Spring Hope

By EirlysLootust

96 19 16

Terdapat banyak kenangan di musim dingin. Berharap kesakitan yang terjadi, terhapus dengan datangnya musim se... More

Chapter 1
Chapter 2 Part 2
Chapter 3 Part 1
Chapter 3 Part 2
Chapter 3 Part 3

Chapter 2 Part 1

9 3 3
By EirlysLootust


Langit mulai berubah warna. Dari langit nan gelap pertanda malam, kini berubah menjadi pagi yang sedikit cerah tapi masih tertutup dengan awan. Secara perlahan matahari mulai memberikan sinarnya meskipun tidak secerah musim semi ataupun seterik musim panas. Akan tetapi suhu udara menunjukkan minus dua derajat. Tak heran salju mulai berjatuhan.

Jam dinding mulai menunjukkan pukul 06.30 pagi waktu KST. Suasana pagi hari di dorm masih Nampak sepi, kecuali di dapur. Pagi ini dua orang telah bangun lebih dulu yaitu Seokjin dan Namjoon. Mereka berdua membuat secangkir kopi dan juga membuat beberapa roti panggang untuk sarapan seluruh member SoulShad’o. 

Demi kenyamanan masing – masing, di tepat tersebut mereka saling berbagi tugas. Tapi untuk urusan dapur, tanpa ditunjuk oleh yang lain, Seokjin yang paling antusias untuk tugas tersebut karena diantara yang lain, dirinyalah yang paling mahir dalam memasak. Disamping itu, ada alasan lain yang mendasari keputusan Seokjin tersebut yaitu kekacauan yang akan terjadi di dapur.

Mereka penah mencoba untuk bergantian dalam tugas keberssihan dan juga memasak. Alhasil, Taehyung dan Jungkook sukses menghancurkan dapur dan nyaris membuat kebakaran karena lupa mematikan kompor sehabis memasak sehingga Seokjin mengambil keputusan bahwa dia yang paling pantas untuk urusan konsumsi.

Tercium aroma lezat dari alat panggangan roti. Aroma mentega pada roti yang terpanggang tercium sangat harum sehingga meskipun samar maknae bisa mencium aroma yang lezat tersebut. Aroma tersebut membuat Jungkook mulai merasa lapar.

Tangannya mulai bergerak meraba guling yang sedang di peluknya. Akan tetapi ia merasa sedikit ada yang janggal. Hidung kelinci pada gulingnnya terasa begitu mirip seperti hidung manusia, mengingat dia hanya tidur seorang diri di kamarnya.

Di sisi lain, Hoseok juga merasa ada sesuatu yang mulai meraba tubuhnya sehingga ia merasa tidak nyaman. Sebuah sentuhan yang sangat mengganggu pada wajahnya. Pergerakan itu membuat Jungkook dan Hoseok mulai membuka mata secara perlahan. Meskipun samar, keduanya kini memperoleh penglihatan yang awalnya tampak samar kini menjadi jelas.

“AAAARRRRGGGHHHH!!!!!”

Hoseok maupun Jungkook, keduanya saling berteriak secara bersamaan. Karena panik, Jungkook mendorong Hoseok hingga pria itu jatuh terjerembab di karpet lantai.

“Aiish!” Hoseok mengeluh kesakitan.

Secara reflek Jungkook mengubah posisinya menjadi duduk sembari memeluk gulingnya. “Ya! Hyung! apa yang kau lakukan di bawah sana?” tanya Jungkook tanpa perasaan bersalah.

Hoseok yang masih memegang pinggangnya dengan tangan kirinya dan merasakan sakit lalu manjawab, “Ya! Apa kau lupa! Barusan kau mendorongku dengan keras!” nada bicara Hoseok satu oktaf lebih tinggi dari Jungkook. Dia masih berusaha meredakan rasa sakit yang menyerang pinggangnya tersebut. Bagaimana bisa orang yang baru saja mendorongnya dengan kasar masih bisa menanyakan hal semacam itu pada dirinya.

“Eoh!” bibir Jungkook membentuk bulat sempurna dan melebarkan matanya, “Mianhae Hyung!”

Hoseok bangkit berdiri dan memilih untuk keluar dari kamar Jungkook. Ternyata triakan mereka berdua terdengar oleh Seokjin dan Namjoon. Tidak hanya mereka berdua, ternyata keributan itu juga menyebabkan Jaemin dan juga Taehyung terbangun dari tidur mereka.

“Apa yang terjadi kenapa ribut sekali?” kata Taehyung yang masih memejamkan matanya. Tentu saja dengan kesadaraan yang belum sepenuhnya utuh. Sedangkan Jimin berjalan di belakang Taehyung dan merebahkan tubuhnya di sofa.

“Jungkook mencoba membunuhku,” Jawab Hoseok yang masih merasakan nyeri akibat tendangan Jungkook.

“Mwo? aku tidak sengaja. Aku juga tidak tahu kalau Hoseok hyung tidur di kamarku.” Kini wajah Jungkook nampak menyesal.

