KUNTI BELLS

By RickLuck

1.4K 122 41

KUNTI BIKIN GIRL BAND More

KUNTI BELLS # EPS 01
KUNTIBELLS # EPS 02
KUNTI BELLS # EPS 03
KUNTI BELLS # EPS 05
KUNTI BELLS # EPS 06

KUNTI BELLS # EPS 04

199 18 4
By RickLuck

Eps 04: PERJALANAN PULANG

Oleh: Rick Luck

Setelah selesai latihan, Kunti berusaha jalan untuk pulang supaya tidak terlihat seperti setan (Nggak nyadar muka). Dan karena sekarang hari sudah malam, Kunti tidak memakai pakaian anti mataharinya. Kunti lalu berusaha ramah dan menegur orang-orang yang dia temui dijalan. Hasilnya adalah pengemis lumpuh yang langsung sprint, anak muda yang sedang membantu nenek menyebrang jalan, langsung kabur meninggalkan si nenek di tengah jalan, ibu-ibu hamil langsung ngelahirin, dll.

Kunti lalu menyetop angkutan umum yang melewati kuburan China. Sebuah angkutan umum pun berhenti depan Kunti dan supir menyapa ramah. Terlihat kalau angkutan umum yang berhenti masih kosong.

"Naik, Mbak?"

"Iya ..., duduk depan, ya," kata Kunti lalu naik ke angkot tanpa buka pintu alias menembus pintu dan supir langsung bengong.

"Eeem, anu ..., eee," Supir tampak semakin pucat ketika melihat wajah kunti dengan jelas.

"Kenapa, Mas? Naksir?" tanya Kunti.

"Anu, kita beda dunia, jangan saling ganggu," kata supir angkot.

"Siapa yang mau ganggu situ? Geer, Kunti juga pilih-pilih kali kalau mau ganggu," jawab kunti.

"A-anu, was-wes-wos ..., "Supir angkutan umum mulai berdoa.

"Stop!" Kunti langsung meletakkan telunjuknya di bibir supir lalu menatap mesra, "Bisakah kau tidak mengucapkan itu," Kunti terus menatap mesra penuh harap.

Sang supir hanya terdiam menatap Kunti, lalu melanjutkan doanya.

-BUSH! Kunti pun langsung terbakar.

"Supir suetaaaan!!! Gue cuman mau pulang!"

"Keluar lo Kunti geblek, jangan kebakar di mobil gue!"

"Pan lo gara-garanya! Setan!"

"Lo yang setan!"

"Aiiir! Aiiir!!!" Sang Kunti melihat ada air mineral di atas dashboard mobil, langsung mengambil dan menyiram kepalanya sendiri.

-Byuuur!!! Api pun padam.

"Kampretos! Gue cuman mau pulang. Gue nggak bisa ngelayang karena udah janji belajar mirip manusia lagi! Kalau bisa juga, gue nggak mau naik angkutan umum, elo! Udah bobrok, bau lagi!" Kata Kunti marah-marah.

"Lo kok ngehina mobil, Gue?" Supir terdiam dan tampak matanya berkaca.

"Eh anu ..., maaf, nggak maksud ngehina. Gue cuman kesel gara-gara lo doa, gue kebakar," kata Kunti.

"Ya maaf, siapa juga yang nggak langsung panik liat kunti kaya lo," jawab Supir. "Lo tahu, nggak. Bobrok kaya gini juga, ini warisan bokap gue. Sekarang bokap udah almarhum. Gue sayang banget sama ini mobil, makanya gue berusaha nggak lari pas liat elo" kata Sang Supir.

"Ya udah sih, jalan. Nggak usah curhat," kata Kunti.

Sang Supir tampak ragu, tapi kemudian dia mulai bisa menguasai keadaan dan berusaha memahami kalau kunti yang sedang dia hadapi beda dengan kunti biasa. Angkot pun mulai jalan menyusuri trayeknya.

"Anu, sudah lama mati?" tanya Supir Angkot.

"Udah 10 tahun," jawab Kunti. "Abang sendiri sudah berapa lama jadi supir?" Kunti balik bertanya.

"Sama sudah 10 tahun. Gue langsung jadi supir gantiin Bokap yang meninggal gara-gara kecelakaan," jawab Sang Supir.

"Ngomong-ngomong, Mbak matinya kenapa?" tanya Sang Supir.

"Ketabrak angkutan umum," jawab Kunti. Kemudian Kunti balas bertanya, "Anu, bapak Mas kecelakaan pas lagi nyetir angkutan umum?"

"Iya, menurut saksi mata, ada anak cewek SMA tiba-tiba nyebrang nggak liat-liat. Bokap langsung banting stir dan nabrak pohon," jelas Sang Supir.

"Kejadiannya dimana?" tanya Kunti.

"Pasar Bojong," jawab Supir.

"Sama gue juga ketabrak disana," kata Kunti.

"Anu jam berapa?" Kunti kembali bertanya.

"Katanya siang pas jam anak pulang sekolah. Mungkin jam dua belas," jawab Supir.

