Please, leave me!

By adekamilaa

1K 74 41

Sasha Adrine, mungkin semua orang akan menganggap aku aneh dengan semua kelakuan ku. Tidakk! aku tidak sepert... More

Plm-Prolog
Plm-One
Plm-Three

Plm-Two

204 17 4
By adekamilaa

"Hahhh?" Pekikku

"Kenapa? Ada yang salah?" Jawabnya

Aku memandangi wajahnya cukup lama, melihat paras yang cukup membuatku sorak-sorak tak karuan.

Dia menaikkan sebelah alisnya, Lagi.

Aku segera membuang muka, karna tidak ingin dia berpikir macam-macam tentangku.

Aku pun menjawab pertanyaannya tanpa melihat ke wajahnya.

"Gak apa-apa" ucapku cepat sambil memainkan ujung sapu tangan.

"Oh, mungkin.., nama gue Vano, salam kenal ya" Ucapnya ramah dan seakan dapat membaca pikiranku. Tuhh kann, mungkin kami memang memiliki ikatan.

"Gue Aca, salam kenal juga ya" aku ikut memperkenalkan diri walaupun aku tahu kalau dia sudah lebih dulu tahu namaku.

Aku kembali memainkan ujung sapu tangan yang menggantung di tanganku.

"Ehmmm" dia berdehem, ingin mengatakan sesuatu.

"Ngomong-ngomong disini berisik, lo gak ada niat buat kita nepi dari sini?"

Aku segera mengalihkan pandangan, Dia benar. Kita masih ada di tengah jalan, dengan suara gaduh klakson yang terus berbunyi di belakang mobil laki-laki yang mengaku kalau namanya adalah Vano.

Aku berniat untuk menyebrang dan minggir ke tepi jalan.

Tetapi dia menahan bahuku, membuat ku menolehkan kepala menghadapnya.

Sebelum aku membuka suara, dia berbicara lebih dulu dari ku.

"Lo pake seragam kayak gue, berarti kita satu sekolahan" ucapnya dengan yakin. Jeda.

"Berangkat bareng gue ya ca" kemudian ia menawarkan diri.

"Gak ngerepotin? Gue lumayan berat loh" Aku memang berkata jujur, walaupun seperti ini juga, aku tetap berat.

"Badan kayak gitu gak bakal buat mobil gue susah jalan karna kelebihan muatan Caa" Dia berkata dengan nada mengejek.

Huh aku jadi sebal.

"Gak usah ngambek lo, jelek banget ih. Gue tulus kok buat nganterin cewek yang gak kalah cantiknya sama bidadari" Dia memujiku

Oh oh ohhhhh, dia buat aku ngefly sampe ke ubun-ubun.

"Lo yakin, gue-" Aku ingin menjelaskan tentanggg...
... ya kalian tau lah bagaimana sikap ku.

Dan dia memotong perkataanku

"Ayo naik, gue gak mau sampe budek gara gara ngurusin kambing yang susah masuk ke kandang" dia mengejek ku lagi

Serasa terhempas ke jurang yang sangat dalam setelah terbang tinggi di bawa angin dari langit ke tujuh.

Dia menuntunku untuk masuk ke mobilnya, dan Bodohnya aku mengikutinya.

~~

Dan sekarang disinilah aku, duduk di mobil laki-laki yang baru ku kenal dengan perasaan
was-was akan hal yang terus mengitari kepalaku.

Di sepanjang jalan aku terus menunduk, menahan diri agar ia tidak menjadi korbanku.

Vano terus mengeryitkan keningnya melihat ku seolah bertanya-tanya, mungkin jika aku membuka suara sekali, 1000 pertanyaan akan keluar dari mulutnya.

Karna aku yang sedari tadi hanya diam menunduk, dia membuka suaranya duluan.

"Lo kenapa? Lo sakit ca? Atau pengennnn........ Pup?" Dia mengajakku bercanda rupanya.

Aku diam tak menjawab.

Karna aku memperlihatkan sikap yang aneh, dia menghentikan mobilnya, melihatku lebih dekat, ia memegang dagu ku dengan satu jari telunjuknya dan mengangkatnya agar aku dapat melihat wajah tampannya.

