Secret Key

By CahayaBohlam

48.8K 3.1K 114

Kalung mereka memang terhubung antara satu dan lainnya. Kalung pemberian seorang nenek tua saat awal awal mer... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua puluh
Dua puluh satu
Dua puluh dua
Dua puluh tiga
Dua puluh empat
Dua puluh lima
Dua puluh enam
Dua puluh tujuh
Dua puluh delapan
Dua puluh sembilan
Tiga puluh
Tiga puluh satu
Tiga puluh dua
Tiga puluh tiga
Tiga puluh empat
Tiga puluh lima
Tiga puluh enam
Tiga puluh tujuh
Tiga puluh delapan
Tiga puluh sembilan
Empat puluh
Empat puluh satu
Empat puluh dua
Empat puluh tiga
Empat puluh empat
Empat puluh lima
Empat puluh enam
Empat puluh tujuh
Empat puluh sembilan

Enam puluh delapan

314 17 5
By CahayaBohlam

°
°


🔑

Di malam yang sunyi, dua gadis berjalan bersama-sama menelusuri jalan yang sepi. Cahaya lampu jalan yang redup menyoroti langkah-langkah mereka, menciptakan bayangan yang bergerak di trotoar yang terbuka. Udara malam yang sejuk memeluk mereka dengan lembut, menyebarkan kehangatan dan kenyamanan di sekitar mereka.

Mereka berjalan dengan langkah yang pelan, berbicara dengan suara yang rendah, dan sesekali tertawa lembut, menciptakan aroma persahabatan yang kental di udara malam. Suasana yang damai dan hening memberikan kesempatan bagi mereka untuk merenung dan merenung, membiarkan pikiran mereka melayang jauh di bawah langit yang penuh dengan bintang.

Meskipun jalan sepi, mereka merasa aman dan nyaman satu sama lain, menjadikan malam yang tenang sebagai waktu yang sempurna untuk berbagi cerita, mimpi, dan harapan.

"Key, mau aku antar ke rumah sakit yang ditempati Sam?" tanya Jessica, menolehkan kepalanya kepada Keyla yang sedang berjalan di sampingnya.

Mereka berjalan berdua sedangkan Vanda sudah pulang dulu karena adiknya menelfon.

Keyla menggelengkan kepalanya, "Engga perlu Jess, gua lelah mau istirahat." balas Keyla tersenyum kecil.

Jessica menatap Keyla dengan tatapan kasihan, ia merangkul bahu Keyla memberikannya kekuatan. "Key jangan merasa sendiri, ada Jess sama Vanda yang selalu mendengarkan cerita Key. Jangan sungkan sungkan." tutur Jessica.

"Terima kasih. Jess, gimana hubungan lo sama Andre?" tanya Keyla, karena selama beberapa hari ini sepertinya hubungan Jessica dengan Andre sudah membaik.

"Sama sama Key, kalau tentang hubungan aku dan Andre. Jess bersyukur Andre udah sedikit demi sedikit berubah engga kaya dulu." senang Jessica tersenyum bahagia.

Keyla tertawa kecil, ia lupa sebucin apa Jessica dengan Andre. "Terima kasih Jess." ucap Keyla memeluk sahabatnya itu. "Jess, tangan lo luka karena main api diam diam kan?" bisik Keyla membuat Jessica menurunkan kedua tangannya.

Gadis itu mendudukkan kepalanya saat Keyla menatapnya datar, Jessica mengelus tangannya yang terluka. Lalu tersenyum kecil, ia mengangkat kepalanya sesaat, "Iya Key, apinya ada di depan aku." balas Jessica, tersenyum menyeringai.

Keyla menatap Jessica dengan tatapan kecewa, marah, dan tidak percaya. "Kenapa Jess?" tanya Keyla, memundurkan langkahnya saat Jessica berjalan menuju ke arahnya.

Jessica masih dengan senyum seringainya, senyum yang tidak pernah Keyla lihat sebelumnya. "Gua engga bodoh Key. Lo dari awal udah curiga dengan gua kan? Lo juga udah lihat biodata asli gua kan? Gua engga senaif itu Key." tutur Jessica.

