Weddings' Smuggler

By lyanchan

2.9M 174K 4.5K

[Sudah tersedia dalam bentuk buku @gagasmedia] Wanda E. Pangestu, meneliti berbagai pesta pernikahan orang as... More

prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas
dua belas
tiga belas
empat belas
lima belas
enam belas
tujuh belas
delapan belas
sembilan belas
dua puluh
dua puluh satu
dua puluh dua
dua puluh tiga
dua puluh empat
dua puluh lima
epilog
Our Bundle of Joy
Selena's Effect
Selena's Effect - PROLOG
Selena's Effect - Satu
Selena's Effect - Dua
Selena's Effect - Tiga
Selena's Effect - Empat
OPEN ORDER
WEDDINGS' SMUGGLER PO!

Selena's Effect - Lima

2K 41 0
By lyanchan

8 April, 2024

Selena's Effect

Lima

***

[ini adalah spin-off dari Weddings' Smuggler yang bisa kalian dapatkan di Shopee dan Gramedia terdekat.]

Di dalam mobil yang disetiri oleh Tony di dalam perjalanan pulang setelah penolakan tanpa ampun Selena, Bryant hanya bisa terdiam menatap buket bunga mawar besar yang terletak di samping tempat duduknya. Apa yang salah? Bukannya wanita suka dengan bunga? Apalagi mawar merah seperti yang dibawanya saat ini. Dari ukurannya, juga bukan buket kecil. Buket itu terbuat dari seratus tangkai mawar merah! Apa mungkin ia harus membawa seribu tangkai mawar merah?

Tony melirik sekilas atasannya dari kaca utama mobil, ia bingung. Bagaimana bisa atasannya masih tetap membawa mawar merah untuk Selena sementara ia sudah memberitahu Bryant jika Selena menyukai bunga lavender? Apakah pesannya tidak tersampaikan dengan baik kepada atasannya itu?

"Jika ingin bicara, bicaralah. Kau juga ingin memarahiku seperti Selena tadi?" tanya Bryant sambil memijat keningnya yang tengah berkerut teramat dalam.

Ia melonggarkan ikatan dasi yang terasa mencekik lehernya, kemudian menghela napas yang cukup dalam sebelum menurunkan buket bunga itu dengan tepukan yang agak kuat hingga terjatuh. Harga dirinya terluka. Bukan, lebih tepatnya ia kesal dengan usahanya yang tidak dihargai.

"Saya ingin memberitahu Anda terlebih dulu, jika perkataan saya selanjutnya tidak bermaksud untuk memarahi atau pun menggurui Anda. Melainkan saya hanya kebingungan," Tony terlihat kembali mempertimbangkan isi pikirannya. Ia ragu untuk menyampaikannya, karena ia tahu... hanya akan ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Antara Bryant tersinggung dengan perkataannya atau marah besar.

"Apa? Cepat katakan, jangan bertele-tele. Hal itu cukup menyebalkan," keluh Bryant yang sudah tengah melipat kedua tangannya di atas dada, ia sudah siap mendengar kalimat meluncur keluar dari mulu Tony yang biasanya hanya memilih untuk diam.

Tony menatap Bryant dari pantulan kaca utama. Ia mengendarai mobil sedikit lebih lambat dari sebelumnya, kemudian mulai bersuara, "Saya sudah katakan pada Anda sebelumnya jika Nona Selena menyukai bunga lavender. Tapi, kenapa Anda masih memilih bunga mawar?"

Bryant menghela napas sambil menatap buket mawar merah yang ada di dekat kakinya saat ini. "Sesederhana itu dan dirinya sudah marah? Hanya karena dia tidak suka mawar merah? Tidak bisakah dia menghargai usahaku? Ini pertama kalinya aku pergi membeli bunga sendiri. Biasanya aku menyuruhmu untuk membelinya, jadi tidak apa jika dia memilih untuk menolak. Tapi, heh," Bryant mendengus sebelum melanjutkan kalimatnya, "kali ini aku yang membelinya sendiri. Masuk ke dalam toko bunga dan memilihnya."

Tony menggeleng pelan, "Sepertinya tidak sesederhana itu...."

"Bukankah niatku untuk membawakannya bunga sudah lebih dari cukup?" tanya Bryant lagi. Nada bicaranya terdengar semakin ketus.