"Sama lagi," kata Kunti.

"Hari?" tanya Kunti.

"Senin."

"Sama," kata Kunti.

"Bulan November?" Kunti kembali menyelidik.

"..., Iya!"

"Eeeeh ..., jangan-jangan ...," gumam Kunti dan Supir bersamaan.

"Kunti bego! Jadi elu ya anak SMA yang nyebrang waktu itu!" bentak Supir Angkot.

"Bokap lo yang bahlul! Gue udah liat kiri kanan sebelum nyebrang!" Kunti langsung balas jawab.

"Gara-gara lo, Bokap gue mati!" kata Supir.

"Gue juga mati, keles! Aaah! Gue nggak terima, gue cekek lo!!!" tangan Kunti langsung meraih leher Sang Supir.

"Stop! Atau gue baca doa lagi!" Kata Supir mengancam.

"Eh, jangan. Ampun," Kunti langsung mengurungkan niat untuk mencekek Supir.

Mereka diam beberapa saat, tidak saling berbicara. Mereka mencoba menelaah maksud dibalik pertemuan ini.

"Anu, Kun. Gue selalu kesal, kenapa bokap meninggalnya pas gue lagi butuh biaya. Gue sampai harus berhenti sekolah dan jadi supir angkot," kata Supir. Kunti terdiam mendengar Supir bicara.

"Sekarang ngeliat penampakan lo, gue sadar, nggak seharusnya gue kesal. Dibanding bokap gue, lo sampai jadi hantu kaya gini, gue nggak bisa bayangin kalau bokap gue jadi setan. Pasti mukanya ancur kaya lo," kata Supir.

"Bawel, lu!" kata Kunti.

"Ya elah, gue cuman mau minta maaf atas nama Bokap," kata Sang Supir.

"Telat, gue udah mati," jawab Kunti.

"Jadi elo nggak bisa maafin bokap gue?" tanya Supir.

"Seharusnya gitu," kata Kunti.

"Kok seharusnya? Maksudnya apa?" tanya Sang Supir.

"Kalau kita ketemunya kemarin, mungkin lo udah gue rasukin terus mobilnya gue tabrakin. Tapi sekarang nggak tahu kenapa, rasanya beda. Sejak gue ketemu Lina" kata Kunti.

"Lina? Gue makin nggak ngerti," kata Supir Angkot. Kunti kemudian menjelaskan pada Supir panjang lebar pertemuannya dengan Lina sampai dengan kejadian tadi ketika Kunti akhirnya bergabung dengan Kuntibells.

"Kunti Girlband ..., keren! Kalau beneran, gue bakal jadi fans lo nomer satu!" kata Sang Supir.

"Beneran, janji?" tanya Kunti.

"Pasti!"

"Kalau gitu minta buku sama pulpen," kata Kunti.

"Buat apaan?" Supir bertanya.

"Saya mau kasih tanda tangan buat kamu, kan kamu fans saya. Itung-itung latihan menghadapi fans," kata Kunti.

"Nggak ada, lah. Emang gue mau sekolah bawa buku," kata Supir.

"Cari warung, gih. Buat beli buku," kata kunti.

"Niat banget, sih! Bentar!" Supir membuka laci dashboard angkot dan mengambil kertas dari dalamnya.

"Nih kertas, tapi nggak ada pulpen," kata Sang Supir lagi.

"Waduh, masa mau ketemu idola nggak bawa pulpen," kata Kunti.

"Siapa yang tahu bakal ketemu Kunti sableng! Kalau tahu ga bakal gue narik hari ini!"

"Lo gimana sih! Katanya mau jadi fans gue!"

"Lagian terkenal aja belum udah songong! Udah pake cap jempol aja! Nggak usah pakai pulpen," kata Sang Supir.

"Cap jempol juga butuh tinta kali," kata Kunti.

"Ngapain pake tinta. Lo liat aja jempol, lo," kata Sang Supir dan Kunti pun melihat ke arah jempolnya dan baru sadar kalau jempol tangannya dekil berdaki.

"Lo tempelin aja jempol lo ke kertas, dijamin berbekas," kata Sang Supir.

"Bener juga, ya. Ok deh!" kata Kunti lalu langsung menempelkan jempolnya ke kertas.

"Ngomong-ngomong nama lo siapa?" tanya Kunti.

"Jono," jawab Supir.

"Nggak gaul, gue ganti Joni, ya," kata Kunti.

"Lo gue ganti Kunto mau nggak! Ganti nama orang sembarangan," kata Joni.

"Ok, gue tulis di kertas, buat Joni with Love," kata Kunti sambil menggoreskan telunjuk dekilnya.

"Itu bisa nulis, nggak usah pakai pulpen," kata Supir.

"Baru nyadar gue juga, saking dekilnya kotoran kuku gue udah kaya tinta," kata Kunti.

lalu kunti kembali berkata, "Sekarang untuk sentuhan terakhir," Kunti mendekatkan bibirnya pada kertas dan ..., Cup <3 !! Kunti mencium kertas itu lalu memberikannya pada Jono.

