LEANDER

By TaniaMs

191K 13.5K 744

Hidupku berjalan normal selama 17 tahun belakangan. Namun, keanehan mulai terjadi. Belakangan ini, kepalaku s... More

1
2
3
4
5
6
8
9
10
11
12
13
14-END

7

11.7K 876 51
By TaniaMs

Halo, selamat sore!

Nih, tak kasih part 7 nya... pendek sih. Pendek banget malah. Idenya mentok, dan rasanya udah pas deh, karena ini khusus bahas seputar Leander doang. Nicole sama Justin rada-rada nyempil kayak biasa.

Berhubung aku mau UAS, tanggal 28 Desember nanti, ini post terakhir sebelum akhirnya ngepost lagi nanti, entah kapan. Kemungkinan Januari aku nge-post nya. waktu liburan yaa *Senyum manis* Belum lagi tugas menumpuk *curhatan ala mahasiswa*

Well, HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOo

"Dia dalam tahap perubahan," ujar Christian sambil menatap Nicole dan Justin. Sedikit heran karena kedua orang itu duduk berjauhan. "Sisi manusianya tidak bisa menerima perubahan itu, sehingga perubahan itu semakin terasa menyakitkan."

Nicole terisak, menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Justin menatap Nicole dengan tatapan sedih. Dia ingin sekali duduk di samping gadis itu lalu memeluknya, menguatkannya. Namun, hatinya masih terasa sakit karena kalimat yang dilontarkan gadis tersebut.

"Lean akan terus seperti tadi, sampai perubahannya sempurna. Terutama saat sore hari seperti sekarang, saat sisi vampirenya muncul, tubuhnya akan menolak. Tidak ada yang bisa kalian semua lakukan, termasuk aku untuk mencegahnya. Kecuali dia bisa menenangkan dirinya, menerima keadaannya, kesakitan itu akan berkurang. Yah, walaupun tidak sepenuhnya."

"Dia tidak menerima keadaannya?" tanya Skandar.

Christian menggeleng. "Mungkin dia berpikir, dia bisa menghadapinya. Dia menekankan pada dirinya sendiri, bahwa dia bisa menerima semua ini. Tapi, jauh di lubuk hatinya," Christian kembali menggeleng, "dia tidak ingin menjadi vampire berdarah campuran."

"Lagi pula, siapa yang ingin?" Justin mengucapkannya dengan dingin hingga orang-orang menatapnya kebingungan.

"Satu hal lagi," ujar Christian sehingga semua perhatian kembali tertuju padanya. "Kemungkinan besar, saat dia telah berubah nanti, dia pasti sangat mengingkan darah manusia. Jadi, menjaga jaraklah dengannya." Christian menatap Nicole. "Terutama, kau. Jangan merasa kasihan padanya sehingga kau membiarkannya mengisap darahmu walaupun hanya sedikit. Begitu dia mencicipi darah manusia untuk pertama kali, selamanya dia hanya akan bisa bertahan dengan itu. Sangat buruk, kan?"

Nicole mengangguk. "Baiklah."

"Christ, kenapa tubuhnya sangat panas? Aku tidak bisa menyentuhnya. Termasuk Nicole." Wero mengerutkan kening. "Tapi, Leandra bisa. Kau melihatnya, bukan?"

Christian mengangkat bahu. "Aku tidak begitu yakin. Tapi kurasa, itu karena perubahannya. Aku bisa menyentuhnya karena aku vampire. Kami punya banyak kekuatan, yang kami sendiri tidak bisa menjabarkannya."

"Aku juga vampire," cetus Wero tak terima.

Justin mendengus. "Bagaimana mungkin kau mengucapkan hal itu dengan bangga?" tanyanya dingin. "Hidup sebagai penghisap darah. Apa itu membanggakan buatmu?"

"Hey, kau ini kenapa?" sambar Cody. "Auramu itu membuat suhu ruangan ini menurun drastis, kau tahu?"

"Lalu, apa maksudmu Leandra juga vampire?" tanya Nicole pada Christian.

"Tidak. Dia manusia," jawab Christian cepat. "Kurasa, karena mereka kembar. Itu yang membuat Leandra bisa menyentuhnya. Seperti yang semua orang tahu, anak kembar itu punya ikatan kuat."

"Syukurlah." Nicole menghembuskan napas lega.

"Lalu bagaimana denganku? Aku kan vampire berdarah campuran," cecar Wero.

Christian mengulum senyum. "Sayang, kau masih manusia. Tentu saja kau tidak bisa menyentuhnya. Lagi pula, vampire yang kumaksud di sini adalah vampire murni."

"Hey, hey! Tidak usah bermesraan!" cegat Skandar saat Wero mendekatkan wajahnya Christian.

oOoOoOoOo

Leander membuka matanya perlahan. Dia menatap langit-langit kamar dan menyadari detik itu juga dia tidak di kamarnya sendiri. Dia mengalihkan pandangan ke jendela dan mendapati di luar sudah gelap. Beberapa detik kemudian, dia baru sadar kalau tangan kanannya terasa sangat berat, seperti dihimpit sesuatu. Benar, ternyata Leandra yang menjadikan tangannya sebagai bantal, namun sebagian tubuhnya masih duduk di kursi.

