Bab 11: "Fabio & Agneta"

14.9K 352 3
                                    

Segala kebaikan berurutan datang menghampiriku dan Agni begitu Agni hamil anakku, benar-benar menjadi berkah untuk kami semua. Dari prestasi Angel di sekolah semakin baik, prestasi perusahaanku yang aku pimpin bersama Ray maju pesat. Benar-benar di luar dugaanku. Aku sampai begitu sibuk, hingga aku bertemu Agni saja jika makan siang, dan malamnya aku jarang sekali berbincang dengannya, karena dia telah tertidur. Hhh... aku merasa sangat bersalah padanya, aku jadi tidak bisa menjaganya. Aku juga tidak bisa membiarkannya bekerja dalam ke adaan seperti ini, hingga aku hanya bisa melepas rinduku dengan menelponnya saja.

Tapi, untunglah aku bisa meluangkan waktuku untuk Agni dan Angel walaupun hanya di hari Sabtu dan Minggu. Seperti saat ini, meskipun hanya bersama Agni aku merasa bahagia. Anakku lebih memilih pergi bersama Oom gantengnya.

Aku mengelus perutnya yang telah sedikit menonjol dengan sangat pelan, aku takut menyakitinya.

Aku heran sendiri pada Agni, kata Gabriel yang istrinya juga sedang hamil, Ify banyak sekali meminta yang aneh-aneh, sampai dia meminta buah mangga padahal sekarang bukan musim mangga. Ckckck... aku bersyukur juga Agni tidak banyak meminta. Tapi aku takut juga kalau sebenarnya dia mau sesuatu dan sungkan untuk memintanya. Terkadang aku merasa bukan suaminya, karena dia tidak pernah meminta sesuatu padaku, bahka jika ada keinginanpun dia akan membelinya sendiri dengan uang dari gajinya sebagai asistenku, padahal aku sudah memberinya uang tiap bulan, haknya sebagai istri, tapi dia tidak pernah memakainya. Hhh... apa yang dia mau? Aku bingung sendiri menghadapi Agni.

“Rio...”

“hn... kenapa?”

Agni memutar posisinya menjadi berhadapan denganku, dia tersenyum begitu lembut padaku. Kenapa dia? Terlihat ada yang aneh dengannya.

“aku mau sesuatu...”

“apa?”

Aku tersenyum begitu senang dalam hati, ini kali pertamanya Agni meminta sesuatu padaku, dan aku akan dengan senang hati mengabulkan apapun keinginannya.

“aku... aku mau...”

“apa sayang? Aku kabulin kok kalo aku bisa”

Dia menatapku meyakinkan, matanya menyiratkan keinginan yang sangat ia pendam.

Apa dia takut aku tidak mengabulkannya? C’mon, aku sangat menyayanginya, manamungkin aku tega menolak keinginannya?

“aku mau... Fabio. Tapi tapi... aku gak maksa kok, aku cuma mau liat aja sisi baiknya kamu. Kamu yang katanya arogan aja baiknya udah banget apalagi dia... tapi kalo...”

“iya, aku usahain ya? st... sekarang udah, jangan ngomel terus”

Aku tersenyum ke arahnya, meyakinkan dia aku akan mengabulkan keinginannya. Walaupun aku juga ragu, apakah sisi Fabio dalam diriku masih ada? Aku merasa sisi Fabio telah bercampur dengan sisi Mario yang arogan ini.

“tapi kalo kamu gak mau juga...”

“udah... nanti aku coba”

Aku memejamkan mataku, menenangkan pikiranku terlebih dahulu. Mencari dimanakah letak Fabio sekarang? Aku merasakan Agni merebahkan kepalanya di dadaku, sementara tangannya melingkar begitu kencang di pinggangku.

Between Love and ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang