BOLERO ~Love In The Past~

By suliskim

213K 15.6K 1.1K

Jung Yunho terlahir dari keluarga sederhana. Dengan mengandalkan pengetahuan dan pengalaman ia berhasil mendu... More

BOLERO ~ Love in the past ~ prolog
BOLERO chap 1 ~Kim Jaejoong~
BOLERO chap 2 ~Jung Yunho~
BOLERO chap 4 ~ It's You ~
BOLERO chap 5 ~ Saranghae ~
BOLERO chap 6 ~ Little Boy ~
BOLERO chap 7 ~ Jealous ~
Chapter 8 *Still love You*
Chapter 9 *Ballerina*
Chapter 10 *Happy is Simple*
Chapter 11 *Im Fine*
Chapter 12 *Sexy Girl*
Chapter 13 *last game*
Chapter 14 ~Togetherness~
Chapter 15 ~Love and Fear~
Chapter 16 ~Marry me~
Chapter 17 ~Wedding~
Chaptet 18 -You and Me-
BOLERO Chap 19 ~Love in the past~
Epilogue
Open Po

BOLERO chap 3 ~ I Miss You ~

9.8K 799 61
By suliskim

Title : Love In The Past
Author : Sulis Kim

Main : Kim Jaejoong
Jung Yunho
Other

Genre : Angst, Romance.
Rate : T ~ M

WARNING

GS. Dont Like Dont read.
Cerita ini hanya fiksi belaka. Author hanya menggunakan nama mereka.

Para pemain dalam ff ini milik diri mereka sendiri dan Tuhan yang maha esa.

Typo gentayangan dimana mana. Menerima masukan yang membangun dengan lebih memberi saran dan bukan kritikan pedas.

Happy Reading ...!!!

Hujan gerimis mengguyur kota Seoul di pagi hari, membawa kedamaian tersendiri yang menenangkan hati kala kau tidak memiliki tempat lain untuk berbagi.

Kesukaan Yunho akan hujan selalu membuat perasaanya menjadi tenang, selalu dapat di andalkan untuk ia melupakan masa lalunya meskipun hanya sejenak. Aroma hujan yang menenangkan ketika ia menutup kedua mata, suara rintik hujan gerimis menyapa payung hitam yang ia genggam di tangan kananya seakan menyatukan mereka dalam gelapnya suasana mendung berselimut awan hitam pagi ini.

Seharusnya matahari sudah menampakkan diri pada waktu sesiang ini, Yunho tidak menyesali ketidak hadiran sinarnya karena hari tetaplah sama seperti sebelum sebelumnya.
Sepi!

Tidak ada lagi suara dentingan lirih panci ataupun aroma harum masakan setiap ia membuka mata di pagi hari. Tidak ada lagi yang mengucapkan selamat pagi dalam sapaan ceria di setiap ia keluar kamar, tidak ada lagi aroma kopi di meja makan dan meskipun ia tak pernah menikmatinya . Tidak ada lagi Kim Jaejoong.

Sepuluh tahun telah berlalu ia selalu berharap meskipun hanya sekali, Yunho ingin menyapa Jaejoong di suatu pagi ketika ia keluar dari kamar dan mendapati wanita itu menunggunya dengan sarapan dimeja makan, dan tidak ada salahnya di tambah sebuah ciuman selamat pagi dari istrinya.

Seandainya saja ia sadar lebih awal, bahwa Jaejoong begitu berarti baginya ...

Kenyataan yang tidak dapat di pungkiri, penyesalanya tidak akan membuat masa lalu dapat berubah seperti mimpi yang tidak akan datang kembali di malam berikutnya. Kenyataanya dirinyalah yang mengabaikan semua keindahan dan kenikmatan aroma pagi yang diciptakan mantan istrinya itu semakin memperburuk suasana hati Yunho, dan demi Tuhan, Sepuluh tahun apakah belum cukup untuk dirinya menyesali semua hal tentang mantan istri yang ia abaikan selama satu tahun penuh pernikahan mereka.

