Dorm in Love

By luphyazfah

70.1K 3K 128

Ibuku secara tidak langsung, mengantarkanku ke tempat ini. Sebuah tempat yang tak pernah kuduga, adalah tempa... More

Dorm in Love
#2 Fake Beat
#3 It Hurts
#4 Orchid
#5 Aegyo
#6 Wine
#7 Dating
#8 Hope
#9 Separate
#11 The Truely Feeling (END-repost)

#10 Superstition

4.3K 231 8
By luphyazfah

Hyemin POV

Baru saja aku melangkah masuk ke resort, lututku yang sudah bergetar hebat akhirnya melemas. Membuat tubuhku ambruk di atas tempat tidur dengan seketika.

Aku memegangi dadaku. Kenapa begitu sesak? Bukannya ketika namja itu mengatakan hal-hal manis seperti itu isinya hanya bunga-bunga? Lalu kenapa bunganya berganti duri ketika kata itu diucapkannya?

Kim Hyemin… taukah kau seberapa bodohnya dirimu? Tidak… bahkan orang bodoh sekalipun tidak akan terjerumus jatuh pada lubang yang sama berkali-kali. Mereka pasti memilih untuk menghindari, atau memilih jalan lain. Tapi dirimu…?

Apa kau ini? Lebih dari yang paling bodoh!

Pletak!

 Aku bangkit mengusap kepala. Ternyata Minji.

“Kau… “ Minji terlihat berapi-api, tapi langsung padam sekejap mata, “Kau menangis?”

“Hanya mengantuk.” Bohongku. “Wae?”

“Ani… hanya saja… kenapa kau tadi langsung pergi?”

“Lalu untuk apa? Aku tidak ada kepentingan dengan mereka.”

Minji melipat tangannya. Jika dia ingin ceramah kumohon ini bukan saatnya. Aku sedang malas mendengarkan.

“Dengar ya, kau itu sangat beruntung! Semua orang ingin sekali bertemu dengan Super Junior, apalagi jika mengenalnya secara pribadi! Kau melakukannya! Kau melakukan hal yang diinginkan banyak orang! Tapi sekarang kau malah berkata kau tidak ada kepentingan dengan mereka?! Aish… dibanding itu, mereka yang lebih pantas dikatakan tidak ada kepentingan denganmu!”

Aku mendesah berat. “Kau benar. Jadi lebih baik kalau aku tidak mengganggu mereka.”

Mwo? Bukan itu maksudku…” Minji berdesis.

Terlihat ia berfikir beberapa saat sebelum mengeluarkan argumennya lagi, “Begini… kau itu sangat beruntung! Dan aku tidak ingin sahabatku ini melepaskan kesempatan paling langka ini! Mengerti, maksudku?”

“Kalau begitu mungkin kau bisa menggantikanku mengambil kesempatan yang katamu langka lagi beruntung ini? Hmm?”

“Yha! Kau ini!”

“Minji-ya… aku pulang saja ya?” Ujarku mengganti topik.

Minji termenung. “Kau aneh. Padahal aku memukul dan membentakmu tapi kau malah tidak bereaksi apa-apa. Dan sekarang kau ingin pulang. Wae geurae?”

“Aku hanya ingin pulang…. Aku merindukan eomma.”

“Apa tidak bisa besok sekalian ya? Tanggung kan kita semua juga juga akan pulang besok.”

Aku tersenyum setulus yang aku bisa. “Arasseo. Aku tidak ingin memaksakanmu.”

“Hyemin-ah…. kau ini kenapa?”

Aku menggeleng pelan. Lagi-lagi senyum palsu mengembang.

***

Author POV

Sandara seakan terkunci di tempatnya berdiri. Begitu pun matanya yang tak henti menatap ke satu titik. Setiap gerakan yang dipilih namja itu ketika blitz camera bersinar terang, selalu membuat jantung Sandara berdegup-degup.

“Yak bagus!” puji sang fotografer sambil mengeker kameranya. Dan…. blazt! Gambar berisikan Sungmin, Donghae, dan Yesung langsung terpampang di laptop. Fotografer terlihat puas akan hasilnya. “Semuanya, mari istirahat! Kita lanjutkan saat sore!”

Sandara menghela nafas. Kenapa sudah selesai? Dia kan baru liat sebentar. Masih kurang! Batin Sandara kesal.