Tapi belum sampai beberapa menit kami saling berpandang, yang aku khawatirkan muncul.

Badanku gemetar, aku masih dalam posisiku.

Dan tiba-tiba aku mendengar suara teriakan seseorang di sampingku.

Selalu saja suara teriakan, apa tidak bisa di ganti dengan suara yang lebih syahdu dan menenangkan? Kenapa selalu suara yang tidak pernah peduli dengan kupingku ini??

Tapi tungguuuu......

Seseorang di sampingku?

Siapa dia? Vano kan?

Yaa tuhaannn, semoga tidak ada sesuatu yang buruk dengannya.

Aku sadar, melihatnya memegang pipi sebelah kiri dengan sedikit bercak merah yang menempel dan terus keluar dari ujung bibirnya.

Aku membekap mulutku sendiri, kaget akan kondisinya yang cukup membuat ku tak percaya.

Aku melepaskan pegangan tangannya dari pipinya.

Pipinya yang merah dan sedikit membengkak membuat ku meringis melihatnya.

Aku mencoba memegang pipinya, dengan perlahan.

"Apa yang udah gue lakuin?" Aku bertanya padanya dengan nada sesedih mungkin, bukan bermaksud untuk cari muka atau sebagainya tapi aku merasa sangat-sangat bersalah, terlebih lagi dia baru ku kenali.

Sudah menumpang, tidak tahu diri lagi.

"Bukan masalah serius kok Ca" dia berbicara tertatih tatih

"Tolong jelasin!" Aku memaksanya dan mengencangkan pegangan tanganku yang masih berada di pipinya. Dia berteriak. Dan aku tahu kalau itu parah.

"Awwwwwwrrrrghhhhhhh, Ahh oke oke gue kasih tau".

"Cepet kasih tau" Aku terus memaksa meminta penjelasan.

Dia menarik nafas dalam-dalam kemudian berbicara.

"Lo nendang gue kenceng banget Ca, pas di pipi kiri gue, dan lihat Lo pake sepatu". Dia memberi tahu kan dengan detail.

Aku sangattttttt merasa bersalahhhh. Mamaaa aku dapat korban lagi ma.

Tiba-tiba dia melepaskan tanganku yang masih berada di pipinya, pastinya juga dengan perlahan.

"Gue gak apa-apa, gak usah sok panik lo" dia berkata dengan tenang tapi tidak tertatih-tatih seperti tadi, berbicara seakan tidak terjadi apa-apa, walaupun aku tahu kalau pipinya sakit sekali digerakan bahkan untuk berbicara.

Aku jadi tidak enak hati padanya, Vanoo maaf. Kambing di depanmu ini memang pantas di jadikan sate saja. Tidak usah di sembelih dulu, langsung tusuk dan panggang dia dengan panas yang melebihi lahar di gunung berapi. Vanooooo maaffff.

"Maafin gue Van"

Dia berbicara sambil melajukan mobilnya.

"Gak perlu minta maaf, gue tau lo gak sengaja. Ehhh atau emang lo pengen bikin gue susah ngomong karna gue cerewet?" Selalu saja seperti itu

"Ya enggak lah,,, gue lebih seneng kalo lo banyak ngomong, biar gak sepi"

~~

Setelah kejadian tadi, kami hanya diam tanpa pembicaraan.

Aku yang takut membuka suara karna masih merasa bersalah juga takut kalau malah buat dia tambah parah gara-gara aku ajak ngomong.

Vano pastinya susah buat ngomong karna pipinya juga yang terlihat sedikit tambah besar tapi tidak terlalu kentara, dan juga sudah habis kata-kata untuk dibahas.

Perlu kalian tahu lagi kalau kita kan 'baru kenal', jelas dong kalau sedikit kehabisan kata-kata.

Mobil vano pun terus melaju sampai akhirnya berhenti di tempat parkiran yang sangat-sangatt luas.

Aku terkagum melihat sekolah yang tidak jauh bedanya dengan Istana. Luas. Modern. Kereeennn, apa benar aku sekolah disini?

