(Not) Mine Shadow

By TheAliceEve

360 21 1

"Sesuatu terjadi?... gadis itu yang melakukannya!!!" suara licik mulai berbahagia karena hal yang dia lakukan... More

~2~ "Run"
~3~ "Make Me Real?"
~4~ "You are Fine"

~1~ "No One Never Listen"

218 11 1
By TheAliceEve

"Aku menutup mataku mengingat semua hal yang ku lakukan.... ingatan demi ingatan mulai bertebaran......... toong jangan ungkin hal itu lagi dari dulu hingga sekarang...."

.

.

.

.

*Author's P.o.V*

"Jadi Vannessa? Apa kau yang menghancurkan tempat itu?" tanya Bob dengan mengangkat alisnya dan sedikit, gadis kecil itu menangis sedikit, kemudian mengelengkan kepalanya.

"Hm..... kau tau siapa yang melakukannya?" tanya Bob lagi, kali ini dia sedikit bingung dengan sebenarnya yang dia hadapi.

"....." kali ini Vannessa berhenti menangis, menghapus airmatanya dan mengagguk.

"Siapa dia?" tanya Bob perlahan sambil mengusap keningnya dan membetulkan kacamatanya.

"Kau tidak akan percaya.." seru Vannessa dengan sedikit terputus-putus, tapi matanya sudah cukup yakin dengan yang dia katakan.

"Kenapa kau sudah yakin? Padahal--" perkataan Bob mulai di potong sekarang dia tidak tau harus mendengarkan atau tidak.  

"Semua orang mengatakan aku pengecut, bodoh, dan lainnya dan terutama karena mereka mengirah aku seorang pembohong... tidak ada yang mau mendengarkan!! Aku tidak pernah bohong aku mengatakan sebenarnya tentang yang ku lakukan!!" seru Vannessa dengan sedikit kesal dia mulai marah dan menangis lagi, kenapa dan mengapa mungkin pertanyaan yang membosankan di pikiran orang-orang.

"Vannessa? Tenang... aku akan mencoba mendengarkan, jadi siapa orang itu?" tanya Bob perlahan sambil menatap lembut Vannessa.

"Hiks..... hiks....... hiks... Baiklah..." seru Vannessa lalu mulai melihat kearah belakangnya dan berdiri tegak. Dan menunjuk bayangannya.

"Hm? Vannessa? Apa yang kau lakukan?" tanya Bob lagi, ini hal yang cukup aneh selama dia menjadi Psikiater. Tapi dia tau kalo memang mungkin sangguan mental anak yang dia hadapi mungkin berat.

"Dia..... Shadow yang melakukannya..." seru Vannessa, dia menunjuk bayangannya sendiri skarang.

"Eh? Bayanganmu yang melakukannya?" tanya Bob sedikit bingung, dia mulai membuka catatanya lagi dan mencatat data dari Vannessa. 

"......Ini bukan bayanganku..." dia terdiam kemudian, mengangkat bahunya kemudian berjongkok di hadapan bayangannya.

"Vannessa?  Apa kau bisa mengendalikan bayanganmu?" tanya Bob sedikit berdiri melihat Vannessa, yang sepertinya sedang melambaikan tangannya pada bayangannya.

".........Tidak... tidak ada yang mengendalikan Shadow.... karena bayangan ini milik "kami".... kau mengerti..." seru Vannessa sambil sedikit tersenyum, tapi di saat yang sama sangat aneh.

"...Baiklah... apa kau bisa menyuruhnya melakukan sesuatu?" tanya Bob perlahan melihat Vannessa. Terlihat Vannessa menenggok, lalu berdiri dan mengangguk. Sesuatu terjadi ruangan menjadi gelap,semua tertutup seperti kegelapan atau mungkin di dalam bayangan, kemudian semua seperti sesuatu menusuk tubuh Bob dia lemas. 

"Vannessa?!!" perlahan Vannessa membuka matanya, semua kembali normal keadaan ruangan seperti semula, seperti tidak ada apa-apa? Padahal Bob tau ada seperti kekuatan yang menyelimutinya bahkan ruangan yang dia tempati. Dia menghela napas dan mengelap keringatnya.

"Hah.... baiklah... Vannessa? Ini beberapa obat dan buku yang mungkin kau bisa baca?" perlahan Vannessa maju dan mengambil hal itu dari tangan Bob, jika di lihat Bob sedikit merasa canggung pada apa yang telah terjadi sesuatu yang mengerihkan. Seperti ada yang mengejarnya dan ingin menarik rohnya keluar dari tubuhnya.

