Blessed

By baeriel

697K 142K 27.2K

Yes, Sir. We are certainly and certifically blessed. ☽ / / 00l's fantasy au, SEASON 1 COMPLETED : SEASON 2 O... More

BLESSED
+01. a letter from ellugard
+02. to be perfectly perfect
+03. das willkommen
+04. hocus pocus
+05. the lies on the old mirror
+06. honey-bee
+07. watch out for blackout
+08. on the battlefield
+09. that sly squirrel
+10. truely a blessing
+11. woodcutters, clockworkers
+12. the fate lies upon
+13. certainly blessed
student data / id
+14. girls and boys
+15. it's nIiiiiIce to meetcha
+16. every bits of ecstacy
+17. the other side of the mirror
+18. snowy day, barley tea, fireplace.
+19. kingdom fall
+20. kingdom come
+21. pick up the pieces
+22. under the moonlight
+23. before the storm
+24. blessing is a curse
+25. BLESSING IS A CURSE
+26. by the eyes of the sinner
+27. healing piece
+28. lining selene
+29. just a little mercy
+30. a message and a golden cage
interupsi
spin-off; young master and astronomy tower
+31. an imposter
+32. this friendship mean so much to me
+33. in the corner of the innermost mind
+34. put on the fire alarms
+35. love potion, pure poison
+36. relationship with others
+37. the world we are against
+38. as sweet, as toxic
+39. in the end of our swords
+40. everblooming scintilla
+41. (and then the world collapsed)
+42. and then the world goes quiet.
+43. the little rat makes a sound
+44. human hearts
+45. walking the thin line
+46. you and i
+47. don't close your eyes, don't tell
+48. tear the curtains down
+49. trust your gut, slit their throat
+50. blood-stained ground
+51. the key to it all
+52. must you say it out loud?
+53. each other's throats
+54. souls that bind to death
+55. the trails
+56. shush, shut your mouth
+57. the first approach
+58. recite your propechy
+59. darkness is your foe
+60. beliefs of every beings
+61. say your vows
+62. the sun, as we speak
+63. moral compass
+64. may you burn to the ground
+65. we're all liars here
+66. sleep well, rest well (END OF SEASON 1)
+spin-off : the son of apollo's hate-or-love list
KINGDOM COME : The Blessed War. (Season 2 Prologue)
+68. playing a losing game
+69. the king maker
+70. a wound to never recover
+71. angers, angers.
+72. the chess pieces started to move
spin-off: the graveyard sitter
+73. a disciple, to say the least

+ 67. we're going back to black

607 105 59
By baeriel

Welcome back.

Shall we start?

Dentingan suara piano itu mengalun halus. Mengayun, bagai menggoda para pendengarnya untuk ikut mabuk dalam musik yang tengah dimainkan oleh Sang Genius. Tirai merah beludru dan panggung yang semarak akan bebungaan yang tengah mekar dengan cantik merupakan penggambaran indah yang menyambut para murid baru di akademi. Ellugard memulai semester barunya dalam notasi menyenangkan, tinggi akan harapan dan semangat, dengan wajah-wajah baru yang tidak bisa menyenbunyikan kobaran api dalam diri mereka.

Lencana para anak Dewa dan Dewi yang disematkan di mantel para murid baru masih berkilau dan memancarkan cahaya yang menampilkan kemuliaan posisi mereka sekarang ini. Mereka adalah yang terpilih. Cawan di tangan mereka diangkat tinggi menandai bahwa mereka telah berhasil melewati Tes Masuk dan berhak untuk berbangga diri.

"Tahun inipun nggak ada anak Hades," gumannya ringkas. Akan lebih aneh jika ada anak Hades yang masuk, lebih tepatnya. Kedatangan sang Putra Hades, Hwang Hyunjin, adalah anomali yang disambut baik sekaligus diiringi iri dengki. Hwang Hyunjin, si anak dewa yang begitu didewakan. Si adam yang tak bersahabat itu dikenal sebagai anak Sang Penguasa Dunia Bawah yang langka, karena tidak biasanya Hades ingin mengangkat anak seorang manusia. Orang-orang menaruh ekspektasi tinggi pada si manusia Terpilih di antara yang terpilih.

Mungkin karena itu juga tatapan para murid baru tampak begitu berbinar dan tak bisa lepas dari sosok di sebelahnya saat ini.

Hyunjin yang mendengar celetukannya itu tidak merespons, hanya melirik sebentar ke arahnya lalu tersenyum, selewat hampir tak terlihat. Figurnya menyatu dengan Lilac Theatre yang tengah didekorasi dengan tema merah darah dan emas sewarna bintang. Ia tampak begitu cocok dengan teater, sesuai dengan dirinya yang bergerak bagai sedang berlakon.