Dia tidak tahu bahwa di kamarnya ia tidak tidur sendiri melainkan ada Hoseok di sana. Harusnya ia juga bisa mengendalikan diri untuk tidak menendang hyung-nya itu, tapi karena terkejut, hal yang ia lakukan murni karena gerak refleks. Terlebih lagi posisi mereka saat tertidur sudah berada di ujung tempat tidur.

Namjoon yang duduk di pinggiran sofa lalu bertanya kepada Hoseok, “Kau sendiri kenapa tidur di kamar Jungkook?”

Hoseok yang masih malas dan merasa mengantuk hanya menghela napas, “Lihat saja sendiri. Aku yakin Yoongi hyung masih belum mengubah posisi tidurnya.” Pria itu masih memijat pinggangnya yang terasa nyeri, sepertinya tendangan Jungkook cukup berdampak pada dirinya.

Mendengar hal itu Namjoon dan Seokjin saling bertukar pandangan. Sebenarnya apa yang membuat Hoseok tidak bisa tidur di kamarnya sendiri yang ia tempati bersama Yoongi sehingga ia harus mengungsi ke kamar member yang lain. Akhirnya kedua orang tersebut beranjak menuju kamar Hoseok dan Yoongi.

Melihat pemandangan tersebut, Yejoon hanya bersandar di depan pintu sembari melipat kedua tangannya di dada,
“Sepertinya dia sedang mencoba mensabotase seluruh ranjang.”
“Ckckck…benar – benar.” Seokjin hanya bisa menggelengkan kepala dan berdecak.

Mereka berdua melihat Yoongi yang masih tertidur pulas memenuhi seluruh ranjang. Bagaimana tidak penuh, Yoongi tidur di tengah ranjang dalam posisi tangan dan kaki berposisi bebas sehingga tidak menyisakan sedikitpun tempat untuk Hoseok.

Yeonjin berbalik berjalan menuju Hoseok dan menepuk pundak temannya itu, “Malang sekali nasibmu.” Sembari terkekeh.

“Sudah biasa Yoongi hyung begitu.” Taehyung menimpali.
Jungkook hanya bisa menahan tawa atas kejadian yang menimpa hyung kesayangannya itu sehingga menimbulkan suara yang tertahan.

“Ya! Kau menertawkanku.” Hoseok melempar bantal tepat ke wajah Jungkook.

“Tidak.” Jawab Jungkook singkat yang tidak bisa menahan tawanya, “Hanya saja aku kasihan padamu.” Akhirnya Jungkook terkekeh.

Hoseok tidak memberikan komentar apapun bahkan dia tidak mempedulikan apa yang barusan Jungkook katakan. Matanya hanya terpaku pada layar ponsel miliknya dan membuat beberapa pola untuk membuka kunci layar ponsel tersebut. Tidak ada pemberitahuan apapun di sana sehingga ia meletakkannya di atas meja dan memperbaiki posisi tubuhnya untuk membuat tubuhnya nyaman sejenak.

“Jam berapa Ryu Mi noona menjemput kita?” tanya Jungkook yang masih asyik dengan ponselnya. Jemarinya men-scrool layar ponselnya ke atas dan ke bawah hanya untuk membaca beberapa pemberitahuan.

“Untuk waktu, dia tidak menyebutkan pukul berapa pastinya. Hanya..nanti siang,” Jawab Namjoon singkat.

“Yang penting kita harus bersiap.” Hoseok menimpali dengan mata yang masih tertutup.

Jungkook masih menatap layar ponselnya, “Geurae.”

***

Setelah masuk ke dalam pesawat, Aeri lebih memilih untuk duduk di dekat jendela. Seulas semyum tipis mengembang di wajahnya. Banyak hal yang ingin ia lakukan setibanya di Korea Selatan. Pandangannya hanya lurus menatap keluar jendela. Tak ada yang mampu membaca atau bahkan menggambarkan bagaimana perasaan Hyun Aeri saat ini. Setelah sekian lama, akhirnya gadis itu akan menjejakkan kakinya di Negara kelahirannya. Yong Hua sepupu Aeri sengaja memilih penerbangan pagi agar mereka dapat mengerjakan banyak hal yang sudah terjadwal di sana.
Untuk beberapa saat sebelum penerbangan, Aeri menatap layar ponselnya dan mengirim sebuah pesan singkat untuk seseorang.

HyunAe948

Aku akan kembali ke Korea dengan penerbangan pagi.
Ku harap bisa bertemu denganmu segera, oppa.

Send.

Aeri menekan tombol terebut dan pesanpun terkirim. Seorang pramugari menangkap aktifitas yang dilakukan Aeri. Dia memberikan peringatan dengan sopan bahwa Aeri harus menonaktifkan ponselnya selama penerbangan. Aeri – pun sedikit membungkukan tubuhnya untuk meminta maaf atas kesalahannya. Setelah itu, pramugari itu pun pergi meninggalkan Aeri dan Yong Hua.

“Welcome back home.” Yong Hua menatap Aeri dan melipat Koran yang sedari tadi ia baca. Dia menyandarkan tubuhnya dengan santai lalu memejamkan matanya.