"....Terima kasih..." seru Vannessa perlahan, dia masih sedikit stress dengan apa yang terjadi dalam hidupnya "kenapa harus aku?" pertanyaan itu bagai menghantui pikiran dan jiwanya. Perlahan dia memasukkan buku itu ke tasnya, tidak habis sudah yang dia pikirkan hingga sekarang tentang segalanya..

.

.

.

"Bob?!! Dia sudah datang?!" teriak pria dewasa dengan jas, masuk kedalam ruang kerja Bob yang sedang membereskan data-data pasiennya yang lain.

"Roger? Aku tidak sangkah kau benar-benar datang?" seru Bob lalu berdiri dan menjabat tangan mitra lamanya saat dulu kuliah.

"Jadi?? Apa dia datang?? Bagaimana hasilnya?!!" tanya Roger dengan sedikit terburu-buru bibirnya yang terlihat kaku terus berusaha ingin hal yang dia nanti berhasil.

"Roger??? Tenangkan dirimu??"

"Hah?!! Bagaimana aku bisa tenang beritahu aku?!!" seru kencang Roger sekali lagi, dengan senyuman paku di wajahnya membuat terlihat dia memang memilihki obsesi dengan pencariannya sejak dulu dan teori tetang pengalaman yang dulu telah terjadi.

"Hah..... Baiklah, hasilnya positif..." seru Bob perlahan Roger duduk kemudian keringat keluar dari pori-pori kulitnya, dia mulai tersenyum seperti orang gila tidak dia sangat waras saat melakukan senyuman itu.

"Roger?.... kau baik-baik saja?" tanya Bob sedikit bingung karena Roger bertingkah sedikit aneh, Bob tau harusnya dia tidak membiacarakan hal ini lagi. Tapi bagaimana bisa?

"Ahahahahaha, apa maksudmu, Bob? Tentu aku sangat baik??" seru Roger sambil sedikit tertawa, dia mulai terlihat normal lagi jika di teori dengan Psikologis gerak-gerik Roger memang menandakan dia memilihki penyakit Obsesi yang rendah.

"....Roger? Apa kau tidak terlalu berlebihan masih mencari hal aneh ini-"

"Bob!!! Sudah ku bilang jangan bilang hal aneh lagi!!!"

"........"

"Baiklah.. Kita akan ungkit ini besok" selesai bicara Roger keluar dari kantor Bob, semua yang terjadi sudah di perkirakan hal ini memang sedikit rumit. Tapi siapa yang peduli?

****
"Vannessa?....." seru Ibu Vannessa memeluk putrinya ringan, perlahan Vannessa memeluk ibunya kembali dan menangis hingga sedikit menjerit.

"Wuuuuaaahhhhh!!!! Ibu.... ibu..... aku tidak salah!!!" seru Vannessa sambil menangis, bagaimana pula Vannessa hanya 7 tahun dan dia sudah di katakan mahluk yang sangat berbahaya. 

"Iya nak.... Ibu tau... hiks.... ibu tau..." seru ibunya hingga akhirnya dia ikut menangis karena yang dia hadapi, tidak ada yang mengerti Vannessa selai Ibunya dia selalu berusaha menjaga putrinya yang dia sayang sekuat mungkin walau banyak orang yang ingin mengambilnya. Bukannya aneh banyak orang yang ingin meneliti putrinya? Mengendalikannya? Atau mungkin Mengcloningnya?

Ingin sekali Ibu Vannessa atau Felica, untuk melihat putri kecilnya untuk bermain dengan anak-anak lainnya dan tersenyum seperti anak-anak normal. Tapi sekarang dia harus menghadapi takdir bahwa putrinya mengedapi sebuah penyakit Psikologis.... walau jujur dia tidak yakin anaknya benar-benar memilihkinya. Semua orang mengatakan putrinya Aneh, bisa membuat semua orang takut dengan tidak jelas dan malam itu Felica melihat kejadian yang membuatnya membelakangkan matanya dimalam saat dia melihat kejadian mengerikan itu.

"Hey? Shadow? Kenapa kau ada?" tanya polos Vannessa sambil menyalakan senter di tengahnya dan bayangannya bergerak menjadi duduk di hadapannya walau masih menyambung dengan Vannessa, bayangan itu terus berubah menjadi segalanya yang memilihki bayangan. Tapi bukan hal itu yang mengejutkan akan tetapi dia bisa mengangkat segala sesuatu yang memilihki bayangan dan meremasnya dan hal itu akan terjadi di benda aslinya. 

Seperti saat itu Felica melihat bayangan anaknya bergerak keluar dari kamarnya dan turun dari tangga dan menekan bayangan seekor tikus hingga tikus itu tidak bisa bernapas, dan demi perlahan tikus itu Mati....

Apakah kejam? Sesungguhnya Felica memegang sebuah dari kunci jawaban Vannessa mengapa dia terlahir begitu.?....

