KUMPULAN CERITA SENI GAY (21+)

By reading4healing

109K 685 30

Cerita Dewasa More

(21+) Suami Yang Digilir Cowok Macho Spanyol
(21+) Si Pemuas Satu Kos
(21+) Si Pemuas Satu Kos 2
(21+) Pemuas Suami Si Bos Bule
(21+) Pacarku Sang Pemuas Satu Geng
(21+) Driver Ojol Arab Plus - Plus
(21+) Tubuh Kekar Suamiku Dijadikan Mainan Lima Atasanku
(21+) Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (1)
(21+) Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (2)
(21+) TUBUHKU DIPINJAMKAN PACARKU DI PESTA LIAR
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (1)
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (2)
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (3)
(21+) Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (1)
(21+) Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (2)
(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (1)
(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (2)
(21+) PEMUAS PARA PREMAN JALANAN
(21+) Memperawani Suami Muda Tetanggaku
(21+) Lubang Pemuas Pria - Pria Beristri
(21+) Gigolo Biseks Simpanan Mama
(21+) Pesta Bujang Liar Sang Pengantin Pria
(21+) Skandal Besar Menjelang Pernikahan
(21+) Disewa Lionel
(21+) Malam Liar Sang Budak Korporat
(21+) Takdir Seorang C*mdump
(21+) Service Plus-Plus Barber Straight Turki
(21+) Bule Online, Perebut Keperjakaanku
(21+) Salah Kamar, Aku Dapat Sugar Daddy
(21+) NAPAS BUATAN DARI PAPA SAHABATKU
(21+) MENGERJAI DADDY KEKAR BERISTRI
(21+) MENJEBAK SOPIR STRAIGHT BAD BOY
(21+) Menjajal Kejantanan Masseur Impor Rusia
(21+) Legenda Si Otong Monster
(21+) Mesin Pemuas Mantan Dan Gebetan
(21+) PELARIANKU SEORANG PRIA KEKAR BERISTRI
(21+) SI PEMUAS SEKAMPUNG
(21+) Pemilik Tubuh Indah Si Pembantu Ganteng
(21+) PELEGA DAHAGA SAHABAT PAPAKU
4 PEREMPUAN DI RUMAHKU BISA DIP4K4I SEMU4

(21+) PEMUAS DUA GADIS LUGU DI RUMAH

1.3K 13 0
By reading4healing


PEMUAS DUA GADIS LUGU DI RUMAH
by Jeremy Corazon

 
Namaku Bram. Aku seorang pria sederhana dari desa yang berusaha menjalani kehidupanku dengan wajar-wajar saja. Dari kecil, aku tinggal bersama Nenek-ku. Kami hanya hidup berdua karena Kakek sudah mendahului kami, sedangkan Ibu-ku bekerja sebagai TKW di Arab Saudi dan belum pernah pulang sejak berangkat karena harga tiket pulang-pergi ke Arab Saudi sangat mahal. Namun, Ibu masih mengirimi kami uang setiap bulan. Ayah-ku sendiri meninggalkan Ibu saat hamil diriku. Aku tidak pernah hidup dengan sosok pria dewasa di rumah; aku lah sosok pria di rumahku. Sejak aku lulus SMA, aku sadar kalau aku lah satu-satunya tumpuan harapan untuk Nenek yang selama ini sudah sangat baik merawat diriku.


Ilustrasi: Bram


Karena selalu menjadi tumpuan keluarga dalam segala hal di rumah, aku tumbuh menjadi pribadi yang sopan dan bertanggung jawab. Banyak yang bilang aku ini sopan dan sangat gentleman. Aku berbeda dari para pria seusiaku yang biasanya tengil dan nakal. Begitu banyak gadis yang mengejarku saat aku sekolah untuk dijadikan pacar. Tetapi, karena tidak punya sosok pria dewasa yang bisa mengajarkanku menghadapi wanita, aku cenderung pemalu. Teman-teman sesama lelakiku sering mengolok-olokku.

“Kamu bodoh banget deh, Bram!” ucap salah satu kawanku. “Kalau aku yang dideketin banyak cewek kayak kamu, aku tinggal pilih cewek paling cantik dan pacaran!”

Aku cuma mesam-mesem saja ketika para cowok mengolok-olokku.

“Iya, si Bram ini bego banget…” sahut temanku yang lain. “Kalau aku seganteng dia mah, aku bakal jadi playboy kampung!”

Teman-temanku yang lain cuma tertawa mendengar olok-olokkan teman-temanku. Memang, secara fisik, aku ini termasuk diberkati. Karena selalu melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan fisik di rumah sendiri, aku tumbuh menjadi pria yang kekar. Apalagi, Nenek juga selalu memasak makanan bergizi untukku dari uang kiriman Ibu. Selain itu, banyak bilang aku tampan. Kulitku putih bersih untuk ukuran pria kampung. Aku juga hobi olahraga. Karena semua faktor penunjang itu, aku menjadi idola banyak wanita di sekolah.


[ … ]


 

Ilustrasi: Bram


Nenekku sudah cukup tua sehingga lebih banyak hanya di rumah saja melakukan apa saja yang dia suka, seperti hobinya untuk memasak. Aku tidak bisa meninggalkan Nenek karena dia sangat bergantung padaku. Alhasil, ketika semua orang di kampungku merantau ke kota, aku tidak bisa melakukan hal yang sama. Setelah tamat SMA, aku mencari kerja di sekitar kampung. Beruntungnya, aku punya sanak saudara yang menjabat sebagai Kepala Desa. Berkat koneksinya, aku bekerja di Kantor Kepala Desa sebagai staff administrasi meskipun cuma lulusan SMA. Kantor Kepala Desa tidak terlalu jauh dari rumah sehingga aku hanya perlu berjalan kaki sekitar 15 menit ke kantor. Selain itu juga, aku bisa selalu menjaga Nenek yang sudah memasuki usia renta.

