The Secret Life of The Loveab...

By wldstrs

91.6K 4.1K 115

Orang-orang dengan hidup yang mudah selalu berharap mendapatkan sesuatu yang lebih rumit untuk memberikan hid... More

Author's Note
Cover
Chlonder's Playlist
1. A True Friendship
Statement
2. Before All This
3. Your Feather Touches
4. You're a Trendsetter
5. Happy Go Buzzed
6. Where It Is
7. Before You Exit
8. Did Not Believe
9. A Louder Silence
10. Our Beating Heart
11. It Gets Harder
12. Your Good Radiance
13. Bite Your Tongue
14. You'll Find Me
15. Tree Of Secrets
Probably Read This Already
17. Broken To Pieces
!!!
18. Hold Me Down
19. A True Heartbreak
20
20. He's My Prince
21. I Am Burning
22. Pieces You Left
23. A Concrete Heart
.
24. Jingle The Bangle
25. Knight To Remember
Intermezzo
26. Bliss Of Tomorrow
Cover
27. View Of Green
Uh Huh...
Please
28. The Inconspicuous Pothos
29. Troubles The Heart
30. Hotel Room Affair
31. Beneath Your Beautiful
31. Beneath Your Beautiful (Full Version)
32. Keep It Yourself
33. Set The Fire
34. As You Wish
Huh
35. The Deepest Point
36. Get Ready For
Promise.
37. Flock of Birds
Sequel: ??
Sequel: The Secret Life of The Innocent Daughter
38. I'm Only Yours (EPILOGUE)
Series

16. Sharp as Knives

1K 84 3
By wldstrs

Kau tahu apa lagi yang aneh? Alexander tidak pernah meminta nomer telepon ku, tetapi ia bisa menghubungi ku. Tapi jujur, saat ia menelpon ku, aku tidak terkejut. Tentu saja ia akan mempunyai nomer ku tanpa harus ia minta langsung dari ku. Dia Alexander, kenapa harus ditanya lagi? Dia sangat resourceful.

Lalu saat aku tidak menjawab permintaannya untuk datang, dia benar-benar datang dan menjemput ku seperti yang dia katakan akan lakukan dalam SMS ancamannya. Memang ia tidak membuat ku malu di depan teman sekelas ku, tapi tetap saja, dia tidak berbicara omong kosong, menurut ku itu sama memalukannya. Aku seharusnya tahu dan tidak menentangnya tadi.

"Apa apa, Xander?" Tanya ku ketus setelah kita keluar dari jarak pendengaran teman sekelas ku

"Ayah mu dirumah sakit" ucapnya singkat sambil membukakan pintu mobil

"Apa kau serius?!" Aku bergerak lebih cepat "kenapa?"

"Ibu mu mengatakan serangan jantung ringan" balasnya setelah memasuki mobil

"Kalau begitu kita harus cepat!" Ucap ku menahan panik

"Kalau kau mendengarkan ku sejak 17 menit yang lalu, kita kemungkinan sudah sampai" gerutunya ketus

"Well, kau seharusnya memberitahu ku untuk apa" balas ku tak mau kalah

Untuk sisa perjalanan kita sunyi. Sungguh, aku tidak mengerti, kalau memang sesuatu terjadi dengan ayah ku, kenapa ibu ku tidak memberitahu ku secara langsung? Kenapa harus melalui Alexander? Apa dia tidak ingin menghubungi ku karena... Aku bahkan tidak bisa menemukan alasan apapun. Mungkin aku harus bertanya langsung nanti kepada ibu ku.

10 menit kemudian, kita berhenti di lahan parkir St. Mercy Hospital. Aku tanpa menunggu lagi, langsung melompat keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu depan

"Tenang, Chloe. Ibu mu mengatakan ayah mu sudah baikan" Alexander menarik bahu ku

"Kalau ia masih di rumah sakit, dia belum baikan" balas ku melanjutkan jalan ku, tetapi kembali ditarik

"Ayah mu masih di sini karena dia sedang dalam tahap observasi" balasnya, kali ini ia bergerak, membawa ku bersamanya "dia akan baik-baik saja" dan entah kenapa, aku mempercayainya.

Kita tidak berhenti di meja informasi untuk bertanya, Alexander langsung menggiring ku menuju lift dan menekan lantai 7, dan saat lift terbuka, bau antiseptik tercium pekat di udara. Sungguh aku membenci rumah sakit.

Kita berjalan melewati kamar-kamar sampai kita menemukan kamar no.7113 dan nama ayah ku berada di slot nama pasien. Tanpa mengetuk, Alexander membuka pintu kamar tersebut.

Aku melihat orang tua ku, mereka tidak mendengar kami masuk, aku melihat mereka sedang berbincang, di tangan ayah ku terdapat selang IV, tetapi ia tersenyum, setidaknya dia tidak terlalu parah.

