Bab 8: "Satu permasalahan bukan akhir dari segalanya..."

15K 407 8
                                    

(Rio POV)

Aku berdiri menghadap jendela di ruang kerjaku. Hhh... aku bingung pada perasaanku sendiri, kenapa aku bisa berkata sebodoh itu pada Agni? Entahlah? Itu kata gantung, tapi aku yakin dia menyimpulkan iya. Sekarang aku harus bagaimana?

“Mario... kenapa aku menyakitinya lagi? Aku telah cukup sakit hati saat dulu kamu berkata seperti itu, tapi kenapa sekarang kamu melakukan itu juga padanya?”

Suara lembut itu menyadarkanku dari alam bawah sadarku. Aku merasakan dia menyentuh pundakku, memintaku untuk berbalik menghadapnya.

Aku menatapnya dengan dingin. Wajah pucat itu tidak pernah bosan untukku pandangi, tapi wajah pucat itu sekarang terlihat muram, begitu sedih.

“Neta... maafkan aku... aku benar-benar bingung, dia mendesakku, menyudutkanku”

“tapi tidak seharusnya begitukan?”

Aku memalingkan wajahku darinya, beranjak ke arah meja kerjaku untuk meraih ponsel yang berdering.

“ya Ray...”

“Angel mau menginap di rumahku, boleh?”

“ya sudah, biar nanti pengsuhnya aku suruh ke sana”

“iya, bye”

“siapa dia?”

Aku menarap wajah Agneta yang terlihat menyipitkan mata curiga. Aku mendudukan diriku di sofa.

“adik istriku”

Dia terlihat mengangguk-angguk mengerti, kemudian duduk di sampingku. Dia mengusap wajahku dengan lembut.

“jelaskanlah semuanya Mario... aku tidak mau ada yang sakit hati lagi karena kata-katamu itu, cukup aku yang sakit hati dengan kata-kata aneh dan tajammu itu”

Aku memejamkan mataku, kepalaku benar-benar pening sekarang. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan saat ini.

“Rio... makan malam sudah siap”

“hhh... iya, nanti aku menyusul”

Aku menatap Agneta tak rela pertemuan malam ini akan berakhir sesingkat ini.

“lihatlah... bahkan dia tidak menjauhimu seperti aku yang menjauhimu dulu Mario... harusnya kamu sadar, betapa cintanya dia padamu, bahkan aku rasa istrimu itu lebih mencintaimu daripada aku yang pernah mencintaimu”

Apa iya? Setelah perdebatan di kantor tadi, dia memang tidak merubah perlakuannya. Dia hanya jarang berbicara saja.

Mengingat kejadian di kantor, aku jadi ingat betapa kecewanya Agni setelah mendengar jawabanku. Dia menangis dalam diam, bahkan hanya terdengar isakan yang di tahan. Tapi aku yakin sekali dia menyesal menikah denganku, menyesal telah mencintaiku, terlihat dari betapa bergetarnya tubuh istriku itu. Hhh... maafkan aku Agni... aku belum bisa membalas perasaanmu.

Between Love and ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang