Between Love and Obsession

By rose_ungu

272K 6.3K 132

Mario Arindous seorang seorang pengusaha muda yang begitu terobsesi ingin memperistri Agni Juliana demi memba... More

Bab 1: "Malaikat pemberi cinta..."
Bab 2: "Cemburu..."
Bab 3: "Tuhan tidak mungkin menciptakan makhluknya dengan sama..."
Bab 4: "Wedding Party"
Bab 5: "First..."
Bab 6: "Ukiran Masa Lalu"
Bab 7: "Inilah Mario..."
Bab 8: "Satu permasalahan bukan akhir dari segalanya..."
Bab 9: "It's Time..."
Ray-Side: "Princess (kecil) cantik penabur cinta"
Bab 10: "HoneyMoon's Trip"
Bab 12: "akhir dari penantian dan awal dari kebahagiaan"
Angel-Side (Epilog): "Semoga, kau tetap menunggu"

Bab 11: "Fabio & Agneta"

14.9K 352 3
By rose_ungu

Segala kebaikan berurutan datang menghampiriku dan Agni begitu Agni hamil anakku, benar-benar menjadi berkah untuk kami semua. Dari prestasi Angel di sekolah semakin baik, prestasi perusahaanku yang aku pimpin bersama Ray maju pesat. Benar-benar di luar dugaanku. Aku sampai begitu sibuk, hingga aku bertemu Agni saja jika makan siang, dan malamnya aku jarang sekali berbincang dengannya, karena dia telah tertidur. Hhh... aku merasa sangat bersalah padanya, aku jadi tidak bisa menjaganya. Aku juga tidak bisa membiarkannya bekerja dalam ke adaan seperti ini, hingga aku hanya bisa melepas rinduku dengan menelponnya saja.

Tapi, untunglah aku bisa meluangkan waktuku untuk Agni dan Angel walaupun hanya di hari Sabtu dan Minggu. Seperti saat ini, meskipun hanya bersama Agni aku merasa bahagia. Anakku lebih memilih pergi bersama Oom gantengnya.

Aku mengelus perutnya yang telah sedikit menonjol dengan sangat pelan, aku takut menyakitinya.

Aku heran sendiri pada Agni, kata Gabriel yang istrinya juga sedang hamil, Ify banyak sekali meminta yang aneh-aneh, sampai dia meminta buah mangga padahal sekarang bukan musim mangga. Ckckck... aku bersyukur juga Agni tidak banyak meminta. Tapi aku takut juga kalau sebenarnya dia mau sesuatu dan sungkan untuk memintanya. Terkadang aku merasa bukan suaminya, karena dia tidak pernah meminta sesuatu padaku, bahka jika ada keinginanpun dia akan membelinya sendiri dengan uang dari gajinya sebagai asistenku, padahal aku sudah memberinya uang tiap bulan, haknya sebagai istri, tapi dia tidak pernah memakainya. Hhh... apa yang dia mau? Aku bingung sendiri menghadapi Agni.

“Rio...”

“hn... kenapa?”

Agni memutar posisinya menjadi berhadapan denganku, dia tersenyum begitu lembut padaku. Kenapa dia? Terlihat ada yang aneh dengannya.

“aku mau sesuatu...”

“apa?”

Aku tersenyum begitu senang dalam hati, ini kali pertamanya Agni meminta sesuatu padaku, dan aku akan dengan senang hati mengabulkan apapun keinginannya.

“aku... aku mau...”

“apa sayang? Aku kabulin kok kalo aku bisa”

Dia menatapku meyakinkan, matanya menyiratkan keinginan yang sangat ia pendam.

Apa dia takut aku tidak mengabulkannya? C’mon, aku sangat menyayanginya, manamungkin aku tega menolak keinginannya?

“aku mau... Fabio. Tapi tapi... aku gak maksa kok, aku cuma mau liat aja sisi baiknya kamu. Kamu yang katanya arogan aja baiknya udah banget apalagi dia... tapi kalo...”

“iya, aku usahain ya? st... sekarang udah, jangan ngomel terus”

Aku tersenyum ke arahnya, meyakinkan dia aku akan mengabulkan keinginannya. Walaupun aku juga ragu, apakah sisi Fabio dalam diriku masih ada? Aku merasa sisi Fabio telah bercampur dengan sisi Mario yang arogan ini.

“tapi kalo kamu gak mau juga...”

“udah... nanti aku coba”

Aku memejamkan mataku, menenangkan pikiranku terlebih dahulu. Mencari dimanakah letak Fabio sekarang? Aku merasakan Agni merebahkan kepalanya di dadaku, sementara tangannya melingkar begitu kencang di pinggangku.

“aku keluar dulu sebentar ya? kamu tunggu disini”

Aku mengurai pelukannya dengan selembut mungkin, dia menurut meski terlihat ada raut tidak rela dalam wajahnya. Aku beranjak menjauhi Agni yang aku rasa masih menatapku, tapi aku mencoba untuk tidak berpaling ke arahnya.

***

Apa Rio marah? Apa dia kecewa padaku karena masih ingin melihat Fabio? Apa aku keterlaluan? Apa aku...

Maaf Rio...

Aku segera berjalan menyusulnya ke arah belakang rumah, sepertinya dia ada di pinggir kolam renang. Aku berjalan agak mengendap ke arahnya, aku melihat dia sedang memainkan air kolam dengan tangannya. Hey! Kenapa dia terlihat seperti anak kecil begitu?

“Rio...”

Dia berbalik, wajahnya nampak menegang, matanya tidak berkedip. Kenapa dia menatapku seperti itu? Apa aku aneh? Akukan bukan hantu, kenapa dia?

Aku melihat diriku sendiri, gak ada yang aneh kok. Biasa aja.

Dia berjalan ke arahku agak berlari, kemudian memelukku. Eugh... sesak.

“R.Rio... se..sak”

Rio melepaskan pelukanku, kemudian menyapukan bibirnya di atas bibirku cukup lama.

“Agneta...”

Suara itu begitu lembut memanggil, sangat berbeda dari biasanya.

“Fabio?”

Dia mengerutkan keningnya, mungkin karena nada kekagetanku. Hhh... tenang Agni, tenang... jangan sampai terlihat aneh.

“Fabio, aku Agni... istrinya Rio”

“siapa? A.Agni?”

Aku hanya mengangguk tanpa senyuman.

“aku ingin mengetahui seperti apa masalalu Rio dari sudut pandang kamu”

Fabio terlihat mundur, dia berbalik dan berjalan menjauhiku. Ihh... dasar aneh! Kenapa sih dia? Aku mengikutinya hingga dia duduk di bangku taman samping rumah, aku duduk di sampingnya.

“apa yang ingin kau tau?”

Katanya lebih lembut, ramah dan segala yang baik-baik ada sama dia. Kenapa sama saja? Sama-sama dingin! Euh... sudahlah aku tidak ingin tau itu!

“apa hubungan Rio dengan Agneta sangat dekat?”

“tidak lebih dekat dariku, aku selalu membatasinya”

“sampai dia hampir gay? Kau tau?”

“gay? Tentu tidak! Aku selalu tertidur saat tubuh ini dia kuasai”

“tapi kenapa Rio tau semua tentang kamu?”

“dari Neta”

“diakan... dia sudah meninggal...”

“dia selalu menuliskan segala tentangku dalam diarinya”

“lalu?”

Dia menatapku dengan aneh, pandangannya seakan mengejek. Ihh! Aku sangat kesal padanya. Ucapannya lebih dingin dan lebih datar dari Rio.

“lalu bagaimana yang kau maksud?”

“ya... apa Neta mencintai Rio juga?”

“tentu, bukankah aku dan Rio sama?”

“tapi aku tidak mencintaimu walaupun aku mencintai Rio”

Dia terlihat menghela nafas panjang, kenapa dia? Apa aku salah bicara?

“aku tidak tau, Rio dan Neta memang dekat. Tapi, yang aku tau Neta hanya mencintaiku”

“maukah kau menceritakan Agneta? Kenapa dia sangat mirip denganku?”

“mungkin takdir! Dulu, Agneta untukku dan sekarang kau untuk Rio”

“bagaimana kau mengenal Agneta?”

“apa itu penting? Sudahlah, membicarakannya hanya akan membuatku sakit. Kau akan tau tentangnya dari Rio. pergilah... aku akan mengembalikan suamimu”

Sebenarnya aku sangat ingin membantah. Tapi, kata-kata dinginnya sangat mengisyaratkan bahwa dia tidak ingin di ganggu. Maka akupun pergi dari sana, meski dengan hati yang masih bertanya-tanya.

***

“kau menyakiti istriku!”

“dia yang terlebih dulu menyakitiku!”

“kau tidak ada hak menyakitinya! Dia sedang mengandung!”