"Jess?" gumam Keyla, ia seperti melihat sisi lain dari seorang Jessica.

Jessica yang Keyla kenal sopan, selalu ramah dan tidak pernah menggunakan lo-gua sekarang seperti orang lain yang sedang mengendalikannya.

"Key, selama ini gua selalu berusaha baik dan memaafkan semua kesalahan yang dibuat oleh orang koma itu tapi sayang sekali Key. Dendam gua lebih besar dibandingkan rasa belas kasih. Dan, sebagai gantinya gua mau lo mati Key!" bentak Jessica diakhir kalimat, kedua tangannya terangkat ke arah leher Keyla. Lalu dengan gerakan cepat membuat Keyla tercekik saking kuatnya Jessica menyalurkan emosi dalam tubuhnya.

Seorang wanita duduk di dalam mobil, matanya fokus pada jalan di depan, terus memantau lalu lintas dan tanda-tanda arah. Tangannya bergerak dengan gesit di atas kemudi, menyesuaikan laju dan posisi mobil dengan keahlian yang terampil. Rambutnya tergerai di sekitar bahunya, tergerak oleh angin yang masuk melalui jendela mobil yang sedikit terbuka.

Di sekitarnya, terdapat aura kegaduhan yang tersirat, terutama jika dia terdengar berbicara di telepon genggamnya atau menggunakan navigasi GPS untuk menentukan arah. Saat mobil yang dikendarai menuju belokan tiba-tiba di kejutkan oleh anak kecil yang tiba-tiba menyebrang jalan.

Tabrakan itu tak terelakkan, mobil yang ditumpangi menabrak pembatas jalan sedangkan anak kecil itu berlumur darah.

"Adik!" teriak anak perempuan melihat adiknya sudah tidak sadarkan diri, sebuah bola yang anak perempuan sekitar berusia 8 tahun yang di pegang menggelinding begitu saja.

Kedua matanya menajam melihat wanita yang berada di dalam mobil. Kedua telapak tangan mungilnya terkepal. Semuanya pergi.

"Itu takdir Jess," ucap Keyla berusaha keras mengucapkan kalimat itu. Ia berusaha mengambil napas sebanyak-banyaknya, karena Jessica mencekiknya begitu kuat.

"Takdir lo bilang? Ibu lo! Ibu lo yang katanya engga mabuk. Dia mabuk Key! Dia mabuk, andai Ibu lo engga lewat jalan itu. Adik gua, hidup gua masih ada." Jessica mencekik kuat leher Keyla, menyalurkan emosinya yang mendalam. Dendamnya, selama ini akan berakhir.

"Lo tau?! Sebab Ibu lo, adik gua engga dapat keadilan. Seharusnya Ibu lo itu di penjara tetapi dia justru koma di rumah sakit. Sedangkan adik gua, dia sudah engga ada. Gua, orang miskin yang engga bisa nyewa pengacara dan hanya bisa nerima nasib di saat pengadilan membebaskan Ibu lo begitu saja. Padahal bukti bukti semua sudah mengarah ke Ibu lo itu! Gua benci lo Key! Wajah lo buat gua muak setiap hari!" teriak Jessica, tiba-tiba terjatuh saat sebuah balok kayu mengenai punggung Jessica.

Keyla terjatuh, gadis itu mengambil napas sebanyak-banyaknya. Kepalanya merasa pusing, ia mencoba melihat siapa yang memukul Jessica. Keyla memegangi kepalanya yang terasa berputar, ia dapat melihat Jessica yang tidak sadarkan diri karena pukulan kayu. Tetapi saat ia mencoba melihat seseorang yang berlari ke arahnya sembari memanggil manggil namanya pandangannya gelap seketika.

"Keyla! Key?"


Aroma manis dari bunga mawar memenuhi udara, menyambut pengunjung dengan kehangatan yang menggugah hati. Jalur setapak yang dilapisi dengan dedaunan hijau dan bunga-bunga warna-warni mengundang untuk dijelajahi, sementara pepohonan tinggi memberikan teduh yang menyegarkan di bawah sinar matahari.

