Fated to Love You

By YuniSaussay

307K 19.2K 843

(SUDAH TERBIT) Daviss terjangkit penyakit aneh, dia merasa lidahnya iritasi setiap kali tidak bertengkar deng... More

Pirang Albino Abran
Something Weird
5 Jurus Jitu
Let's Play! Truth or Dare?
Burning
Mission Impossible
What happen, Daviss?
Get well soon, Abran!
The Secret Mission
Still...
Need to See U
On Fire
Lost Side
Good News "Naik Cetak"
vote cover
Kuis lagi
pengumuman kuis kemarin
Open Pre-Order Fated to Love You

Kemana Abran si congkak?

12K 1.3K 90
By YuniSaussay

Bumi tak lagi berputar pada porosnya, seperti itulah gambaran Reina terhadap Daviss. Sejak kejadian di perpustakaan itu Daviss semakin gencar menempelinya, membentak semua cowok yang berusaha mengajaknya bicara, padahal yang akan mereka bicarakan adalah mengenai tugas-tugas.

"Stop!" ia berbalik lantas menatap malas pemuda yang berdiri tak jauh darinya. "Kau punya jam?"

Dia menyeringai, kemudian mengangkat tangan pucatnya. "Hm, kenapa?"

Huuuuft... sepertinya lebih mudah menghadapi seorang balita daripada si albino ini. "Ini waktunya tidur, Ab-" Daviss menyipitkan matanya tak suka, "Yeah, Daviss."

Permukaan wajahnya terasa dingin dan ini sudah terjadi beberapa hari belakangan ini, pokoknya semenjak seorang Abran ada di sekitarnya. Yap, tangan pucat itu masih membelai wajahnya lembut. "Kau harus menurunkan tensimu,"

'Ish... memangnya aku marah-marah karena siapa?!'

"Kembalilah ke kamarmu, ini sudah malam."

Daviss mengangguk, "Selamat malam, love"

Sial sial sial! Kata-kata ajaib itu selalu membuat darah Reina berdesir.

"Malam." Balasnya namuan si pirang itu belum juga pergi, Reina menaikkan satu alisnya. 'Apa lagi yang dia tunggu?'

"Laba-laba!" Daviss menjerit seraya menunjuk ke atas, dengan bodohnya Reina mengikuti arah telunjuk itu. "Selamat malam!" ia kembali berseru di tengah koridor yang menggema setelah berhasil mencuri ciuman di pipi.

"Dasar bodoh!"

*

*

*

Setelah mengganti baju, cuci kaki serta sangat disayangkan harus mencuci muka, Reina melemparkan dirinya ke ranjang, mangambil boneka gorilla yang sialan seram kemudian memeluknya.

Pagi tadi dia habis menemui Theo untuk menjelaskan semua kekacauan ini, sangat tidak masuk akal mengenai sifat Daviss yang tiba-tiba menjadi sialan manisnya. Reina berasumsi kalau dibalik semua ini ada sesuatu yang tidak beres, mungkin saja Daviss sedang bertaruh dengan Theo seperti hari-hari sebelumnya, atau mungkin dia sedang mengerjai Reina dan nanti akan ada banyak video dengan tampang konyolnya yang diputar di aula besar saat pesta kelulusan, betapa bodohnya Reina yang akhirnya terpikat oleh pirang busuk itu.

"Theo! Permainan apa yang sedang kalian lakukan?!" pagi itu ia menyeret Theo ke dekat Danau.

"Apa? Aku tidak sedang memainkan apa-apa kecuali peran bodohku di pentas drama besok pagi!"

Reina mendudukkan diri di rerumputan hijau, menatap nyalang danau beriak di depannya. "Ini mengerikan, kau tau? Temanmu selalu menempeliku, dan itu membuatku takut."

"Kau membicarakan Daviss? Hahaha..."

"DIAM!" sungutnya sebal.

Theo ikut menghempaskan bokongnya di samping Reina, mengambil kerikil dan melemparkannya ke danau seperti biasa.