Ternyata, menjadi seorang staff administrasi membuat aku cukup sibuk bekerja. Apalagi, karena kerjaku bagus, aku juga mulai dipromosikan menjadi kepala bagian yang menangani anak-anak baru. Aku jadi sering pulang larut malam sehingga Nenek-ku sendirian di rumah. Pernah suatu kali, saat habis memasak makan malam untukku, Nenek jatuh pingsan karena vertigo. Saat aku sampai larut malam, aku segera membawa ke puskesmas terdekat. Aku jadi mengkhawatirkan keadaan Nenek ke depannya kalau pekerjaanku semakin menumpuk.

Untungnya, kami mendapatkan permintaan tolong dari saudara jauh kami di kampung sebelah. Anak dari sepupu Nenek menitipkan anak perempuannya di rumah kami karena beliau akan berangkat sebagai TKW ke Arab Saudi, menyusul Ibu juga, setelah beliau bercerai dari suaminya. Anehnya, dia berangkat bersama seorang temannya lain yang janda dan menitipkan anak perempuannya juga ke kami. Sebagai kompensasinya, kedua ibu mereka akan mengirimkan uang bulanan ke kami dan kedua anak perempuan itu akan ikut menjaga dan merawat Nenek.

“Tetapi Nenek di rumah tinggal bersama Bram, cucu Nenek yang sudah pemuda gagah lho, Nduk…” jawab Nenek melalui ponsel saat aku berada di rumah. “Apa nyaman buat kedua anak kalian? Lagian, Wiwin dan Ririn juga sudah besar… Sudah perawan… Apa nyaman tinggal serumah sama Bram? Belum lagi, bagaimana tanggapan orang-orang kampung…”

“Wiwin sama Ririn mau-mau saja kok, Nek… Lagian, Bram kan pria baik-baik… Wiwin kan juga masih ada hubungan saudara sama Bram… Nanti kami yang pamit ke Pak Kades biar tidak ada fitnah…”

Singkatnya, Nenek setuju menampung dua anak perawan itu. Hitung-hitung, sebagai teman Nenek saat aku bekerja. Selain itu, uang bulanannya juga lumayan untuk menambah-nambah uang tabungan Nenek.


[ … ]


Kehidupan di rumah jadi semakin ramai sejak kedatangan Wiwin dan Ririn. Mereka berdua ternyata sudah bersahabat dari kecil. Usia mereka juga tidak terpaut jauh; Wiwin 17 tahun, sedangkan Ririn 18 tahun. Karena kedua orang tua mereka bersahabat, mereka kenal dari kecil dan disekolahkan bersama. Setelah mereka lulus SMA beberapa bulan setelah percakapan telepon itu, kedua ibu mereka mengantar Wiwin dan Ririn ke rumah dan segera berangkat dan masuk ke asrama PJTKI untuk tidak lama kemudian langsung berangkat ke luar negeri.

Kedua gadis itu rajin. Alhasil, urusan membersihkan rumah, mereka lah yang mengambil alih. Mereka juga suka membantu Nenek mencuci sayuran untuk dimasak serta mencuci perabotan yang kotor. Rumah kami jadi bersih dan rapi. Kedua mereka juga membantu memasak air untuk minuman. Mereka memanggilku dengan sebutan Abang. Aku senang sekali sejak mereka bergabung di rumah karena banyak meringankan beban tugasku mengurus rumah. Dari kecil, aku hidup dengan sederhana sehingga kami tidak pernah memiliki kemewahan atau semacamnya. Tetapi, aku sangat menghargai kebersamaan yang aku miliki di rumah. Dan sekarang, Ririn dan Wiwin masuk dalam kehidupanku dan Nenek serta memberikan warna baru di kehidupan kami.


[ … ]


Ilustrasi: Bram


Sebenarnya, aku bukan monster ataupun predator yang akan memangsa dua gadis yang sudah kuanggap adikku sendiri. Aku sama sekali tidak tertarik secara seksual kepada mereka berdua. Aku pikir, meski mereka berdua wanita muda yang cantik, mereka ini masih ada hubungan kekerabatan dengan diriku. Meskipun mereka berdua telanjang di depanku pun, kupikir aku tidak akan tergoda melihatnya. Beberapa kali aku melihat mereka telanjang di kamar mandi ketika mandi bersama saat aku lewat. Maklum, kamar mandi kami hanya tertutup tirai kain yang tidak bisa menutup semua sisi pintu. Celahnya cukup besar sehingga dengan melirik sedikit saja terlihatlah siapa yang sedang berada di dalam kamar mandi. Kebetulan, kamar mandi kami bersebelahan dengan dapur, sedangkan WC ada di dekat pekarangan. Jadi, kalau aku ke dapur, ya bisa saja aku melirik ke dalam kamar mandi. Namun, pada dasarnya, kami tinggal di kampung di mana banyak pria dan wanita mandi bersama di sungai. Jadi, hal itu pun tidak kami besar-besarkan.

Usiaku saat itu sudah memasuki 22 tahun saat si Wiwin dan Ririn datang. Teman-teman seusiaku sudah punya anak semua. Aku belum berani melamar gadis karena merasa pendapatanku masih belum memadai. Lagi pula, aku harus mengurus Nenek yang mulai sakit-sakitan. Jadinya, aku mulai pacar-pacaran saja di kampung. Jujur, aku pun sudah penasaran dengan seks karena teman-temanku sering pamer aktivitas ranjang dengan istrinya kepadaku untuk menggodaku.

Ketika aku mulai memberanikan diri main cewek, aku baru sadar, meskipun kami hidup jauh dari hiruk pikuk gemerlapnya kota, ternyata kehidupan seksual anak-anak kampungku termasuk agak longgar. Sejak setahun sebelum kedatangan Wiwin dan Ririn, aku sudah melakukan hubungan seks dengan beberapa gadis kampungku tanpa ikatan apa pun. Jika kami suka sama suka, kami langsung mencari tempat yang agak tersembunyi dan melampiaskan hasrat di situ.


Ilustrasi: Bram


Dulu, sebelum ada Wiwin dan Ririn, aku sering diam-diam menyelinapkan perempuan ke kamarku ketika Nenek sudah tidur. Biasanya, kami akan mulai berciuman di kamar sambil aku meraba-raba buah dada mereka hingga mereka berdua berakhir telanjang bulat di atas kasur. Kalau aku beruntung, si cewek akan dengan sukarela menghisap kemaluanku sebelum aku menjilat memek mereka. Sebenarnya, aku juga hobi menjilat memek wanita. Setelah suasana makin memanas, tidak lupa aku memasang kondom—agar terhindar dari kehamilan serta penyakit menular seksual. Biasanya, aku segera menyetubuhi para wanita itu sampai puas semalaman. Setelah orgasme, biasanya aku suruh ceweknya pulang.