"Alangkah lebih baiknya lagi, jika Anda membawa bunga yang memang Nona Selena sukai. Anda tahu sendiri, Nona Selena bagaimana. Nona Selena adalah wanita yang bisa mendapatkan semua hal seorang diri." Tony tersenyum tipis kepada Bryant.

"Kau yakin jika itulah alasan di balik penolakan Selena tadi?"

"Seperti yang dikatakan Nona Selena sendiri tadi," jawab Tony. "Aku tidak suka mawar," ulang Tony persis seperti saat kalimat itu meluncur keluar dari bibir merah merona Selena.

Sepertinya Bryant mulai terpengaruh dengan ucapan Tony tadi. Ia menghela napas. "Bagaimana bisa kau tahu banyak tentang Selena? Sebaiknya kau memberitahuku beberapa lagi."

"Padahal aku memilih bunga mawar karena sepertinya Selena sangat menyukai warna merah. Kau sadar, bukan? Rambut, kuku, riasan wajahnya semua bernuansa merah," gerutu Bryant.

Tony terdiam sesaat, bayangan wajah Selena masuk ke dalam pikirannya. Setelah membiarkan wanita itu merasuki pikirannya selama beberapa detik, Tony segera menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan bayangan itu. Sungguh, dirinya tidak boleh membayangkan wanita lain yang merupakan calon istri atasannya.

Saat itu juga, Tony berusaha untuk kembali professional.

"Iya, benar. Meskipun warna merah terlihat indah pada Nona Selena, tapi Nona Selena secara pribadi tetap lebih menyukai bunga lavender. Dia memilih bunga lavender sebagai keseluruhan dekorasi pesta pernikahan kalian," jelas Tony. "Kalau tidak salah, di kamar apartemen Nona Selena juga terdapat lukisan bunga lavender yang cukup besar."

Bryant mengangguk perlahan. Iya, ia melihat sendiri lukisan itu. Dari laporan persiapan pernikahan mereka, ia juga perlahan tapi pasti sadar jika dekorasi pernikahan mereka didominasi oleh bunga lavender.

"Iya, ketika kau mengatakannya, tiba-tiba semua terasa benar."

Bryant memicingkan matanya menatap Tony kemudian berkata, "Kau lebih mengenal Selena dibandingkan diriku."

Deg. Jantung Tony langsung berhenti berdegup untuk sesaat. Dirinya seperti tertangkap basah tengah berselingkuh dengan istri orang lain.

Tony langsung menggeleng cepat kemudian melambaikan kedua telapak tangannya di depan. Ia membantah dengan suara yang terdengar jelas bergetar dan terbata-bata. "Tidak. Tentu saja tidak seperti Anda mengenal Nona Selena dengan baik."

Bryant yang masih belum menyadari kegugupan Tony, malah kembali melanjutkan kalimatnya. "Tidak, kau benar-benar mengenalnya dengan baik. Dari selera bunga, selera makan, kue ulang tahun, cara berpakaian, hingga jadwal kerjanya. Aku saja tidak mengenalnya sejauh itu. Sama sekali tidak."

Tony dapat mendengar degup jantungnya sendiri. Ia memutar otaknya cepat untuk bisa menampis dugaan Bryant. "Tidak. Saya hanya membaca data-data yang ada untuk mewakili Anda, serta memudahkan Anda. Karena saya asisten pribadi Anda, sudah sepatutnya seperti ini. Saya juga yang selama ini menggantikan Anda untuk meeting bersama dengan vendor, sehingga sedikit banyak saya mendengar diskusi Nona Selena dengan vendor terkait," jelas Tony panjang lebar. "Lagipula Anda terlalu sibuk untuk mengingat ini semua seorang diri. Sehingga, itulah fungsi kehadiran saya di sini."

"Benar," jawab Bryant santai. Ia menganggukkan kepalanya. Kemudian, satu detik kemudian keningnya berkerut. Ia menatap Tony dengan pandangan penuh selidik. "Apa kau baru saja bicara panjang? Aku tidak salah dengar, 'kan?" Bryant mengerutkan keningnya untuk kesekian kali hari ini. "Kurasa ini kalimat terpanjang yang pernah kudengar meluncur keluar dari mulut seorang Tony."