.

.

.

.

"Ibu.... selamat malam.." seru Vannessa kemudian memejamkan matanya, sambil tersenyum Felica mencium kening anaknya kemudiam membalas senyuman anaknya. Perlahan Vannessa tertidur setelah meminum obat anti-stress dari Psikiater. Tidak habis pikir Felica memikirkan apa yang telah terjadi. Felica mengelap wajahnya dengan tangannya dan melihat bayangan itu duduk di sebelahnya.

"Hai..... ahaha, kau pasti bayangan Vannessa?" serunya sedikit tertawa, bayangan itu mengagguk dan mengubah bentuknya seperti teddy bear dan mengoyangkan tangan dan kepalanya seperti sedang memberi salam. 

"Sayang sekali kau tidak dapat bicara denganku..." seru Felica lalu tersenyum tipis, tidak ada hal yang bisa dia katakan tentang bagaimana perasaannya. Bayangan itu diam dan mulai berubah lagi menjadi manusia, mungkin tidak terlihat tapi di mata Felica terlihat bayangan itu menangis.. ada sedikit bayangan air yang jatuh dari pipi bayangan itu. Disaat itu Felica menangis dan berusaha memeluk bayangan itu.

"....hiks.... hiks.... Elia... Elia... Oh...oh... Elia..ku... kenapa malah menjadi begini..." seru Felica sambil menagis.

"Jika saja.... keajaiban terjadi.... aku rela menukar hidupku.." seru Felica sambi berusaha memeluk Bayangan Vannessa. Perlahan bayangan itu menyentuh bayangan pensil, perlahan pensil itu mengapung dan tertulis di tembok.

"Apa.. itu namaku?" tulis di tembok selesai, setelah itu Felica berlinang air mata bersujud di lantai dan mengangguk.

"Ya.... Elia..." seru Felica masih sambil menangis dan menutup mulutnya.

"...Ha....ah...... Elia... Vannessa... kumohon kalian harus bisa menjaga satu sama lain.... walau jika ibu hilang..." seru Felica masih berusaha menghentikan tangisannya.

"Ibu? Kenapa kau menangis?" tanya Vannessa terbangun dia melihat Elia. Entah mengapa dia sudah tau kalo Shadow bernama Elia.

"Elia?" seru Vannessa pelan kemudian, Felica berlari memeluk Vannessa dan secara tidak langsung Felica sudah memeluk Vannessa dan Elia di saat yang sama.

"Ingat.... kalian harus saling menjaga..." seru Felica kemudian meninggalkan kamar Vannessa dan tersenyum lemah walau airmata masih sedikit terlihat di kelopak matanya. Tidak ada yang bisa mengubah segala yang terjadi.. Sekarang Vannessa melihat Elia kemudaian daia berdiri dan menyentuh tembok yang menunjukkan refleksinya yaitu Elia.

"Terasa sangat aneh?" seru pelan Vannessa dan perlahan Elia menyatuh dengan bayangan di kaki Vannessa yang terlihat sudah terlihat tidak terlalu seperti garis lagi.

"Ini... Bukan bayangan ku... tapi bayangan Kita" seru Vannessa pelan kemudian menidurkan kepalanya kembali keatas ranjang dan memejamkan matanya perlahan demi perlahan.


OHOYO!!! Salam kenal semuanya Cerita yang memilihki latar yang cukup misterius bukan? Bhuahahahah Kenalkan Michi adalah Author sabeleng yang aneh!! Ya gak aneh-aneh banget sih.. SIlahkan cerita ini agak berat Imajinasinya dan gejelasin POV nya karena tau lah~ Mungkin Michi bikin Vannessa POV nanti kalo Michi dapet Vote sama Comment yang banyak!! kurang lebih 5 Vote sama 5 Comment iitu cincai lah >.< karena jujur Michi bikin beberapa cerita lain jadi mohon di maklumi dan Follow Michi juga kalo perlu ;3 See You Next Time~

Continue Reading

You'll Also Like

17.3K 1.7K 51
Perjalanan Candini dan Larantuka dalam mencari Penawar Racun Tujuh Langkah kembali dikisahkan, dalam empat puluh dua hari tersisa hingga racun meren...
4.4K 343 45
Novel Terjemahan Judul Asli: 当万人迷穿成灵异文炮灰 Author: Diao Diao Zi Total: 53 Chapter Pada upacara kelulusan, Shi An ditikam hingga mati oleh seorang teman...
203K 17.1K 21
Kamu adalah kesederhanaan yang tak pernah aku inginkan. _Kenny Jaerlyn_ Batu kerikil tidak ada apa-apa nya, dibanding dengan berlian. _Raga Argian_
1.1M 57.7K 34
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...