"Papa" panggil ku mendekatinya

"Oh.. Chloe" ayah ku memang tersenyum, tapi bukan senyum cerahnya, senyumnya terlihat sedih "bagaimana kuliah mu?" Tanyanya melepas pelukannya

"Bagaimana kuliah ku? Bagaimana dengan mu, Papa?" Balas ku menahan air mata. Kau tidak tahu seberapa aku merindukan ayah ku

"Tidak ada yang serius" ucap ibu ku menepuk bahu ku

"Kenapa kau tidak menelpon ku, mama?" Tanya ku menatapnya kesal

"Aku tidak mengijikannya" ucap ayah ku membela ibu ku

"Tapi kau menghubungi Xander?" Tanya ku lagi pada ibu ku

"Aku harus memberitahu mu dengan suatu cara" ucap ibu ku terdengar lelah

"Jadi.. Kuliah?" Pancing ayah ku mengalihkan topik "computer science, pilihan berani dan unik, my dear" lihat? Sudah ku katakan orang tua ku tidak tahu..

"Well, jurusan itu sangat menyenangkan" balas ku tertawa pelan dan mulai menceritakan hal-hal tentang perkuliahan ku. Aku terlalu dalam dengan topik ku sampai aku tidak menyadari kapan tepatnya Alexander pergi. Yang aku tahu saat aku berbalik untuk melihatnya, dia sudah tidak ada.

"Bagaimana Alexander memperlakukan mu?" Tanya ayah ku menyembunyikan kepahitan dalam nadanya

"Sejauh ini, tidak begitu buruk" balas ku kembali memainkan kalung ku "dia memberikan ku apartemen" lanjut ku bangga seolah itu adalah hal terindah

"Kenapa ia melakukan itu?" Terlihat kebingungan yang sangat jelas di wajah ayah ku

"Apartemennya berjarak 2 jam dari kampus, jadi aku memintanya untuk memberikan ku yang lebih dekat" balas ku mengangkat bahu

"Kenapa tidak asrama?" Tanya ibu ku menyambung

"Aku tidak tahu," aku menggeleng "dia hanya tidak mengijikannya" lanjut ku sebelum ruangan kembali sunyi

Kira-kira 5 menit sudah berlalu dalam kesunyian sebelum aku kembali membuka mulut ku dan bertanya "papa, siapa sebenarnya Alexander itu?"

Ayah ku terdiam, dia terlihat terkejut dan di saat yang sama juga terlihat bingung. Apa Alexander mengancam orang tua ku agar tidak buka mulut tentang dirinya sebenarnya? Atau apakah orang tua ku berusaha melindungi ku dengan menyembunyikan identitas asli Alexander? Siapa sebenarnya Alexander itu? Seorang mafia? Anggota geng? Human trafficker? Bagaimana bisa dia sangat kaya sampai bisa meminjamkan 1,5 juta dolar pada orang tua ku tetapi hidup seperti layaknya pria berpenghasilan normal?

"Papa, apa dia pria yang berbahaya?" Tanya ku lagi

"Tidak, sweetheart, dia bukan pria yang berbahaya" balas ayah ku tersenyum meyakinkan, kali ini senyumnya tulus

"Bagaimana kau bertemu dengannya kalau begitu?" Tanya ku lagi. Aku harus tahu

"Di bank. Dia seorang banker" balas ayah ku

"Itu tidak masuk akal!" Ucap ku menggeleng "kalau memang ia bekerja di bank, dan kau meminjam uang kepada bank, bukankah kau seharunya berhutang kepada bank dan bukan pada Xander?"

"Tidak pada bank, tapi melalui Alexander" balas ayah ku "bank memberikan bunga terlalu tinggi"

"Jadi aku sebagai bayaran, ide siapakah itu?"

"Alexander" ucap ibu ku cepat

"Dan kau langsung setuju?" Tanya ku geram

"Tentu saja tidak," Ayah ku menggeleng "tapi.. Dia.. Dan kita berubah pikiran" dia menyembunyikan sesuatu... Apakah itu?

"Aku muak dengan ini" ucap ku mengangkat tangan dan berderap keluar, hampir menabrak Alexander yang baru akan memasuki ruangan. Aku menghindarinya dan melanjutkan berjalan, tanpa kata-kata, Alexander mengikuti ku.

👻👻

Denov menemui ku di cafe sebelum kelas pertama, dia sudah membelikan ku minuman yang setiap saat selalu berbeda dan luar biasanya belum pernah aku berakhir tidak menyukainya. Dia seperti drink wizard. Hari ini tidak beda, dia mengulurkan minuman ku dan ditegukan pertama aku langsung jatuh cinta pada rasanya. Drink wizard.

Aku baru saja satu langkah memasuki kelas saat hp ku bergetar dengan SMS masuk. Sekilas aku melihat SMS itu dari Alexander dan membiarkannya tidak terbaca. Setelah berapa menit kemudian, aku baru sadar kalau kemungkinan itu adalah SMS penting.

It's your dad.

Sial! Aku harus menelponnya dan bertanya. Aku seharusnya langsung membacanya tadi!! Tolol.

Aku baru saja akan menekan nomernya saat pintu kelas terbuka dan aku melihatnya berdiri disana menunggu ku. Tanpa pikir panjang, aku langsung berdiri dengan tas ku

"Kau mau kemana?" Denov menahan tangan ku

"Aku ada urusan sangat penting" balas ku singkat "aku harus pergi"

"Apa itu pacar mu?" Denov menunjuk dengan kepalanya, aku menoleh ke arah Alexander dan mengangguk "tidakkah ia terlalu tua untuk mu?"