“Kalau pengen lagi, WA aja ya, Bram…”

Begitu ucap mereka saat pulang… Aku sendiri punya jurus jitu untuk menggoda para perempuan yang kunikmati tubuhnya itu. Saat mereka hendak meninggalkan kamar, aku pun mencium dahi mereka. Setelah itu, aku raih wajah mereka dan kecup bibir ranum mereka. Sengaja kubuka kancing kemeja bagian atas mereka sambil terus bersilat lidah. Tanganku pun masuk untuk meremas-remas tetek mereka. Ketika bra sudah terlepas, aku pun menyedot puting mereka satu per satu. Lalu, kubuka celana dan celana dalamnya. Sambil berjongkok, aku jilat kelentit mereka. Setelah itu, kupakaikan baju mereka kembali hingga rapi dan mengucapkan selamat tinggal. Para gadis itu biasanya malu untuk meminta lebih. Alhasil, mereka pulang, dan paling lama lagi, mereka datang kembali minggu depan untuk aku koyak memek mereka dengan kontol kerasku lagi.

Sejak ada Wiwin dan Ririn, aku tidak pernah menyelundupkan cewek lagi. Memang ada sisi positif dan negatifnya. Positifnya, Nenek jadi ada yang menjaga. Rumah juga bersih. Sisi negatifnya, kebutuhan seksualku tidak bisa tersalurkan. Aku biasanya melampiaskan hasrat seksualku di ladang-ladang atau di rumah cewek yang ingin kusetubuhi kala sedang kosong.

Sebenarnya, aku selalu berpikir, selagi aku masih bisa mendapatkan cewek untuk memuaskanku, ngapain juga aku harus menikah. Nenek sendiri sudah tidak terhitung lagi berusaha mengenalkan aku dengan cewek-cewek kampung. Aku menolaknya karena aku merasa kelak mereka akan jadi beban, dan aku tidak bisa lagi mencicipi cewek-cewek lain.

Sebagai staff administrasi Kantor Kepala Desa di kampung, sering kali jam 7 malam aku baru pulang. Biasanya aku pergi ke sebuah fitness center sederhana di dekat kantor sebelum pulang ke rumah. Sampai di rumah, aku melihat keadaan Nenek. Biasanya, aku makan malam bersama Nenek. Kemudian, aku mandi dan siap-siap tidur di kamar. 

Karena di rumah sering gerah, aku suka tidur hanya bertelanjang dada dan bercelana kolor saja. Bagiku, celana kolor berfungsi sebagai celana dalam kalau aku pakai celana panjang. Jadi, kalau celana panjang dilepas, hanya celana kolor saja tanpa ada lapisan lain lagi.


I

lustrasi: Bram



Satu hari, aku tidur agak awal karena capek sekali seharian bekerja. Anehnya, aku merasa ada gerakan-gerakan di celana kolor yang kupakai. Aku terbangun namun tidak bangkit, hanya mengintip sedikit saja dengan membuka mataku. Hari itu aku tidur tanpa makan atau mandi dulu. Aku segera melepas kemeja serta celana panjang yang kupakai, lalu berbaring di kasur.

Aku intip, dua gadis itu, Wiwin dan Ririn, sedang berusaha memegangi kemaluanku. Aku heran ngapain kedua gadis muda ini kok berani pegang-pegang batang kejantanan milikku. Aku penasaran, jadi aku membiarkan mereka melanjutkan aksinya. Aku terus pura-pura tidur.

Wiwin dan Ririn terdengar tertawa cekikikan sambil menutup mulutnya, mungkin geli mendapati senjataku sedang terkulai di dalam celana kolor. Entah ide dari siapa, mereka lalu berusaha menurunkan celana kolorku sampai kontolku keluar dari sarangnya.

Bagaimanapun juga, aku jadi terangsang sehingga kontolku pelan-pelan mengeras. Mereka meremas-remas batang kontolku, membuat batang kemaluanku semakin mengeras. Mereka terus cekikikan sambil menutup mulut mereka. Dengan gemas, Wiwin dan Ririn memencet-mencet batangku yang makin keras.

“Ih, kok jadi keras, sih,” kata Wiwin sambil terkekeh kegirangan.

Puas memegangi penisku, mereka menimang-nimang buah zakarku lalu meremas-remasnya. Untung remasannya tidak terlalu kuat sehingga sakitnya bisa aku tahan. Sambil terangsang, aku berpikir kenapa dua gadis muda ini berani-beraninya membuka celana kolorku dan melihat kontolku. Ada apa rupanya mereka ini?

Tindakan mereka selanjutnya yang membuatku lebih terheran-heran. Mereka berdua bergantian menciumi dan menjilati penisku. Tidak hanya itu saja, mereka berusaha memasukkan ujung kontolku ke mulut mereka. Mereka juga terlihat amatiran sekali karena berulang kali ujung kontolku mengenai gigi mereka. Meski agak sedikit mengganggu, untungnya cara mengemut kontol mereka tidak terlalu menyakitkan juga. Namanya kontol yang diemut perempuan, rasanya enak juga… Aku makin terangsang sehingga ada cairan kental keluar sedikit di ujung kontol. 

“Agak asin ya rasanya, Rin,” ucap si Wiwin santai. “Coba kamu jilat ujungnya…”

Ririn pun mengikuti. Dia meraih batang kontolku di genggaman Wiwin, lalu menjilat lubang kontolku.

“Iya…” jawab si Ririn sambil menyedot ujung kontolku dengan binal. “Gurih, ya…”

Sejauh ini, aku masih bertahan pura-pura tidur. Namun, rangsangan akibat ulah mereka luar biasa besarnya sehingga aku harus bertahan sekuat tenaga agar tidak muncrat. Apalagi, aku sudah sekitar dua minggu tidak menikmati tubuh wanita saat itu.