Bunyi suara lonceng yang tersemat di atas pintu menyambut kedatangan Yunho di toko yang ia buka sembilan tahun lalu. Sapaan para pekerja dan tatapan kagum para pelanggan sudah biasa Yunho terima setiap kali ia datang ketoko miliknya ini.

Tempat favoritenya adalah lantai dua, dimana ia suka menghabiskan waktu senggang untuk melihat anak anak belajar balet dengan penuh semangat dan menjadikan tarian kesukaan Jaejoong sebagai impian mereka, Ballerina. Sama seperti Kim Jaejoong dan impianya melihat tarian balet karena dirinya ingin melihat Jaejoong kembali, ia ingin mengembalikan apa yang telah ia renggut dari Jaejoong sebelumnya. Andai dia bisa.

"Selamat pagi Mr. Jung, senang melihat anda pagi ini," Dua orang wanita berusia di antara tiga puluhan itu menyapa Yunho. Mereka dua orang yang Yunho rekrut untuk mengajar anak anak yang berusia dibawah lima belas tahun menari balet.

"Selamat pagi," Go Ahra,dan Jessica Jung. Mereka memiliki keahlian khusus untuk mengajar balet di tempat yang Yunho buka ini. Bolero.

Seperti biasa Yunho akan duduk di sisi lain ruangan dan menikmati kopi atau teh yang mereka sajikan untuknya. Memperhatikan para anak didik kedua wanita yang ia akui lihai itu, akan tetapi tidak selihai Jaejoong tentu saja, Yunho tersenyum getir, dirinya lelah menjalani hidup dalam belenggu rasa bersalah dan kerinduan yang teredam di jantung hati dan paru parunya.

Jaejoong. Bagaimana keadaan wanita itu sekarang? Apakah kesibukanya saat ini? Karena Yunho tahu sejak mereka menikah Jaejoong melepaskan impian yang ia rintih sejak umur delapan tahun sampai wanita itu sukses. Dan menikah dengan Yunho adalah akhir dari segalanya.

Ya, Tuhan. Sungguh! Tidak adakah hal baik yang ia lakukan untuk mantan istrinya dulu. Tidak ada wanita kedua didunia ini seperti Jaejoong yang rela melepaskan segalanya dan hidup dalam kesederhanaan yang Yunho berikan untuk wanita itu, tepatnya hidup terabaikan dari dunia luar dan juga dirinya, Jaejoong seakan hidup di dunianya yang bahagia sebagai Mrs. Jung, dan Yunho tidak pernah tahu apakah wanita itu bahagia? Karena dirinya tidak pernah ingin tahu ,dan mengabaikan wanita malang yang mencintainya itu.

Jaejoong selalu dirumah setiap kali Yunho pulang, bahkan siang hari saat ia kembali mengambil beberapa dokumen yang tertinggal pun ia mendapati wanita itu sedang membersihkan apartemen mereka yang mungil. Dan Yunho menyadari apartemen itu jauh lebih terawat sejak Jaejoong tinggal bersamanya di kamarnya ya sempit.

"Mr. Jung. Senang melihat anda pagi ini, biasanya anda akan datang di jam istirahat kantor meskipun di hari libur." Menaruh secangkir kopi di atas meja Wanita itu duduk di sisi lain meja dan melipat tanganya di atas pahanya dengan gugup.

Yunho tidak buta untuk melihat rasa kagum pelatih balet yang ia rekrut itu kepadanya. Pandangan yang sama dari setiap wanita di kantornya. Dan Yunho lebih memilih mengabaikan mereka karena hatinya memang tidak menerima wanita manapun selain Jaejoong. Ia pernah mencoba, beberapa kali mencoba berkencan dengan teman teman wanita Yoochun atau Changmin yang mereka kenalkan untuknya, namun hatinya tidak dapat menerima wanita manapun selain Jaejoong.

Yunho tersentak ketika jemari Ahra menyentuh punggung tanganya. Ia menarik tanganya sendiri kebawah meja, "Maafkan saya, sepertinya anda melamun." Ahra menjelaskan ketika melihat Yunho menghindarinya.