Setiap sudut taman dipenuhi dengan kehidupan, di mana kelompok-kelompok bunga mawar berjejer rapi, menciptakan lanskap yang memikat dengan warna-warni yang beragam. Beberapa area taman dihiasi dengan taman bunga mawar yang tertata dengan apik, menampilkan variasi warna dan jenis mawar.

Di sekitar taman, burung-burung bernyanyi riang, menambah kesan harmonis alam yang memikat. Suasana damai taman itu diperkaya oleh gemericik air dari kolam kecil yang dihiasi dengan bunga-bunga mawar terapung.

Suara gemericik air menambah ketenangan, sementara refleksi bunga-bunga mawar yang terapung menambah keindahan taman yang magis. Bunga-bunga mawar yang dihiasi dengan tetesan embun menjadi semakin memesona di bawah cahaya senja yang lembut. Pohon-pohon yang menjulang tinggi, menciptakan momen tak terlupakan di dalam taman yang dihiasi dengan kecantikan bunga mawar.

Seorang gadis kedua matanya memancarkan ekspresi kebingungan yang jelas terlihat. Rambut hitamnya yang panjang tergerai, mengelilingi wajahnya yang cantik namun penuh dengan keraguan. Bibirnya sedikit terkatup, menunjukkan pertanda kebingungan yang dalam.

Dia menggigit bibir bawahnya dengan lembut, mengekspresikan kecemasan yang tersembunyi di dalam hatinya. Pandangan mata gadis itu berkeliaran, mencari-cari petunjuk atau arahan di sekitarnya. Alisnya sedikit terangkat, memberikan kesan kebingungan yang lebih dalam lagi.

Dia bergumam sendiri, mencoba memecahkan teka-teki yang mengganggu pikirannya.

"Gua dimana?" tanya Keyla, mencoba mengelilingi taman bunga mawar tersebut.

Keyla menghentikan langkahnya saat kedua matanya menangkap sosok familiar. "Ayah!" teriak Keyla, ia mencoba berlari mengejar Ayah. Ayah kandungnya, Ayahnya hanya melambaikan satu tangannya.

Keyla mengerutkan alisnya, kenapa saat ia maju dan mencoba menemui Ayahnya justru, semakin menjauh jarak antaranya dan Ayahnya.

"Ayah!" teriak Keyla kembali, ia mencoba berulang kali memanggil Ayahnya yang semakin menjauh dari pandangannya.

Keyla menggelengkan kepalanya, tidak... tidak. Ayahnya.

"Ayah, Key mau ikut!" teriak Keyla saat Ayahnya sudah tidak lagi berada di pandangannya.

"Ayah!" Matanya terbuka lebar, memancarkan kebingungan dan ketakutan yang masih terasa kuat. Rambut panjangnya yang berantakan dan wajahnya yang pucat menunjukkan bekas-bekas kecemasan yang baru saja dia alami.

Keyla menggosok-gosok matanya, mencoba mengusir sisa-sisa mimpi yang masih menghantui pikirannya. Napasnya terengah-engah, seakan-akan masih terjebak dalam kecemasan yang baru saja dia alami dalam mimpi.

"Key?" panggil seseorang, menyerahkan secangkir air bening.

"Jangan di kucek matanya," ucap seseorang menurunkan kedua tangan Keyla.

Keyla mengerjapkan kedua matanya ia melihat sekelilingnya.

Putih?
Bau obat?
Tangan kirinya di infus?
Rumah sakit?

"Zik, Ar?" gumam Keyla melihat kedua anak kembar yang berada di samping ranjangnya.

"Minum dulu Key," ucap Arsen, menyerahkan gelas berisi air bening dan sebuah sedotan ke arah bibir Keyla.

Keyla menolehkan kepalanya lalu ia meneguk sedikit agar dapat melegakan dahanya.

Sedangkan Ziko, pemuda tersebut sibuk mengelus surai rambut Keyla mencoba memberikan ketenangan pada gadis itu. Sepuluh menit yang lalu membuat Ziko dan Arsen panik saat Keyla bergerak gelisah saat tertidur dan saat Ziko akan memanggil dokter, Keyla justru sudah membuka kedua matanya dan itu membuat Ziko dan Arsen bernapas lega.

