The Secret Life of The Loveab...

By wldstrs

91.7K 4.1K 115

Orang-orang dengan hidup yang mudah selalu berharap mendapatkan sesuatu yang lebih rumit untuk memberikan hid... More

Author's Note
Cover
Chlonder's Playlist
1. A True Friendship
Statement
2. Before All This
3. Your Feather Touches
4. You're a Trendsetter
6. Where It Is
7. Before You Exit
8. Did Not Believe
9. A Louder Silence
10. Our Beating Heart
11. It Gets Harder
12. Your Good Radiance
13. Bite Your Tongue
14. You'll Find Me
15. Tree Of Secrets
16. Sharp as Knives
Probably Read This Already
17. Broken To Pieces
!!!
18. Hold Me Down
19. A True Heartbreak
20
20. He's My Prince
21. I Am Burning
22. Pieces You Left
23. A Concrete Heart
.
24. Jingle The Bangle
25. Knight To Remember
Intermezzo
26. Bliss Of Tomorrow
Cover
27. View Of Green
Uh Huh...
Please
28. The Inconspicuous Pothos
29. Troubles The Heart
30. Hotel Room Affair
31. Beneath Your Beautiful
31. Beneath Your Beautiful (Full Version)
32. Keep It Yourself
33. Set The Fire
34. As You Wish
Huh
35. The Deepest Point
36. Get Ready For
Promise.
37. Flock of Birds
Sequel: ??
Sequel: The Secret Life of The Innocent Daughter
38. I'm Only Yours (EPILOGUE)
Series

5. Happy Go Buzzed

1.7K 88 2
By wldstrs

Gosh, been so busy lately. I'm all work and no play. Huff.
----------------

Rasanya seperti listrik mengaliri tubuh ku saat bibirnya menyentuh ku, aku terkejut dan menikmatinya di saat yang sama. Aku entah kenapa merasa familiar dengan perasaan ini, bibir ini, seperti aku pernah merasakannya padahal saat ini, yang menciumku adalah seorang orang asing. Atau setidaknya itu yang aku pikir sampai ia mengambil langkah mundur dan menunjukan wajahnya. Lalu aku bertatapan dengan dia, kenapa dia mencium ku?

2 jam yang lalu...

"Ayolah Chloe, ini hari ulang tahun mu! Mari kita keluar!" Ajak Ryan semangat

"Dan bagaimana kau tahu kalau ini adalah hari ulang tahun ku?" Tantang ku malas

"Duh.. Pernah dengar sosial media yang bernama Facebook?" Balas Ryan mengerlingkan matanya, walaupun ini hanya melalui telepon, aku yakin ia melakukannya

"Aku tidak pakai Facebook lagi" balas ku mengelak

"Tetap saja" Ryan bersikeras "ini hari ulang tahun mu, Chloe, mari kita rayakan.. Tidak setiap hari kau bisa menjadi 18 tahun" ucap Ryan masih mencoba membujuk ku

"Tidak Ryan, tidak malam ini" balas ku mengerang kesal

"Jangan buat aku datang ke rumah mu dan menyeret mu keluar, Chloe.. Aku cukup yakin orang tua mu sudah mengenal ku cukup baik jadi mereka tidak akan mengatakan apapun saat aku melakukannya" ancam Ryan. Tapi sungguh, itu tidak membuat ku takut, karena aku sudah tahu, saat Ryan mengancam, dia tidak hanya menggertak, dia benar-benar akan melakukannya. Dan aku mengandalkan hal itu darinya.

"Silakan buktikan kalau kau mampu" tantang ku sebelum mematikan sambungan

Aku melirik jam, Ryan akan sampai dalam waktu 10-15 menit, dan aku masih belum berpakaian yang tepat. Kalau ia akan benar-benar menyeret ku keluar, sebaiknya aku segera pergi mandi..

Saat aku selesai mandi, langit sudah berubah gelap, dan saat aku melihat ada siluet yang tiba-tiba muncul, aku memekik terkejut dan hampir melepaskan handuk ku dan kehilangan pijakan

"Shit, Ryan!" Maki ku kesal "kau hampir membuat ku melepas handuk ku dan tersandung!" Lanjut ku masih memaki "apa yang kau lakukan di kamar ku?!"

"Aku sudah katakan aku akan menyeret mu keluar" balasnya ringan

"Tidak bisakah kau melihat aku masih memakai handuk?!" Mengencangkan handuk di tubuh ku, aku mendorong tubuh besar Ryan keluar kamar "out! Now!"