Hal biasa yang ia lakukan selama sepuluh tahun belakangan. Kedua sahabatnya sudah lelah menegur ketika ia melamun dan hanya kedua sahabatnya itulah yang tersisa yang kebal dengan makian ketika ia mabuk atau marah.

"Maaf, Ms. Go, biarkan saya sendiri." Wanita itu segera bangkit dari duduknya dan membungkuk minta maaf sebelum wanita itu keluar dari ruangan pribadi Yunho.

Menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi Yunho memutar kursi menghadap jendela yang terbuat dari kaca lebar. Seluruh bagian dalam lantai dua lebih dominan berdinding kaca dan kaca tembus pandangan favorite di ruanganyalah tempat ia biasa melihat para anak anak itu berlari balet dari kursinya.

Hujan sudah berhenti, langit hitam sudah menyingkir bergantikan matahari yang mengintip malu malu di balik awan putih dan,,, pelangi yang mulai muncul.

Yunho meperhatikan pejalan kaki yang mulai memenuhi sisi sisi jalan raya dan wajah mereka menampakkan kelegaan tersendiri ketika melihat hujan telah berhenti.

Kemudian pandangnya berhenti pada seorang wanita dengan mantel besar berwarna hitam berdiri di depan toko Bolero miliknya. Kedua tangan wanita menenteng dua bag besar berisi sayuran dan sebagainya dan Yunho membayangkan Jaejoong melakukan hal yang sama setiap harinya di masa pernikahan mereka yang singkat.

Wanita itu mendongak menatapnya atau lebih tepatnya menatap langit yang cerah, dan Yunho menahan nafas, bahkan jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat. Katakan kalau ia berhalusinasi sampai melihat wajah Jaejoong di wajah wanita itu.

Demi Tuhan, Jaejoong tidak mungkin berada disini.

Kursinya bergoyang ketika ia bangkit tiba tiba.

Di bawah sana wanita itu mengeyit dan tersenyum ketika melihat pelangi menghiasi langit yang suram. Dan perut Yunho terasa melilit ketika melihat senyum yang sama yang dimiliki Jaejoong ketika mereka usai mengikat janji pernikahan dan Yunho mencium bibir wanita itu asal.

Berjalan mendekat ke kaca untuk memastikan, Wanita itu berbalik dan berjalan pergi, dan Yunho kehilangan kendali diri, ia berlari seperti pria kesetanan turun kelantai dasar. Ia tidak peduli semua mata menatapnya terkejut dan heran ketika seorang Jung Yunho yang selalu menjaga langkahnya selalu tenang berlari keluar dari Bolero ke jalanan seperti orang gila mengejar kearah wanita tadi itu pergi.

Yunho mencari, berharap, dan berdoa semoga ia melihat wanita itu dan memastikan kalau itu Jaejoong. Manik matanya berputar di keramaian orang orang yang menatapnya aneh karena ia berputar putar untuk mencari wanita berbaju hitam dan,,, wanita itu naik ke Mobil taxi yang baru saja berhenti di sisi jalan.

"Tunggu," Yunho berteriak tepat ketika pintu tertutup dan mobil melaju ketengah jalan yang lenggang. Ia berlari berteriak sampai ia menyerah ketika mobil itu berbelok di tikungan depan.

Nafasnya terengah ketika ia berlari kembali ke depan toko Bolero dan menerobos masuk. Mengeluarkan dompetnya ia membuka sebuah foto yang ia simpan disana, foto Jaejoong yang ia dapat dari memotong sebuah majalah yang mengumumkan menghilangnya Jaejoong sepuluh tahun lalu. Ia menyimpan satu satunya replika Jaejoong yang membuatnya ingat akan wajah mantan istrinya itu. Jaejoong telah membawa pergi semua foto pernikahan mereka bersamanya ketika wanita itu memutuskan untuk bercerai tanpa menyisakan satupun untuk Yunho.

"Apa kau melihat wanita tadi yang berdiri di depan sana, apakah wanita itu seperti dia?" Yunho menyodorkan foto itu kepada kedua pelayan toko.