Baru saja gadis itu hendak mengangkat kaki dari tempatnya bersembunyi ketika ia tak sengaja menangkap bayangan gadis-gadis yang tampak familiar. Tidak… sekali lihat juga langsung tahu siapa mereka itu.

“Ah Yuri-ssi! Yoona-ssi! Seohyun-ssi!” Donghae melambaikan tangannya.

Gadis-gadis itu balas menyapa. Seketika semua mata menatap mereka. Terlebih kebanyakan orang di tempat itu bergender laki-laki. Bahkan tidak sedikit staff yang memandang iri ketika member Suju berjabat tangan dengan mereka.

Mwoya? Kalau dengan SNSD aku tidak ingin lihat!” bisik Sandara kesal.

***

Kyuhyun POV

Flashback

“Umm, Kyuhyun-ssi… tadi itu… kau ingin bilang apa?” tentu saja gadis itu minta penjelasan sekarang. Ah! Bagaimana sekarang? Kenapa kau ini begitu babo Kyuhyun-ah? Apa kau tidak bisa membedakan yang nyata dan hanya khayalan? Di mana akal sehatmu???

Wae? Memangnya apa yang sedang kalian bicarakan?” Kenapa juga ada Donghae-hyung di sini? Ini semakin mempersulitku!

Mwo? Memangnya tadi aku bilang apa?” Jawabku balik bertanya. Pura-pura bodoh adalah pilihan terakhir yang kupunya.

“Kau bilang…” gadis itu terlihat ragu. Apakah dia akan mengatakannya? Di depan Donghae-hyung? Semoga tidak!

“Kau bilang… aku terus mengikutimu sehingga membuat hidupmu tidak tenang.”

Mwo? Kau bilang begitu?” Donghae-hyung menatapku tidak percaya. Tidak bisa kubayangkan betapa Donghae-hyung sangat penasaran sekarang. Gadis itu… kuharap ia tidak berkata lebih dari ini.

“Kau bilang kau memikirkanku. Setelah aku pergi kau semakin memikirkanku dan kehilangan oksigenmu. Kau berharap bertemu denganku lagi sehingga kau bisa mengatakan satu hal padaku. Apa itu?”

Aku bisa merasakan Donghae-hyung sedang menatap intens padaku. Aku bertaruh dia sangat menanti kelanjutannya. Dia pikir dia sedang menyaksikan drama, heh?

“Oh yang itu. Hahaha… kau salah paham, Hyemin-ssi.”

“Maksudmu?”

Benarkah jika kukatakan ini? Tapi bagaimana lagi… aku tidak punya ide lain!

“Aku kira…” Kenapa aku begitu takut mengatakannya? Harusnya tidak apa-apa kan? Paling dia akan mengomel dan mengataiku bodoh. “Um…Aku kira kau ini Seohyun.”

“Seo-Seohyun?”

“Umm… akhir-akhir ini aku kurang istirahat sehingga suka berhalusinasi. Jadi ya… aku salah melihatmu sebagai Seohyun tadi.”

Seketika juga raut wajah Hyemin berubah. Dia seperti sedang berusaha menerima perkataanku barusan. Ada yang salah? Atau hanya perasaanku saja?

“Kau di sini rupanya! Waa… ada Kyuhyun oppa dan Donghae oppa juga,” perhatianku beralih. Seorang gadis datang ke tengah-tengah kami. Aku ingat dia. Minji, teman Hyemin. Dia menghampiri Hyemin namun gadis itu sama sekali tidak menggubrisnya. Ia seakan tengah tenggelam dengan pikirannya yang entah apa.

Namun semakin lama semakin jelas. Dari pergerakkan bahunya, menunjukkan nafasnya yang pendek berderu cepat. Dari pinggir matanya yang tersembunyi, ada genangan air yang kian tebal. Refleks membuat hatiku terkena dampaknya. Perasaan gelisah menguar menggrayangi seluruh tubuh dan organku. Sekaan ada dorongan kuat untuk merengkuhnya.

Aku takut aku salah mengartikan. Donghae-hyung masih meladeni Minji yang memohon berfoto dengannya sehingga aku tak bisa meminta pendapatnya mengenai fenomena yang aku saksikan sekarang. Jadi aku satu-satunya yang terpaku akan emosi yang aku sendiri tidak berani mengartikan milik Hyemin.