Aeri hanya tersenyum lalu menglaihkan pandangannya keluar jendela. Dari atas sana, Aeri mengamati pemandangan alam yang semakin lama semakin menjauh hingga hanya awan yang sekarang yang bisa ia lihat. Gadis itu menatap pantulan bayangannya di kaca jendela lalu menghela napas. Entah apa yang sedang ia pikirkan, akhirnya ia menyematkan headset di kedua telinga dan memutar lagu kesukaannya.

***

Ryu Mi sedang dalam perjalanan menuju dorm SoulShad’o. Dia melajukan mobilnya dengan santai di tengah kemacetan Seoul. Jalanan kota ini mulai terlihat padat mengingat hari ini adalah penghujung akhir tahun. Malam ini seluruh dunia akan merayakan tahun baru sehingga ada banyak hal yang harus di persiapkan menjelang pesta perayaan tahun baru tesebut. Tak heran bahwa aktifitas pagi ini sudah sangat ramai.

Tinggal dua belokan lagi Ryu Mi sampai di tempat tinggal para personel SoulShad’o. Dengan mulus ia memarkirkan mobil van berwarna hitam tersebut di seberang jalan tepat di depan pintu masuk. Setelah memastikan mobilnya terkunci, Ryu Mi berjalan memasuki bangunan yang memiliki lima lantai tersebut. Dia melangkah ke dalam lift menuju lantai dua. Butuh beberapa saat sebelum pintu lift terbuka menuju lantai dua.

Semabari menunggu, ia melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul 10.30 KST. Itu berarti dia masih memiliki waktu tiga jam untuk membawa seluruh member SoulShad’o ke lokasi acara. Tiga jam tersebutpun sudah terhitung waktu perjalanan dan juga waktu make up mereka.

Setelah pintu lift terbuka Ryu Mi berjalan ke arah pintu di mana para seluruh member SoulShad’o tinggal. Hari ini Ryu Mi mengenakan hem berwarna putih dan outer berwarna pink dengan sepatu wedges yang tidak terlalu tinggi. Beberapa saat kemudian setelah bel di tekan pintu tersebutpun terbuka. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Ryu Mi dalam menunggu. Sesosok pria yang sudah mengenakan setelan jas berwarna hitam rapi terlihat sangat siap. Sosok yang membukakan pintu itu adalah Park Ye joon.

“Apa yang lain sudah siap?” Ryu Mi masuk ke dalam ruangan.

Tentu saja Namjoon mundur beberapa langkah agar gadis itu dapat memperoleh jalannya, lalu menjawab, “Sebentar lagi.”

Ryu Mi memandang sekitar dalam ruangan tersebut. Seluruh member terlihat sangat sibuk dalam urusan masing – masing. Jungkook sedang berkutat dengan sepatunya. Sedangkan Jimin dan Taehyung masih sibuk dengan benda persegi panjang dalam genggamannya.

Entah informasi apa yang sedang mereka cari, bahkan kehadiran manager-nya pun tidak mereka hiraukan. Tapi tidak masalah bagi gadis tersebut karena keduanya sudah dalam keadaan siap. Tapi Ryu Mi masih merasa ada sesuatu yang mengganjal. Sesuatu yang belum lengkap. Dia tidak melihat sosok Seokjin, Hoseok dan Yoongi.

“Mana Hoseok, Seokjin dan Yoongi?” Bola mata Ryu Mi beralih menyusuri ruangan sembari duduk di sofa ruang tengah tersebut tepat di samping Jimin.

Meskipun pelan suara Ryu Mi cukup di dengar oleh ketiganya sehingga dua menit kemudian Yoongi keluar dari kamar sembari mengenakan jas miliknya. Tak lupa setelah itu Yoongi memasang cuvling di ujung pergelangan hem putih tersebut.
Sembari masih terfokus dengan aktifitasnya, Yoongi pun menjawab pertanyaan Ryu Mi, “Jin hyung dan Hoseok masih membantu satu sama lain.”

Mau bagaimana lagi. Mau tak mau Ryu Mi harus menunggu sedikit lagi. Tidak biasanya Jin dan Hoseok butuh waktu lama dalam bersiap. Biasanya mereka berdua paling cepat dalam hal bersiap. Gadis itu hanya bisa memijat pelipisnya dengan ringan dengan gelengan kecil seolah tidak percaya. Dia hanya menghela napas,

“Geurae.”

Hoseok keluar dari kamar lima menit kemudian, “Kami sudah selesai.” Di ikuti dengan Seokjin.

Setelah memastikan mereka telah siap, Ryu Mi pun beranjak berdiri dan merapikan sedikit penampilannya, “Geurae. Kajja!”

Ryu Mi berjalan lebih dulu untuk keluar dari dorm di ikuti oleh ketujuh pemuda yang sudah terlihat tampan dengan setelan jas yang mereka kenakan. Meskipun sudah mendampingi mereka beberapa kali, tapi tak dapat di pungkiri bahwa Ryu Mi tidak bisa menolak pesona yang terpancar dari artisnya itu. Tetap saja mau berapa kalipun di lihat, Ryu Mi masih terkagum – kagum dengan mereka. Hanya saja, Ryu Mi masih bisa mengendalikan dirinya dan menjaga profesionalitasnya dalam bekerja. Saat di dalam lift, suasana terasa hening hingga mereka tiba di lantai dasar dan melangkah keluar menuju mobil van yang sudah terparkir semurna di seberang jalan.