Kontolku ukurannya panjang, sekitar 19 cm saat ereksi dan cukup tebal dibandingkan dengan milik teman-temanku di kampung. Ujung kontolku cenderung lancip, jadi topi bajanya tidak besar dan melebar.

Rasa penasaranku untuk mengetahui latar belakang perbuatan mereka itu semakin besar. Akhirnya, pelan-pelan aku buka mataku. Mereka tidak sempat mengembalikan kontolku ke dalam celana kolorku. Aku bangun dan duduk pelan-pelan.

Wiwin dan Ririn ketakutan. Aku berusaha tersenyum untuk mencairkan suasana. 

“Kenapa kalian berdua pengen lihat kontol Abang?” tanyaku santai.

“Maafkan kami, Bang…” jawab si Wiwin dengan wajah tertunduk. “Saya dan Ririn cuma penasaran…”

“Tadi saya dan Wiwin ditunjukin video Mbak Lesti main sama Kang Desta waktu dipecah perawannya,” jawab si Ririn lebih tenang. “Makanya, kami penasaran pengen lihat kontol pria dewasa…”

“Kalian berdua penasaran gunanya kontol, ya?” tanyaku bersemangat dengan pikiran penuh dengan skenario mesum.

Wiwin dan Ririn cuma bisa mengangguk sambil menunduk.

“Tetapi, ini rahasia kita bertiga, ya?” jawabku mengatur semuanya dengan rapi. “Jangan ada seorang pun yang lain yang tahu… Tidak dengan Mbak Lesti dan Mas Desta, apalagi si Nenek.”

Mereka pun mengangguk paham. Aku segera membuka celana kolorku langsung sehingga penisku yang ngaceng mendongak ke atas. Aku pun mulai menjelaskan kepada kedua anak itu tentang organ yang kumiliki itu dan fungsinya. 


Ilustrasi: Bram


“Ini kontol Abang… Gunanya kontol itu selain buat pipis, itu juga bisa bikin cewek keenakan…”

Mereka ternyata sudah mengerti dan tampak mengangguk-angguk paham. Mungkin akibat sering nonton bokep.

“Nenek di mana?” tanyaku memastikan.

“Nenek sudah tidur dari sore tadi, Bang…” jawab si Wiwin.

“Rin, tutup pintu kamar Abang, ya…” perintahku ke Ririn. “Lalu, sini kalian gantian buka celana dalam kalian di depan Abang… Abang mau lihat…”

Tanpa ragu-ragu lagi, mereka berdua juga menunjukkan kemaluan mereka. Dadaku langsung berdesir karena sudah dua minggu tidak menikmati alat kelamin wanita. 

“Kalian sekalian lepas baju aja, deh,” jawabku santai. “Sekalian telanjang, ya… Abang ingin lihat apakah tetek kalian sudah tumbuh…”

Mereka awalnya agak keberatan karena malu, terutama si Ririn.

“Enggak adil dong, ah…” jawabku mendesak. “Ini Abang sudah buka juga… Ini Abang telanjang bareng sama kalian, deh…”

Karena aku terus mendesak, mereka dengan berat hati melepas semua pakaiannya. Wiwin dan Ririn ini sudah memiliki tubuh yang sepenuhnya dewasa meskipun baru usia belasan tahun. Tetek mereka sudah tumbuh matang dengan pentil susunya yang mulai melenting karena sensasi tubuhnya diintip pria dewasa seperti diriku. Memek mereka pun sudah mulai tumbuh bulu-bulu halus, membuat diriku begitu tergoda untuk menikmati dengan mulut dan lidahku. Bentuknya cembung dengan garis rapat di tengahnya. Aku belum pernah melihat dari dekat memek gadis yang masih perawan begini. Biasanya, aku sering menjilat-jilat memek gadis yang sudah sering digauli pemuda-pemuda horny lain sepertiku.

“Kalian berbaring terlentang di atas kasur Abang sini, ya,” ucapku memberi perintah. “Mekangkang dikit, ya… Abang pengen melihat di dalam lipatan memek kalian…”

Wiwin dan Ririn menurut saja, berbaring di kasur dan mengangkang. Belahan memek mereka agak terbuka tetapi hanya sedikit, tidak terlihat bagian dalamnya, dan juga tidak terlihat lubang vaginanya. Aku terpaksa membelek kedua bibir luarnya sehingga terlihat bagian dalam memek perawan mereka yang berwarna pink. Lubangnya kelihatan kecil dan kuncup di atas, menutup itilnya. Memek Ririn bibir dalamnya agak mencuat keluar sedikit, sedangkan memek Wiwin terlihat lebih rapi, tidak ada daging keluar di antara lipatan memeknya. Ketika aku berusaha menguak lebih lebar Ririn mengeluh sakit.

Aku pun mendekatkan hidungku ke memek si Wiwin. Perlahan-lahan, kucium belahan memeknya. Tidak tercium bau pesing, malah tercium bau wangi sabun. Mungkin, mereka baru mandi saat datang ke kamarku. Aku pun mencari posisi itil Wiwin lalu aku gesek-gesek dengan tanganku. Wiwin kegelian dan berusaha menghentikan gerakan tanganku.

“Jangan ah, Bang…” ucapnya manja. “Geli…”

Aku turuti kemauannya, tetapi aku minta dia melakukan sendiri ke bagian itilnya. Wiwin menuruti dan mengucel-ucel itilnya. Sementara itu, aku bermain di itil Ririn. Dia pun mengeluh kegelian. Sama seperti Wiwin, aku minta Ririn mengucel-ucel itilnya sendiri.

Wiwin terlihat sesekali mengejang—mungkin karena geli atau karena nikmat. Aku berusaha menciumi tetek Wiwin. Dia tertawa kegelian dan berusaha mendorong kepalaku untuk menjauhi kepalaku. Aku berpindah ke Ririn, dan dia juga sama saja kegelian.

“Jangan ah, Bang…” ucap si Ririn manja.

“Iya, lho… Geli, Bang…” lanjut si Wiwin.

Akhirnya, aku meremas pelan dan memainkan pentil susu mereka berdua pelan-pelan. Dijamah susunya sambil memainkan itil mereka sendiri, napas mereka mulai memburu.

