Di chapter ini mengandung kekerasan, harap bijak dalam membaca.
_
■■■
"Jean, akhir-akhir ini belum ada informasi apa pun lagi tentang Cindy?" Anne bertanya sambil mengambil segelas alkohol yang baru saja dituangkan oleh Jean di atas meja untuknya, mereka duduk dengan berhadapan.
Jean dengan mata sayunya menatap Anne lalu berdecak dan mengumpat. "Sehari saja, jangan tanya aku tentang hal itu, kau harus bersabar, aku masih selalu mencari tahu tentangnya melalui ayahku."
Anne menggigit bawah bibirnya dengan kesal, lalu meneguk alkohol itu, dan gelas yang di tangannya tak sengaja terlepas jatuh ke lantai.
Pecahan kaca dari gelas itu berhamburan, Jean langsung memakinya karena kesal Anne membuat kegaduhan di apartemennya, dan ia memintanya agar dia membereskan pecahan gelas itu.
"Maafkan aku." Anne berucap dengan menahan emosinya, dan menahan rasa mualnya.
Jean menghela napas secara kasar lalu menghisap rokoknya.
Anne telah sangat menyadari keputusannya dalam kembali menjalin hubungan dengan Jean adalah kesalahan yang besar, hidupnya kembali kacau, ia kembali sering meminum alkohol dan merokok, bahkan hampir setiap hari karena paksaan lelaki itu.
Jean pun tidak peduli sedikitpun tentang Anne, ia tidak peduli dia meminum alkohol dalam keadaan perut kosong atau tidaknya, yang terpenting dia meminum alkohol bersamanya.
Keringat di dahi Anne semakin bercucuran, kulit tangannya terasa dingin, dan ia sangat mual, seharian ia baru memakan sedikit makanan karena sangat sibuk di kampus dan bekerja, setelah lulus S1, ia pun melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Kini Anne kembali terjebak dalam hubungan yang buruk, dan ia sulit mengambil keputusan untuk memutuskan hubungannya karena Jean selama ini telah berhasil mengumpulkan banyak informasi, sekaligus bukti mengenai saudaranya.
Anne berpikir dirinya harus bertahan sebentar lagi sampai Cindy dapat bebas, ia akan langsung memutuskan hubungannya dengan Jean.
"Kenapa kau terus menatap ke arahku dengan tatapan tajammu itu?" Jean bertanya dengan kesal dan dengan tatapan sayu, ia dalam pengaruh alkohol yang kuat.
"Di awal hubungan kau baik padaku, tetapi lama kelamaan kau kembali bersikap kasar padaku. Kau saat itu berkata ingin hubungan kita kembali seperti dulu itu, apa ini yang kau maksud? Padahal kau sudah berjanji padaku kalau kau kali ini akan membuatku menjadi orang yang sangat bahagia."
"Mana janjimu? Nyatanya kau selalu membentakku dan bersikap kasar padaku."
Anne mengerti ia hanya bersandiwara menjalin hubungan dengan Jean, dan sama sekali tidak melibatkan perasaannya, tetapi setidaknya ia harus bisa terus membujuk agar ia tidak sangat dirugikan dalam hubungan mereka.
Jean berhenti merokok dan sejenak memalingkan wajahnya ke arah lain. "Karena aku tertekan." Lalu ia meletakkan rokoknya pada asbak. "Kau selalu melarangku menyentuhmu."
Anne menelan ludahnya, ia takut melihat Jean yang kini menatapnya dengan sorot mata yang sulit ia artikan. "Aku tidak tertarik dengan hal-hal skinship, tolong hargai keputusanku."
Jean terkekeh. "Apa kau pikir aku tidak tahu sedekat apa kau dengan kakak laki-lakiku?"
Anne tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya, dan ia memilih mengakuinya. "Karena dia sangat berbeda denganmu, dia selalu memperlakukanku dengan baik, sedangkan kau selalu memperlakukanku dengan buruk, seolah aku hanya mainan bagimu."
Mendengar Anne memuji lelaki lain, tentu saja membuat Jean kesal.
"Dan aku mencintainya." Anne sadar penuh dengan ucapannya, tetapi ia tidak bisa menahan diri untuk mengatakannya.
Jean berdecih. "Jangan memuji dan menyatakan perasaanmu untuk lelaki lain jika di depanku." ucapnya dengan santai, terlihat tidak marah.
Kemudian Jean pergi masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Anne menghela napas secara kasar sambil menyandarkan punggung dan kepalanya pada sofa dengan mata terpejam dalam waktu yang cukup lama, lalu ia membuka matanya saat menyadari lelaki itu kembali dan duduk di sampingnya.