“Jam berapa untuk acara Red Carpet?” tanya Namjoon memecah keheningan.

Ryu Mi menekan tombol unlock untuk membuka kunci mobilnya. Tanpa di suruh pun para member SoulShad’o masuk secara bergantian ke dalam mobil. Ryu Mi memasang sabuk pengamannya. Kali ini Hoseok memilih duduk di depan tepat di samping Ryu Mi.

Setelah mobil melaju barulah Ryu Mi manjawab pertanyaan Yejoon yang sempat sedikit ia abaikan karena ada beberapa hal yang sedang ia pikirkan mengenai agenda mereka hari ini,

“Jika tidak ada perubahan jadawal dan semua berjalan dengan tepat waktu, Red Carpet akan berlangsung pukul 16.00 KST. Jadi tunjukan pose kalian yang terbaik. Eoh! Tidak hanya itu, kalian akan tampil di sesi terakhir sebelum di tutup dengan perayaan penghitungan mundur jam tahun baru.”

“Woah! Tidak terasa sudah tahun baru lagi.” Hoseok Nampak sangat bahagia sembari menoleh ke arah bangku penumpang yang ada di belakangnya.

“Eoh! Mari berikan yang terbaik untuk ALDEBARAN tercinta kita,” Kata Jungkook menimpali sembari memberikan senyum kelincinya.

Namjoon kali ini sependapat dengan Jungkook. Tahun ini adalah tahun terberat bagi mereka. Akan tetapi, mereka menemukan alasan terkuat mereka agar tetap terus bertahan di dunia hiburan, meskipun banyak haters yang selalu membenci mereka.

Benar alasan itu adalah ALDEBARAN. Bagi mereka ALDEBARAN adalah segalanya yang saling melindungi. Entah berapa banyak air mata dan keringat yang telah menetes dari diri mereka, asalkan setiap tetesan itu dapat membuat ALDEBARAN bahagia dan memberikan dampak postif bagi kehidupan mereka serta mengurangi rasa sakit yang mereka rasakan mekipun hanya berkurang sedikit demi sedikit, hal itu sudah membuat ketujuh pemuda itu bahagia dan merasa cukup.

Mendengar hal tersebut akhirnya Taehyung terkekeh, “Aish! Lebih baik dirimu angkat tinggi – tinggi saja bajumu. Aku yakin para ALDEBARAN akan berteriak histeris.”

“Mwo? Ya! Bukan kah biasanya dirimu dan Hoseok hyung yang sering membuat mereka sulit bernapas!” Jungkook mulai protes.

“Mwo? Aniya. Kami tidak seperti itu.” Mendengar namanya disebut Hoseok berusaha mengelak.

“Akui saja hyung.” Jimin terkekeh.

“Ya! Seperti kau tidak pernah melakukannya saja.” Kata Hoseok sembari menuding Jimin.

“Ani. Aku kan masih polos.” Jawab Jimin dengan aegyo-nya yang terlihat imut dan lucu.

Suasana di dalam mobil yang tadinya sunyi kini penuh dengan gelak tawa. Ryu Mi ikut terkekeh mendengar ucapan mereka. Perbincangan tersebut sukses membuyarkan konsentrasi Ryu Mi pada jalan. Tiba – tiba ponsel Ryu Mi bordering. Dengan cepat Ryu Mi memasang Bluetooth earphone-nya di telinga lalu menjawab panggilan tersebut.

“Yoboseyo?”

Ryu Mi mendengarkan dengan seksama suara di seberang telepon.

“Eoh!”

“Jinjja!” sesekali Ryu Mi tersenyum.

“Aish. Kenapa kau tidak bilang padaku?”

“Geurae, I’ll call you back.”

Setelah itu sambungan telepon itu pun terputus.

Taehyung mengamati Ryu Mi sedari tadi, “Apa ada masalah?” tanyanya penasaran.

“Ani,” Jawab Ryu Mi singkat, “Hanya seorang teman.”

“Teman atau kekasihmu?” tanya Jimin yang berusaha menggoda gadis itu.

“Aniya. Dia seorang wanita. Pabo.” Ryu Mi protes untuk menyangkal ucapan Jaemin tersebut.

Taehyung hanya menghela napas dan mengangkat kedua bahunya, memposisikan tubuhnya senyaman mungkin di sandaran bangku penumpang “Terserahlah.”

Setelah percekapan diantara mereka terhenti, Ryu Mi melajukan mobilnya dengan kecepatan normal di tengah kota Seoul yang sangat ramai di sertai dengan hawa dingin yang diakibatkan oleh salju yang turun.

***

Aeri berjalan sembari memegangi benda persegi panjang yang tipis itu. Setibanya di bandara internasional Incheon, Yong Hua menoleh ke kanan dan ke kiri mencari seseorang di bagian penjemputan. Banyak orang yang berdiri sembari membawa hand banner yang tertulis dengan nama orang yang hendak di jemput, tapi orang yang ia tunggu tak juga muncul. Akhirnya Yong Hua dan Aeri memutuskan untuk menunggu di sebuah kursi panjang yang telah tersedia.