“ops... aku tidak tau”

Aku meninju bayangan yang ada di dalam air itu, yang mungkin tidak menimbulkan apapun untuknya. Sial! Sekarang aku berbalik dengannya, ternyata dia sekarang lebih arogan daripada diriku. Aku segera berlalu dari kolam itu dan beranjak mencari Agni yang pergi entah kemana.

Begitu aku memasuki dapur, aku mencium aroma yang sangat sedap. Semenjak hamil, dia memang selalu masak sendiri. Meskipun kami memiliki koki, tapi Agni tetap saja keras kepala ingin masak. Apa mungkin anakku nanti akan menjadi seoarang koki? Jauh sekali dengan profesiku dan Agni.

Aku berjalan mendekatinya, tubuhnya di balut apron bermotif tengkorak. Heuh... untuk yang satu ini dia mendesigh-nya sendiri, aku tidak habis pikir kenapa seleranya begitu aneh?

Aku jadi bingung, apakah anakku nanti laki-laki atau perempuan?

“Rio...”

“hn... sepertinya enak, tapi ini masih jauh untuk makan malam. Beberapa jam lalu kan, baru makan siang”

“siapa bilang untuk makan malam? Ini buat sekarang kok, aku sangat lapar dan ingin memasak”

Aku terkekeh, aku yakin makanan itu tidak akan ia makan. Mengingat kejadian-kejadian serupa beberapa minggu kebelakang juga seperti itu. Mendadak ingin masak tapi enggan untuk memakannya.

Aku memeluk Agni dari belakang, meletakkan tanganku di perutnya. Aku ingin melindungi kehidupan yang ada dalam tubuh Agni ini, aku takut terjadi sesuatu padanya.

“aku tidak sabar ingin tau anak kita, laki-laki atau perempuan?”

“kamu mau USG?”

“enggak. Aku mau kejutan hadir untukku, bukan dengan cara USG”

Dia mengangguk sambil bergumam, kemudian ia melanjutkan memasaknya. Aku lihat, dia sangat hati-hati. Mungkin takut aku memarahinya lagi karena keteledorannya.

“udah ah, aku males ngelanjutinnya”

Agni menyimpan pisaunya. Kemudian berusaha melepas apronnya.

Aku hanya bisa terkekeh melihat tingkahnya, aku membantunya melepaskan ikatan yang ada di belakang. Tidak biasanya dia enggan menyelesaikan masakannya.

“kenapa sayang? Apa ada sesuatu yang menganggumu?”

“aku mau Angel, kenapa sudah sore begini dia belum pulang?”

Dia berjalan dengan malas menuju kursi yang ada di dapur, aku mengikutinya lalu berdiri di belakangnya, sedikit memijat pundaknya. Aku tidak bisa melihat dia sedih, semoga dengan ini dia akan lebih rileks. Aku merogoh saku celanaku, mengambil ponsel.

“Ray, masih dimana?”

“baru aja nyampe di depan rumah”

“oh, yaudah”

Agni memutar badannya hingga menghadap ke arahku, wajahnya terlihat berbinar. Aku tersenyum kepadanya kemudian membelai pipinya dengan lembut.

“Angel udah ada di depan kok, yuk kedepan”

Aku mengulurkan tangan untuknya, aku tidak mau Agni kenapa-napa. Aku harus menjaganya sebisaku.

Dari arah pintu utama terdengar gelak tawa dari Angel, kelihatannya malaikat kecilku itu telah memiliki kebahagiaan yang lain.

“An...”

Angel terlihat berbalik dan menghadapku dan Agni, senyumannya yang begitu cantik selalu terbingkai di wajah menggemaskannya.

“Mama...”

Angel berjalan ke arahku dan Agni dengan mengulurkan tangannya ke arah Agni. Aku segera mengambil alih Angel, dengan meraihnya dalam pelukanku yang membuat putri kecilku itu cemberut.

“An mau Mama, Pa... turun...”

“liat tih perut Mama, entar kalo dedeknya sakit gimana? Apalagi An kan berat, Mama gak boleh angkat yang berat-berat”

Angel yang awalnya cemberut mulai kembali tersenyum kemudian menunduk melihat perut Agni, lalu beralih menatap Agni.

“Mama gak bisa gendong An lagi?”

“bisa kok, sini”

Aku mendengus kesal, kemudian menatap tajam ke arah Agni yang menatapku dengan tatapan memohon. Kemudian aku menurunkan Angel dari gendonganku.

“terserah kamu! Aku tidak peduli kalau terjadi sesuatu sama kamu! Harusnya kamu inget apa kata dokter!”