"Aku tak tau apapun, suer. Awalnya aku berpikir dia baik-baik saja, tak ada sesuatu yang aneh dari dirinya, dia mengenalku, mengenali kedua orangtuanya, mengenali teman-teman yang menjenguknya, sama sekali tak ada tanda-tanda kalau dia amnesia. Tapi beberapa jam selanjutnya, tepatnya setelah kau pergi, dia terus mencarimu, dan sampai sekarang dia selalu bercerita tentang dirimu, dari mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi."

Reina tak bisa menahan kepalanya untuk tidak menoleh. "Aku takut,"

"Apa yang kau takutkan? Seharusnya kau merasa senang. Kau tahu? Kami tidak pernah berkelahi walau separah apapun masalahnya, dia selalu bisa memaafkan aku karena aku sahabat terbaiknya. Namun hari itu, untuk pertama kalinya dia meninju wajahku begitu keras, aku sama sekali tak marah, hanya saja aku merasa lucu. Hahaha.... dia bilang aku sudah memfitnahmu berselingkuh dengan Zimmer."

'Aku takut mimpi ini membunuhku-' batin Reina berbisik gusar.

Theo tersenyum, dia mengacak surai cokelat Reina kemudian menegakkan kedua kaki panjangnya. "Jangan terlalu dipikirkan, cukup nikmati saja arusnya."

*

*

*

"ABRAN! APA YANG KAU LAKUKAN? MEMBUAT ONAR DI DEPAN KAMAR ORANG DIPAGI BUTA BEGINI!"

Pemuda pirang itu hanya nyengir, dia menunjukkan beberapa keresek di tangannya. "Morning, love. See, aku baru saja mencurinya dari dapur. Semalam aku tak makan karena terlalu sibuk menatapmu, dan sekarang aku kelaparan."

Ya tuhaaan... berada di dekat si pirang ini harus menyediakan stok kesabaran tanpa batas. "Kau bisa memakannya di kamarmu, pergilah... aku mau mandi dan bersiap turun ke great hall."

"NO! kau tidak boleh turun ke great hall karena apa yang kau perlukan semuanya sudah ada di dalam sini. Kita sarapan bersama."

"Ini asrama perempuan, Abran! Di mana otakmu hah?!"

"Maka dari itu aku datang pagi-pagi, dan kita berdua akan kena masalah kalau kau tidak membiarkanku masuk."

"Listen, jangan pegang barang-barang milikku yang ada di dalam, apapun itu! Pokoknya jangan berbuat onar! Mengerti?"

Senyum secerah mentari terbit di wajah Daviss, dia lekas mengangkat kedua tangannya ke atas, "Fine, aku bersumpah."

"Masuklah," daun pintu seketika melebar dan Daviss lekas mengayunkan kakinya masuk, menatap kamar ketua murid perempuan untuk pertama kali dalam hidupnya. "Ingat, jangan pegang apapun! Aku pergi mandi dulu."

Daviss berdiri di tempat yang sama, dengan tangan terangkat seperti sebelumnya, sama sekali tak bergerak sedikitpun, hanya matanya yang berkeliling merekam semua isi kamar sang ketua murid perempuan. Rupanya gadis itu sangat menyukai warna peach, mulai dari cat tembok, gorden, sofa, bedcover, lampu belajar. Astaga... Daviss tak bisa membayangkan jika mereka menikah nanti akan ada perpaduan warna hijau zamrud dengan peach, seperti apa jadinya nanti?

Reina yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi lengkap dengan seragamnya sedikit tercengang melihat Daviss yang masih pada posisi semula. "Abran, apa yang kau lakukan?"

"Melakukan apa yang kau perintahkan."

"Astaga... maksudku bukan seperti itu, aku hanya menyuruhmu untuk tidak menyentuh barang-barangku."

"Dan sofa itu barangmu."

Oke, jadi di sini siapa yang bodoh? Reina rasanya ingin sekali berteriak di depan wajah pucat itu yang nampak begitu polos.

"Duduklah, aku akan ambil piring dan sendok." Ia melenggang ke pantry dan tak lama kemudian kembali dengan dua piring, dua gelas dan dua sendok.

