Transmigrasi Zea Keylard

By rechan0617

155K 6.5K 209

siapa yang akan menyangka jika Zea putri tunggal keluarga Keylard mengalami kecelakaan tunggal dimalam pesta... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

30

2.2K 96 5
By rechan0617

Hari ini setelah kelas selesai,Lize dan Clara memutuskan pergi ke mall. Setidaknya disana mereka dapat memanjakan mata. Tak lupa Joe juga ikut, katanya ia akan bertindak sebagai bodyguard untuk kedua temannya itu.

Clara sebenarnya keberatan, karena Joe pasti akan menempeli kemana pun mereka pergi.

Orang yang sedang Jatuh Cinta terkadang memang tampak bodoh tanpa mereka sadari.

Mereka berpindah dari toko yang satu ke toko yang satunya lagi. Benar-benar hanya untuk memanjakan mata.
Abaikan saja Joe yang mulai merasa bosan mengikuti mereka. Kakinya bahkan mulai terasa pegal. Sesekali ia menggoyangkan kakinya. Berharap rasa pegal itu hilang.

Namun ketika kedua wanita itu hendak memasuki toko berikutnya. Ia dengan cepat mengahalau langkah mereka.

"Apa kalian tidak lelah ??! "
Clara dan Lize saling bertukar pandang

"Tidak" Mereka menjawab kompak

"Setidaknya kalian harusnya haus bukan??!"

"Sepertinya itu ide yang bagus, aku memang mulai merasa haus"
Clara menyetujui perkataan Joe.

"Ayo cari tempat yang bagus untuk menghilangkan rasa haus itu nona-nona"
Joe merangkul kedua temannya itu, setidaknya ia dapat merenggangkan otot-otot kakinya nanti.

.
.
.
.
Haizen menatap kopi yang sejak tadi disajikan dihadapannya. Tatapannya terlihat kosong.

"Jika kau memesan kopi hanya untuk kau lihat begitu saja , kau sama saja membuang-buang tengga seseorang yang sudah meraciknya"
Sejak tadi Peter mengamati sahabatnya itu, bahkan kopi yang ia pesan sudah hampir habis diminum. Namun Haizen, sedikit pun tak menyentuh miliknya.

"Kau tau Peter, sepertinya aku lepas kendali"

Peter memfokuskan pendengarannya, dia tergolong sahabat setia yang selalu mendegar isi hati dan pikiran Haizen. Walau terkadang ia sering emosi mendengarnya.

Peter menarik nafasnya.

"Memangnya kau banteng" Ucapnya enteng.

"Aku serius..., kau tau dia bahkan mengataiku lintah"
Haizen menurunkan nada bicaranya.

"Itu berarti kau yang salah"

"Kenapa kau menyalahkan ku"
Haizen tak terima jika Peter menyalahkannya, sejak tadi pagi ia selalu yang menjadi terdakwa.

"Tadi kau berkata, Peter sepertinya aku lepas kendali" Ucapnya sambil meniru gaya bicara Haizen tadi.

"Kau.. minta digiling ya"

"Lihat, kau bahkan lebih menyebalkan"

"Aku serius !! "

"Aku juga serius Haizen!! Dengar....
Kau harus membuka topeng mu itu, turunkan sedikit ego mu, kau tau selama ini kau begitu menyakitinya sekarang ketikan ia menderita amnesia dan menjadi sosok yang tampak lebih berani itu bukan salahnya. Kau yang selama ini selalu membelakanginya, jadi ketika ia berubah kau tidak berhak meluapkan emosi mu"

"Mengapa kau jadi menasehati ky begini"

"Itu karena aku peduli "

"Kau seperi orangtua "

"Kau dengar tidak sih, otak pintar mu itu cobalah untuk menggunakannya, jangan hanya digunakan saat bekerja saja. "

"Wahhh.. Kau membully otak ku"
Haizen memegangi kepalanya.

"Haizen.. Sebenarnya kau mencintainya bukan??! "

"Mengapa kau menanyakan itu?? "

"Tinggal jawab saja apa susahnya sih"

"Tidak tau"

"Yasudahlah,,, kau fikirkan saja sendiri, kau sangat egois ternyata"
Peter berdiri dan meninggalkan Haizen yang diam terpaku.
.
.
.
.
.
Lize memasuki kamarnya, hari ini ia banyak menghabiskan waktunya diluar. Bukan untuk menghindari keberadaan Ayah mertuanya, hanya saja ia ingin menjernihkan pikiran.

"Kau sudah pulang ? "

"Kau.. Sejak kapan disana"
Lize melirik Haizen yang duduk dikasur sambil memegangi IPadnya.

"Sejak kau masuk, lebih tepatnya setelah aku menyelesaikan makan malam"

"Oooo... "Lize hanya ber o ria mendengar jawaban Haizen.

" Kau sepertinya lelah"

"Wah kau cenayang juga ternyata.. "

"Pergilah mandi, tubuhmu pasti terasa lengket seharian diluar"

Lize menatap heran Haizen, sejak kapan dia bersikap lembut begini. Itu terlihat mengerikan baginya.
"Apalagi yang kau tunggu, sana ke kamar mandi "

Haizen melanjutkan pekerjaannya.
.
.

