My Young Bride

By VLeeRhysMancini

3.6M 207K 9.6K

kau tidak dapat mengatur hati untuk jatuh pada siapa.. PS. Semua part akan sy upload kembali secara bertahap... More

Part 1: Missunderstanding
Part 2: The Touch
Part 3a: An Apologize Coffee
Part 3b: An Apologize Coffee
Part 4: A Little Bit Madness
Part 5: Alif's Effect
Part 6a: Good Girl
Part 6b: Good Girl
Part 7: Shocking Fact
Part 8a: Rumours
Bagian 8b: Rumours
Part 9a: The Proposal
Part 9b: The Proposal
Part 10: Rejection
Part 11: Future Wife
Part 12: Gone
Part 13: A New Life
Part 13b: A New Life
Part 14a: Adaptation
Part 14b: Adaptation
Part 15a: Desire
Part 16: Prepare
Part 16b: Prepare
Part 18a: The Party Crasher
Part 18b: The Party Crasher
Part 19: The Other
Part 19b: The Other
Part 20: The Storm
Part 21: Runaway
Part 22: Broken
Part 24: Hatred
Part 25: Lost
OPEN PO Ke Dua

Part 23: Trapped

91.2K 6.1K 389
By VLeeRhysMancini

Sakti mencoba membuka kelopak matanya yang terasa berat, kepalanya juga masih terasa berputar. Sakti memandang sekelilingnya, menyadari ia masih duduk di kursi kerjanya dan melihat arlojinya menunjukkan pukul satu dini hari. Sakti tersentak, ia ingin segera bangun tapi ia kembali terjatuh karena pusing.

Sakti memejamkan matanya kembali, mengucapkan istighfar. Ia mengingat sebenarnya apa yang terjadi sebelum ia jatuh tertidur.

Kopi dan Deidre?

Sakti segera memeriksa tubuhnya, ia masih berpakaian lengkap. Laki-laki itu bernafas lega.

Sakti tertawa miris, karena tahu apa yang terjadi dengannya malam ini.. Pasti ada sesuatu yang dilakukan oleh wanita itu terhadapnya ketika ia tertidur. Ia juga mengutuk kebodohannya yang begitu percaya dengan Deidre. Sakti mengira wanita itu sudah berubah tapi ia salah besar .

***

Pukul dua pagi Alif mendengar pintu depan terbuka. Alif segera menarik selimutnya hingga ke kepala dan pura-pura tidur. Suara pintu kamar terdengar dan langkah kaki menuju tempat tidur semakin dekat..

"Alif?" Sakti berbisik di dekat telinga Alif, kemudian laki-laki itu menciumnya dari balik selimut, membuat tubuh Alif bergidik karena mengingat foto-foto Sakti dan Deidre.

"Maafkan aku.." Sakti kembali berbisik lirih mengira Alif tertidur dan tidak mendengar apa yang ia katakan, sementara Alif menahan semua emosinya. Rasanya ia ingin menjerit, menampar bahkan memukul Sakti, tapi akal sehatnya masih melindunginya untuk melakukan semuanya.

Terdengar langkah kaki Sakti yang kembali menjauhi tempat tidur, Alif terisak. Ia merindukan kembali masa-masa ia hidup bahagia berdua dengan Ayahnya, di mana semua keluh kesahnya bisa ia ceritakan pada beliau. Tapi di saat ini, Alif sama sekali tidak mempunyai tempat untuk bercerita atau bahu untuk dirinya bersandar sejenak.. walau tadi setelah melihat foto-foto itu ia segera sholat, menempelkan keningnya di lantai untuk bersujud dan meminta semua petunjuk dari Yang Maha Esa, tetapi tetap saja sebagai makhluk sosial ia butuh kehadiran orang lain untuk mendengarkan semua curahan hatinya.

Isakan Alif semakin lirih, ia menggigit bantal agar suaranya tidak terdengar oleh Sakti yang berada di luar kamar. Alif akhirnya tertidur setelah lelah menangis.

