Chance

By fanta-sy

437K 24.4K 595

"Berilah aku satu kesempatan dan aku akan memanfaatkan kesempatan itu dengan baik." Kisah tentang seorang Pla... More

Chapter I
Chapter II
Chapter III
Chapter IV
Chapter V
Chapter VI
Chapter VII
Chapter VIII
Chapter IX
Chapter X
Chapter XI
Chapter XII
Chapter XIII
Chapter XIV
Chapter XV
"Operation Breakup" Promo!
Chapter XVI
Chapter XVIII
-iseng-
Chapter XIX
Chapter XX
-bukan update. BACA DULU AJA-
Chapter XXI
Chapter XXII - End
New Story: "Mantan Kesayanganku"
Wajib baca!

Chapter XVII

13.2K 870 33
By fanta-sy

Ali menghempaskan tubuhnya di kasur. Ia memikirkan Prilly, apa ia salah tadi memperlakukan Prilly seperti itu? pikirnya.

"Ah, salah Prilly juga. Tadi kan Marsha udah jelasin ke gue" gumam Ali.

toktoktok

"Masuk."

"Eh, Li. Nih, gue bikinin jus jambu buat lo" suara Marsha. Marsha tadi minta singgah dulu di rumah Ali, katanya di rumahnya tidak ada orang. Terpaksa, Ali membawanya ke rumah.

"Iya Sha. Makasih" Ali mengambil gelas dari tangan Marsha.

"Oh iya, maaf ya gara2 gue, lo sama Prilly jadi berantem.." gumam Marsha.

"Ah, santai aja. Lagipula, itu jadi pelajaran juga buat Prilly." jawab Ali setelah meneguk jusnya.

"Li, kalo gue nginep disini boleh?" tanya Marsha dengan wajah memelas.

"Hah? Nginep?! sorry bukannya gue--"

"Please Li.." ujarnya lagi dengan puppy facenya.

"Huft. Yaudah deh, kebetulan keluarga gue lagi pada di rumah nenek gue" Ali menghela nafas pelan.

Marsha terpekik girang dalam hatinya.

"Let's start the game, ali" deliknya dalam hati.

***

"Ah, lagian si Ali bego juga ya Prill. Masa dia lebih percaya sama si Marsha jablay dibanding lo. Kan, ngga banget." ucap Michelle dengan muka ingin muntah. Michelle baru saja pulang dari puncak, sudah disambut dengan curhatan Prilly.

"Yahh, begitulah kak. Gue juga kesel sama Ali, apalagi sama Marsha. Lo tau kan, dulu gue sama dia nempel banget?" Prilly menghempaskan tubuhnya di kasur dan menjadikan paha Michelle bantal, Michelle mengelus sayang kepala Prilly. Baginya, Prilly sudah seperti adik kandungnya sendiri.

"Jangan cedih adik kecilkuu" ucap Michelle dengan suara seperti anak kecil.

"Gimana gue ga sedih kak? Pacar gue sendiri lebih percaya sama orang lain ketimbang gue.." prilly menghela nafas kasar.

"Udah ga usah dipikirin, gue tau banget Ali gimana. Ga mungkin dia lama2 giniin lo" Michelle mencoba menenangkan Prilly.

"Makasih kak" prilly pun langsung berhamburan ke pelukan michelle.

***

Cahaya matahari pagi mulai memasuki celah2 kamar Ali. Tunggu, sejak kapan Ali tidur bersama Marsha di satu ranjang? Bukankah Marsha tidur di kamar tamu?

Dibuka pelan selimut yang dipakainya. Astaga! Ali tidak memakai sehelai benang pun. Ali menoleh Marsha yang sama2 tidak memakai apapun, sama sepertinya. Ada apa ini? Kepala Ali merasa pusing entah kenapa. seingatnya, semalam ia baik2 saja.

Buru2 Ali berlari ke lemari dan memakai kaos hitam dan celana pendek sebawah lutut. Ali menuju ranjang dan mengguncang tubuh Marsha menyuruhnya agar bangun.

"Bangun lo" bentak Ali.

"Li.." gumam Marsha masih memejamkan matanya.

"Bangun!" pekiknya lagi

"Apaan sih Li?" jawab Marsha dengan kesal.

"Lo yang apaan. Kenapa lo jadi tidur di kamar gue, hah?" geram Ali

"Yaampun Ali.. Masa lo lupa? Semalem kan kita abis--"

"Abis apa? Lo ngaco banget. Gue ga ngapa2in ya sama lo, jangan ngaku2"

"Ali! Apaan sih?! Lo ga mungkin lupa kan soal semalem? Come on, berani berbuat, berani bertanggung jawab kan?" Marsha menyeringai licik.

"Sialan! Pergi lo, pergi!" teriak Ali mengusir Marsha dan melemparkan handuk agar Marsha memakainya.

"Keluar dari rumah gue sekarang juga." perintah Ali. Marsha tersenyum miring.

"Liat aja lo nanti" batinnya dalam hati.

***

Ali mengejar Prilly yang sedaritadi tak menyautinya.