Lize keluar dari kamar mandi dengan piyama tidurnya. Berjalan menuju kasur,ia benar-benar merasakan lelah sekarang.
"Kau kenapa masih disini ? "

"Jika kau tidak lupa, Ayah masih dirumah"

"Hemm.. Ya ya lalu ? "

"Lalu apa??, tentu saja aku akan tidur disini, cukup semalam aku tidur diruang TV"

"Aku tidak bisa  tidur dengan mu"

"Kau tinggal meletakkan kepala mu disni dan pejamkan mata mu, gampang kan???! "
Ucapnya enteng

"Aku tidak bisa tidur jika ada lintah disebelah ku"

Lize masih ingat betul dengan apa yang Haizen lakukan pada sebelumnya, lagi pula wajarkan jika ia was-was. Tidak ada seorang pun yang ingin jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya.

"Tenang saja, lintah mu ini sedang tidak berselera "
Haizen menatap kesal Lize, ia menyudahi pekerjaannya.

"Siapa yang percaya"

"Lalu kau mau apa, tidak mungkin aku tidur di lantai, aku bisa mati membeku semalaman"

Lize memutar malas bola matanya. Ia mengambil selimut beserta gulingnya.

Melihat itu Haizen dengan cepat menarik kerah piyama Lize. Tampak seperti anak kucing yang ditarik paksa.

"Apa yang sedang kau lakukan"
Lize berusaha melepaskan dirinya.

"Kau mau kemana?? "

"Aku akan tidur di sofa sana"
Tunjuk Lize pada sofa yang berada disudut kamar.

"Apa kau sebegitu takutnya? "

"Heiii.. Aku tidak takut, ini namanya pertahanan diri tau!!! "

"Terserah mu saja, tapi jika keesokan pagi tubuh mu terasa pegal maka jangan menyalahkan ku"

Haizen melepas cengkramannya. Lize berjalan menuju sofa dan segera mencari posisi yang pas untuk tidur malam ini. Ia menatap remeh Haizen yang masih melihat ke arahnya.
"Dasar wanita, awas saja jika kau menyalahkan ku"

Haizen menarik selimutnya. Menutup seluruh tubuhnya. Ia tampak seperti daging yang dibungkus.

Beberapa jam telah berlalu, namun Lize belum memasuki alam mimpinya. Ia membuka kedua matanya.
"Hei suami, ternyata wanita pujaan mu itu  tak sebaik yang kau fikirkan"
Ia berbicara pada langit-langit kamar seolah ia sedang berbicara pada Haizen.

.
.
.
.
Pagi ini sesuai dengan permintaan Tuan Amerd, Haizen, Lize dan Karin, ikut ke bandara. Hari ini Tuan Amerd akan kembali ke New York, ia tak ingin berlama-lama dirumah Haizen. Ia tau Putranya itu tak suka ia lebih lama tinggal di rumahnya. Baru sehari saja ia sudah diusir.

"Ayah akan kembali, kalian tak perlu merindukan Ayah"
Tuan Amerd sedikit berdrama. Ia sangat berbanding terbalik dengan kepribadian Haizen.

"Ayah.. Kembalilah dengan sehat"
Ucap Haizen.

Sementara karin masih menempel pada Tuan Amerd.
"Ayah tidak bisakah lebih lama lagi?? "

Haizen memicingkan pandangannya.

"Apa? Kenapa kakak menatap ku begitu"

"Tidak ada"

"Sudahlah Ayah juga memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan"

Lize mendekat , "Ayah Mertua semoga sehat selalu"

Tuan Amerd tersenyum lembut , ia memeluk menantunya itu. Ia berbisik
"Menantu... Kau wanita hebat"

Lize hanya tersenyum mendengar perkataan Ayah Mertunya. Benar-benar lembut.

"Apa yang Ayah katakan padanya"
Haizen mendekati Ayahnya.

"Tidak ada, ini hanya rahasia Ayah dan Menantu"

Tuan Amerd melepas gengangan Karin.
Haizen tolong perhatikan menantuku dan juga, jangan lupa tugas mu, beri aku cucu."

Haizen hanya tersenyum kikuk mendengar permintaan Ayahnya.

.
.
Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

30K 2.6K 27
sebuah pernikahan yang berlandaskan hitam di atas putih TayNew bxb
124K 7.9K 24
Kembali ke masalalu.... Meskipun itu terdengar gila tapi Zea sangat bersyukur telah mengalaminya, meski hanya kembali pada lima bulan yang lalu dan...
200K 7.2K 37
Cerita ini aku pindahin karena akun yang aku pake dulu bermasalah. JANGAN LUPA FOLLOW DON'T COPY MY STORY! ######################## Cerita ini mengan...
36.1K 1.3K 13
sekarang bagaimana jika seorang gadis antagonis bertransmigrasi ke tubuh putri yang lemah dan culun? Viona adalah gadis antagonis yang selalu membull...