Bujang Kematian Kesayangan Ay...

By AlienMoomin

5.4K 628 62

Berdasarkan kisah AU Abang Leon di Instagram Kisah 3 bujang kematian kesayang Ayah Alby dam Bunda Naza. Tidak... More

01. Bujang Jarang Pulang
02. Coba Lagi, Bujang Lagi
04. Micellar Water

03. Leon vs Sekolah

1.3K 133 9
By AlienMoomin

“Tempat pensil gue di mana, Woy! Kelas ini punya tukang nyolong, ya! Anjir dah, meleng dikit, langsung ilang. Heran!”

Di barisan pojok paling belakang, Leon hanya tersenyum miring sambil menggaruk hidungnya. Diam-diam, dia melirik kolong mejanya, menatap tempat pensil merah jambu yang sejak tadi dia sembunyikan.

“Ini seriusan! Tempat pensil segede gaban kagak ada yang liat!”

Suara cempreng Denis saat jam kosong adalah hiburan bagi Leon. Gadis manja berjilbab putih, si tukang ngomel itu memang paling rempong di kelas. Makanya, Denis selalu menjadi sasaran empuk kejahilan seorang Leon Jovandiro.

Sambil mendengarkan bagaimana Denis terus menggerutu mencari kotak pensil, Leon menatap lapangan sekolah melalui jendela samping mejanya. Sekarang belum waktunya istirahat memang, jadi di luar cukup sepi, kecuali kelas yang memiliki jadwal olahraga.

SMA Negeri 188 Jakarta menjadi sekolah yang Leon pilih. Tak ada yang spesial dari sekolah itu, kecuali jaraknya yang cukup jauh dari rumah. Daripada sekolah di swasta yang menguras otak Leon dan kantong Ayah, Leon lebih memilih sekolah negeri.

Biar Noel aja yang habisin duit ayah.

Itu candaan Leon saat meminta izin dari ayah dan bunda agar bisa sekolah di sekolah negeri. Ya, berbeda dengan adiknya, Noel, yang sekolah di sekolah mahal dari TK hingga SMA, Leon memang tidak cocok sekolah di sekolah elit. Apalagi dengan bahasa Inggris dan Mandarin yang menjadi bahasa sehari-hari di sekolah. Belum lagi dengan persaingan dan kurikulum yang tinggi. Mendapat nilai 85 di ulangan Bahasa Inggris saja sudah membuat Leon sangat bersyukur.

Ah, pada intinya, jangan paksa Leon untuk mengikuti jejak adiknya menghabiskan uang ayah. Leon sudah sangat menikmati kehidupan sekolahnya, terutama saat jam kosong dan keseruan menjahili Denis.

Setelah puas mendengarkan suara cempreng Denis, Leon kembali memutus pandangannya dari lapangan sekolah. Dia menatap Denis yang masih sibuk mencari kotak pensil dari meja ke meja.

“Betina, cari ini?!”

Leon mengangkat kotak pensil merah jambu bergambar idol K-pop di tangannya. Bujang bermata sipit itu tertawa puas sambil mengolok-olok wajah masam Denis.

“Anjing, Leon! Emang selalu lo biang keroknya.”

Denis berjalan dari bangku barisan depan, mendekati Leon yang sekarang menumpang kaki sambil membolak-balikan tempat pensil itu. Dia rebut kotak pensil itu dengan kasar.

“Dan satu lagi, nama gue Denis bukan betina.”

Leon menaikkan kedua alis tebalnya. “Tapi lo betina, ‘kan?”

“Nama gue Denis.”

“Nih, masalahnya kalo gue manggil lo Denis, Si Denis juga nengok.” Leon menatap temannya yang sibuk main game di bangku depan. Anak itu juga bernama Denis, beda kelamin saja kalau kata Leon. “Gue sih gak suka buat orang salah paham, ribet.”

“Bodo amat! Asal lo tau, gue benci sama lo, Leon!” Denis melengos, meninggalkan Leon dan tempat duduknya.

“Bagus! Setidaknya, perasaan lo gak bertepuk sebelah tangan,” sahut Leon.

Denis menoleh sambil mendelik, kemudian mengangkat kedua jari tengahnya dan dibalas finger love oleh Leon.

Denisa Putri Malik dan Leon Jovandiro dikenal sebagai Kucing dan Anjing di kelas XI MIPA 2. Tiada hari tanpa percekcokan dua bocah beda kelamin itu. Entah apa yang melatarbelakangi kedua anak itu terus bertengkar, semua orang hanya berharap keduanya berakhir dengan jatuh cinta. Meskipun, Leon dan Denis dengan kompak menjawab, “Amit-amit jabang bayi!

“OSIS kumpul di Aula sekarang!”

Tiba-tiba, seseorang berteriak di ambang pintu kelas. Dia Nuca, ketua kelas dari kelas kelas sebelah sekaligus personel Kemaren Sore.