***

Tak lama setelah Sakti pulang, Alif bangun karena azan subuh berkumandang dari ponselnya. Ia melihat tempat tidur bagian Sakti masih rapi, pertanda laki-laki itu sama sekali tidak berbaring di sampingnya sedikitpun, hal itu membuat hati Alif semakin pedih.

Ia mandi dan mengambil wudhu, ketika Alif membasuh wajahnya di wastafel, ia bisa melihat betapa kusut wajahnya. Mata yang merah, kantong mata yang jelas terlihat, serta wajah yang pucat karena ia selalu muntah setelah melihat foto itu.

Alif tersenyum kecut menatap wajahnya sendiri di cermin. Ia menegaskan ia tidak boleh terlihat lusuh di depan Sakti. Ia akan menghadapi semuanya dan berjanji ia tidak akan kalah semudah itu, walau sejujurnya dirinya telah hancur dan menyadari walau ia terluka, ia masih mencintai Sakti.

Setelah menunaikan sholat subuh, Alif segera merias wajahnya dengan make up tipis yang menutupi wajah kuyunya. Lalu ia keluar dari kamar dan menemukan Sakti yang terlihat melamun di balkon, tatapan suaminya terlihat sangat jauh.

"Mas, udah subuh?"

Sakti menoleh dan melihat Alif, laki-laki itu tersenyum.. tetapi dengan senyum yang tidak seperti biasanya, ada yang disembunyikan dari balik senyum itu.

"Sudah , Lif."

Lalu Sakti berjalan mendekati Alif dan memeluk istrinya. Alif hanya diam, sedikitpun tidak bereaksi dengan rengkuhan Sakti yang biasanya menenangkannya. Sakti mengerutkan keningnya, mengapa Alif begitu dingin?

"Ada apa My Sunshine, maaf malam tadi aku nggak ngasih tahu kalau pulang terlambat.." Sakti mencium puncak kepala Alif.

"Nggak apa-apa Mas." Alif melepaskan pelukan Sakti, berada di dalam rengkuhan Sakti membuat dadanya terasa sesak, ia tahu Sakti berbohong saat ini.

"Mas sendiri nggak kerja?"

Sakti menggeleng, "Kerja tapi mungkin agak siang. Aku merasa kurang enak badan Lif."

Alif mengangguk lalu ia menuju dapur, memanggang roti tawar untuk sarapan dirinya dan Sakti. Selama pernikahan mereka, saat itu adalah saat yang paling janggal untuk mereka berdua.. mereka menyantap sarapan tanpa mengobrol ataupun bercanda, mereka terlalu sibuk dengan pikirannya masing-masing.

***

Sakti menyadari bahwa Alif begitu dingin padanya, sikap istrinya terlihat jelas. Alif hanya berbicara seperlunya dan sering menghindari tatapannya. Sikapnya yang manja digantikan dengan bahasa tubuh yang teramat kaku, membuat Sakti makin merasa bersalah.

Sakti membanting pulpen ke meja, ia tidak bisa berkonsentrasi bekerja saat ini. Sikap Alif yang berubah dan kejadian malam tadi dengan Deidre yang masih penuh tanda tanya memenuhi pikiran Sakti. Dan ditambah secara mendadak ia harus melakukan perjalanan dinas selama 3 hari kembali, tentu saja oleh karena itu ia tidak bisa bicara dengan Alif tentang apa yang terjadi antara dia dan Deidre beberapa minggu ini.

Dan wanita itu, Deidre... Sakti menunggu kedatangannya hari ini untuk menanyakan apa yang dilakukan mantan istrinya itu padanya malam tadi. Tapi sayangnya, Deidre tidak muncul sama sekali.. ponselnya pun sepertinya dinonaktifkan dengan sengaja karena Sakti telah menghubunginya dari dini hari hingga saat ini, tetapi hanya nada jawab dari provider yang terdengar.