“Kita tunggu di sini saja,” Kata Yong Hua sembari menyusuri setiap sudut area kalau – kalau orang yang di tunggunya akan melihatnya yang sedang berdiri.

Aeri memilih duduk dan menatap layar ponselnya. Ada perasaan aneh yang ia rasakan. Tidak seperti biasanya, ia merasa sedikit gugup atas kepulangannya. Seharusnya ia tidak perlu merasa gugup seperti itu. Padahal gadis itu biasanya bisa pulang pergi dari Jepang ke China sendirian tanpa adanya rasa gugup ataupun cemas akan sesuatu. Tapi kali ini ia merasa berbeda, setelah sekian lama, ini adalah kali pertamanya ia kembali ke Korea. Mungkin hal itu di sebabkan urusan bisnis yang akan segera ia tangani bersama sepupunya itu.

Sudah satu jam setelah pendaratan, orang yang di tunggu tak juga tiba. Aeri mengerucutkan bibirnya dan meletakkan kedua tangannya tepat di kedua sisi tubuhnya, menggenggam erat ujung bangku bagian bawah tersebut. Gadis itu mulai memainkan sebelah kakinya ke kanan dan ke kiri. Yong Hua mulai menangkap bahwa sepupunya ini sudah sedikit bosan karena gadis itu memilih diam.

“Apa kau mulai bosan?” Yong Hua membuyarkan lamunan Aeri.
Aeri pun mendongak, “Kau mau jawaban jujur atau jawaban yang membuatmu senang?”

Yong Hua menyeringai, “Terserah kau saja.”

“Aku bosan oppa, apa masih lama?” Aeri memastikan.

Yong Hua hanya mengangkat kedua bahunya sebagai tanda tidak tahu. Pria itu sungguh tidak berbohong bahwa dia benar – benar tidak tahu kapan orag yang di tunggunya akan datang. Harusnya orang yang menjemput mereka sudah datang setibanya mereka mendarat, tapi faktanya tidak demikian.

Aeri menghela napas panjang, “Membosankan.” 

Yong Hua menggaruk keningnya yang tidak gatal dengan ujung jarinya, “Geurae, apa boleh buat. Setelah ini kau boleh melakukan apa saja asal tidak melanggar hukum. Hanya saja…”

“Hanya saja apa?” Aeri melebarkan matanya menatap Yong Hua yang berdiri di dekatnya itu.

“Kau harus ujian sim.”

“I know that, I’m not in China.” Jawab Aeri yang tidak terlalu antusias.

“Dan juga satu hal lagi, selama di Seoul jangan membuatku khawatir.” Yong Hua menambahkan.

Sebenarnya Yong Hua merasa khawatir kepada Aeri. Mungkin akan ada banyak hal yang akan terjadi atas kepulangan gadis itu. Yong Hua sudah memikirkannya jauh – jauh hari. Meskipun orang tuanya agar tidak terlalu cemas, tetap saja ia merasa cemas. Tapi ia berusaha untuk tidak terlalu berkutat dengan pemikirannya dan berdoa semua akan baik – baik saja.

“Arasseo.” Aeri mengangguk.

Beberapa saat kemudian seorang pria menghampiri mereka. Tepat berjalan ke arah Yong Hua. Di lihat dari wajahnya, pria itu seumuran dengan Yong Hua atau sedikit lebih tua dari Aeri. Pria itu mengenakan mantel berwarna abu – abu dan juga kaca mata hitam.

Pria itu kali ini berhenti dan berdiri tepat di depan Yong Hua, “Apa aku terlambat?” Ia menurunkan kaca matanya dan memasukannya ke dalam saku lalu memeluk sahabatnya itu.

“Lama tidak bertemu, Heng Riu.” Yong Hua membalas pelukan tersebut.

Aeri yang memperhatikan keduanyapun beranjak berdiri dan memberi salam, “Senang bertemu anda dokter Heng. Song Hyun Aeri imnida.”

“Ah, dia sepupumu?” Heng Riu memutar bola matanya kea rah Aeri lalu kembali ke Yong Hua.

“Emm. Dia sepupu yang ku maksud. Bisakah kau menjaganya dan menginformasikan setiap perkembangannya?” Pemuda itu berusaha meyakinkan dirinya bahwa sepupunya berada di tangan yang tepat.

“Tentu. Aku sudah melihat semuanya dari … yah ...” Heng Riu menghela napas lalu melanjutkan, “Yang kau kirimkan padaku. Hanya perlu sedikit saja.” Heng Riu mengguanakan tangan kanannya untuk menekankan kata sedikit agar Yong Hua tidak perlu cemas.

“Baiklah. Aku percaya padamu,” Jawab Yong Hua datar. Yong Hua melirik ke arah Aeri, “Heng Ryu akan mengantar mu sampai ke rumah. Dia akan memberikan kunci rumahmu juga.” Yong Hua semakin menyapu jarak antara ia dan juga sepupunya. Hingga sisa satu jengkal, Yong Hua memeluk sepupunya lalu berbisik, “Jaga dirimu baik – baik.”

“Emm. Aku mengerti.” Gadis itu membalas pelukan Yong Hua untuk beberapa detik lalu mengurainya. “Apa kau akan langsung ke Gwangju?”