Dan sebelum dapat kutarik kesimpulan, gadis itu telah menggerakkan kakinya duluan, tanpa meninggalkan sepatah kata sampai jumpa atau semisalnya.

End of Flashback

“Yha!”

Lamunanku buyar. Tanpa selera kupalingkan muka. Eunhyuk-hyung hampir sampai ke tempatku berdiri.

“Ja! Apa yang lakukan uri magnae yang menyendiri seperti ini, eoh?” Dia merangkulku sok akrab. Cih, mood-nya selalu seperti ini jika radar ikan terinya menangkap sinyal yeoja seksi sekelas SNSD. Padahal hoobae sendiri! Dasar monyet!

“Ani. Hanya merenung.” Jawabku menatap gelungan ombak di hadapanku.

“Tsk. Kyuhyun-ah, kalau kau ingin merenungkan dosa-dosamu terhadap hyungdeul-mu, waktu seumur hidup juga tidak akan cukup!” ejeknya.

“Dari pada hyung… yang seumur hidup tidak akan bisa tampan seperti aku.”

Dia sudah menyiapkan bogemnya, tapi kembali disarungkan pada saku celana. “Hhhh… aku tidak ingin mengotori tanganku di hari yang begitu indah ini. Aigoo… kenapa tidak setiap hari saja seperti ini?”

Hyung, sebaiknya kau segera menikmati hari indahmu dibanding mengusik ketenanganku di sini.”

“Aisshhh… kau ini!”

Deburan ombak menjadi suara latar hening singkat kami.

“Oh iya, hyung… aku ingin bertanya sesuatu.”

“Hm? Katakanlah.”

“Saat kencan buta waktu itu…”

Aigoo Kyuhyun-ah… kenapa kau mengungkit hal itu lagi? Kau tahu kan aku membuat seorang wanita menangis saat itu! Bahkan meskipun itu atas perintah produser, aku merasa buruk mengingatnya!” potongnya.

Mianhae, hyung.” Aku meliriknya sekilas. “Lalu saat Eunseo akhirnya memilih Donghae padahal ia sudah menjadi pasanganmu, kau bagaimana? Apa kau tetap merasa buruk mengingatnya?”

Eunhyun-hyung menghela nafas. “Aku merasa dikhianati dan kesal. Tapi setelah aku melihat tayangannya di Tv, kurasa aku yang lebih dulu mengkhianati Donghae. Aku merasa bersalah padanya. Padahal aku tahu Donghae sudah menyukai Eunseo sejak awal, tapi aku masih saja mengambilnya. Pada akhirnya aku mendapatkan balasannya. Dikhianati… rasanya…apalagi oleh sahabatmu…” Eunhyuk-hyung menyeka sudut matanya. “percayalah kau tidak ingin merasakannya.” Dia menepuk bahuku sebelum pergi.

Sambil mencerna kata-kata Eunhyuk-hyung, pikiranku melayang memikirkan Sungmin-hyung.

Aku tidak akan mengkhianatinya kan?

Aku mendesah dan melihat pasir yang tersapu ombak. Bayangan ekspresi Hyemin siang ini kembali memutar di kepala.

Lagi-lagi aku mendesah. Mungkin aku terlalu lelah. Terlalu lelah memikul beban yang menghimpit dada. Rasanya tidak tenang. Gelisah yang menyiksa. Sebab meskipun aku telah bertemu dengan gadis itu, tetapi ekspresi terakhirnya malah terlihat … terluka.

Harusnya dia tidak begitu. Harusnya dia mengomel seperti biasanya. Bukan diam saja dan pura-pura tegar. Jika perkataanku adalah penyebabnya, harusnya Hyemin tidak begitu… kecuali…

“Aku kira kau ini Seohyun”

Dia…

Tidak.

Tidak mungkin dia cemburu, kan?

“Kau lelah, eoh?”

Hangat yang tiba-tiba melingkupi bahuku membuatku terkesiap. Angin kencang yang semula menyapa kulit, kini tertahan oleh selimut tebal putih.

“Jangan membuat kami khawatir! Dasar magnae menyusahkan!” Sungmin-hyung melipat kedua tangannya.

Aku tersenyum berusaha menyembunyikan hatiku yang kembali teriris. Kenapa kau begitu baik, hyung? Kenapa kau tidak kejam saja sehingga jika nanti egoku memaksa untuk melukaimu, maka aku takkan ragu.