"Tidak seperti aku belum melihat semuanya" ucapnya mengedipkan sebelah matanya sambil tertawa lalu keluar, meninggalkan ku dengan mulut ternganga lebar. Dia pernah melihat ku tanpa pakaian atau apakah itu hanya tubuh wanita dalam bentuk general?

Tidak ingin mendahului keputusan, aku kembali mendudukkan diri di kasur dengan pakaian rumah ku sebelum memutuskan untuk kembali pada novel baru ku dan merebahkan diri ku dengan nyaman di kasur. Dan saat itulah Ryan memilih untuk kembali memasuki kamar ku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Hanya karena ia tidak menyukai perempuan bukan berarti aku akan baik-baik saja kalau sampai ia membuka pintu ku dan aku sedang tanpa pakaian.

"Kau seharunya mengetuk terlebih dahulu" gumam ku masih membaca buku. Lalu tiba-tiba buku ku di tarik dari tangan ku "what the hell?!"

"Kau seharusnya keluar dan merayakan, bukan bersembunyi di kasur dengan buku fiksi mu" ucap Ryan bersedekap

"Itu bukan hanya fiksi, itu smut fiction, ada bedanya" balas ku datar

"Kau membaca porno?" Ryan terlihat terkejut

"Smut bukan porno" balas ku singkat "hanya lebih eksplisit"

"'He thrust deep into me, his big cock send me to the oblivion, I never felt this much of pure ecstasy, and it wasn't long after that, he got me screaming his name and I felt my inside building'" ucap Ryan membacakan satu paragraf dari buku ku

"Jangan katakan pada ku kau seorang 'prude'?" Ucap ku mendudukkan diri di kasur

"Tidak seperti mu, aku sudah pernah melakukannya dengan fisik ku" sindirnya jahil "dan tidak, aku jelas sekali bukan seorang 'prude'" lanjutnya "sungguh, Chloe, aku tidak pernah menebak selera bacaan mu seperti ini" ia menggeleng sambil tertawa "aku tahu kau suka membaca, tapi tentang ini?"

"Tidak separah Abigail" balas ku membela diri

"Abigail? Abigail, si anak sempurna ibunya membaca ini? Abigail sahabat mu?" Sekarang Ryan terlihat benar-benar terkejut

"Oh, please, dia yang membuat ku menyukai buku-buku ini" balas ku "aku lebih menyukai komik"

"Aku tidak akan pernah melihat mu dengan cara yang sama lagi, Chloe" gumamnya menggeleng "sekarang, sudah cukup dengan pengalihan topik" ia mengembalikan buku ku "pergi siap-siap, aku akan kembali 5 menit lagi, dan kalau kau belum siap juga saat itu, aku akan menyeret mu keluar dengan kondisi mu saat itu"

"Uuu... Menakutkan" ucap ku sarkastis dan Ryan hanya menggunakan jarinya untuk mengingatkan sebelum keluar kamar ku

Aku melakukan apa yang ia minta, hanya untuk kebaikan ku, seperti yang aku katakan, dia tidak mengeretak, dia hanya melakukannya.

Ryan membawa ku ke club dimana kita bertemu pertama secara resmi, sepertinya club ini merupakan tempat yang sentimental dalam sejarah pertemanan kita. Saat kita di dalam, aku dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang tidak aku kira, Abigail, dia di sini, dan aku cukup yakin ia tidak sedang ada liburan di kampusnya. Apa yang ia lakukan disini?

"Apa yang kau lakukan kembali ke Washington?" Tanya ku tak percaya sebelum bergerak untuk memeluknya

"Well, aku tidak bisa melewatkan ulang tahun sahabat ku bukan?" Balasnya setelah saling melepaskan pelukan "walaupun aku tidak bisa lama-lama, aku ada pesawat untuk ku naiki"

"Kau datang kemari hanya untuk ku?" Aku tidak bisa menahan senyum ku

"Yeah" Abigail mengangguk "well, kau harus berterima kasih pada Ryan, dia menerbangkan ku kembali untuk mu" kita berdua beralih menatap Ryan