"Prilly! Tunggu Prill" pekik Ali sambil mengejar Prilly yang tidak minat menoleh Ali sedikitpun.

"Apa lagi, Li?" terpaksa, Prilly menyauti Ali.

"Prill, maafin aku ya" gumam Ali. Ia menyatukan jemarinya dengan jemari Prilly. Prilly menggigit bibir bawahnya, bingung harus bagaimana.

"Ali! Lo harus tanggung jawab, gue ga mau tau!" tiba2 suara seorang perempuan mengagetkan mereka.

"Marsha? Tanggung jawab.. apa?" tanya Prilly.

"Lo denger ya, Ali harus tanggung jawab atas apa yg udah dia perbuat sama gue. Lo liat nih!" Marsha menunjukkan testpack dengan dua garis di dalamnya. Positif.

Sontak, Prilly langsung melepas jemari yg digenggam Ali. Baru saja Prilly ingin memberikan Ali kesempatan, tapi apa yang baru ia dengar tadi membuat kepercayaannya rusak, dan kesempatan yg ingin ia berikan telah dikubur lagi dalam2.

"Ga usah ngada-ngada! Lo ga hamil kan? Lo boong kan? Hah?!" bentak Ali. Untunglah suasana kampus belum terlalu ramai, dan mereka sedang berada di halaman belakang yang selalu sepi.

"Gue bohong? Buat apa? Faktanya, gue positif hamil." Marsha mengelus perutnya yang masih rata.

"Gak mungkin! Gue ga pernah nyentuh lo, apa lagi macem2. Sama sekali ga pernah. Itu-bukan-anak-gue." ucap Ali penuh penekanan.

"Ali.. apa--bener?" lirih Prilly.

"Itu semua gak bener sayang, kamu percaya sama aku kan?" Ali menatap mata Prilly dalam2 dan memegang kedua bahu Prilly. Prilly membuang tatapannya dari Ali, ia tidak ingin luluh lagi. Susah payah ia menahan air mata yang sudah membendung di pelupuk matanya, dan akhirnya air mata itu jatuh juga.

"Lepas." perintah Prilly pelan, tapi tegas.

"Lepas ali, lepas!" Prilly memberontak.

"Gue..gue ga ngerti lagi ya sama lo, gue bingung harus percaya atau engga. Tapi, kemungkinan itu anak lo Li. Lo udah ngehamilin Marsha. Michelle adalah korbannya, jadi ga ada yang ga mungkin. Untung waktu itu michelle ga hamil! Dan mengingat latar belakang lo dulu, lo playboy. Status lo dulu playboy, ga ada yang ga mungkin sekarang!" ucap Prilly menangis sejadi-jadinya.

"Prill, please percaya sama aku. Aku ga ngelakuin--"

"Kemaren gue nginep di rumah lo, kan Li?" potong Marsha cepat, hal itu membuat tangis Prilly makin menjadi.

"Lo cowo bajingan Li!"

Plakk!

Prilly menampar Ali keras, Ali yang ditampar hanya bisa diam dan menunduk.

"Selamat Marsha, lo hamil dan itu anaknya Ali. Congratulations, bitch." Prilly berlari menjauhi mereka dengan air mata yg masih terus turun.

"Prilly!--" baru saja Ali ingin mengejar Prilly, tapi Marsha sudah menahannya.

"Tanggung jawab." ucap Marsha tegas.

"Bangsat!" Ali meronta dalam pegangan Marsha, tapi Marsha masih terus menahannya.

Prilly terus berlari entah ingin kemana, yang pasti ia ingin sendirian saja.

"Liat kan? Ali ga ngejar gue. Berarti emang bener dia udah hamilin Marsha. Aliiii lo jahat!" pekik Prilly sambil menendang batu yang ia lewati.

Bugg

Prilly menabrak seseorang, samar2 ia melihat bayangan Jordan. Ah, benar ia menabrak jordan.

"Jordan. Minggir" gumam Prilly, Jordan menahannya karena melihat mata Prilly yg sembab.

"Prilly" tanpa basa-basi, Jordan mendekap Prilly walaupun sedaritadi Prilly meronta. Lama-kelamaan, Prilly bisa menerima pelukan dari Jordan dan membalas pelukan hangat jordan.

"Jordan..." lirih Prilly pelan tapi masih bisa terdengar.

"Ga usah cerita sama gue dulu, kalo udah tenang baru cerita ya" ucap Jordan lembut mengelus kepala Prilly, Prilly mengangguk pelan.

Setelah beberapa lama, Prilly melepas pelukannya.

"Gue.. ga bisa cerita, Jordan. Maaf, menurut gue ini masalah pribadi." jelas Prilly lemah. Jordan mengangguk paham, makanya ia tidak memaksa.

"Tentang Ali?" tanya Jordan memastikan.

"Iya tentang Ali. Tapi gue pikir, ini cuma masalah sepele kok." jawab Prilly. Ia harus berbohong demi kebaikan Ali, juga Marsha.

"Yaudah, kalo gitu ke kantin aja gimana? Soalnya, Ghina sama Kevin udah nungguin tuh. Tadi kita semua nyari lo sama Ali" jelas Jordan, Prilly tersenyum kecil.