Leander berusaha menarik tangannya dengan hati-hati, namun dia tetap membuat Lendra terbangun. Mata gadis itu sembab, jelas sekali dia menangis dalam waktu yang lama.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Leandra sambil merubah posisinya menjadi duduk. Leandra menoleh ke arah sofa, berniat memanggil Nicole, namun urung karena melihat ibunya itu sedang tertidur.

"Sedikit lebih baik," ujar Leander. "Kenapa matamu sembab? Daren menyakitimu?"

Leandra memutar bola matanya. Disaat seperti ini, Leander masih saja berpikiran buruk pada pacarnya itu. "Aku menangisimu, dasar bodoh!"

Leander langsung mendorong kepala kembarannya itu hingga terdorong ke belakang. "Aku kan tidak mati, kenapa harus kau tangisi?" omelnya. "Leane, aku hanya berubah menjadi vampire berdarah campuran. Itu tidak menyeramkan."

"Bagaimana mungkin aku bisa tenang sementara kau kejang-kejang di depanku?" teriak Leandra dengan suara pecah. "Kau menjerit-jerit seperti sedang disiksa habis-habisan! Jadi, katakan padaku bagaimana caranya agar aku bisa tenang, dasar kau sialan! Hiks.."

Leander buru-buru duduk saat Leandra mulai meraung. Dia menarik Leandra ke dalam pelukannya, mengusap punggung gadis itu dengan gerakan naik-turun. Menenangkannya. Jangan sampai semua orang terbangun karena tangisan Leandra. "Ssstt.. Aku baik-baik saja sekarang."

Leandra masih terisak sementara Leander terus mengusap punggungnya. Dia mengeratkan pelukannya saat bayangan Leander sedang kesakitan muncul kembali dalam pikirannya. "Lean.. hiks.."

Leander menghembuskan napas. Mungkin sudah saatnya di bersikap menyebalkan supaya Leandra bisa menghentikan tangisnya. Dia melepaskan pelukannya, dan menatap Leandra jengkel. "Hey, berhentilah menangis! Kau ingin semua orang terbangun karena raunganmu ini?!"

Leandra sukses terdiam karena bentakan saudara kembarnya itu. Dia menatap Leander tak percaya, lalu detik selanjutnya dia melayangkan sebuah pukulan tepat di lengan laki-laki itu. "Kau pikir aku menangis karena siapa, hah?!"

Leander memelotori Leandra.

"Kau pikir aku takut dengan mata merahmu itu?!" sungutnya. "Aku sudah terbiasa! Jadi usahamu untuk menakut-nakutiku tidak berhasil!"

Leander mengabaikan Leandra, lalu turun dari tempat tidur. Dia baru saja hendak berjalan ke arah pintu saat Leandra menahannya. "Apa lagi?"

"Kau mau ke mana?"

Leander memutar bola matanya. "Aku butuh udara segar," jawabnya. "Kau tidur saja. Ini dini hari. Bukankah kau besok kuliah?"

"Aku akan menemanimu."

"Aku belum pernah menggunakan taringku pada siapa pun," ujar Leander santai. "Kau mau menjadi orang yang pertama?"

Leandra langsung melepaskan tangan Leander dan bergidik ngeri. "Dasar gila!"

"Tidurlah," ujar Leander tak acuh, lalu membuka pintu kamar, dan terkejut karena mendapati Justin di hadapannya.

oOoOoOoOoOo

"Kau sudah ditakdirkan menjadi vampire berdarah campuran dari kecil, bahkan mungkin semenjak dari dalam kandungan," jelas Justin.

Leander menghela napas panjang, dan menatap hutan di kejauhan yang terlihat sangat menyeramkan. Dalam beberapa minggu, atau mungkin hari, dia akan berada di hutan itu saat malam hari. Seperti yang dilakukan ayah, paman serta bibinya selama ini. Untuk memberi makan sisi vampire mereka.

"Kami tidak begitu yakin," ujar Justin. "Tapi kemungkinan besarnya memang begitu."

Leander hanya diam. Dia bahkan juga mendengar Justin menghela napas.

"Aku baru menyadarinya beberapa saat yang lalu. Saat sedang hamil, selama beberapa waktu, Nicole sempat sangat menginginkan darah. Ketika aku mengatakan hal ini pada Christian, dia mengatakan bahwa itu adalah pertanda," jelas Justin. "Sisi vampiremu terlambat muncul, entah karena apa. Tidak ada yang tahu. Tapi yang jelas, setelah perubahan ini sempurna, selamanya kau akan menjadi vampire berdarah campuran. Ini bukan pilihan."

"Ya, aku tahu." Akhirnya Leander buka suara.

Justin kembali menghembuskan napas panjang. Dia menatap Leander serius. "Aku minta maaf karena sudah membuat hidupmu berantakan."

Leander menoleh dengan cepat. "Dad, tidak begitu. Aku bahkan sangat bersyukur karena dilahirkan dari orang tua seperti kau dan Nicole."