"Sudah ku katakan jangan beritahu padanya" desis Ryan pada Abigail

"Oh.. I can't help it" ucap Abigail genit dan bergerak untuk mencium Ryan tepat di bibir. Itu sungguh bukan hal baru lagi, aku bahkan tidak lagi terkejut saat melihat Ryan membalas ciuman Abigail "sungguh aku berharap kau tidak gay" ucap Abigail tertawa di leher Ryan. Abigail sedikit lebih tinggi dari ku, jadi ia bisa melakukannya, kalau aku yang melakukannya, dia harus membungkuk atau aku berjinjit setidaknya beberapa senti

"Fakta kalau aku gay adalah yang membuat semua ini bisa terjadi" ucap Ryan merangkul ku dan Abigail "berbahagialah, kawan-kawan ku!" Lanjutnya mengeratkan rangkulannya

"Kau akan menghancurkan bahu kami" erang ku mewakili diri ku dan Abigail

"Aku menguatkan" sambung Abigail

"Maaf" ucap Ryan tertawa kecil "aku akan membelikan kalian gelas pertama. Tunggu disini" lanjutnya dan kami mengangguk patuh

"Ku harap Ryan cepat kembali, karena aku sungguh ingin ke kamar kecil" keluh Abigail membuat ku tertawa

"Cepat pergi, sebelum kau membasahi lantai," ucap ku masih tertawa "aku akan tetap disini sampai kau kembali" lanjut ku dan tanpa kata lain, Abigail pun berjalan dengan cepat, meninggalkan ku menuju ke arah toilet khusus wanita

Sekarang..

Insting pertama ku adalah menamparnya. Siapa dia pikir dirinya bisa seenaknya mencium ku? Apa dia berpikir ia setampan itu sehingga dia bisa saja seenaknya mencium orang asing? Tidak! Not a chance!

"Siapa kau pikir diri mu?" Desis ku menatapnya garang "aku bukan wanita murahan yang bisa kau asal main cium!" Lanjut ku tak berkedip

"Aku sudah ingin melakukan itu sejak pertama kali aku melihat mu" ucapnya

"Yeah? Karena yang aku ingat kau bersikap seperti bajingan saat itu" balas ku tajam

"Aku sudah memberi tahu mu, aku tidak akan melakukannya dengan minor" balasnya mendesah "yang sekarang kau sudah bukan lagi"

"Apa kau mengecek ID card orang-orang atau sesuatu?" Sindir ku menyipitkan mata

"Aku sudah mengatakan aku meminta maaf, Chloe. Apalagi yang kau ingin aku lakukan?" Dia terlihat putus asa

"Menjauhlah dari ku" ucap ku datar

"Okay" ia mengangguk "dan Chloe, ciuman itu sungguh sebanding dengan satu tahun aku menunggunya" lalu ia pun hilang ditelan keramaian

"Hey, kau baik-baik saja?" Itu Ryan. Apa dia melihat pertukarannya kalimat ku dengan Levy? Ku harap tidak

"Yeah, sungguh" balas ku menerima satu botol yang ia bawa

"Di mana Abigail?" Ryan menoleh, mencari sosoknya

"Kamar kecil" balas ku mengangkat bahu dan Ryan mengangguk

Kita terdiam untuk sesaat, dan aku tidak bisa mengusir gambaran dan perasaan yang ku rasakan tadi. Perasaan itu terus saja berenang di permukaan. Aku bahkan secara tak sadar menyentuh bibir ku. Saat Abigail kembali, dia terlihat super kesal karena ia dengan sigap mengambil bir ku dan menghabiskannya

"Ada apa dengan mu?" Tanya ku menarik botol dari tangannya sebelum ia lempar

"Ingat teman sekamar bajingan ku yang aku ceritakan pada mu?" Aku mengangguk "well, Shawn baru saja memberi tahu ku kalau dia--"

"Siapa Shawn?" Potong ku dan ekspresi wajah Abigail terlihat berubah, seperti ia baru saja tak sengaja mengungkapkan rahasia

"Teman sekelas ku" balasnya menggeleng "anyway, seperti yang sebelumnya aku katakan, teman sekamar bajingan ku membuat kamar kita seperti kapal pecah dan tidur di atas kasur ku, dan maksud ku dengan tidur adalah 'tidur'"

"Itu tidak seperti masalah besar" ucap Ryan tidak mengerti

"Itu kasur ku! Tempat aku tidur, beristirahat, bersantai, dan sekarang ia mengotorinya dengan wanita jalang dan cairannya" Abigail bergidik jijik "aku kemungkinan harus meminta kasur baru" gumamnya cemberut