Sakti akan mencari keberadaan Deidre, ia akan membuat perhitungan dengan wanita itu.

***

Alif menarik nafas lega, pesan singkat dari Sakti menyatakan bahwa suaminya hari ini tidak pulang selama tiga hari karena perjalanan dinas. Setidaknya ia mempunyai waktu untuk berpikir ulang dan meneguhkan hatinya tanpa pengaruh Sakti yang berada di dekatnya.

Karena laki-laki itu bisa membuatnya kehilangan akal sehat saat ini, karena Alif sangat mencintainya..

Alif kembali membuka pesan yang dikirim oleh nomor yang tidak dikenal kemarin malam dan diperkirakan oleh Alif adalah nomor yang baru digunakan oleh Deidre dan sekarang nomor itu sama sekali tidak aktif.

Alif menatap foto-foto itu lagi.. hatinya kembali teriris, tapi ia menahan semuanya. Ia ingin memperhatikan foto itu dengan seksama, ia ingin memastikan apakah memang Sakti telah berselingkuh darinya. Tetapi dari semua foto yang ia lihat, tidak ada jawaban lain yaitu memang suaminya berkhianat. Latar foto yang berupa ruang kerja Sakti yang sangat ia hapal semua sudutnya, jam dinding dan kalender pada ruang kerja menyatakan bahwa foto itu diambil kemarin malam.

Alif menghembuskan nafasnya, ia harus tegas dalam mengambil sikap karena hal ini akan menentukan hidupnya dan juga jiwa kecil yang sedang tumbuh di dalam dirinya. Jiwa kecil yang hadir sebagai bukti kalau mereka pernah saling mencintai.

***

Entah takdir ataupun hanya sebuah kebetulan, Satya kembali menemukan Alif di kursi yang sama di sudut perpustakaan seperti beberapa minggu lalu ketika gadis itu berbohong dengan menceritakan masalahnya sebagai masalah temannya.

Satya memang pasti bertemu Alif dua kali selama satu minggu karena ia mengajar di kelas Alif, tapi ketika mengajar Satya berusaha tidak memperdulikan Alif. Laki-laki itu menjaga profesionalitasnya dan tidak ingin terlihat sebagai seseorang yang tidak tahu malu yaitu jenis manusia yang masih menaruh harapan pada perempuan yang telah menjadi milik orang lain.

Tetapi hari ini wajah Alif jauh lebih terlihat putus asa sekarang, gadis itu terlihat pucat, kuyu, sekaligus kacau. Satya tidak tahan, ia ingin menghapus kesedihan dari wajah gadis yang masih ia cintai hingga detik ini.

"Halo Alif." Satya tersenyum lembut, menyapa Alif.

Alif mendongak, menatap wajah Satya. Seulas senyum merekah di wajah Alif.

"Pak Satya."

Satya segera duduk di samping Alif tanpa ia minta, laki-laki itu memiringkan kepalanya dan kembali nyengir.

"Ada apa? Masalah baru tentang temanmu lagi?"

"Teman?" Alif mengernyit, ia lupa kalau ia pernah bercerita pada Satya tentang masalahnya dirinya dan Sakti dengan berbohong.

"Temanmu yang katanya tahu kalau pacarnya masih suka ketemu mantannya."

Alif menatap Satya sedetik dengan tatapan kosong, lalu ia sadar kalau memang ia pernah mengatakan hal seperti itu pada Satya beberapa minggu yang lalu.

"Ah.. sekarang masalahnya lebih berat. Si pacar ketahuan selingkuh dengan mantan pacarnya."

Satya menaikkan alis matanya tinggi-tinggi.

Maybe I will get you, Alif..

"Jadi menurut Pak Satya gimana?"

Satya tersenyum, menatap mata gadis itu dalam-dalam. Ia ingin menyampaikan bahwa memang ini yang ia inginkan dari hubungan mereka.