"Bukannya rasanya sepi sekali jadi anak Hades satu-satunya, ya?" tanya Hyunae, hanya penasaran. Sosok pianis di atas panggung kini mulai membawakan tempo yang lebih cepat.

"Malah akan lebih repot kalau ada yang lain," ucap Hyunjin dengan senyum miring. Kakinya menyilang seraya jemarinya mengetuk lutut secara pelan. "Kurasa cukup hanya satu anak Hades di tiap generasi. Menjadi anak Hades ... aku rasa aku malah nggak akan suka berhadapan dengan seseorang yang sangat mirip denganku. Aku nggak akan nyaman."

"Yah ... I think I would've been troubled to handle two of you." Si putri Athena mengendikkan bahunya. "Aku hanya senang ada banyak anak Athena, karena semakin banyak, semakin mudah untuk membagi tugas di perpustakaan."

"Kurasa kamu nggak akan bisa terlalu mengontrol perpustakaan sekarang." Perkataan Hyunjin itu membuatnya terdiam sebentar. Itu benar, memang Hyunae punya waktu untuk berleha-leha sekarang? Ia dan Hyunjin bahkan baru kembali ke Ellugard seminggu yang lalu, setelah menghabiskan sisa liburan untuk berpergian dari kota ke kota, mencari petunjuk dan jejak organisasi yang tengah mengincarnya sekarang dan hubungannya dengan takdir si hawa yang telah dituliskan.

Nihil. Yang ia dapatkan hanyalah kalimat peringatan. Kalimat yang mengatakan bahwa dia telah dikutuk dan tengah melawan takdir yang telah ditentukan oleh para dewa. Hyunae masih tidak bisa memahami, kenapa dirinya yang keluar dari jalur dan berusaha untuk memperjuangkan keadilan malah dilihat sebagai bentuk pemberontakan pada catatan takdir?

Apa ia tengah berada di jalan yang salah?
Apakah merampas, mencelakai, dan mengubah tatanan dunia agar menguntungkan pihak blessed, adalah tindakan yang sebenar-benarnya dikehendaki para dewa?

Gelegar, permainan piano itu perlahan berjalan menuju nada yang lebih lantang, bak petir yang menyambar. Sang pianis memainkan jemarinya, piawai di atas tuts piano, ia menarikan persembahannya pada Dionysus.

Hyunae masih bergeming. Ada benang yang kusut di sini.

Sebuah lembaran yang hilang. Sebuah penjelasan yang disembunyikan. Entah apa itu, Hyunae meyakini ada yang tengah bermain dan tertawa di belakang layar saat ini, menikmati dirinya yang tengah menerka-nerka dan menpertanyakan keadilan di depan dewa itu sendiri.

Melodi tersebut bagai murka, sebuah tarian gila yang merayakan amarah dan pongah menjunjung diri sebagai anak dewa. Ia melenceng dari partiturnya, dari peta yang seharusnya ia ikuti bak sebuah kepercayaan. Sang pianis masih mengundang tatap terpana, beratus pasang mata yang menyaksikan lahirnya seorang legenda.

Ia akan melekat pada ingatan. Ia memang berniat seperti itu. Fokus Hyunae tertuju pada raut wajah si adam yang berada di atas panggung tersebut. Kontradiksi dengan obsidiannya yang dingin, jemarinya menyampaikan gelora yang mengirimkan sensasi merinding.

Bagaimana permainan dengan perasaan yang tumpah-ruah ini akan diakhiri? Apakah meninggalkan sisa-sisa yang tercerai-berai dengan berantakan, ataukah—

Nada itu kembali melambat.

—diakhiri dengan dramatis tetapi rapi?

Blessed adalah mereka yang memiliki harga diri yang tinggi. Pemandangan Lilac Theatre yang dihiasi oleh pujian yang berkumandang hampir tidak pernah terlihat, tetapi terjadi di depan matanya sekarang bagai mimpi. Hyunae tersenyum, tepuk tangan itu membahana dan memekakakkan telinga, sementara sang pianis beranjak dan membungkuk, memberi hormat ke arah bangku penonton, yang dijajar dari tingkat tiga ke tingkat satu, atas ke bawah.

Jemarinya berhenti di bibir, berpikir. Tanpa melirik Hyunjin, ia melirih, "Menurutmu dia akan direkrut?"

Si adam yang mendengar pertanyaannya, di antara berisiknya Lilac Theatre, membalas dengan nada lamat. "Tentu. Dia adalah berlian yang punya nilai tinggi."

"Berlian dengan nilai tinggi, ya." Si gadis Kim menimbang. Selama beberapa menit, selagi dirinya tenggelam dalam monolog dalam diri, ia juga menyempatkan untuk menganalisa permainan sang Pianis hari ini. Ia tertawa kecil, setelah selesai mengkalkulasi pro dan kontra. "Tentu saja aku harus mencurinya terlebih dahulu."