Yong Hua berpikir sejenak dan menghela napas panjang, “Emm. Ada hal yang harus ku urus di sana. Akan ada hal dimana kau harus membantuku. Nanti akan ku beritahu kabar selanjutnya.”

“Ne. Arasseo.” Jawab Aeri datar.

Heng Riu yang sedari tadi memperhatikan keduanya, kini ikut bicara, “Yong Hua, ini kunci mobilmu. Tadi aku berpapasan dengan sekretarismu. Ia menyerahkan kunci mobilnya lalu pergi begitu saja.” Sembari menyodorkan sebuah kunci mobil.

Yong Hua mengambil kunci tersebut dari tangan Heng Riu, “Memang ada hal yang perlu di urus makanya dia buru – buru. Aku tadi juga hampir lupa. Dia sudah mengabariku tadi. Terimakasih.”

“Terimakasih kembali. Apa perlu ku antar sekarang?” Heng Riu bersemangat.

“Kalau begitu aku pergi duluan.” Yong Hua menyeret travel bag miliknya dan berjalan dengan buru – buru setelah berpamitan dengan Aeri dan sahabatnya.

Aeri memandang pungung Yong Hua yang mulai berbaur dengan kerumunan orang di bandara hingga pemuda itu tidak terlihat lagi. Hari baru pun akan di mulai. Dengan penuh keyakinan Aeri tersenyu tipis.

“Kajja!” Aeri mendorong travel bag-nya.

Melihat Aeri yang hendak membawa tasnya sendiri, Heng Riu segera turun tangan. Dia menyadari bahwa sebagai seorang pria tidak boleh membiarkan seorang gadis membawa sendiri barang bawaannya. Apa lagi tas itu terlihat sangat berat.

“Biar aku saja. Kau bawa dirimu saja.” Heng Riu terkekeh.
Aeri terkejut mendengar pernyataan pria itu. Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Apa aku selemah itu…oppa…kau benar – benar keterlaluan.

Aeri hanya bisa terdiam dan bergumam. Memang benar, tak dapat di pungkiri bahwa Yong Hua sebagai sepupu sangat peduli terhadapnya. Bahkan sikapnya itu melebihi seorng kakak yang tidak cukup di bilang dengan sebutan saudara. Meskipun terkadang sikap Yong Hua sangat menyebalkan, tapi gadis itu sudah terbiasa dengan sikap oppa-nya itu.

Setelah keluar dari bandara, Heng Riu dan Aeri berjalan menuju area parkir. Udara di luar terasa sangat dingin sampai – sampai Aeri harus merapatkan mantelnya agar tubuhnya tetap hangat. Setiap langkah yang Aeri ambil membuat rambutnya terurai di dukung oleh hembusan angin. Meskipun tubuh gadis itu terasa hangat, tapi pipi dan juga tangannya terasa dingin. Kali ini dia benar – benar ceroboh.

Dia lupa memakai sarung tangannya sehingga ia perlu menggosokkan kedua telapak tangannya dan meniupnya agar terasa hangat. Bahkan setiap hembusan napasnya seolah membentuk sebuah gumpalan asap.

Heng Riu membuka pintu mobil tersebut dan membiarkan Aeri masuk lebih dulu. Sedangkan pemuda itu, membuka bagasi belakang lalu memsukan barang bawaan Aeri. Setalah itu, barulah pemuda itu meutup pintu bagasi dan duduk di bangku kemudi. Dia menarik ujung sabuk pengaman dan memasangkannya dengan sempurna.

Melihat tingkah Aeri yang berusaha menghangatkan diri, Heng Riu tidak dapat menahan tawanya untuk tidak tertawa, “Ternyata kau bisa kedinginan juga ya.”

“Nyalakan saja penghangatnya. Jika aku sampai mati kedinginan, Yong Hua pasti akan mencarimu.” Aeri menimpali dan masih meniup kedua telapak tangannya yang hampir membeku.

“Baiklah.” Pria itu mematuhi keinginan Aeri.

Sepanjang perjalanan, Aeri tidak henti – hentinya mengagumi ke indahan kota tersebut, Seoul yang indah. Tata letak kota tersebut terlihat lebih rapi di banding kota yang ia tinggali di China meskipun termasuk kota metropolitan. Setiap kota memang memiliki daya tarik tersendiri. Aeri hanya memandang ke luar jendela, melihat gedung perkantoran dan juga mini market 24 jam yang telah mereka lewati.pohon natal yang di hias masih terlihat dengan sangat jelas. Jalanan cukup padat kali ini mengingat peryaan hari natal dan juga tahun baru. Tidak hanya itu, Aeri memutar bola matanya hanya untuk melihat iklan layar lebar yang terpampang dengan jelas. Ada satu hal yang enarik perhatiannya, festival music.

“Ya! Oppa, apa benar hari ini akan ada festival music untuk perayaan tahun baru?”

Meskipun lama tinggal di China dan Jepang, aksen bahasa Korea Aeri masih terdengar jelas membuat Heng Riu sedikit kaget.