"Bukankah itu Kim Jaejoong, balerina terkenal beberapa tahun lalu yang menghilang dan ..." Sepertinya wanita itu sadar dengan ucapanya yang keceplosan. "Maafkan aku Mr. Jung."

"Apakah kau melihatanya?" Yunho memandang gadis muda di sisi wanita itu dan gadis itu menggeleng.

"Maafkan saya Mr. Jung, kami sibuk melayani pelanggan."

Tangan Yunho terkulai di kedua sisi tubuhnya, mungkin dirinyalah yang terlalu merasa bersalah kepada wanita itu sampai ia berhalusinasi melihat Jaejoong.

Hal ini bukan pertama kalinya terjadi, tetapi dulu, sudah sangat lama sejak terakhir kali ia melihat wajah Jaejoong di kerumunan orang orang pejalan kaki yang ternyata bukan, tepatnya tidak lama setelah Jaejoong pergi.

Ya, dirinya hanya salah melihat wanita lain sebagai Jaejoong dan demi Tuhan tadi itu benar benar nyata seperti senyuman wanita itu. Yunho berani menukar apapun untuk melihat kembali senyuman Jaejoong lagi dan lagi.

.

.

.

" Teobbokki ...? Kenapa Papa tiba tiba ingin makan makanan itu?" Jaejoong menjawab teriakan sang Ayah yang duduk di meja makan ruangan lain dapur.

Pagi ini ia sibuk memilih milih masakan apa yang akan ia masak karena pagi ini tiba tiba saja Ayahnya mengatakan akan kedatangan tamu dan dengan terpaksa ia sendiri berbelanja makanan di supermarket terdekat, mekipun Ayahnya tidak mengatakan siapa orang itu, Jaejoong telah menyiapkan barbagai masakan yang ia masak sendiri.

Sepuluh tahun lalu mungkin ia tidak bisa memasak sebanyak hidangan yang saat ini sudah tersaji di meja makan., namun hidup sendiri dalam kesendirian dan usaha untuk menyambung hidup telah membuatnya menjadi wanita dewasa yang mandiri dan mampu mengelola cafe yang ia buka dengan penghasilanya sendiri tanpa bantuan Ayahnya.

"Ya, bukankah kau pernah mengatakan kau paling pintar masak Teobbokki."

Tangan Jaejoong berhenti mengaduk kuah daging yang mendidih, Ayahnya masih mengingat ucapanya sepuluh tahun lalu ketika Jaejoong menelfon Ayahnya karena merindukan pria itu, namun menahan lidahnya karena ia tahu Ayahnya akan langsung menemuinya hari itu juga, dan Jaejoong tidak ingin membuat Yunho marah karena Ayahnya datang berkunjung.

Ah, ia juga ingat. Mantan suaminya itu sangat menyukai Teobboki tetapi tidak pernah menyentuh Teobboki buatanya dan masakan apapun yang dimasaknya.

Setiap hari ia berharap dan berdoa semoga sekali, sekali saja Yunho mencicipi masakanya dan harapanya tidak pernah terkabul sampai mereka bercerai.

"Bisakah kau membuatnya, sayang." Kim Il Gook sudah berada di belakang Jaejoong dan ia tersentak kaget. "Maaf, mengejutkanmu."

"Baiklah, aku akan membuatkanya khusus untuk Papa." Ia berbalik untuk tersenyum kepada Ayahnya dan memeluknya menyembunyikan wajahnya yang mungkin saja merah karena menahan tangis.

Sepuluh tahun, Ya Tuhan. Kenapa dirinya masih juga menangis ketika mengingat bagaimana perlakuan Yunho kepadanya selama pernikahan mereka.

Menarik diri, Jaejoong memperhatikan Ayahnya yang terlihat lebih Tua dari usia yang seharusnya, apakah karena dirinya?

"Nah, jangan menangis sekarang ketika kau telah mengabaikan Papa selama sepuluh tahun tanpa mencoba menengok apakah Papa masih hidup atau sudah mati."