"Mungkin kau terlalu berlebihan" ucap Ryan menggeleng "bagaimana si Shawn ini tahu tentang kegiatan personal yang teman sekamar mu lakukan? Apa dia ada disana dan melihatnya langsung?" Lanjut Ryan meluruskan

"Dia tidak mengatakannya" balas Abigail membuang muka

"Lihat? Mungkin sumber mu tidak akurat" ucap Ryan mengangkat bahunya "aku yakin seberapapun bajingannya teman sekamar mu itu, dia tidak akan melakukan hal personal itu di kasur mu"

"Kau tidak mengenalnya, dia bisa saja melakukan tepat hal itu untuk membuat ku naik darah" balas Abigail tak mau kalah

"Okay, apa yang kau ingin aku lakukan? Aku ingin aku memukulinya sampai puas?" ucap Ryan tersenyum siap

"Tidak perlu, aku bisa" balas Abigail "dia selalu membiarkan ku meninjunya" itu membuat ku bingung

"Dia membiarkan mu menghancurkan kebanggaan menjadi prianya?" Hm.. Menarik..

"Mungkin tinju mu tidak semenyakitkan yang kau pikirkan" ucap Ryan mengangkat bahu

"Kau ingin mencoba tinju ku, Ryan?" Tanya Abigail mengangkat kepalan tangannya

"Nahh.. Aku akan melewatkannya" balasnya tertawa "aku percaya pada mu, Abbs"

👻👻

Aku masih bertanya-tanya apa yang ia lakukan di Washington saat seharusnya ia berada di suatu tempat di Eropa atau mungkin Asia? Dia sedang tengah-tengah tour, demi Tuhan! Jadi mengapa ia ada di club semalam? Terutama saat pagi ini, aku menerima box hadiah ulang tahun yang di kirim olehnya ke rumah ku. Bagaimana ia bisa tahu kapan ulang tahun ku? Bahkan Abigail pun tidak tahu kapan sampai baru-baru ini.

Di dalam box itu ada jaket kulit dan sebuah kartu yang hanya berisi tulisan 'Happy Birthday' dan 'please forgive me'. Dari baunya, aku tahu kalau jaket ini terbuat dari kulit asli yang pasti cukup mahal. Aku tidak bisa membayangkan pernah diperbolehkan membeli benda semacam ini oleh orang tua ku, jadi aku tidak pernah membayangkan aku akan pernah memilikinya. Aku tidak bisa menahan senyum ku melihat jaket itu. Sungguh sangat indah detailnya.

Setelah puas menatapi jaket baru ku, aku membereskan box tadi dan segala isinya ke tempatnya dan baru terakhir jaketnya ku gantung dan masukan lemari. Aku sedang mengelus, merapikan jaket agar tidak terlipat di dalam lemari dan meninggalkan bekas saat aku merasakan sesuatu di bordir di bagian dalam jaket yang tidak terlihat apapun dari luar. Kembali menarik keluar jaket tersebut, aku menyipitkan mata ku untuk membaca bordiran tersebut

For My Chloe

Aku hampir tersedak ludah ku sendiri saat membacanya. 'My' Chloe? Apa-apaan itu? Apa ia berpikir aku semacam pacarnya atau sesuatu? Seenaknya saja mengatakan aku sebagai sesuatu yang bisa ia miliki, aku manusia bukan benda. Sungguh kalau aku tidak tahu seberapa mahal jaket ini, sudah akan aku buang atau sumbangkan kepada goodwill atau mungkin salvation army. Aku mungkin memang suka membaca novel cheesy romance, tapi saat membicarakan dunia nyata, aku sungguh membenci hal itu. Karena semua itu sepenuhnya omong kosong. Persetanan semua itu!

Continue Reading

You'll Also Like

1M 2.7K 6
Kisah Perselingkuhan penuh gairah, dari berbagai latar belakang Publish ulang di wattpad!
552K 13.6K 8
Kisah cinta antara Bianca Handerson dengan seorang anak Band papan atas bernama Jason Febrian. Bianca yang polos, menggemaskan, tapi cukup agresif, s...
1M 14.8K 19
●Masuk katagori "populer" pada 23 nov 2019 [Cerita di PRIVATE, FOLLOW untuk membaca!] Vivian dijodohkan oleh orangtuanya dengan Samuel, seorang...
438K 40.2K 98
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...