“Gaja, kita makan. Bukannya nanti masih ada pemotretan lagi.” Ajaknya. Aku mengekor di belakangnya.

***

Author POV

Langit sudah menguning tanda mentari tak akan lama lagi menyentuh garis cakrawala. Ketiga sahabat itu tampak berjalan di bibir pantai. Menanti saat lembayung menguar di atap bumi.

“Indah… apalagi nanti ketika sunsetnya. itulah kenapa ada takhayul tentang sunset di sini…. Siapa pun pasti akan suka jika melihat hal seindah ini bersama orang yang mengisi hatimu, sambil berpegangan tangan pula.” jelas Minji panjang lebar.

Hyemin menyunggingkan senyumnya. Ia baik-baik saja ketika seperti ini. Menghabiskan waktu bersama teman-temannya membuatnya lupa akan rasa sakit yang hampir seharian mengukung hatinya.

*

Sekitar 100 meter dari tempat Hyemin dan teman-temannya berdiri, sebuah perahu kecil tengah berlayar. Berisikan dua orang namja dengan masing-masing pancingan di tangan.

Salah satu dari mereka, yang berperawakan kurus, menghela nafasnya karena bosan.

Tiba-tiba ia berseru nyaring, “Ikan… ikan… datanglah pada kami…. Kami tidak jahat kok. Kami cuma ingin makan ikan bakar!”

“Apa yang kau lakukan, Ryeowook-ah?” Namja satunya memicingkan alis menanggapi kelakuan temannya.

“Membujuk para ikan.” Jawabnya polos. “Aaahh… kenapa tadi aku tidak mengajak Donghae-hyung ya? Dia kan ikan. Pasti mudah membujuk ikan-ikan se-spesiesnya ini!”

“Dia masih melakukan pemotretan, kau ingat? Lagipula kau juga tidak akan bisa membujuk ikan-ikan jika kau mengatakan kau akan membakar mereka!”

“Aaah….kau benar, Sungmin-hyung.” Namja yang bernama Ryeowook itu manggut-manggut.

Sungmin menyadari bahwa matahari makin condong ke peraduannya. “Gaja, kita sudahan saja Ryeowook-ah! Sebentar lagi malam.”

Tapi Ryeowook tak mendengarkan. Ia terlalu fokus menajamkan matanya ke arah tepi pantai di mana terdapat tiga orang di sana. “Hyung… hanya perasaanku saja atau memang mereka sedang melambaikan tangan pada kita?”

Sungmin memutar kepalanya dan mendapati hal serupa. “Eo? Mereka memang melambaikan tangannya pada kita, Ryeowook-ah…” Sungmin mengkonfirmasi.

Ryeowook semakin menajamkan pandangannya. Ia merasa salah satu dari mereka mirip seseorang yang dikenalnya. Ryeowook menyipitkan matanya lebih lagi. “Ah! Itu Hyemin-ssi!”

*

“Annyeonghaseyo. Super Junior Ryeowook imnida.” Ryeowook memperkenalkan diri tepat setelah menapakkan kakinya di atas jembatan kayu sepanjang 10 meter yang cukup reot, namun satu-satunya di sepanjang pesisir itu. Sedangkan Sungmin sibuk mengikat perahu yang barusan digunakannya pada ujung jembatan.

Minji dan Sandara membalas sapaan Ryeowook serta memperkenalkan diri mereka. Sungmin datang setelahnya.

Sandara bersikap senormal mungkin menahan gejolak panas di hatinya ketika Sungmin memeluk Hyemin dengan mesra. Oke, sepertinya hanya dirinya yang beranggapan bahwa pelukan berdurasi 1 detik itu adalah ‘pelukan mesra’.

“Oppa kau habis memancing?”

“Hehehe… mencari bahan untuk pesta barbeque nanti malam.”

“Uwa… barbeque….” Minji  terbayang jawaban Ryeowook.

“Bergabunglah…”

“Bolehkah?”

Sungmin mengangguk. “Kami sangat senang malah.”

“Gaja… resort kami tidak jauh dari sini.” Ryeowook memimpin langkah. Dengan pancingan yang bersender di dadanya, ia berjalan layaknya tentara. Minji tertawa kecil dan mengikuti gaya berjalan Ryeowook di belakang. Suara decitan dari jembatan yang tampaknya sudah tak terurus itu menemani langkah mereka.