Aku muak di bantah! Aku segera beranjak dari sana menuju ruang kerjaku. Daripada mengurusi orang yang tidak mau di atur lebih baik aku bekerja saja! Masih banyak pekerjaan yang aku bawa dari kantor kemarin.

“Ray”

Sedang apa dia di ruanganku? Sejak kapan dia beranjak kesini?

Dia berbalik ke arahku dengan tatapan yang sulit aku artikan. Kenapa dia?

“Rio... dia...”

Aku melihat arah tangan Ray yang menunjuk ke arah foto besar di belakang meja kerjaku. Aku belum faham betul tentang maksudnya.

“Agneta?”

Aku membelalakan mata.

Bagaimana dia bisa tau kalau itu Agneta? Semua orang menyangka itu Agni, dan sekarang. Saudara kembarnya Agni malah tau, itu adalah Agneta. Darimana dia tau tentang Agneta? Ada hubungan apa dia dengan Agneta?

***

Aku menatap Angel yang matanya berkaca-kaca. Aku yakin, dia kaget dengan sikap Rio. yang aku tau, Rio itu tidak pernah bersikap seperti ini di depan Angel. Hhh...

“Maaf... An salah”

Aku mengelus puncak kepala Angel yang menunduk, dengan agak sulit aku berjongkok menyamakan tinggiku dengannya.

“sekarang An tidur siang dulu gih, biar Papa, Mama yang urus”

Angel mengangguk patuh kemudian beranjak menuju kamarnya, masih dengan menunduk. Hhh... kalau sudah begini harus bagaimana?

Sebenarnya aku yakin, Rio tidak benar-benar mengatakan kalau dia tidak  peduli padaku.

Aku berjalan menuju ke arah ruang kerja Rio, tadi aku lihat dia masuk ke sini. Setiap ada masalah denganku, pasti saja dia kesini. Saat aku hendak mengetuk pintu yang agak terbuka, aku mendengar suara Ray.

“Rio... dia...”

Aku membuka pintu itu perlahan hingga tak terdengar deritan sekecil apapun.

“Agneta?”

Aku menutup mulutku kaget, tidak percaya. Bagaimana... bagaimana dia tau tentang Agneta? Darimana dia tau? Atau dia pernah berhubungan dengan wanita itu?

“Ray... a..apa kamu kenal Agneta?”

Aku bertanya dengan suara yang bergetar, aku mulai mencari penyangga tubuhku yang terasa mulai melemas. Aku merasa sepasang kakiku begitu lemah saking kagetnya.

“Agneta? Agneta Putri Herlambang”

“Herlambang?”

Aku melihat Ray mengangguk. Herlambang, itu adalah nama Kakak ayah kandungku dan Ray. Tapi... apa Agneta ini adalah Agneta yang selama ini kita cari? Yang menghilang tanpa kabar.

Agneta, Kak Ane sapaanku padanya. Setelah orang tuanya meninggal, dia di rawat oleh Ayahku. Ibuku meninggal dunia karena kecelakaan beberapa bulan sebelum meninggalnya ayah Kak Ane.

Setelah dia lulus SMA dia coba-coba melamar pada sebuah perusahaan dan di terima, tapi setelah itu hubungan komunikasi kami terputus. tapi anehnya, Setiap bulan kalau aku mengecek rekening ayahku pasti selalu bertambah 5 juta perbulan.

Setelah lulus SMA akupun merantau ke Jakarta bersama dengan Ify dan Ray. Tapi Ray mendapatkan beasiswa dan ia memutuskan untuk pergi ke Jerman.

Tujuan awal kami adalah mencari keberadaan Kak Ane. Dan sekarang?

Oh God! Ternyata Kak Ane telah meninggal.

Aku merasa hatiku mencelos, untung saja tubuhku langsung Rio sangga. Kalau tidak aku telah jatuh di lantai. Ternyata kemiripan kami terlahir karena memang satu keturunan?

Ayahku dan ayahnya memang sangat mirip juga.

Rio membawaku untuk duduk di sofa terdekat, dia juga duduk di sampingku.

“Agni, ada apa? Aku tidak mengerti”

Rio menatapku begitu panik, sementara aku hanya bisa mengusap wajahku dengan lemas. Masih belum percaya dengan ini semua, ternyata aku mencari orang yang sudah ada di depan mata. Kenapa aku sampai tidak ingat dengan Kak Ane saat Rio bilang dia itu bernama Agneta? Dan bodohnya, kenapa aku tidak menanyakan nama lengkapnya?