"Jika saja kau tidak dilahirkan dari keluarga ini, kau seharusnya bisa menjadi manusia normal. Kau mungkin bisa bahagia."

"Siapa yang bisa menjamin hal itu?" tukas Leander.

"Setidaknya kau bisa bersama gadis itu, bukan?"

Leander sukses terdiam.

"Aku tahu kau menyukainya," balas Justin. Dia benci harus menjadi perusak kebahagiaan putranya sendiri. "Dengan keadaanmu seperti ini, karena kau terlahir dari ayah seorang vampire, kau tidak bisa menggapai kebahagiaanmu. Hal ini yang menyebabkan kau tidak bisa menerima keadaanmu. Kau masih tidak bisa melepaskan gadis itu, kan?"

Leander ingin mengelak, namun akhirnya dia berkata jujur, "Yeah. Sulit untuk bisa melepaskannya walaupun sebenarnya gadis itu bahkan belum ada dalam genggamanku," ujarnya. "Tapi seperti yang kau katakan, ini sudah takdirku. Aku akan berusaha menjalaninya."

"Berusahalah lebih keras," ujar Justin. "Mungkin terdengar egois. Hanya saja, aku tidak ingin melihatmu kesakitan. Apalagi Ibumu."

Leander mengangguk. "Ah, bagaimana keadaannya?"

Justin mengangkat bahu. "Dia harus bisa menerimanya, bukan?" tanya Justin dengan suara yang terdengar asing. "Meskipun..."

Leander melirik Justin yang sedang menunduk. Menatap kolam renang di hadapan mereka yang terlihat sangat tenang. Rahang Justin terlihat tegang, dan tubuhnya terlihat kaku. Aneh sekali postur Justin langsung berubah saat menyinggung nama Nicole. Apa mereka bertengkar?

"Meskipun aku vampire berdarah campuran, bahkan sebagian orang menganggapku makhluk mengerikan, aku tidak pernah mengharapkan anak-anakku ikut menjalani hidup sepertiku." Justin mendesah. "Ini bukan hidup yang aku pilih. Bukan pula hidup yang kuinginkan. Tapi aku bisa apa? Ini takdir dan aku hanya harus menjalaninya."

Leander mengerjap. Dia bisa merasakan seseorang sedang berdiri tidak jauh di belakang mereka. Tapi sepertinya Justin tidak sadar karena dia terus berbicara.

"Walaupun ini bukan hidup yang kuinginkan, masih ada beberapa hal yang bisa kusyukuri." Justin menengadah dan mengulum senyum. "Keluargaku. Pattie, Jeremy, lalu saudara-saudaraku. Namun yang terpenting adalah, keluarga kecil yang kubangun sendiri. Terutama Nicole."

Tanpa sadar, Leander ikut tersenyum.

"Jika aku bukan vampire berdarah campuran, mungkin aku tidak akan berjodoh dengannya." Justin mengangkat bahu, dan tetap menatap langit. "Dia itu hadiah dari Tuhan. Hadiah terbaik, hal terbaik sepanjang hidupku adalah dia. Nicole Athena."

Leander berdehem. Dia menyenggol kaki Justin hingga ayahnya itu menoleh padanya. Dia pun menggedikkan dagunya, memberi kode agar Justin melihat ke belakang. Nicole sudah berdiri di dekat mereka dengan wajah berurai air mata.

"Justin."

Justin melirik Leander kesal. Bagaimana mungkin Leander tidak memberitahunya kalau Nicole berada di belakang mereka? Dan dia sudah mengatakan hal-hal yang seharusnya tidak perlu didengar Nicole. Bisa-bisa dia terdengar seperti laki-laki yang melankolis.

"Sebaiknya aku masuk," ujar Leander sambil menyeringai.

Saat tiba di pintu, dia melihat Nicole sudah berada di pelukan Justin dan ayahnya itu memeluk Nicole tak kalah erat. Kalau pun orang tuanya bertengkar, itu sudah berakhir. Dan mungkin, sudah saatnya juga dia harus mengakhiri perasaannya pada Felicia.

oOoOoOoOo

Pekanbaru, 23-12-2015

Jangan lupa vote dan Comment yaa

Sampai jumpa lagi tahun depan!

Love,

Tania Ms



Continue Reading

You'll Also Like

14.5K 8K 46
[Annyeong yerebon! Ini cerita pertama mommy. Mommy harap kalian suka!] Menceritakan sebuah perjalan cinta anak SMA harapan bangsa, yang kerap terjadi...
269 160 11
ASHANA ARAWINDA TERATAI gadis cantik yang berusaha mengejar cinta nya yang hilang sejak terjadinya ke salah pahaman di masa lalunya yang kelam. AD...
54.4K 3.1K 17
Seorang omega cantik dan mungil itu harus terjebak di sebuah sel yang mengerikan, orang tua nya menjual dirinya ke penagih hutang agar terbebas dari...
586K 40.1K 46
[Daftar Pendek Wattys 2023] (Dark romance - fantasi - psikologi) Sejak pulang dari camping sekolah, Elisa jadi sering bermimpi bertemu seorang laki-l...