesah berat, Alyn meremas-remas kertas di tangannya. Bagaimana...
52.2K 1.5K 4
taehyung aka kim taehyung : seorang namja imut yang berperagakan nerd di sekolahnya ,,,, hingga dia sudah terbiasa menerima bulian dari tema...