“Enak enggak kalian dimainin susunya sambil gesek-gesek itil?” tanyaku sambil meloco kemaluanku sendiri.

Keduanya mengangguk sambil sesekali bergerak menggelinjang. Kusingkirkan tangan Wiwin lalu tanganku menggantikan posisi tangannya. Ada daging agak mengeras lalu kumainkan. Kini, Wiwin tidak kegelian, malah menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Dia mulai terangsang. Aku raba ke lubang vaginanya, dan ada cairan lendir sedikit keluar dari lubangnya. Jari telunjukku pun aku coba masukkan lebih dalam. Sayangnya, hanya bisa sebatas seruas jari saja. Selebihnya, Wiwin merasa sakit. Hal yang sama kulakukan ke Ririn. Dia pun hanya bisa dimasuki seruas jari. 

Aku penasaran ingin menjilat memek mereka berdua. Aku bilang bahwa aku ingin menjilat memek mereka. 

Bukannya menolak, Wiwin malah mengatakan. “Ayo dong, Bang… Aku pengen coba kayak yang di video Mbak Lesti…”

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

 

“Enak banget ini, Bang… Kita bakal ketagihan nih,” ucap Ririn.

Aku tidak mau rugi karena tadi belum sempat ngecrot.

“Rin… Win… Kalian kulumin kontol Abang, ya?” ujarku sambil berusaha berdiplomasi. “Masukin mulut kalian gantian… Nanti kontol Abang lama-lama makin besar lagi… Enak diemut… Mau, ya?”

“Mau, Bang!” jawab mereka sumringah bersama.


Ilustrasi: Bram


Aku pun berbaring di atas kasur. Kedua gadis muda itu mengerubuti kontolku yang sudah mengacung. Melihat kondisi seperti ini, aku punya rencana seru yang lebih menyenangkan untuk dieksekusi.

“Sini, salah satu dari kalian hisap kontol Abang, satunya lagi jilatan puting Abang, ya…” jelasku memberi arahan yang baik. “Ingat, jangan kena gigi, ya!”

Mereka berdua pun menurut saja dengan arahanku. Tanpa menunggu lagi, mulut lugu kedua gadis muda itu mulai beriringan menghisap dan menjilati pentil serta kontolku. Mereka berdua benar-benar berbakat dalam memuaskan tubuh pria! Diberi arahan untuk tidak menggunakan gigi, kombo hisapan mereka berdua benar-benar membuat aku kewalahan. Dikerjai dengan menghisap kontolku serta menjilati putingku, orgasmeku sudah berada di ujung kontolku. Menjelang ejakulasi, aku tarik penisku, lalu aku bekap dengan tanganku. Aku belum tega muncrat di mulut mereka.

“Bang, Wiwin pengen nonok Wiwin dimasukin Abang…” jawab Wiwin setelah melihat aku baru saja menuntaskan orgasmeku dengan begitu nikmatnya.

“Kamu mau diewe Abang?” tanyaku bingung.

“Iya, Bang… Wiwin pengen rasain diewe kayak di video…”

“Kalau kamu diewe, kamu enggak perawan lagi lho, Win… Kamu harus jaga itu…”

Wiwin pun memandangku murung, sedangkan si Ririn cuma diam saja, tidak berani membuka mulutnya.

“Kalau masih perawan, diewe itu sakit lho…” jelasku berusaha mengubah pikiran mereka.

“Wiwin penasaran, Bang…” jawabnya sambil merengek manja. “Kayaknya, di video itu, Mbak Lesti keenakan banget…”

“Gini aja… Abang ajarin kalian cipokan sambil Abang mainin nonok kalian pakai jari-jari Abang aja, ya?” kataku memberi solusi. “Nanti, rasanya sama enaknya seperti diewe… Kalau masalah masih pengen diewe, nanti kita bicarakan lagi…”

“Yang bener, Bang?” ucap si Ririn kali ini, tidak bisa menyembunyikan rasa sumringahnya.

“Iya… Sekarang, kalian berdua mendekat ke sini, ya…” ucapku memberikan perintah. “Siapa dulu yang mau dicipok?”

Si Wiwin yang memang lebih berani langsung mengacungkan tangannya. Entah kenapa, melihat kepolosannya untuk mau aku apa-apakan di dalam ketelanjangan kami semua itu membuat kontolku mengacung lagi. Aku tidak peduli kami berdua masih ada hubungan saudara. Karena si Wiwin yang memaksa, sebagai cowok normal, aku pun jadi tertarik. 


Ilustrasi: Bram


Tanpa basa basi lagi, kuraih wajah si Wiwin sambil dadanya aku remas-remas gemas. Setelah puas meremasi dadanya, tanganku pun meraih memeknya dan menggosok-gosokkan tanganku ke memeknya. Napas Wiwin memburu dan tubuhnya kejang-kejang, kelihatan keenakan dengan permainan mulutku. Lidahnya dia julurkan sehingga lidah kami berperang satu sama lain.


{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

“Bang, Ririn ya mau coba, dong…”

Aku pun mengajari si Wiwin untuk mengulum kontolku saat aku dan Ririn gantian berciuman. Kuajarkan kedua wanita muda itu cara memuaskan pria.

“Pokoknya, kita bertiga harus bisa melakukan hal-hal yang membuat satu sama lain keenakan,” ucapku memberi arahan.

Hari itu, aku menghancurkan dinding batas intim kami bertiga. Sudah tidak ada lagi dinding pembatas antara tubuh kami bertiga. Aku ajarkan bagaimana mereka bisa menemukan kenikmatan dengan tangan, mulut, dan lidah mereka. Di satu titik, bahkan aku mengajarkan mereka untuk mau menjilati lubang pantatku. Tentu saja, sebelum memulai, kami janjian untuk mandi bersih terlebih dahulu. Hal itu terjadi ketika aku tiba-tiba refleks menjilat pantat mereka bergantian dengan gemas, atau bahasa gaulnya, me-rimming, saat keasyikan menjilat memek mereka. Ketika aku meminta hal yang sama, mereka pun mau mengikuti melakukan hal yang sama.