Lee Heeseung, putra Hera.




Apakah lebih baik memiliki perasaan yang dalam atau yang dangkal?

Na Jaemin belum menemukan jawabannya.

Si adam adalah manifestasi dari titik ekstrem. Jika ada sesuatu yang ia sukai, ia akan junjung hal tersebut bagai sebuah obsesi. Jika ada sesuatu yang ia benci, ia akan memastikan apa yang mengusiknya enyah dan tidak lagi bereksistensi. Jiwanya adalah budak akan perasaan sendiri. Jaemin tahu, cepat atau lambat, ia akan terperangkap dalam pusaran kalut, dengan si gadis sebagai pusatnya. Na Jaemin tahu, ia tengah memainkan taruhan yang sia-sia.

Jaemin terlewat tahu,

"Nana."

Ia tetaplah si lemah yang tidak sanggup untuk melepaskan pegangannya.

Kala suara itu sampai pada rungu, di belakang hiruk-pikuk panggung, Jaemin tertegun menatap si hawa yang telah lama tak dilihatnya selama masa liburan. Si adam menggerutu pelan, "Kamu telat."

Sosok yang dingin itu meluruh, melembut kala sang tercinta datang menghampirinya. Lemah, Na Jaemin sangatlah mudah untuk diperdaya romansa. Anak Apollo yang duduk di samping harpanya itu tak beranjak, tak ingin terbuai, tak ingin berharap sepihak.

Menyadari bahwa si adam tengah melayangkan protes dalam diamnya, si hawa menghela napas kemudian tersenyum ringan. Tungkainya lamat berjalan, seolah tahu semakin lama ia sampai semakin tersiksalah si Na. Hyunae memegang kendali atas hatinya, mutlak tanpa dibantah.

Si putri Athena telah berdiri di hadapannya, secara utuh, dan bisa disentuh. Segenap hati Jaemin menahan hasrat untuk segera membawa si gadis dalam rengkuh. Mereka ada di belakang panggung yang sibuk, menyiapkan penampilan berikutnya untuk penyambutan murid baru. Tidak, Jaemin tidak boleh membuat gaduh—

Srek.

—Begitu niatnya sedetik yang lalu. Sekarang, saat menyadari Kim Hyunae tengah tersenyum, menaruh sebuah mahkota yang terbuat dari bunga mawar klasik dan babybreath di kepalanya dengan lembut, Jaemin merasakan tembok esnya kembali luluh. Sang api, putra Apollo yang dikasihi mentari, kembali terbakar saat ujung jemari tersebut menyentuh rambut. Na Jaemin segera memeluknya, melingkarkan lengan pada pinggang si putri Athena.

Sekon kemudian, Hyunae tergelak, "Aku telat karena masih ngerangkai ini tadi, maaf ya?" Itu benar. Selama Hyunae duduk dan menikmati penampilan si prodigy, Lee Heeseung, tangannya tak berhenti untuk merangkai bunga di gelapnya Lilac Theatre. Ia sengaja untuk mempersiapkan mahkota tersebut sebelum kemudian mendatangi Jaemin di belakang panggung.

"Kamu nggak adil ... bahkan belum sampai lima menit aku marah."

"Aku dan seluruh staf teater yang akan kesusahan kalau bintang utamanya mogok naik panggung." Hyunae mengusap helai legam Jaemin sembari memperbaiki letak mahkotanya. "Kamu nggak berantem sama Haechan selama aku nggak ada, 'kan?"

Jaemin menggeleng, lengannya yang tampak lebih kekar dari ketika ia tingkat satu, masih mengalung pada pinggang si hawa. "Kamu bakal bikin jasku kusut." Namun, Jaemin pura-pura tidak mendengar.

Kenapa ...

Rasanya seperti ...

Ada yang ganjil ...

Apa aku melupakan sesuatu....?

Si putra Apollo masih memeluknya, tenggelam dalam lamunan, sementara suara pembawa acara telah mengumumkan namanya.

"—Na Jaemin, a high-tier Son of Apollo! Give a round of applause—"

Hyunae menepuk pundaknya. "Naiklah, Jaemin."

"Kamu akan menontonku sampai selesai, 'kan?"

"Memangnya aku mau ke mana?"

Jaemin terhenyak sejenak.

Hyunae menangkap keraguan sekejap dalam manik hazelnya.

"Nana."

"Pokoknya kamu harus lihat aku sampai selesai," ucap Jaemin, melepaskan pelukannya dan berdiri. "Dan kamu harus minum teh dengan aku dan Haechan sehabis ini."

"Tentu saja." Hyunae mengiringinya dengan senyum, hingga ke depan tirai merah di atas panggung. Mendengar janji tersebut, seolah terlepas satu simpul yang menyesakkan hatinya, Jaemin berjalan dengan langkah ringan menuju ke tengah, di mana sebuah harpa besar telah menunggunya. Sekelebat, Jaemin duduk sambil menengok ke tempat terakhir Hyunae mengantarkannya.