"Mimpi apa Key? Sampai keringatan gini." tutur Ziko, mengelap sayang dahi Keyla yang bercucuran keringat.

Keyla menggelengkan kepalanya pelan, ia juga sudah lupa sekarang. Ia hanya mengingat taman mawar itu saja entah mengapa ia merasa khawatir dan ketakutan secara bersamaan.

"Udah jangan terlalu di pikirkan," ucap Ziko, melihat Keyla tampak berusaha memikirkan mimpinya.

"Lapar?" tanya Arsen, membuat Keyla kembali menoleh kepadanya.

"Jam berapa?" tanya Keyla, ia ingat terakhir kali sebelum ia jatuh pingsan.

Ia dan Jessica?
Tunggu...
Jessica?

"Jessica di mana?" tanya Keyla, mengingat Jessica juga pingsan terlebih dahulu.

Berarti, orang yang Keyla lihat secara samar samar, orang yang memanggil manggil namanya dan orang yang membantunya adalah Ziko dan Arsen.

Keyla menolehkan kepalanya ke arah Ziko lalu ke arah Arsen. Mereka benar benar menepati ucapannya untuk menjaga dirinya?

"Engga perlu tau." jawab Ziko

"Istirahat Key." jawab Arsen

Keyla mengerutkan dahinya, tumben sekali anak kembar ini kompak. "Gua mau lihat Jessica, kayanya dia parah sampai kepalanya sedikit berdarah." tutur Keyla, mencoba turun dari ranjangnya.

"Engga perlu lihat dia, istirahat aja Key." Ziko, menatap kedua mata Keyla yang menatapnya memohon.

"Gua udah baikan Ziko, gua mau lihat kondisi Jessica." Keyla, menatap kedua manik mata Ziko memohon untuk diizinkan.

Arsen membuang napasnya pelan, ia berjalan ke arah Ziko lalu menarik bahu kembarannya itu agar memberikan jalan bagi Keyla untuk turun dari ranjang. "Sana." tutur Arsen, membantu mengambilkan infus Keyla.

Keyla menarik ujung bibirnya ia turun hati hati dari ranjang dibantu Ziko yang terlihat sedikit kesal.

Mungkin karena Keyla tidak menuruti ucapannya. Keyla sendiri, justru terkekeh kecil melihat wajah pemuda itu.

Mirip monyetnya Vanda. Pikir Keyla.

"Jessica sudah bangun sejak tadi tapi kata dokter dia harus nginap satu hari lagi," ucap wanita berkulit putih tersebut, tersenyum kecil menatap Keyla yang mengenakan baju rumah sakit dengan membawa infus.

Dia adalah seorang janda yang merawat Jessica sejak kehilangan adiknya.

"Ibu kelihatan lelah, Ibu bisa ke kantin saja nanti Keyla yang akan menemani Jessica." balas Keyla, tersenyum hormat saat wanita itu mengelus surai rambutnya.

"Ini bukan salah kamu Nak, Jessica hanya tidak terima adiknya tidak mendapatkan keadilan. Maafkan Ibu Nak, Ibu sudah berulang kali mengingatkannya untuk tidak melakukan hal yang merugikan dirinya dan mengikhlaskan adiknya tetapi Jessica gadis keras kepala yang sangat susah untuk di atur." jelas wanita itu, mendudukkan kepalanya merasa bersalah.

Sedangkan Keyla sendiri merasa kaget mendengar fakta bahwa Jessica adalah gadis yang sangat keras kepala dan tidak ingin di atur. Keyla jadi ingat kalimat yang selalu Andre ucapkan saat bersama Jessica dulu sebelum ia mengulang waktu.

"Khawatir? Lo itu hanya khawatir bodoh!"

Kalimat yang selalu Andre ulang, tetapi sekarang Keyla jarang mendengar Andre mengatakan itu. Entah karena hubungan mereka sudah membaik atau hubungan mereka diam diam kandas?