"Sofamu sudah tidak layak pakai, tidak empuk, dan aku yakin kau bisa sakit pinggang kalau berjam-jam duduk di sini."

Dia sudah sering dicibir lebih dari ini kan? Jadi Reina tak mau ambil pusing ucapannya, dia membuka bungkus kresek dan betapa tercerngangnya saat melihat isi yang terlalu berlebihan, ini sih porsi untuk berlima.

"Kau mengambil porsi banyak sekali." Almond miliknya menatap lurus iris perak milik Daviss.

"Setiap hari belajar dan tenagamu diporsir tapi porsi makanmu seperti bayi, aku takut kau sakit."

"Kau berlebihan, justru ini yang bisa membuatku sakit perut!"

"Kalau begitu jangan makan semuanya, lalu simpan sisanya di lemari es untuk nanti."

"Kau tidak bisa mengaturku seenaknya!"

"Aku bisa!"

"Kau bukan siapa-siapaku!"

"Kau kekasihku."

"I'm not!"

"Kau menyakitiku love."

Kemudian hening. Daviss tak jadi menyentuh makanannya, menaruh kembali sendok dan garpu di sisi piring.

"Abran-"

"Mau sampai kapan kau memanggilku seperti itu?"

"Ak-"

"Aku menerima itu ketika kau memanggilku di depan orang banyak, tapi kau berjanji tidak akan melakukannya kalau kita hanya berdua saja. Sejak awal kau menyuruhku berpura-pura membencimu karena status perbedaan darah, dan kau tau? Itu membuatku sangat tersiksa."

ASTAGA! Kenapa jadi serumit ini? Sangat mengerikan, bahkan lebih mengerikan daripada bertemu dengan hantu. Ingatan Daviss semuanya keterbalikan dari kenyataan yang selama ini mereka jalani.

"Tidak bisakah kau berhenti marah padaku? Katakan, aku harus bagaimana?" tatapan itu begitu kebingungan, "Kau mau aku meminta maaf pada Zimmer? Fine, aku akan melakukannya jika itu membuatmu kembali padaku."

"Ab- Daviss, dengar... kau tau, kita berjalan tidak pada jalurnya. Aku dan kau tidak memiliki hubungan apapun, Kau bukan kekasiku begitu pula denganku. Kau dan aku, tidak pernah dekat seperti ini sebelumnya, sebab itu aku merasa terganggu ketika kau bersikap seolah-olah kita sudah dekat sejak lama, sedangkan kenyataannya kita adalah musuh besar, bahkan kau yang sangat menginginkan aku untuk enyah dari sini."

Benar, Reina harus meluruskan kesalahan ini, setidaknya Daviss harus tau hal yang sebenarnya, karena Reina tidak mau terus terjebak dalam mimpi indah namun menyakitkan ini.

"Kau selalu saja menyalahkanku! Kau lupa? Aku melakukannya karena permintaanmu! Ah, atau kau memang sengaja menyuruhku melakukan hal itu untuk mencari-cari kesalahanku, kau sudah bosan denganku? Sejak awal kau memang tak menginginkan hubungan ini kan? Kau malu punya kekasih sepertiku?" Daviss sedikit berteriak, dengan kekesalan yang menggunung dia beranjak dari duduknya, tidak, dia tidak mau mengamuk di sini.

"Ab-"

Daviss berhenti di ambang pintu, "Aku tau, cukup jangan katakan. Jika menjauh darimu membuatmu senang, maka akan kulakukan. Aku menyayangimu, Chryssan. Asal kau bahagia, itu tak masalah untukku."

Dan dia benar-benar pergi, Reina... bukankah ini yang kau inginkan? Kau takut ketika ingatannya kembali kemudian dia akan berubah menjadi si pirang congkak menyebalkan itu lagi, membencimu dan bahkan dia akan menertawakanmu, mengataimu gila karena membual tentang kalian yang pernah dekat bahkan menjadi sepasang kekasih.

*

T

B

C

*

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 123K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
529K 19.8K 33
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
2.6M 130K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...