Ilustrasi: Bram


“Kita bisa lakukan apa saja yang kita mau… Tetapi, syaratnya, ini cuma rahasia kita bertiga, ya…” ucapku menjelaskan di sela-sela permainan gila kami.


{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

Suatu hari, aku mendapatkan curhatan temanku yang baru saja memperawani pacar barunya yang masih perawan. Dia menceritakan betapa enaknya ketika kontolnya dijepit memek perawan. Jujur, mendengar cerita itu, aku jadi penasaran bagaimana nikmatnya bila memek si Wiwin dan Ririn yang notabene masih perawan bila bisa aku pakai untuk kenikmatan kontolku. Apalagi, permainan kami sudah semakin liar saja…

Pada permainan berikutnya, aku mencoba menawarkan untuk mencolokkan penisku ke memek mereka. 


Ilustrasi: Bram


“Kalian beneran penasaran buat diewe Abang?” tanyaku terus terang.

“MAU, BANG!” jawab si Wiwin antusias. “WIWIN BOSEN CUMA CIPOKAN SAMA DIISEPIN TETEK SAMA MEMEKNYA AJA…”

“Ririn juga mau, Bang!” sahut Ririn tidak kalah antusias.

Mendapatkan izin secara langsung dari mereka berdua, aku pun menyanggupi persetubuhan ini dengan senang hati. Setan sudah mengambil alih isi kepalaku. Apalagi, aku memang sudah berniat ingin mendapatkan keperawanan dua gadis itu hari ini juga. Aku ingin merasakan memek perawan… Selama ini, gadis-gadis yang kunikmati juga sama nakalnya denganku. Mereka sudah melepaskan keperawanan mereka bertahun-tahun sebelumnya.

“Siapa yang mau duluan Abang ewe nonoknya?” tanyaku memberi penawaran.

“WIWIN, BANG!” jawab si Wiwin bersemangat seperti biasanya.

Aku pun berpikir sejenak… Kasian juga si Ririn ya selama ini selalu jadi yang kedua? Setiap aku mencumbu mereka ataupun menjilati memek mereka, si Ririn juga biasanya menjadi yang terakhir. Alhasil, aku juga tidak terlalu bisa bermain prima saat memuaskan si Ririn. Aku pun punya rencana lain kali ini…

“Ririn aja dulu ya?” ucapku sambil meraih tangan Ririn. “Abang entot kamu dulu ya, Rin?”

Si Ririn mengangguk senang dengan lugu dan meraih tanganku. Tanganku yang lain segera meremasi tetek kenyalnya sambil bibirku menciumi wajah serta bibirnya.

“IH, KOK RIRIN DULUAN, BANG?” jawab si Wiwin manja. “KAN WIWIN YANG MINTA!”

“Kan Wiwin biasanya selalu duluan,” ucapku memberi penjelasan sambil terus menggerayangi tubuh si Ririn di atas kasur. “Sekarang, biar Abang puasin si Ririn dulu, ya… Kasian selama ini dia selalu ngalah sama kamu…”

“Ya udah, tapi Wiwin mau cipok Abang dulu, ya…” jelas si Wiwin manja. “Abang masukin kontol Abang ke nonok si Ririn… Tapi, Wiwin cipok Abang…”

“Iya… Sama mainin puting Abang ya, Win… Biar Abang makin sange…”


Ilustrasi: Bram


Aku segera mengatur tubuh perawan si Ririn agar tidur terlentang di kasur. Si Wiwin kusuruh menjilati putingku sedangkan aku berusaha menyetubuhi si Ririn. Ririn tampak nervous dan berusaha menutup matanya rapat-rapat. Aku berusaha sekuat tenaga menyatui tubuh perawannya. Susah sekali melakukannya karena lubang Ririn terlalu kecil sehingga kontolku yang notabene berukuran besar itu terus meleset. Aku berkali-kali membasahi lubang memeknya dengan ludah sampai akhirnya dengan sedikit memaksa kepala kontolku bisa masuk. 

“Tahan ya, Rin…” bisikku sambil kontolku berusaha menerobos keperawanan si Ririn.

Si Wiwin malah gantian mencium bibirku setelah bosan menjilati putingku. 

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

“Rin, Abang keluar…” ucapku sambil melepaskan pagutan bibir Wiwin dari mulutku dan berdesis-desis seperti ular.

Crot… Crot… Crot… Crot… Crot… Crot…

Spermaku membanjiri memek si Ririn. Kumainkan teteknya itu sambil menuntaskan orgasmeku di dalam memek perawannya. Ririn pun tampaknya lega aku berhasil mengambil keperawanannya.


[ … ]


Agar adil, dan kebetulan aku mulai terangsang lagi setelah mengingat si Wiwin sama perawannya, dan tentunya memeknya sama enaknya, aku pun berinisiatif menikmati keperawanan Wiwin sekarang juga. Mulanya, Wiwin takut.

“Bang, kelihatannya si Ririn kesakitan banget, ya…”

“Abang janji pelan-pelan, Win…” jawabku bersikukuh. “Dijamin enggak sakit… Abang enggak masukin dalam-dalam…”



Ilustrasi: Bram


Janji tinggalah janji… Tujuanku kali ini adalah membenamkan dalam-dalam kontolku ke dalam memek si Wiwin, berharap mendapatkan kenikmatan yang sama atau lebih dari yang Ririn berikan. 

 

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

Orgasmeku mengalir deras di dalam tubuh si Wiwin. Kulihat ke bawah, ada darah segar meleleh keluar dari memek Wiwin selain banjir dengan cairan kenikmatanku. Masih agak susah bagiku untuk menarik kontolku keluar karena kontolku tidak mau melemas saking keenakannya. Ini sungguh luar biasa nikmatnya… Untuk merilekskan otot-otot kenikmatan di tubuhku, aku pun membungkuk dan melumat bibir Wiwin lembut. Aku menunggu penisku ciut, tetapi karena jepitan memek Wiwin yang kuat, rasa nikmat terus terasa di sekujur penisku yang terus terangsang dan tidak sudi menciut. Kontolku beberapa saat kemudian malah mengeras lagi. Setelah terasa agak keras, aku mencoba melakukan gerakan pelan menarik lalu mendorong pelan sekali.