"Bilang pada temanmu, tinggalkan saja. Seorang pengkhianat tidak pantas untuk dipertahankan."

Alif mengerjap, seandainya memang kondisinya hanyalah sebuah hubungan tanpa ada sumpah dan janji suci di depan Tuhan.. maka ia akan dengan mudah meninggalkan Sakti. Tetapi ini adalah sebuah pernikahan dan juga ia telah mengandung.

Alif mengangguk dan menundukkan kepalanya membuat Satya ingin memeluk gadis itu sekarang juga, untunglah ia masih berpikiran waras untuk tidak melakukannya. Satya hanya mengacak puncak kepala Alif.

"Hei, jangan sedih dong. Temanmu yang punya masalah kok kamu yang sedih. Kita diskusi lagi yuk, masih banyak judul buku menarik yang belum dibahas."

Alif mengangkat kepalanya, mungkin memang ia harus melupakan masalah ini untuk sejenak saja. Alif mengangguk, menyetujui ide Satya.

Lalu Satya menarik tangan Alif menuju rak buku, memilih beberapa judul untuk mereka bahas. Untuk sesaat Alif dapat melupakan kesedihannya bersama Satya, tapi ia tahu laki-laki itu bukan pemecahan dari masalahnya. Ia hanya ingin melarikan diri dari semua masalah yang mendera hidupnya.

***

Sakti tahu ada yang berubah dari diri Alif, istrinya berubah semenjak hari itu, hari ketika ia jatuh tertidur setelah minum kopi dengan Deidre. Alif membalas pesan singkatnya dengan kalimat pendek dan istrinya tidak pernah menjawab telponnya. Wira pun menambahkan bahwa Alif kembali dekat dengan laki-laki yang sama pada waktu itu, istrinya sering pulang terlambat dan mengobrol hinggal larut malam di gerai kopi 24 jam.

Sakti gusar, ia tidak dapat duduk tenang di kursinya padahal ia adalah pembicara dalam forum tersebut. Semua peserta yang hadir menatap dirinya dengan wajah heran karena Sakti sering mendesah dan melihat ponselnya dalam waktu beberapa menit sekali.

Sakti memutuskan untuk mempercepat perjalanan dinasnya, ia akan pulang dengan pesawat terakhir. Walau ia tahu konsekuensinya ia akan dipandang sebagai orang yang tidak amanah dalam menjalankan tugas. Sakti tidak memikirkan tentang karir atau apapun, karena Alif yang terpenting baginya saat ini.

***

Gita menatap Alif serius, ia menginterogasi sahabatnya karena ia mendengar selentingan bahwa Alif sering terlihat berdua dengan Pak Satya hingga larut malam dua hari terakhir ini.

"Kenapa lagi sih Lif? Kemarin kamu udah gak begitu dekat dengan Pak Satya.. sekarang kenapa tetiba jadi malah tambah parah?"

"Siapa bilang? Toh kalau benar pun gak apa-apa, aku cuma ngobrol tentang literatur sama Pak Satya." Alif tertawa kecil, saat-saat dia berdua dengan Satya adalah kebahagiaan kecil yang dapat ia miliki saat ini.

"OK, tapi inget tuh baby yang ada di perut Lif." Gita menepuk perut Alif lembut, kemudian gadis itu segera berlalu karena melihat Satya berjalan menuju ke arah mereka berdua.

Alif terdiam, ia benar-benar melupakan sang bayi ketika berdua dengan Satya.

***

Ketika perpustakaan akan ditutup, Satya dan Alif mengembalikan buku-buku yang mereka baca dan diskusikan ke rak. Tiba-tiba tangan Alif mencekal lengan Satya. Satya mengangkat alis dan memandang Alif dengan tatapan mata bertanya.

"Pak, saya mohon tolong sembunyikan saya dari supir saya."