"Nih buat kamu," kata Kunti.

Jono menerima kertas dari Kunti dan langsung bergidik karena tercium aroma busuk dari kertas yang diberikan Kunti, ditambah cap bibir di kertas tidak hanya warna coklat dari bibir kotor, tapi ditambah ada sedikit serpihan daging bibir yang menempel.

"Jangan dibuang ya," kata Kunti.

"Iya, pasti gue simpen," kata Jono.

"GUE BUANG LAH! UDAH BAU DEKIL, SEREM LAGI!" <--- isi hati Jono sebenarnya.

"Eh anu, ini udah jalan Bojong, kan. Gue turun sini," kata Kunti.

"Ok," Jono lalu menginjak remnya.

Setelah angkutan umum berhenti, Kunti kembali menembus pintu dan turun dari angkot.

"Ok, gue pergi ya," kata Kunti.

"Bentar, jangan pergi dulu," kata Jono.

"Gue udah lupa nama gue, udah panggil aja Kunti," kata Kunti.

"Ongkos!! Siapa yang tanya nama!"

"Ya elah, setan mana punya duit," kata Kunti.

"Nggak punya duit kenapa naik! Gara-gara elo, nggak ada yang mau naik angkot gue dari tadi!" Jono langsung kesal.

"Eh, bentar. Ada yang bisa gue kasih buat bayaran angkot, lo," kata Kunti sambil merogoh jaket Ko Wawan yang dia bawa. Tidak berapa lama Kunti mengeluarkan cincin emas permata dari dalam jaketnya.

"Ini, lo jual aja, itu mahal banget gue yakin. Soalnya temen gue kaya banget waktu hidup," kata Kunti.

"I-ini asli?" tanya Jono kaget menerima cincin permata.

"Iya, punya temen gue. Orang Tionghoa kalau meninggal semua hartanya dibawa, itu ada di dalam jaket. Buat lo aja, di sana nggak kepake," kata Kunti.

"Terima kasih! Alhamdullilaaah!"

- BUSH! Kunti kembali terbakar.

"Air! Aiiir!!!" teriak Kunti sambil lari sana-sini.

"Maaf-maaf!"

Jono langsung ambil air dari dashboard dan menyiramkannya pada kepala Kunti, api pun padam.

"Supir setan! Lain kali kalau berdoa jangan dekat gue! Sensitif nih! Gampang kebakar gue!" kata Kunti.

"Iya, maaf. Reflek," jawab Jono.

"Bahaya juga ya, kalau pas elo naik terus gue isi bensin, tiba-tiba ada yang berdoa," kata Jono menambahkan.

"Gak usah dibahas! Nggak ada kerennya kebakar gara-gara ada yang doa!" jawab Kunti.

"Yang bilang keren siapa?" kata Jono.

"Lo mau jadi supir gue, nggak? Di dalam makam sana banyak harta karun yang nggak kepake. Gue bisa mintain sama temen-temen gue," kata Kunti.

"Mau banget!" jawab Jono.

"Kalau lo setia dan tepatin janji, ntar gue tambahin.

"Anu, itu nggak apa-apa? Ntar gue kualat lagi," kata Jono.

"Kalau lo gali secara illegal dan tanpa ijin, iya! Bisa-bisa lo dihisap darahnya sama si Vampir. Tapi ini kan udah gue pintain, mereka pasti mau bantu gue," kata Kunti.

"Ok, kalau gitu!" kata Jono. "Eh tapi tugas gue apa?"

"Gampang, lo jemput aja gue di tempat tadi gue naik, setiap hari.

"Sip sekarang gue pulang dulu, ya," Kunti pun melayang menuju makam. Jono pun langsung pergi meninggalkan Kunti.

...

Bagaimana kelanjutannya ..., doakan pengarang biar mood terus untuk update. Aamiin.


Continue Reading

You'll Also Like

4.1M 110K 32
(WARNING 18+ FOLLOW DULU BARU BACA) "Metta mau nenen" "Iya, Samudra" "Metta mau peluk" "Sini" "Metta mau buat anak" "Ayo" Ini cerita tentang Samudra...
21.2M 1.9M 91
[CHAPTER MASIH LENGKAP, EXTRA CHAPTER TERSEDIA DI KARYAKARSA] Sembari menunggu jadwal wisuda, Sabrina memutuskan menerima tawaran bekerja sementara d...
78.4K 6.4K 23
Saat selesai memberi makan seekor kucing dipinggir jalan,Gavin tertabrak motor sehingga para warga membawanya kerumah sakit. saat terbangun,dia dibua...
1.5M 111K 39
Sudah terbit di 𝐓𝐞𝐨𝐫𝐢 𝐊𝐚𝐭𝐚 𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐬𝐡𝐢𝐧𝐠 𝗦𝗲𝗯𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗯 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗱𝗶𝗵𝗮𝗽𝘂𝘀. 𝗛𝗮𝗿𝗮𝗽 𝗺𝗮𝗸𝗹𝘂𝗺! ***** Florence...