Sekali dua kali, Wiwin masih merasa kesakitan. Tetapi, setelah itu, aku merasa lubang memeknya mulai terlumasi sendiri hingga licin, membuat gerakan kontolku makin lancar dan rasa nikmatnya luar biasa. Aku penasaran karena belum semua batang penisku masuk, berbeda dengan menyetubuhi si Ririn tadi.

“Win, Abang ngaceng lagi… Abang pake lagi ya memek kamu?”

“Ahhhh… Pelan, Bang…” sahut si Wiwin manja.


Ilustrasi: Bram


Dengan gerakan memompa, aku berusaha memajukan sedikit demi sedikit lambang kejantananku itu di dalam memek Wiwin yang baru kuperawani. Karena terus getol berusaha menyetubuhi tubuh Wiwin makin dalam, akhirnya seluruh batang penisku masuk. 

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

Sejak itu, sekitar 2 minggu mereka tidak mau diusik. Aku pun merasa bersalah telah menjebol memek kedua anak gadis yang kuanggap selayaknya adikku sendiri itu. Aku merasa tidak ada harapan lagi untuk bercumbu dengan mereka. Padahal, jujur saja, 2 minggu menganggur, kepalaku sudah agak mumet. Akhir-akhir ini kan aku selalu dimanjakan dengan mencumbu mereka dan meminta mereka berdua gantian mengoral dan menjilati kontolku. Aku sudah sangat menikmati dinamika kehidupan kami bertiga di luar sepengetahuan Nenek.

Namun, Dewi Fortuna ternyata berpihak padaku. Adalah Ririn yang awalnya mendatangi kamarku, lalu disusul Wiwin. Mereka mengatakan tidak tahan memeknya gatel di bagian dalam. 

“Kok bisa gatal, sih?” tanyaku pura-pura bodoh. “Apa kalian sering tidak cebok kalau buang air kecil?”

“Bukan itu, Bang…” jawab si Ririn malu-malu. “Soalnya, gatalnya itu terasa di bagian dalam.”

“Sebenarnya, kami ingin memek kami dimasukin kontol Abang lagi seperti dua minggu lalu,” jawab si Wiwin to the point seperti biasa.

Mereka pun terus terang mengatakan ingin disetubuhi kontolku lagi. Mereka juga ingin kontolku masuk sampai mentok seperti kapan hari. Sepertinya, mereka sudah ketagihan dientot oleh diriku.

Aku kaget sekaligus senang, tapi bertanya juga, ”Apa kalian enggak takut sakit seperti kapan hari?”

“Pelan-pelan aja Bang makanya,” ucap si Ririn memelas.

“Biar kami terbiasa dulu,” sahut Wiwin berusaha terus terang. “Kalau kami sudah terbiasa dientot kontol gede Abang, kan nanti enak Abang kalau pakenya ke depannya…”



Ilustrasi: Bram


“Ya sudah… Kita buka baju kita semua, yuk…” ucapku tanpa basa-basi.

Parahnya, mereka mulai demanding padaku sekarang.

“Bang, Wiwin minta dioral dulu baru selanjutnya disetubuhi, ya…”

Aku pun menuruti mereka dengan senang hati. Kusuruh dua gadis muda itu terlentang bersebelahan di kasur. Si Wiwin pun aku oral dulu sambil tanganku membelai-belai memek si Ririn. Ketika gantian aku mengoral memek si Ririn, Wiwin dengan binalnya turun dari kasur kamarku dan me-rimming pantatku. Detik itu juga, kami bertiga pun sudah dibisiki rayuan setan. Kami bukan lagi manusia… Kami adalah tiga binatang jalang…

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

Setelah permainan itu, kami jadi sering bersetubuh. Hampir setiap malam mereka menyelinap keluar dari kamar mereka dan bermain gila bersamaku. Nenek tidak pernah tahu. Apalagi di hari libur, kami bisa main berkali-kali. Tidak ada lagi rasa sakit di memek Wiwin dan Ririn setelah rutin aku pakai untuk kepuasan kontolku. Mereka malah merintih-rintih jika ditindih dan disetubuhi. Lama-lama, aku yang kewalahan melayani keduanya. Mereka benar-benar seperti mesin seks yang haus akan kontolku. Karena tiap malamnya aku harus orgasme berkali-kali untuk kepuasan mereka, akhirnya aku sering hanya sanggup mengoral mereka saja.

Kami terus melakukan hubungan bahkan ketika kedua orang tua mereka pulang Indonesia untuk menjenguk mereka. Pada saat kedatangan kedua ibu mereka, permainan kami agak terganggu. Kamar Wiwin dan Ririn dipakai tidur bersama kedua ibu mereka bersama. Namun, gilanya, saat mereka pamitan untuk mandi tiap malamnya, mereka malah masuk ke kamarku dan bersetubuh denganku sendiri-sendiri bergantian. Aku pun mengikuti kemauan mereka, berusaha memuaskan tubuh mereka dengan kontol tegangku. Apalagi, aku berhutang budi pada mereka setelah membantu merawat Nenek dan memberikan keperawanan mereka padaku. Sekarang, kami berhati-hati untuk tidak mengeluarkan spermaku di memek mereka. Kami takut salah satu dari mereka hamil karena rajin kusenggamai.


Ilustrasi: Bram


Semakin hari, permainan kami semakin liar saja. Apalagi, tetek mereka berdua semakin berkembang mendekati usia 20 tahun. Mungkin juga karena sering diremas dan terangsang. Tetek keduanya jadi tumbuh montok sekali dan tubuh mereka semakin dewasa. Hal ini membuat aku semakin terangsang saat menyetubuhi mereka.  Setelah sekitar dua tahun berhubungan badan tiap hari, ada sebuah kejadian yang membuat kami benar-benar ketakutan. Suatu kali, Ririn telat menstruasi tiga minggu. Aku takut dia hamil dan konsultasi ke seorang temanku di sekolah yang menjadi dokter. Ternyata, katanya, meskipun tidak orgasme di dalam memek, masih ada potensi Ririn hamil karena aku tidak memakai kondom. Bisa saja sperma keluar sedikit sebelum dicabut. Untungnya, beberapa hari kemudian si Ririn menstruasi. Kata temanku, ini mungkin masalah hormon yang sedang tidak teratur. Setelah itu, aku memaksa mereka berdua minum pil KB agar aku bisa menyetubuhi mereka tiap hari tanpa risiko. Selain itu, agak kurang nikmat juga menyetubuhi mereka kalau pake kondom. 