"Aku sungguh tidak memiliki waktu untuk ini, Denov" balas ku pelan "aku sungguh benar-benar harus pergi"

"Apa kau akan kembali untuk kelas selanjutnya?" Tanyanya ragu

"Mungkin" ucap ku menarik tangan ku dengan paksa dan berjalan ke arah Alexander yang telah menunggu

"Awfully touchy for a friend" ucap Alexander saat aku di dekatnya

"Ada apa dengan ayah ku?" Tanya ku tak menghiraukannya

"Tidak baik" balasnya pelan

"Apa ayah sekarat?" Aku tidak tahu mengapa aku mengatakan itu

"Yang aku bisa katakan hanya serangan jantung ayah mu kemungkinan bukan hanya sekedar serangan jantung" balas Alexander

"Oh Tuhan.." Gumam ku menggeleng "dimana mobil mu?" Tanya ku berhenti di depan pintu kampus

"Ke sini" ucapnya menaruh tangannya di punggung ku lalu menggiring ku menuju mobilnya

"Kenapa ibu ku tidak langsung menghubungi ku?" Tanya ku menggumam

"Karena aku menyuruhnya untuk tidak melakukan itu" ucapnya datar

"Kenapa kau melalukan itu?" Tanya ku menatapnya tak percaya

"Karena kau tidak akan mendengarkan apa yang dia katakan dan langsung panik. Plus, kau sedang di kelas" balasnya melanjutkan jalan

"Aku berhak untuk tahu secara langsung, Alexander!" ucap ku mengejarnya. Sial, kenapa langkah kaki pria ini panjang sekali?!

"Kita tidak harus berselisih tentang ini, Chloe" ucapnya menggeleng lalu menoleh ke belakang "dan saat bertemu dengan 'teman' mu lagi nanti, tolong katakan padanya untuk tidak selalu ingin tahu" lanjutnya membuat ku bingung "teman mu" ulangnya menujuk ke belakang

"Oh, fuck" aku melihat Denov berdiri di sana, tertangkap dan tidak bisa melakukan apapun

"Mari temui ayah mu" ucapnya datar sambil kembali menggiring ku menuju mobilnya

Saat kita kembali sampai di rumah sakit, kita tidak lagi mendatangi lantai 7 seperti sebelumnya, kita langsung ke lantai 4. Dan di lantai 4, adalah bangsal intensive care. Ada apa dengan ayah ku? Ku kira dia tidak separah itu.. Jadi mengapa sekarang ayah ku ada di bangsal ICU?

"Mama" panggil ku ketika melihat ibuku duduk termenung di ruang tunggu "kenapa kita di sini?"

"Oh, Chloe" dan ibu ku sungguh mulai menangis, ia menarik ku kedalam pelukannya

"Mama, papa kenapa?" Tanya ku panik "dia baik-baik saja 2 hari lalu!"

"Ginjalnya gagal bekerja, dokter mengatakan ayah mu tidak memiliki waktu lama lagi" tangis ibu ku semakin deras, dan sekarang tangis ku pun ikut terpancing

"Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah papa selama ini sehat-sehat saja?" Tanya ku menggeleng

"Dia selama ini meminum obat, Chloe, banyak obat" ibu ku menghela nafas "untuk darah tinggi, jantung, cholesterol"

"Kenapa aku tidak tahu semua hal ini?" Tanya ku tak lagi menahan air mata

"Kita tidak ingin membuat mu khawatir" ibu ku menggeleng

"Aku ingin melihat papa" ucap ku mengelap air mata ku, ibu ku hanya mengangguk

Ayah ku terbaring lemas di ranjang rumah sakit, disisinya terdapat mesin dialysis yang mengeluarkan darah kotor dan memasukan darah bersih ke tubuh ayah ku, kakinya terlihat membengkak, aku tidak harus kuliah kedokteran untuk tahu kalau tubuh ayah ku sudah keracunan. Kenapa sekarang?

Pengunjung tidak diijinkan untuk berlama-lama di dalam ruang ICU, menurut sang suster untuk mengurangi kecenderungan tersebarnya virus dan bakteri. Kalau saja aku tidak sedang dalam kondisi yang seperti ini, aku akan langsung merasa tersinggung dengan kalimatnya, tapi saat ini, aku tidak mengatakan apapun, aku tidak ada niatan untuk mengatakan apapun saat ini.

Continue Reading

You'll Also Like

239K 6.2K 15
Aku memang terlalu rendah.. Jika aku pergi apa Kau akan sedih?
346K 14 2
#1 in Somplak 17++ [Cerita ini banyak mengandung umpatan-umpatan kasar dan Adegan Dewasa. Harap Bijak Dalam Memilih Bacaan!] [Private acak harap foll...
286K 45K 27
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
459K 12.7K 34
[Telah selesai] Mereka dijodohkan oleh kedua orangtua mereka hanya karena saham. Tapi bagaimana kalau nantinya itu akan menjadi perasaan? Lalu saling...