Kebanyakan orang yang lama tinggal di Negara orang, biasanya aksen bahasa orang tersebut akan jadi berbeda. Tapi hal itu tidak terjadi pada Aeri. Konsentrasi Heng Riu jadi terpecah karenanya mengingat selama perjalanan mereka berdua hanya terdiam.

“Emm.” Heng Riu membenarkan, “Hari ini ada festival music. Beberapa temanku akan menonton di sana. Adikku juga ada di sana. Karena hari ini malam tahun baru, aku berencana untuk mengunjunginya. Apa kau mau ikut?”

Belum juga Aeri menjawab, sebuah getaran mengalihkan perhatian gadis tersebut. Gadis itu lebih memilih benda persegi panjang yang tipis itu terlebih dahulu. Sebuah pemberitahuan pesan. Aeri membuat sebuah pola untuk membuka layar kunci ponsel tersebut.

AahusD93

Welcome back home.
Aku akan menghubungimu segera.

Tanpa sadar Aeri tersenyum. Jantungnya berdetak tidak menentu. Yang jelas ia sangat merasa senang. Sontak Aeri tersadar, bahwa orang yang sedang mengemudi di sebelahnya sedang menunggu jawaban darinya.

“Eoh! bisakah kita?” jawab Aeri yang tersadar dari lamunannya.

“Kajja. Setelah meletakkan barangmu dan kau bersiap,” Jawab Heng Riu singkat.

Aeri hanya tersenyum dan mengangguk kegirangan. Beberapa kali ia menarik napas dan menghembuskannya kembali hanya untuk menormalkan detak jantungnya. Setelah itu, dia hanya memikirkan kapan orang yang mengiriminya pesan itu akan menghubunginya. Rasa tidak sabar mulai memasuki hatinya. Keduanya hanya di selimuti keheningan dan aman dalam pikiran masing – masing.

***

Ruangan itu memiliki sebuah pencahayaan yang sangat terang sehingga apapun yang yang berada di ruang tersebut terlihat sangat jelas. Sebuah ruangan yang sangat luas dan terbagi menjadi dua sisi dimana sisi pertama terdapat sebuah sofa di samping kiri pintu masuk dan terdapat sofa panjang di sebelah kiri yang berjarak satu setengah meter dari pintu masuk. Di sudut ruangan yang tersisa terdapat beberapa cermin yang berjejer lengkap dengan perlengkapan rias, tidak lupa juga beberapa kostum yang akan di kenakan hari ini.

Gadis itu memasuki ruang backstage tersebut. Seperti biasa, dia sedang menjalankan tugasnya yaitu mengecek para artis yang berada di bawah naungannya, apakah mereka sudah siap atau malah sedang bersiap – siap. Ryu Mi mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Para coordi noona sedang sibuk berkeliaran untuk menyiapkan peralatan mereka, tentu saja hari ini para staff sedang sibuk untuk urusan dan tanggung jawab masing – masing. Karena orang yang dicarinya tidak ada di sana, ia memutuskan untuk beralih ke sisi ruang tersebut.
Tepat setelah pintu masuk terdapat sebuah ruangan yang saling menghubungkan satu sama lain.

Ryu Mi masih dalam tujuannya dan terus mencari dengan memutar bola matanya. Akan tetapi, sebuah tepukan di pundaknya sedikit membuyarkan pikirannya, “Apa yang sedang kau cari?” suara itu terdengar sangat berat dan sangat khas. Seseorang yang sangat Ryu Mi kenal. Lim Yong Taehyung.

“Aku mencari Jin. Dimana dia?” jawabnya yang masih berusaha untuk memastikannya sendiri tanpa melihat lawan bicaranya.

“Eoh. Jin hyung sudah berada di tempat MC. Dia sedang latihan. Jangan mengkhawatirkannya.” Kali ini Taehyung berjalan dan duduk di tempat rias.

“Baiklah. Apa kalian sudah makan?” tanya Ryu Mi selanjutnya.

Sebuah pertanyaan yang sangat wajar karena ini memasuki waktu jam makan siang. Biasanya sebisa mungkin para member SoulShad’o akan menyicil waktu tidur mereka atau bahkan hanya untuk beristirahat sejenak. Tapi kenyataannya, meskipun ada sedikit waktu, mereka masih menggunakan waktu yang sedikit itu untuk berlatih dance atau hanya latihan vocal. Tak dapat di pungkiri, meskipun mereka telah melakukan konser beberapa kali di depan khalayak umum, mereka masih merasakan sedikit gugup.

“Bukankah kau bisa lihat sendiri, di sebelah mereka sedang makan.” Jawab Taehyung datar yang masih tidak bisa melepaskan pandangannya dari layar ponselnya.

Mungkin karena terlalu ramai orang jadi tidak terlalu terlihat. atau karena aku yang terfokus dengan Jin saja.
Ryu Mi bergumam sembari menghela napas. Dia kembali ke ruang sebelah dan ternyata benar, mereka semua sedang makan siang.

“Ryu Mi – ya, kau tidak makan?” tanya Namjoon sekenanya.

“Aniya. Terimakasih. Tapi aku sudah makan tadi.” Ryu Mi duduk di samping Jimin karena sofa yang lain sudah penuh.