"Jangan bicara konyol." Jaejoong kembali memeluk Ayahnya, "Kau akan tetap hidup sampai seratus tahun atau dua ratus tahun, bahkan lebih panjang dari umurku."

"Apa gunanya hidup lama kalau kau tidak disisiku, dan untuk apa aku hidup kalau kau mati tanpa meninggalkan seorang cucu untukku."

Menarik tubuhnya kembali Jaejoong mendaratkan tinjunya ke dada sang Ayah dengan bergurau. "Aku sudah mencoba dan gagal,"

"Kau bisa mencobanya lagi," Wajah pria itu melunak dengan tatapan sayang yang tidak pernah berkurang dari wajahnya yang di tunjukkan untuk Jaejoong selama ini.

"Ya Tuhan, maafkan aku telah menelantarkanmu selama ini Papa."

"Syukurlah kau sadar, dan cepatlah masak Teobboki pesananku Shef, tamuku sebentar lagi akan tiba." Pria paruh baya itu berjalan keluar dengan langkah terburu buru.

Dan Jaejoong tentu tahu Ayahnya sebentar lagi akan menangis di meja kerja atau di hadapan foto Almarhum ibunya, pernah beberapa kali ketika ia masih kecil melihat sang Ayah menangis diam diam, dan ketika ia menerobos masuk Ayahnya itu segera tersenyum dan menghapus jejak jejak air mata dari wajahnya. Kim Il Gook selalu tersenyum di hadapan Jaejoong dan apakah jika ia pergi lagi Ayahnya itu akan menangis.

" Melarikan diri dari masalah bukanlah membuat masalah itu terpecahkan, tetapi kau hanya akan membuat masalah itu semakin tidak bisa terpecahkan."

Salah seorang temanya di Italia mengatakan itu dan itulah alasanya Jaejoong kembali, bukan untuk menghilang lagi, tetapi kembali untuk Ayahnya yang sudah menderita karena putri tunggalnya menghilang tanpa kabar meskipun ia sering menelfon Ayahnya.

Bukan berarti ia tidak tahu kalau Ayahnya mencarinya, sampai dua minggu kemudian sejak ia meninggalkan Seoul ia menelfon Ayahnya dan mengatakan." Aku akan kembali ketika aku berhasil mengobati lukaku."

Namun, sepuluh tahun berlalu dan dirinya belum juga dapat menyembuhkan luka dihatinya.

"Nona, bahan untuk Teoboki sudah saya siapkan." Salah seorang pelayan membantu Jaejoong mengangkat kuah yang sudah matang untuk di bawa kemeja di tengah tengah dapur.

"Terimakasih. Tolong bantu aku menyiapkan piring di meja, Bibi," Dan terdengar suara bell berbunyi.

"Gawat, tamunya sudah datang dan kita belum selesai." Jaejoong berlari keluar dapur mendapati Il Gook keluar dari ruang kerja di sisi lain ruang makan.

"Biar aku yang buka, kau uruslah masakanmu jangan sampai gosong." Jaejoong mengerjap heran. Dan apakah Ayahnya tadi mengedipkan mata kepadanya? Tuhan, betapa centilnya Ayahnya itu.

~TBC~

Continue Reading

You'll Also Like

277K 23.2K 79
Cinta hanya untuk manusia lemah, dan aku tidak butuh cinta ~ Ellian Cinta itu sebuah perasaan yang ikhlas dari hati, kita tidak bisa menyangkalnya a...
47K 7.1K 109
Kalau baca jangan lupa tinggalin jejak ya
64.7K 4K 84
83 line, Teukchul, Heechul, Leeteuk, This is my AU (alternate universe) bukan shipper mereka? tidak usah ganggu and komplain ya ๐Ÿ˜ธ๐Ÿ˜ธ 18+ , 21+ , Bo...
30.5K 3.5K 25
'beli bunga setiap hari, buat siapa emang mas?', 'buat ketemu kamu!', 'tante cantik, mau jadi mamanya jiun gak?', 'om ganteng, jadi papanya Wooju mau...