"Apa kau sakit?" Anne menatap beberapa tablet obat yang dibawa Jean, lalu ia mengerutkan keningnya saat melihat dia membuka isi tablet obat itu dan melarutkannya ke dalam minuman alkohol.
"Ini narkoba, sebelumnya aku lupa memasukkannya." Jean pun mengatakan jenis narkoba tersebut yang membuat Anne membeku di tempat karena sangat terkejut.
Mata Anne membelalak. "K-kau mengonsumsinya??"
Di sampingnya Jean menyeringai. "Ya, dan kau juga."
Anne segera bangkit dari duduknya dan menggeleng tak percaya. "Jean?!"
Anne harap itu hanya lelucon buruknya, bukan sungguhan!
"Ya, kau dan aku mengonsumsinya, selama ini apa kau pikir aku tidak menambahkan narkoba ke dalam minuman alkohol yang kita minum?"
"Dan kali ini aku akan menambahkannya lebih banyak." Jean berucap dengan santainya.
"Mungkin sampai kita hancur bersama?" Jean melanjutkan ucapannya dan menyeringai.
Jean pun menyadari obat terlarang itu bisa membuat hidup seseorang hancur, tetapi ia tidak ingin hancur sendirian.
Anne menelan ludahnya dengan air mata membendung, Jean keterlaluan, dia membuat hidupnya diambang kehancuran walaupun ini berawal karena kesalahannya sendiri yang nekat kembali menjalin hubungan dengannya.
"Anne, apa kau lupa, aku pecandu narkoba?" Jean bertanya dengan senyuman licik terlihat di bibirnya, dan ia puas melihat reaksi terkejut Anne.
Anne berpikir Jean tidak lagi mengonsumsi obat terlarang itu setelah dulu tertangkap basah kedapatan membawanya ke kampus.
Anne pun tidak berpikir panjang tentang ucapan Darkan yang beberapa waktu lalu mengatakan bahwa Jean seharusnya berada di pusat rehabilitasi.
"Aku akan pulang, dan aku ingin semua bukti tentang saudaraku, aku yang simpan." Anne berucap dengan napas tak beraturan, ia sangat ketakutan, tetapi berusaha menyembunyikannya.
Jean bangkit dari duduknya. "Aku sudah membakarnya."
Anne membelalakkan matanya, Jean terkekeh. "Selamat Anne, waktu bersandiwaramu selama ini terbuang sia-sia."
Melihat Anne mematung di tempat dengan tatapan kosong dan air mata membendung, Jean menarik tangannya, memaksanya agar duduk. "Kita harus minum lagi." ucapnya sambil menuangkan segelas alkohol yang telah dicampurkan dengan obat terlarang itu.
"Aku tidak ingin menjadi pecandu sepertimu! Aku akan melaporkanmu!" Anne berdiri sambil membentaknya.
Jean segera menahan tangan Anne, dan berhasil menyudutkannya ke sofa sambil membekap mulutnya saat dia memberontak dan berteriak meminta tolong.
"Anne, kau harus hancur, kau yang mengambil kebahagiaanku." Jean berucap dengan penuh penekanan dan kilatan kemarahan terlihat di matanya.
Kemudian Jean mengambil sebotol alkohol sambil mencengkram pipi Anne agar mulutnya terbuka, lalu dengan kasar ia memasukkan minuman itu ke dalam mulutnya sampai tidak tersisa.
Anne yang sebelumnya memberontak pun tubuhnya perlahan terdiam lemas dengan berderai air mata dan matanya memerah, ia merasa langsung tidak memiliki tenaga sama sekali.
Jean pun telah menjauhkan tangannya dari Anne, lalu ia duduk di sampingnya.
"Asal kau tahu, aku juga sangat menyesal bertemu denganmu, kau berbeda dengan kekasihku sebelumnya, kau terlalu pemberontak."
"Tetapi karena kau yang membuat kekasihku sebelumnya meninggal, maka kau harus bertanggung jawab." ucapnya sambil memperhatikan Anne tanpa rasa bersalah, lalu dengan santainya ia kembali merokok.
Namun, tiba-tiba tubuh Anne mengalami kejang-kejang, Jean segera menjauh darinya, ia cukup panik, apalagi setelah melihat mulutnya mengeluarkan banyak busa.
Jean mengumpat lalu mengambil jaketnya yang tersampir di sofa, dan pergi dari apartemennya.
TBC
EMOSI BANGET POKOKNYA SAMA MANUSIA YANG SATU ITU!😤