Ruang tersebut sangat ramai di penuhi gelak tawa mereka yang sedang bercanda. Jimin yang tadi duduk dengan fokus yang hanya tertuju pada layar ponselnya, kini ia beranjak dan memilih untuk duduk di tengah – tengah Jungkook dan Hoseok.

Bukan karena dia merasa malu duduk di samping manager-nya sendiri, tetapi ia ingi menikmati sesuatu. Hoseok yang masih menatap pada ponselnya, membiarkan Jimin meminum minumannya yang ada dalam gelas cup yang sedang ia pegang tersebut.

Tentu saja Hoseok tidak menyadari hal tersebut karena sedang membaca sebuah artikel yang menurutnya sangat penting untuk ia baca. Setelah merasa puas, dia menggigit burger yang di pegang Jungkook yang sedang menatap layar ponselnya.

Saat menyadarinya Jungkook mulai protes, “Ya! Hyung! Kenapa kau selalu begitu.” Jungkook berdiri menjauh dari Jimin. Dia berusaha menyelamatkan makan siangnya yang belum habis ia nikmati.

Jimin yang masih berusaha menelan makanan yang baru ia curi dari pemiliknya lalu berkata, “Ya! Jungkook-ie, bagilah sedikit untuk hyung kesayanganmu ini.” Jimin terkekeh, “Apa kau tega membiarkan aku mati kelaparan?”

“Siapa yang peduli. Kau bahkan tidak memikirkan aku yang sedang kelaparan.” Kali ini ucapan Jungkook menang telak. Dia berhasil membuat Jimin terbelalak karena ucapannya.
Tapi ucapan itu tidak membuat Jaemin menyerah dan masih berusaha untuk mendapatkan roti isi yang sedang di pegang oleh maknae. Yejoon hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis.

Sedangkan Yoongi, dia membuka matanya karena suara berisik yang di timbulkan oleh Jaemin dan Jungkook, “Ya! Apa kalian tidak bisa diam. Atau perlu ku bantu menutup mulut kalian, heh?”

Jimin dan Jungkook bertukar pandang satu sama lain. Mereka berdua membangunkan singa yang sedang tertidur di saat yang tidak tepat dan menyalahkan diri satu sama lain, “Ini salahmu.” Jaemin menunjuk Jungkook dengan suara lirih.

Tapi di telinga Yoongi gumaman tersebut cukup terdengar di telinga, “Ya! Kalian! Aish!” Yoongi menghentakan kakinya cukup keras sehingga mengejutkan dua orang yang mengganggu istirahatnya itu.

Hoseok meletakkan ponselnya di atas meja dan mulai menyeruput capuchino Americano-nya dalam gelas tersebut. Tapi sangat disayangkan, tidak ada yang tersisa, bahkan ia menggoyangkan cup itu beberapa kali untuk memastikan. Seingatnya dia baru meminumnya sedikit tapi sudah habis. Menyadari bahwa Hoseok sedang memandang Jaemin, pria itupun kabur.

Hoseok berdiri dan berusaha menerjang Jaemin, “Ya! Jaemin-ah, bukankah kita sudah di beri sesuai jatah masing – masing! Kau bahkan berani sekali menghabiskan milikku!” pria itu mulai kesal dan berlalri mengejar Jimin.

Jimin berlali sambil terkekeh, “Mengalahlah dengan adikmu sedikit.”

“Itu tidak sedikit. Kau menghabiskannya hingga tidak tersisa! Awas kau ya!” Hoseok menangkap Jimin dan mencubit pipi Jaemin.  

“Aarrgghh!” Jimin meronta kesakitan sembari memegang tangan Hoseok yang sedang mencubit pipinya dan memaksa untuk melepaskan tangan tersebut.

“Ayo minta maaf. Setelah ini kau harus menggantinya.”

“Mianhae hyung! Lepaskan itu sakit!” Jaemin memohon.
Akhirnya Hoseok melepaskan cubitannya dari Jaemin dan duduk di meja rias, membiarkan para coordi noona melakukan tugasnya.

Jimin menggembungkang pipnya beberapa kali dan menatap bayangannya dalam cermin, “Kau kejam hyung. Pipiku sampai merah. Bagaimana kalau para ALDEBARAN tidak mengenaliku, huh?”

Hoseok menyeringai, “Paling tidak mereka mengenali suaramu.”
Jaemin memilih menyerah dan duduk. Sambil menghela beberapa kali napas berat. Dia tahu bahwa tak mungkin baginya untuk menang melawan hyung-nya itu jadi dia memilih untuk diam sembari mengelus pipinya yang terasa sakit.




















❄❄❄❄

Happy ied mubarak ya guys...

Hayooo jangan lupa voment yag...
Gimna spill...

💜💜

Thanks dah mau mampir yag

Continue Reading

You'll Also Like

14.8M 675K 81
"I just choked on my champagne," It was supposed to be your crush's number. How on earth did you end up texting Kim Taehyung, the Korean Royalty? A...
126K 10K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
31M 1.1M 49
"Screw the rules. I want you, Kim Y/N." THIS FIC WAS MADE INTO CLICKBAIT FOR A YOUTUBE VIDEO COMPLAINING ABOUT KOREABOOS LOLLL ITS NOT THAT BAD GIVE...
446K 8.3K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.