Satya mengerutkan keningnya, merasa janggal dengan permintaan Alif.

"Saya ingin malam ini mempunyai waktu pribadi.. Saya tidak suka ketika mengobrol dengan Bapak di luar kampus, ia mengikuti di belakang walaupun dalam jarak yang cukup jauh tapi itu sangat mengganggu privasi saya." Alif menatap Satya, ia memohon kebaikan laki-laki itu.

"Oke, tapi janji ya Alif. .Kamu sudah bersuami dan apapun masalahmu dengan suamimu, kamu masih terikat sah dengan dia.. setelah kita ngobrol di luar, saya akan mengantar kamu ke apartemenmu."

Alif mengangguk menyetujui permintaan Satya. Kemudian mereka keluar dari perpustakaan melalui pintu belakang. Satya meminta Alif agar ia menunggu di salah satu sudut bangunan yang tersembunyi, sementara ia mengambil mobilnya di lapangan parkir. Satya melihat sang pengawal dan bersikap biasa saja seolah tidak melihat Alif sore itu, lalu laki-laki itu menuju mobilnya, mengendarainya untuk menjemput Alif di tempat yang tadi mereka sepakati.

***

Di luar perkiraan Sakti, ia bertemu Deidre di bandara ketika transit, mata Sakti menyipit ketika melihat sosok anggun Deidre yang sedang duduk di sofa lounge executive.

"Halo, Deidre." Sakti menyapa wanita itu, matanya menatap Deidre dingin.

"Ah.. Sakti." Deidre terlihat sedikit terkejut dengan kehadiran Sakti, tetapi dengan cepat ia menguasai keadaan dengan tersenyum.

"Apa kabar, sepertinya semenjak minum kopi kita yang sangat romantis, kita tidak bertemu lagi." Kata-kata Sakti tajam menyindir Deidre.

Deidre terdiam tetapi dengan penuh rasa percaya diri ia berdiri lalu meletakkan tangannya di lengan Sakti, membelai menggoda.

"Apa kabar istrimu yang masih sangat muda itu, Sakti?" Deidre tersenyum kembali, entah mengejek atau menggoda Sakti.

Sakti mendekatkan wajahnya pada Deidre, matanya menatap wanita itu.

"Namanya Alif, Deidre. Dan apa maksudmu menanyakan kabarnya? Sepertinya pertanyaanmu ini berhubungan apa yang kamu lakukan terhadapku beberapa hari yang lalu." Laki-laki itu menggeram.

"Lebih baik kamu tanyakan pada Alif apa yang terjadi antara kita sore itu." suara Deidre bernada mengejek kali ini.

Tiba-tiba Sakti mencekal lengan Deidre kuat-kuat sehingga wanita itu memekik.

"Jangan coba-coba bermain api denganku Dei.. kamu tahu aku sanggup melakukan apapun demi orang-orang yang kucintai." Sakti mengancam Deidre, ia tidak memperdulikan orang-orang yang mulai memperhatikan mereka.

Sakti melepaskan tangannya pada Deidre lalu berbisik kembali sebelum meninggalkan wanita itu.

"Kalau kamu laki-laki, aku sudah menghajarmu habis-habisan."

Wajah Deidre memucat, menyadari kalau laki-laki yang pernah menjadi suaminya serius dan ingin melakukan apa yang ia katakan tadi.

Sakti melepaskan lengan Deidre, matanya menatap Deidre dingin, membuat kuduk wanita itu merinding.

Deidre menatap kepergian Sakti, ia mengernyit dan mengelus lengannya yang terasa sakit dan lebam karena kuatnya genggaman laki-laki itu.

Semua yang ia rencanakan tidak berjalan dengan baik, tetapi paling tidak Deidre merasa puas karena ia bisa membalas Alif dengn menyakitinya. Deidre yakin pasangan pengantin baru itu sedang bertengkar hebat sekarang karena ia tahu Sakti tidak akan terpancing emosinya apabila hanya dikarenakan masalah kecil.