“Rio...”

Aku mendengarkan seluruh penjelasan Ray terhadap Rio, sesekali Rio terbelalak kaget tapi dia masih bisa bersikap normal dan terlihat biasa saja.

“ternyata dunia ini sempit”

“pantesan aku berasa pernah liat kamu, dulu saat aku mencari Agneta aku pernah melihat kamu bersamanya”

Aku melihat Rio hanya tersenyum tipis, aku yakin dia tidak tau menau tentang hal itu. Mungkin saja itu adalah Fabio.

“tapi kenapa kamu malah memutuskan koneksi kami? Apa kamu yang memintanya?”

“bukan, itu keinginan Neta. Aku berusaha meyakinkan dia untuk bertemu keluarganya, tapi tetap saja dia mangkir”

Ray terlihat menghela nafas panjang, ia mengusap wajahnya dan rambutnya dengan ekspresi yang sulit di tebak. Kenapa dia?

“kirimkan alamat tempat pemakamannya”

Ray berlalu dari ruangan itu setelah berkata demikian, dia berkata dengan lesu, sangat tidak bersemangat.  aku menatap kepergiannya dengan bertanya-tanya. Terkadang aku tidak bisa membaca apa yang ada dalam pikirannya, aku tidak pernah bisa memprediksi.

“apa kamu tidak tau Agneta?”

Aku mengalihkan pandanganku pada Rio, dia menatapku meminta penjelasan.

“aku tau, tapi... aku tidak menyangka kalau dia Kak Ane”

Rio menghela nafas panjang, lalu dia memelukku dari samping. Dia menenggelamkan kepalanya di leherku. Aku merasa nafasnya tidak teratur, mungkin dia masih shock dengan semuanya.

Tangan besarnya menangkup di perutku, mengelusnya perlahan.

“apa tidak apa-apa kalau aku melakukan itu?”

Rio berbisik dengan suara seraknya. Aih... kenapa dia jadi seperti ini? tapi, lebih baik seperti ini daripada harus gay.

“enggak Rio...”

Rio tersenyum kemudian menyapukan bibirnya di bibirku, cukup lama.

Sentuhannya benar-benar membuatku mabuk, aku merasa selalu merindukannya.

***

Saat makan malam tiba, Ray tidak nampak di rumah ini. apa dia marah padaku? Tapi dengan alasan apa dia marah? Aku berjalan menuju meja makan, karena baru saja terdengar Agni bersama Angel yang mungkin baru keluar dari kamar Angel.

“Angel, jangan tarik-tarik Mama!”

Angel terlihat kaget, dia langsung melepaskan tangannya dari Agni. Sementara Agni menatapku dan Angel bergantian, tatapan matanya begitu sayu.

“Papa jahat! Papa gak sayang lagi sama An! An benci Papa!!!”

“Angel”

Agni berusaha mengejar Angel yang berlari keluar, palingan dia ke kolam. Aku menahan tangan Agni, tidak membiarkan dia berlari. Apa dia tidak ingat sekarang dia tidak sendiri lagi? Apa aku harus selalu memarahinya agar dia sadar? Apa dia tidak tau aku khawatir? Dia benar-benar tidak peka!

“Rio...”

“biarkan”

“Rio... kasian Angel”

“Agni!”

“Rio...”

Hhh... matanya mulai berkaca-kaca, mungkin karena aku bentak. Terus aku harus gimana? Dia itu keras kepala sekali. Apa aku harus benar-benar tidak peduli padanya baru dia akan perhatian pada dirinya sendiri?

“biar aku panggil Ray aja, kita makan dulu”

***

Bersambung...

Gak jelas?

Jangan lupa tinggalin jejak ya :D

Continue Reading

You'll Also Like

7.1K 171 4
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!] Rank in : #01in sinkook [07.12.19] #36 in Yein [18.01.20] #05 in eunwon [23.10.20] #06 in nayun [13.11.20]
12.5K 964 10
Semua berawal dari ketidak sengajaan Keandra Iriana yang di kejar mantan nya dan punya nama yang sama dengan junior di kampus nya. Keandra Iriana yan...
8.2M 515K 34
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
PENGASUH By venta

Fanfiction

79.5K 8.9K 59
Pusat organisasi pembunuh bayaran telah terbongkar dan menjadi buron oleh negara. Salah satu cabang dari organisasi ini, memilih untuk membanting set...