"Ibu jangan menyalahkan diri Ibu sendiri, Ibu sudah benar memperingatkan Jessica. Ibu, Key akan menemui Jessica dulu, Ibu bisa mengisi perut di kantin. Key lihat Ibu sepertinya kelelahan." tutur Keyla.

"Baiklah, Ibu ke kantin dulu Nak. Titip Jessica," ucap wanita itu, mengambil tasnya lalu berjalan menuju kantin.

Keyla tersenyum singkat ia berjalan pelan menuju pintu yang tertutup rapat itu.

Ruang Mawar 01

Keyla memegang handle pintu, memutarnya pelan saat pintu terbuka ia melihat Jessica yang sedang memakan apelnya. Kondisinya, sepertinya sudah membaik hanya kepalanya di perban.

"Ngapain lo? Gua kira udah mati." celetuk Jessica, memakan apel di tangannya lalu mengunyahnya kuat. "Kenapa lo engga mati aja? Sia sia selama ini gua merencanakan semuanya kalau lo engga mati." imbuhnya.

Keyla hanya tersenyum saja menanggapi ucapan Jessica. "Jess, tekanan yang dibuat olehnya sangat besar ya? Sampai sampai lo berubah gini."

"Maksud lo?!" teriak Jessica, kedua matanya menyipit dan ia memegang apel di tangan kanannya dengan kuat.

Keyla kembali tersenyum, respon dari Jessica sudah menjadi jawaban Keyla dan Keyla cukup puas melihat responnya.

"Pergi lo! Gua muak liat lo!" teriak Jessica sedikit menurunkan nada suaranya.

"Gua pergi beneran entar engga ada yang bisa kasih lo contekan Jess." jawab Keyla.

Jessica membuang napasnya kesal, maksudnya pergi dari sini. Entah apa yang Keyla cerna dalam kalimat yang baru ia lontarkan hingga membuatnya mengatakan hal seperti itu. Jessica menatap Keyla sejenak, apakah Keyla tidak membenci dirinya? Mengapa Keyla justru bersikap seolah olah tidak ada hal apapun diantara mereka?

Jika, Jessica berada di posisi Keyla sekarang. Jessica sudah muak dan tidak akan bertemu.

"Gua bisa ngerjain sendiri! Pergi lo sana?!" usir Jessica, sungguh Keyla justru meresponnya tenang dan santai saja? Bodoh memang!

Keyla tersenyum, ia melihat sekeliling ruangan yang di tempati Jessica lalu memusatkan kepada Jessica, Keyla tersenyum manis khasnya. "Gua hari ini bisa langsung pulang, besok kalau gua masih ada bakalan ke sini jenguk lo lagi." tutur Keyla tetap berada di ambang pintu tidak ada pergerakan.

"Pergi!" usir Jessica sedikit membentak, melemparkan apel yang dipegangnya ke arah Keyla.

Keyla kembali tersenyum, ia berjongkok pelan mengambil apel yang Jessica buang ke tempat sampah. "Bakalan pergi Jess, engga usah di usir juga." balas Keyla, menatap Jessica singkat sebelum ia benar benar melangkahkan kakinya berbalik pergi dari ruangan Jessica.

Saat akan menutup pintu, Keyla kembali berujar, "Mie kuning enak Jess lo kali kali harus cicipin, sandal jengkol gua kalau udah datang lo pakai aja, password handphone gua tanggal lahir gua kalau lo mau pakai, pakai aja dan gua titip salam ke Vanda. Bilangin, kata Keyla Vanda harus hemat. Gua pamit dulu, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." setelah mengatakan itu Keyla benar benar menutup pintu ruangan.

Jessica menatap pintu tersebut dengan pandangan bingung?

"Ngomong apa dia?! Dasar bodoh!"

🔑


TBC

"Jangan lupa follow"
CahayaBohlam

Salam hangat dari AN 🤎

Continue Reading

You'll Also Like

655K 8.5K 32
Novel 1 Jangan lupa tinggalin jejak Thankyou❤ ... Menceritakan tentang maura yang dijodohkan ayah nya dengan laki-laki bernama frans Maura membuat k...
1.4M 128K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
592K 23.2K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 329K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...