***

Tanpa disangka Alif, Satya mengajaknya hang out di gerai kopi di salah satu mall di Jakarta Pusat, gerai kopi tempat pertama kali Sakti merangkulnya dan mengakuinya sebagai kekasihnya walau hanya sekedar bersandiwara di depan wanita yang mengejar Sakti.

Semua kenangan tentang pertemuan mereka berkelebat di benak Alif dan membuat Alif memejamkan matanya, mengusir bayang Sakti dari kepalanya.

"Kenapa?" Satya bertanya dan memberikan segelas mocha-latte pada Alif.

"Hanya teringat sesuatu Pak." Alif tersenyum kecut, entah mengapa saat ini seperti deja-vu bagi Alif, dari kursi yang dipilih oleh Satya hingga panggilan 'Pak' yang ia tujukan pada orang yang menemaninya... yang berbeda hanyalah disampingnya adalah Satya bukan Sakti, suaminya.

Alif menepis semua pikirannya tentang Sakti, mengingat laki-laki itu membuatnya merasakan sakit hati.

Pembicaraan mereka didominasi oleh Satya yang banyak bertanya tentang pribadi Alif, laki-laki itu sangat riang seolah ingin membuat Alif banyak tersenyum dengan candanya, tetapi dengan cerdik Satya menghindari nama Sakti disebut. Dan memang, Satya bisa membuat Alif tertawa dengan humor-humor segar yang ia lontarkan.

Satya menyadari malam semakin larut, pengunjung mall semakin berkurang dan beberapa toko telah tutup, tapi karena memang gerai kopi itu beroperasi 24 jam suasana masih ramai di tempat itu.

Satya menunjukkan arlojinya pada Alif, mengingatkan bahwa Alif harus menepati janjinya kalau ia harus segera pulang. Alif merapatkan bibirnya, ia tidak ingin kembali untuk saat ini, untuk malam ini saja ke apartemen Sakti. Alif tidak ingin kabur tapi ia hanya butuh melepaskan dirinya sejenak dari bayang-bayang suaminya.

"Pak Satya, saya masih ingin tetap di sini, toh kafe ini buka 24 jam kan. Kalau Bapak ingin pulang dan tidak mau menemani saya juga tidak apa-apa." Alif tersenyum dan meminta Satya untuk tidak mengantarnya ke apartemennya.

Satya bersedekap, ia tidak suka Alif yang keras kepala karena Alif pergi bersamanya maka otomatis tanggung jawab untuk mengantar pulang ada ditangannya.

"Pak Satya saya ingin memesan latte lagi, Bapak mau?"

Satya menggeleng karena memang ia tidak ingin lebih lama di kafe ini, laki-laki itu memutar otaknya bagaimana caranya agar Alif mau pulang. Gadis itu menuju kasir dan meninggalkan ponselnya di atas meja.

Alif mengambil antrian di depan kasir, kebetulan antrian saat itu cukup panjang. Satya melihat ada kesempatan, laki-laki itu mengambil ponsel Alif dan berbalik, menyembunyikan dirinya yang sedang mencari dan mencatat nomor Sakti. Setelah Alif kembali ke tempatnya, Satya beralasan ingin ke toilet dan menelpon Sakti.

Satya seratus persen yakin, Alif ingin kabur dari suaminya saat ini dan ia tidak ingin terkena masalah dengan tuduhan melarikan istri orang lain.

***

Sesampai di Bandara Soekarno Hatta malam itu, Sakti disambut dengan kabar buruk bahwa Alif tidak ditemukan di kampus seusai jam perkuliahan, Wira sang pengawal yang merangkap supir pribadi melaporkan semuanya ketika ia berada di dalam mobil.

Sakti merapatkan bibirnya, laki-laki itu sangat panik tapi ia menyembunyikan semuanya dengan diam. Sakti menyumpah, mengapa ia tidak menyadari bahasa tubuh istrinya dua hari yang lalu.. dan itu pasti ada hubungannya dengan Deidre.