"Setidaknya, gue masih punya sahabat yang peduli sama gue." batin Prilly.

Prilly dan Jordan pun melangkah menuju kantin atau biasa disebut cafetaria. Tak sulit mencari Ghina dan Kevin, karena mereka duduk di dekat tukang soto, seperti biasa.

"Oyy, beduaan aje lu. Si ali mana?" ujar Kevin saat mereka berdua baru datang.

"Ah, tai. Dateng2 udah ditanyain aja, bukannya pesenin makanan kek." Jordan berdecak kesal.

"Hehe piss. Eh itu, Prilly mata lo kenapa?" pandangan Kevin beralih kepada mata Prilly.

"Oh, gapapa. Kelilipan gue" prilly ngeles.

"Gue tau lo bohong" bisik Ghina kepada Prilly. Prilly hanya bisa tersenyum getir, Ghina memang paling tidak bisa dibohongi.

"Lo harus tanggung jawab!" teriak seorang perempuan yang suaranya mereka kenali, Marsha. Pandangan mereka beralih kepada Marsha.

"Kenapa tuh anak? Kayak abis dihamilin aja, sama Ali lagi. Ck." dengus Jordan asal.

Deg.

Hati Prilly nyeri bagai tertusuk duri tajam. Kenyataannya, memang Marsha hamil. Dan parahnya, dihamilin Ali.

"emang bener, kok" gumam Prilly kecil.

"Hah, apaan Prill? Gue ga denger" ucap Kevin. Suara Prilly memang sangat kecil hingga tidak bisa terdengar.

"Hh--ngga kok." balas Prilly singkat.

"Ali, dengerin gue! Gue ga mau tau, lo harus tanggung jawab. Gimana nasib bayi kita?!" teriakan Marsha masih terdengar ke meja mereka. Jaraknya memang tidak terlalu jauh.

"Apa-apaan Marsha? Apa dia mau mempermalukan Ali?" batin Prilly. Beruntung, kantin sedang sepi. Hanya diisi oleh Ghina, Kevin, Prilly, dan Jordan.

"Bayi?!" pekik Kevin, Ghina dan Jordan berbarengan. Hanya Prilly yang diam, karena ia memang sudah tau lebih dulu.

Ali dan Marsha mendekat ke meja mereka.

"Hai guys" sapa Ali santai, tak menghiraukan Marsha yang sedang berkomat-kamit dibelakangnya.

"Heh, anjing ga usah sok asik lo bangsat! Lo udah ngehamilin Marsha kan?" Jordan berdiri dan menarik kerah Ali.

"Santai dong, tai." balas Ali tak mau kalah.

Bugg

Satu tonjokan melayang di pipi Ali. Tak mau kalah, Ali balas menonjok Jordan.

"Heh anak setan, lo denger ya. Lo udah nyakitin Prilly yang jelas2 cewe baik, gue gak sudi" ucap Jordan penuh penekanan, emosi sudah melandanya.

"Hehh bocah2 gila, pada selo dulu dong. Haduh kenapa jadi tonjok2an sih?!" ujar Kevin panik.

Ali masih terus menonjoki Jordan hingga lebam, darah segar keluar dari sudut bibir Jordan. Ali mendorong Jordan hingga terpentok ke tembok, dan menghajarnya habis2an, dengan lemas Jordan membalas tonjokan Ali.

"Segitu doang kekuatan lo?" ali tersenyum kecut.

"Ali stop!" Prilly menengahi.

Bugg!

Satu tonjokan yg harusnya terkena Jordan, malah mendarat di pipi chubby Prilly.

***

Maaf sebelumnya, jika banyak kata2 kasarnya. Maaf ya, maaf sekali. Ga ada maksud untuk mencemarkan nama baik seseorang, ya :) tenang.. semua akan indah pada waktunya, biarkan semua mengalir seperti air~ *apasih* yaa tapi bener, sih. Tunggu aja kapan 'waktu' itu datang, dan semoga Ali Prilly takkan terpisahkan ya walau badai menghalang #sokbijak.

Thanks yang udah kasih feedback, Operation Breakup Chapter 1 udah ku publish loh, btw. Dibaca yaa ^^ jgn lupa kasih vote&commentnya juga disana :)

Disini jg jangan dilupakan vommentnya, ya. Votes 80+ comment 10+ please? :)

Continue Reading

You'll Also Like

124K 21K 40
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.1K 84 5
Dia 'Shila' atau lebih tepat nya Kim Shila anak dari pasangan kaya raya Kim Siwon dan Park Yuju, dan adik dari 7 Laki-Laki tampan yang kapan saja bis...
DEMANDED By suuuttt

Mystery / Thriller

924 166 31
- description [ rivamika ] masa lalu kelam itu menumbuhkan kebencian yang berapi api di dalam benak levi. ia sangat benci melihat orang yang mati. ke...
17.3K 1.4K 80
" Dek , gw suka ama lu " - Yoongi " Hah ? kita adek kakak woy " - Yoora " Ya mo gimana lagi " - Yoongi Warning ⚠️ - Bahasa ANTI BAKU BAKU KLEB - Yado...