Hyemin tak dapat memungkiri hatinya kalau ia merasa senang melihat Sungmin dan Ryeowook lagi. Dua namja ter-aegyo di Super Junior ini punya pesona tersendiri yang dapat memancing senyum Hyemin tercetak di sudut pipinya.

“Neon gwaenchanna? Kau terlihat berubah sekarang. Kau jadi lebih pendiam.”

Hyemin terhenyak. Ia tidak tahu kalau suasana hatinya merubahnya sekian banyak. “Anio… aku tidak berubah! Aku hanya sedang tidak enak badan, makanya jadi malas bicara. Hehehe…”

Sungmin melepaskan syal tipis di lehernya dan mengalungkannya pada leher Hyemin. Gadis itu tertegun dibuatnya. “Jaga kesehetanmu, Hyemin-ah. Jangan membuat khawatir seperti dongsaeng-ku yang satu itu,” ujarnya lembut.

“Ne. Gomawo.” Hyemin menurut meski tidak tahu siapa dongsaeng yang Sungmin maksud.

Sandara yang berjalan tepat di depan mereka, benar-benar harus menahan ludahnya susah payah ketika mendengar percakapan yang mau tak mau terdengar oleh telinganya. Ia mempercepat langkahnya tetapi tidak sampai berlari.

Dak! Sandara tersandung potongan kayu yang mengangga. Secepat jantungnya berdetak, tubuhnya hampir tersungkur ke depan.

Grep! Sungmin lebih cepat memegangi perutnya sebelum ia jatuh. Menariknya dan memapah tubuhnya yang melemas agar berdiri tegak.

“Hati-hati, Sandara-ssi! Kau bisa jatuh ke air tadi!” Nada Sungmin sedikit meninggi. “Aisshh! Kenapa mereka tidak memperbaiki jembatannya! Begini kan bahaya!” cercanya.

“Sandara kau tidak apa-apa?” Minji dan Hyemin mendekati Sandara yang memegangi dadanya. Ia masih berusaha mengatur nafas dan detak jantungnya.

***

Lokasinya masih dekat laut dan ruangannya terbuka. Di tambah waktu sore yang hampir berganti malam membuat segalanya indah saat itu. Para member yang sedang mempersiapkan alat-alat untuk pesta, merasa terkejut bukan main kala menyadari kehadiran Hyemin.

Leeteuk yang sekali lihat Hyemin langsung menawarinya ini-itu. Apa saja. Dari mulai disediakan bangku sampai makan. Tapi Hyemin menolak dengan alasan ingin membantu mempersiapkan pesta juga.

Atau Donghae yang berlagak kesal karena siang tadi Hyemin pergi begitu saja. Ia mendadak kebarat-baratan. ‘Who are you’, ‘I don’t know you’. Pelafalannya yang lucu membuat Hyemin tertawa. Gadis itu minta maaf dalam bahasa inggris pula.

“No sorry…” Donghae menggoyangkan telunjuknya. “You ‘ppo-ppo’ me…” lalu menunjuk pipinya.

“Oppa, aku yang ‘ppo-ppo’ saja ya?” Minji dengan cepat maju menggantikan Hyemin. Tapi Donghae bukannya menghindar malah memalingkan mukanya sehingga berhadapan dengan Minji. Gadis itu bengong tidak mengerti.

Donghae tersenyum, lalu menunjuk bibirnya sendiri. “Yeogi, jebal…” godanya.

Minji hampir tersedak ludahnya sendiri. Perkataan dan perbuatan Donghae benar-benar membuat mukanya panas! Tidak tahukah dia kalau Minji sangat mengidolakan namja penyuka ikan itu?

Hyemin tertawa. Ia merasa pulang dalam tanda kutip. Ia sangat terharu karena semua member ternyata tidak melupakannya. Keberadaannya bukan sekedar angin lalu, seperti yang ia sangka-sangka.

*

Tidak ada yang salah dengan yeoja-yeoja itu. Mereka cantik dan baik. Juga tak segan menyapa Hyemin dan berbincang dengannya meskipun mereka Hallyu star. Jadi kenapa Hyemin menyesal melihat mereka di sini?