"Anda berlebihan," jawab Tony sudah kembali pada mode dirinya yang seperti biasa. Lebih tepatnya, tengah berusaha untuk kembali pada mode Tony yang pendiam. Entah kenapa, dirinya tidak pernah bisa menjadi dirinya yang seperti biasa jika sudah menyangkut Selena.

Calon istri Bryant.

***

Tony menatap buket bunga lavender yang ada dalam dekapannya. Ia menatap lift di depannya berulang kali sembari menunggu kotak besi itu terbuka di hadapannya. Apakah harus dirinya yang mengantar langsung buket bunga ini ke atas? Tidak bisakah resepsionis di apartemen Selena yang membawanya naik seperti biasa? Kenapa mereka harus tiba-tiba sibuk dan tidak bisa bergantian? Tony sudah menawarkan dirinya untuk menggantikan tugas resepsionis sementara wanita dengan pakaian formal itu naik ke kamar apartemen Selena untuk menyerahkan buket bunga ini.

Tony menghela napas panjang kemudian berjalan mundur. Ia tidak memedulikan suara dentingan halus yang harusnya menandakan jika pintu besi itu telah terbuka.

Ia memutuskan untuk menitipkannya di resepsionis saja. Tidak peduli jika bunga segar yang rapuh ini baru bisa diantarkan besok pagi ketika pekerja yang lain tiba.

Iya, dirinya tidak peduli.

Tapi, ia malah berjalan memutar kemudian masuk ke dalam kotak besi yang masih terbuka itu. Ia memencet lantai apartemen tempat Selena tinggal. Tony memutuskan untuk meninggalkan buket bunga di depan pintu setelah menekan bel berulang kali. Iya, ini keputusan yang paling benar.

Ia akan menunggu dari kejauhan dan memastikan jika Selena membuka pintu untuk menerima buket bunga yang dikirim oleh Bryant. Kemudian, dirinya akan pulang.

Ide yang sangat brilliant.

Tony melakukan semua hal seperti rencana yang sudah disusunnya dengan matang sembari menunggu dirinya tiba di lantai apartemen Selena. Dirinya kini tengah menunggu di dekat pintu apartemen Selena, namun sudah lima belas menit berlalu tidak ada tanda-tanda pintu akan terbuka.

Tony memutuskan untuk menunggu lima menit lebih lama, sebelum dirinya berjalan ke depan pintu kamar Selena hendak mengambil kembali buket bunga itu. Sebaiknya ia mengirim buket bunga baru besok pagi.

Begitu dirinya tiba di depan pintu apartemen Selena dan tengah meraih buket bunga yang ia letakkan di atas lantai, pintu itu terbuka. Tony langsung membeku di tempat. Ia dapat mendengar dengan jelas suara merdu Selena memasuki indera pendengarannya.

"Apa yang kamu lakukan di sini Tony?" Terdapat jeda pada pertanyaan Selena, sebelum suara lembut itu terdengar kembali. "Kau membawa bunga lavender? Kau memang lebih baik daripada Bryant. Dia menghancurkan moodku dengan buket bunga mawar merah itu. Terlalu kuno dan normal."

***

Hai, setelah sekian lama, Selena's Effect kulanjutkan lagi!

Oh iya, bagi teman-teman yang mungkin ketinggalan informasi, Weddings' Smuggler cerita tentang Bryant dan Wanda sudah bisa kalian dapatkan di Shopee dan Gramedia terdekat T_T aku terharu sekaliiiiii pas lihat Weddings' Smuggler di Gramedia.

Thank you, semuanya!
Kalau kalian ketemu juga, tolong tag aku di @lyanchan_ dong... 🥺🙏🏻 It means a lot!

Continue Reading

You'll Also Like

Diary Fanny By #AA

Teen Fiction

646 221 25
Beribu-ribu kali Fanny mengatakan bahwa ia suka dengan Gavin, tetapi laki-laki itu hanya menganggapnya sebagai angin lalu saja. Sampai suatu ketika...
2.3M 19.3K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
72.5K 7.4K 43
Adalah sebuah dosa besar bagi Luna yang mencintai ayahnya sendiri. -------🌙 Javier Hernandez (18) merelakan masa depan dan impiannya untuk menjadi p...
92.7K 4.5K 24
•Total 23 chapters, termasuk extra parts. ⚠ Terdapat beberapa kata kasar Sejak awal laki-laki dengan iris abu-abu itu mampu menarik perhatianku hingg...