Choi Yeonjun tengah berdiri di sebelah Kim Hyunae, berbisik, kemudian melepas tawa dengan si hawa. Ketua murid tingkat tiga itu seolah sedang melempar candaan akrab, dan hal tersebut mengundang kernyitan di dahi si pemuda Na.

Lilac Theatre kemudian diselimuti oleh permainan harpa yang terasa begitu kesepian.


Mau apalagi cecunguk satu ini, batin Hyunae mengutuk dalam hati. Yeonjun mengundangnya ke Lounge Ketua Murid untuk menghabiskan sisa waktu minum teh bersama. Yang membuat Hyunae tidak nyaman adalah bagaimana Lounge tersebut terasa begitu sepi, dikarenakan masih kosongnya posisi ketua murid untuk tingkat satu dan tingkat dua. Ah, Senior Mark, aku tiba-tiba merindukanmu. Entah bagaimana kabarnya, Hyunae pun tak tahu.

Secara tradisi, Rapat Besar pertama di semester ini akan dilaksanakan dua hari lagi untuk menentukan siapa yang akan menjadi ketua murid tingkat satu dan dua. Sebagai ketua murid tingkat tiga dan pemimpin Rapat Besar, Yeonjun memiliki wewenang dan kuasa selama jalannya seleksi Ketua Murid. Hyunae tahu itu, dan ia punya firasat buruk.

"Aku mau kamu tahu bahwa banyak yang mengakui kemampuan kamu, Hyunae." Yeonjun menyesap teh yang ia buat, sebelum mempersilakan Hyunae untuk turut meminum tehnya. "They saw how you improved, they saw how you went from knowing nothing of swords and some sort to the proud Athena's daughter you are now. Jarak kemampuan kamu dari saat pertarungan percobaan ke Ujian Akhir Semester itu sangat besar."

"Senior berlebihan." Hyunae tersenyum kikuk. "Aku masih perlu banyak belajar. It's the bare minimum of the child of a War Goddess to display such skills with swords and spears. I will not taint Athena's honour."

"Sifat kamu yang arif itupun juga merupakan kebajikan yang patut dicontoh." Yeonjun meletakkan cangkirnya, menatap Hyunae dengan tegas seolah ia serius akan tiap kata yang ia lontarkan. Hyunae menahan dirinya untuk tidak mengumpat. "Aku harap kamu mau mendengarkanku, Hyun. Karena di mataku, kamu adalah junior yang terus berkembang dengan sangat membanggakan."

Romannya sangat, sangat buruk.

"Aku harap kamu mau menjadi ketua murid untuk tingkat dua."

Napas si putri Athena otomatis tercekat.

"Aku akan mencalonkanmu." Aku akan mengikatmu dan jangan harap kamu bisa kabur.

tbc.

author's note:

i need to thank you first.

makasii banyak uda mau nyempatin waktu buat balik lagi ke work ini. uda nunggu selama ini, selama 2/3 tahun ini aku hiatus, aku sebenernya kepikiran buat berhenti nulis sekalian hshsjsj i saw all my friends leave the writing world, and it actually pains me to stay in the middle. it became such a dilemma because even though i feel regretful to leave, i don't find the strengh to come back. "writing a fanfiction is no that serious" i know. but i've always been a very emotional person tho shsjsj there are even some points where your kind words become a burden to me (i know, i am foolish, all of them means well to me but again, i am shackled by my own expectations). i guess these past years, i've just been stuck between facing my fears or running away from them. i had become someone worse than a coward.

thank you for continously shower me with support. aku juga sebenernya, walau uda nemu niat, masi ragu untuk balik nulis karena uda lamaaaaaa banget. 'dunia' yang aku kenal uda berubah banyak. aku ngerasa asing di tengah-tengah hal yang aku sukai, and its not a very pleasant feeling ^^'. aku rasa aku bisa balik lagi karena kalian, mau aku hiatus, nggak jelas statusnya, atau berusaha nulis lagi, kalian tetep ngasi kata-kata baik ke aku.

thank you for loving my works, regardless. i hope you can find comfort in my words just like i found it on yours🤍

all in all, lets meet again, soon!

next update: 17.04.24

Continue Reading

You'll Also Like

41.6K 3.9K 22
"Jangan pergi jauh-jauh." ft. 00L Dreamies Bercerita tentang empat orang anak yang sama-sama memiliki titik kegelapan nan penuh elegi yang sampai sa...
70.2K 8.2K 36
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
3.4K 1.9K 47
Menjadi seorang wanita bukanlah sesuatu yang bisa membuat aktivitas terbatas, jika bertingkah layaknya seorang lelaki bukanlah suatu masalah memang...
797K 82.2K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...