Jujur aku juga belum pernah di ajak mama untuk melihat-lihat sekolahnya,

Aku hanya diberi tahu nama sekolah ini, dan pastinya tidak tahu jalan menuju kesini.
Maka dari itu mama menyuruh papa untuk mengantarku, tapi karna kesalahanku tadi akhirnya aku harus berangkat sendiri. Ya walaupun tidak benar-benar sendiri, kan ada Vano yang mengantarku.

"Disini sepi ya?" Aku bicara pada Vano sekaligus bertanya

"Iya lah sepi, kan kalian terlambat". Kata seseorang di belakangku.

Aku pun melihat jam di tangan ku. Jam setengah delapan??, mungkin jam tanganku rusak, tapi perkataan orang di belakangku langsung meyakinkanku.

Aku dan Vano berbalik badan melihat siapa yang berbicara.

Dan ternyata dia...

Pak satpam

"Vano kamu terlambat? Pipi kamu kenapa? Kamu kecelakaan?" Pak satpam itu berbicara pada Vano.

"Iya pak Didi maaf saya terlambat, saya sama temen baru saya siap terima hukuman". Vano menjawab pertanyaannya

Apaa??, di hari pertama sekolah aku harus menerima hukuman? Oh tidakk! pasti aku di judge guru-guru yang tidak baik.

"Udah kamu masuk kelas aja, bapak tau kamu murid yang disiplin, pergi ke UKS dulu obati pipi kamu" kata pak satpam dengan ramah sekali.

Vano pun tersenyum seraya mengucapkan terima kasih. Ia berjalan menuju ruang UKS, aku hanya mengikutinya daripada aku tersesat dan hilang disini.

Saat hendak mengikuti langkah Vano yang mulai menjauh, tanganku ditarik seseorang dari belakang, itu pasti pak satpam yang tadi. Ini musibahh, ini bencana.

"Kamu mau kemana? Kamu anak baru kan? Bisa-bisanya kamu telat, kamu harus terima hukuman dari saya! Itu peraturan" Pak Didi memarahiku, tadi dia baik sekali pada Vano.

Vano juga meninggalkan ku begitu saja, Huhh bisa-bisanya dia seperti itu.

Aku menghembuskan nafas, mau tidak mau aku harus mematuhi peraturan sekolah ini kan, Apa boleh buat, Vano juga sudah pergi, tidak ada yang akan membela ku.

"Saya minta maaf pak, saya akan menjalani hukuman" aku berucap pasrah.

"Baiklah, karna kamu anak baru, saya akan memberikan hukuman yang ringan. Kamu bersihkan toilet wanita kelas 10, 11, dan kelas 12. Itu tugas yang mudah untuk mu, tidak sampai 1 jam untuk melakukannya"

Yang benar saja, itu memang tidak sulit, tapi waktu 1 jam juga kurang untuk membersihkan toilet yang ku ramal pasti luas. Terlebih lagi 3 toilet sekaligus.

"Baik pak, saya permisi" aku pergi dari hadapan pak Didi, takut aku kelepasan seperti tadi pada Vano dan akhirnya hukuman ku di tambah.

Aku segera melangkahkan kaki menuju toilet yang disebutkan pak Didi tadi.

Tapii....

Bodohhhhh!.....

Aku kan tidak tahu tempat ini, apalagi di tempat yang sebesar ini.

Aku berjalan dengan langkah gontai melewati koridor sambil menunduk melihat sepatu ku melangkah entah ke arah mana.

Bruuukkkk

Baiklah, masalah baru muncul lagi. Aku segera mendongak melihat siapa orang yang ku tabrak.

Dan diaaaa laki-laki dengan wajahhh sangattt tampan menatap mataku, aku hanyut pada tatapannya, seakan membuatku meleleh.

"Maa-ff" aku berucap dengan terbata-bata

Dia membulatkan matanya, seolah-olah aku ini setan atau...

"Sasha?" Dia menebak namaku dengan pasti.

Ohh Ya tuhaaannn, mengapaa semua orangg tahu namaku?

~~

Jangan bingung ya, Arga sama Vano itu 1 orang.

Voment?

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 45.8K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
2.6M 143K 63
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
1.6M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
582K 44.9K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...