Buru-buru gadis itu menepis pikirannya. Bagaimana pun itu hal yang wajar. SNSD dan Super Junior kan memang berhubungan. Mereka satu perusahaan. Mereka pasti dekat. Bahkan dibilang couple pun ia tidak berhak memprotes. Kedua grup itu sempurna jika ‘bersama’.

Hyemin membalikkan haluannya. Ia tidak jadi ke kamar mandi.

Sosok namja bertubuh tinggi menghalangi jalannya. Hyemin menegang. Tanpa mengangkat kepalanya, Hyemin sudah tahu siapa di depannya.

Kyuhyun semakin dibuat gelisah atas sikap Hyemin yang bahkan enggan menatapnya. Dia tahu dia melakukan kesalahan. Tapi tentang apa… inilah yang akan Kyuhyun tanya pada Hyemin. Tapi gadis ini malah seperti ini?

Setelah mengumpulkan kekuatan di hatinya, Hyemin memutar melewati tubuh Kyuhyun tanpa memperdulikan keterkejutan di wajah namja itu sama sekali.

Hyemin terus melangkah dan bahkan semakin mempercepat langkahnya. Sakit hatinya menutup matanya akan moment sunset yang begitu indah.

Kyuhyun berhasil mengejar Hyemin. Tanganya menarik siku Hyemin agak kasar sehingga gadis itu mengerang. Tapi Kyuhyun seperti tidak ada keinginan untuk minta maaf.

“Kau ini kenapa?! Apa yang aku perbuat memangnya?!”

Hyemin mengatur nafasnya. Menandakan betapa ia kewalahan menekan emosinya yang terasa sampai ke ubun-ubun, membuat matanya panas. Ia tidak akan berani menangis di sini. Tidak di depannya.

“Yha! Kau mau ke mana?!” Kyuhyun menahan telapak tangan Hyemin.

“Kyu, lepaskan!”

“Tidak sebelum kau mengatakan salahku hingga kau seperti ini…”

Hyemin berusaha melepaskan tangannya tapi Kyuhyun malah menggenggamnya semakin erat. Sia-sia. Tangannya tidak akan bisa lepas. Seperti hatinya.

Guna menahan air matanya agar tidak turun, Hyemin mendengakkan kepalanya tinggi-tinggi. Tapi sesuatu malah menahan kepalanya untuk menunduk lagi. Bahkan matanya sudah membuka lebar saat teringat ucapan Minji.

“Bahwa jika ada laki-laki dan perempuan yang saling mencintai, kemudian bergandengan tangan sambil menyaksikan matahari tenggelam di pantai ini. Maka cinta mereka akan abadi selamanya.”

Hyemin melirik Kyuhyun. Namja itu terlihat tengah asik menikmati sunset sampai tak sadar mulutnya membuka. Hyemin melhat tangannya. Jari-jari Kyuhyun sudah menyilangi sela-sela jarinya.

Sekali lagi… Hyemin diajak namja itu berharap lagi.

‘Kyuhyun, kenapa kau begitu kejam padaku?’

“Kyuhyun-ah…?”

“Hmm?” tanpa menoleh Kyuhyun bergumam.

“Apa kau mencintaiku?”

Kyuhyun menegang.

*****

_TBC_

Ige mwoyaaaa?? Kenapa masih TBC???!!

Author minta maaf yang sebesar-besarnya, atas keterlambatan (hiks), ketidak-sesuaian part (hiks), ketidak-sempurnaan cerita (hiks), dan lain-lain, dan lain -lain (hiks, hiks) :'(( *bow sampe bawah*

Sekaligus juga author ngucapin terimakasih sebesar-besarnya atas dukungan kalian! Itu bener-bener ampuh numbuhin semangat sya! Neomu gamsahamnida!! TenKyuuuuu! :DD

Terakhir... vote + comment juseyo~~ ^^

Continue Reading

You'll Also Like

284K 22.1K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
35.1K 5.1K 25
(COMPLETED) Dyan si cewek tomboi super santai akhirnya harus jadi ' pengasuh' Dian, cowok kutu buku yang anti sosial, karena mereka bersekolah di SMA...
100K 3.7K 19
Demi bukti dan saksi, seorang artis multi talenta tiba-tiba harus menikah dengan seorang pria yang sama sekali tidak di kenalnya.
77.3K 11.8K 16
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...