“Leon, Reonalpant, dan Denis Kuadrat,” kata Nuca, mengabsen setiap anggota OSIS di kelas Leon.

Leon dan Ipong alias Reonalpant langsung bergegas keluar kelas dan diikuti oleh kedua Denis jantan dan betina.

Oh ya, tentang OSIS. Sebetulnya, Leon tidak terlalu niat untuk gabung di organisasi yang kata si Ipong lebih mirip babu sekolah. Namun, berhubung Leon punya aspirasi untuk membentuk ekstrakurikuler band di sekolah, jadi dia dan geng gongnya masuk ke OSIS, termasuk Ipong dan Nuca.

Namun, setelah hampir satu tahun menjabat di divisi masing-masing, ektrakurikuler band itu masih saja menjadi wacana tanpa wujud. Makanya, jangan tanya seogah apa Leon saat ikut perkumpulan OSIS. Dia bahkan menyeret langkahnya sepanjang koridor kelas.

Dan lagi, bukannya langsung ke aula, Leon dan Ipong malah melipir ke kantin. Mereka berdua sengaja mengulur waktu sampai kumpulan OSIS itu selesai dan akan datang di akhir, kira-kira 10 menit sebelum selesai.

Begitulah rencananya.

Namun, saat Leon dan Ipong sampai di aula dengan minuman Power F berwarna ungu di tangan mereka masing-masing, perkumpulan itu malah belum dimulai.

“Nah, yang ditunggu akhirnya datang,” ucap Nuca.

“Siapa? Gue?” tanya Leon.

Nuca mencebik. “Iye! Ini loh rencana pensi yang lo ajuin waktu itu, di-ACC sama Kepala Sekolah. Kita sekarang mau rembukin gimana acaranya. Kepala Sekolah minta acaranya minggu ini.”

“Minggu ini? Yang bener aja—”

“Rugi dong!” Itu Minu yang menimpali.

“Anjir, Minu. Diam dulu lo!” Leon langsung ikut duduk lesehan di lantai, mendekati Nuca yang masih belum selesai bicara.

“Iya, pokoknya gitu sih keputusannya. Kepala sekolah sangat berharap acara pensi ini berjalan lancar dan meriah.”

Leon menggaruk kepalanya. Setelah menyeruput habis minuman di tangannya, dia menatap Nuca dengan serius. Jujur, Leon juga ngasal mengajukan acara pensi itu. Proposal aja dia download dari scribe dan minta bantuin AI untuk mengedit, hanya untuk formalitas persyaratan gabung OSIS. Tak disangka malah proposal yang dibuat dengan asal-asalan itu yang disetujui

Leon mendekatkan wajahnya ke telinga Nuca. “Gue gak ngerti soal acara,” bisiknya.

Diskusi panjang tanpa solusi pun berlangsung lama hingga pulang sekolah. Bahkan, saat semua anak sudah berhamburan keluar, mereka masih berputar-putar memilih siapa yang bertanggung jawab dan menjadi ketua pelaksana.

Leon yang sejak tadi duduk gelisah mulai merasakan getar ponsel di saku celananya. Hari ini, dia diminta untuk menjemput ayah di kantor berhubung mobil ayah masuk bengkel. Makanya, sejak jam 4 tadi, pria tua terus menelepon.

“Ekhem!” Leon berdeham sambil mengubah posisi duduknya. “Gue cabut duluan, ya.”

“Lah,” sahut Ipong tak terima. “Lo yang punya ide, masa lo yang cabut duluan.”

“Terserah kalian dah, gue ngikut aja.”

“Gak bisa gitu dong. Masa lo mau lepas tangan gitu aja.” Denis betina ikut menimpali.

“Iya anjir, lo gak tanggung jawab,” tambah Minu.

“Terserah dah itu acara mau dibuat apa. Intinya gue cabut, bye!”

Leon terbirit dengan tas punggung yang tersangkut salah satu pundaknya. Bujang bermata sipit itu berlari ke parkiran sekolah. Namun, tiba-tiba dia kembali putar arah ke area kelas yang jaraknya lumayan jadi dari parkiran.

“Tupperware bunda ketinggalan!” teriaknya.

°•°•°•°


Continue Reading

You'll Also Like

5.3K 422 12
kejadian saat di bali membuat sebat dan nebulla harus terikat secara tiba tiba. sebat kebobolan dan harus bertanggung jawab. dan ini kisah mereka dar...
1.4M 103K 45
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
95.7K 9.4K 33
Keinginan Kakashi hanya satu. Yaitu melindungi dan menjaga anak dari Senseinya, meskipun nyawa adalah taruhannya . . . Naruto ©Masashi Kishimoto K...
37.1K 4.9K 35
[Asakru Fanfiction] [Wilujeng_Arthur] [Completed] Sebuah pesan asing yang diterima Karma dan Gakushuu membuat keduanya dipaksa masuk kesebuah portal...