Ketika Sakti memutar otaknya bagaimana mencari jalan menemukan Alif,karena ia hanya tahu beberapa orang yang dekat dengan istrinya di Kampus, seorang gadis bernama Gita dan sang dosen muda.

Satya!

Firasat Sakti mengatakan bahwa Alif bersama pria itu..

Ponsel Sakti berdering, dan sebuah nomor tak dikenal tertera di layar. Sakti mengerutkan keningnya tetapi juga berdoa bahwa panggilan ini mengenai keberadaan Alif.

"Halo."

"Halo, benar saya bicara dengan Pak Sakti?" suara laki-laki muda menjawab salamnya dan bertanya sopan. Seketika Sakti tahu bahwa Sang dosen yang bicara dengannya saat ini.

"Ya."

"Saya Satya, dosen istri anda. Saya meminta Anda untuk menjemput Alif sekarang, sepertinya dia tidak ingin pulang."

Sakti terdiam sejenak, setelah itu ia menanyakan dengan tenang dimana mereka berada sekarang. Tanpa basa-basi, hubungan telpon segera diputuskan oleh Satya ketika mereka selesai bicara.

Laki-laki yang sangat efisien.

Sakti menarik nafas, ia tidak bisa menentukan perasaannya saat ini. Di satu sisi ia senang karena Alif dalam keadaan aman, tetapi ia juga gusar karena yang menghubunginya dan yang bersama istrinya adalah Satya, laki-laki muda yang ia tahu benar mencintai istrinya.

***

Tawa Satya terhenti, matanya menangkap kehadiran Sakti di kejauhan. Laki-laki itu segera mengambil jarak dengan Alif. Alif menatap Satya heran, mengapa dalam satu detik sikap tubuh Satya berubah seratus delapan puluh derajat.

Tetapi Alif adalah gadis yang cerdas, ia langsung mencari arah tatapan Satya. Ketika ia berbalik, Sakti telah berada di depannya, menatapnya dan tersenyum lembut seolah tidak terjadi apa-apa.

"Lif, ayo pulang." Sakti meraih pinggang Alif, mencium bibir istrinya di depan Satya. Tetapi Alif hanya diam, sama sekali tidak membalas ciumannya. Satya yang menyaksikan semua itu hanya mengalihkan matanya ke tempat lain.

Sebelum pergi dari gerai kopi, Sakti menepuk pundak Satya dan menatap wajah sang dosen dengan tegas dan penuh penghargaan. Walau sejujurnya Sakti tidak menyukai laki-laki muda ini.

"Terima kasih."

Satya mengangguk lalu matanya melihat Alif yang menatapnya dengan pandangan menuduh.

"Sorry ,Lif." bibir Satya menyebutkan kalimat itu tanpa bersuara.

Sakti segera menyeret Alif dalam pelukannya dan berjalan menuju gedung parkir. Ia ingin menjelaskan dengan Alif tentang semua yang terjadi, Wira telah ia suruh pulang lebih dahulu supaya ia bisa bicara berdua saja dengan Istrinya tanpa diganggu oleh siapapun.

***

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 131K 85
-->SUDAH TERBIT -->PART TIDAK LENGKAP *********** "Apa yang kalian rasakan ketika semua orang lebih menyayangi kembaranmu dibandingk...
1M 48.4K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
815K 34K 44
Bagi Vanila, lulus kuliah dan mendapat pekerjaan yang baik adalah hal yang cukup. Ia tak pernah memusingkan bagaimana rasanya menikmati hidup layakny...
154K 14.3K 58
°°FOLLOW AUTHORNYA DULU SEBELUM BACA YA GAES 😉 Bertemu dengan cinta masa lalu kadang terasa menyenangkan. Apalagi jika cinta itu sampai sekarang bel...