Setelah sekitar enam bulan mengonsumsi pil KB, Wiwin berkata padaku kalau pil KB itu membawa dampak kurang baik untuk tubuhnya.

“Wiwin jadi lebih sering lapar, Bang,” protesnya suatu kali setelah kami bertiga baru selesai bermain dan orgasme.

Si Ririn juga menimpali, “Benar sekali, Bang… Badan kami jadi lebih mudah gemuk…”

“Lalu, bagaimana dong?” tanyaku bingung juga menjawabnya.

“Kita pakai kondom aja Bang seperti sebelum-sebelumnya,” sahut Wiwin.

“Iya, Bang… Daripada badan kami nanti semakin gemuk… Kan tidak sedap lagi kalau dipandang Abang…”

Akhirnya, aku terpaksa memakai kondom setiap kali menyetubuhi mereka berdua. Agak kurang nikmat dibandingkan sebelumnya, tetapi apa boleh buat.

[ … ]



Ilustrasi: Bram


Persenggamaan tetap rutin terjadi. Apalagi, gara-gara setiap hari harus melayani nafsu seks muda si Wiwin dan Ririn, aku jadi ikutan kecanduan seks. Kalau tidak ngecrot, aku jadi susah tidur… Alhasil, setiap hari, setidaknya ada dua kondom yang akan terpakai untuk menyetubuhi si Wiwin dan Ririn. Mereka berdua selalu iri kalau aku cuma sanggup orgasme dengan menyetubuhi salah satu dari mereka berdua.

Suatu hari, si Wiwin pamit pada Nenek untuk bekerja mengajar les anak SD. Entah dari mana dia mendapatkan pekerjaan itu. Yang jelas, Nenek pun menyetujuinya karena rumah muridnya dekat dengan rumah kami. Dia adalah Pak Iskandar, seorang duda gagah berusia 45 tahun yang bekerja sebagai perwira TNI Angkatan Udara. Bukan hanya gagah, Pak Is—begitu kami memanggilnya, adalah seorang duda keren berwajah tampan dan memiliki pekerjaan keren sebagai pilot pesawat tempur. Istrinya meninggal karena kanker serviks. Wiwin disuruh menjadi guru serta penjaga anak mereka, Bagas.

Jam kerja Wiwin itu dari jam 12 siang sampai 4 sore. Itu bertepatan Bagas pulang sekolah dan berakhir ketika Pak Is selesai dinas, sekitar jam 4 sore. Tetapi, sering kali si Wiwin izin pulang telat, sekitar pukul 8 malam. Katanya, Pak Is sering lembur kantor sekaligus mengajari Bagas ulangan. Alhasil, aku sering melakukan hubungan badan dengan Ririn saja di rumah ketika Wiwin belum pulang dari rumah Pak Is. Waktu sudah pulang, Wiwin juga tidak meminta kusentuh seperti sebelum-sebelumnya. Aku sih santai-santai saja karena masih bisa menikmati kemolekan tubuh si Ririn.

Setiap hari, aku juga melayani nafsu buas Ririn akan batang kejantananku. Kami bercinta setiap malam saat Nenek sudah tidur. Suatu ketika, Wiwin pulang dan masuk ke kamarku saat Ririn sedang mengoral kemaluanku, mempersiapkan kontolku untuk menembus memek sempitnya. 

Melihat kedatangan si Wiwin, aku menyempatkan bertanya, “Wiwin, mau ikutan Abang ewe?”

Si Wiwin malah memandang wajahku dan meneteskan air matanya.

“Bang, Wiwin hamil…”

“APA?” tanyaku kaget.

Si Wiwin pun menghentikan oralannya.

“BENERAN, WIN?” tanya Ririn tidak kalah kagetnya.

Wiwin cuma mengangguk sambil menangis.


{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

Sepeninggalnya Wiwin, aku dan Ririn menjalani kehidupan kami dengan selalu berhubungan seks setiap malam. Akhirnya, karena keenakan ngentotin si Wiwin tanpa kondom tiga minggu terakhir, aku pun ketagihan untuk menyetubuhi si Ririn tanpa kondom.

“Bang, Ririn enggak pakai pil KB lho… Nanti kalau kebobolan gimana?”

“Itu dipikirin entar aja, Rin…” balasku sambil kembali mencumbu bibir Ririn gemas. “Enakan begini…”

Setiap malam, kami bercumbu dan berhubungan badan. Setiap orgasme juga aku buang ke dalam memek Ririn karena rasanya lebih nikmat bila bisa begitu. Si Ririn juga nurut saja. Kami berdua terus saja memacu tubuh telanjang kami berdua setiap malam. Aku dan Ririn seperti dua binatang jalang saja yang pikirannya cuma seks saja. Entah kenapa juga kami jadi begini…


Ilustrasi: Bram


Setiap pulang kerja, aku kepikirannya buat ngeseks sama si Ririn terus. Kalau sudah kebelet dan Nenek belum kunjung tidur, aku cuma bisa mainin tetek si Ririn dan mencumbu bibirnya di sudut-sudut ruangan yang tidak terlihat Nenek. Ririn biasanya juga meladeni dengan memainkan lidahnya di mulutku dan mengocok kontolku agar aku bisa semakin keenakan. Seringnya, aku sudah orgasme dengan permainan bibir dan lidah Ririn. Saat kontolku berkedut-kedut dan aku hendak orgasme, Ririn sudah hafal dan segera menghisap kemaluanku dan menelan spermaku. Aku jadi benar-benar terobsesi dengan spermaku masuk dan menjadi bagian dari tubuh wanita. Sudah bergalon-galon pejuh segarku masuk ke mulut atau memek Ririn.

Sampai suatu ketika, si Ririn menyampaikan padaku bahwa dia hamil saat aku pulang kerja.

“Serius kamu?” tanyaku kaget bukan main.

“Iya, Bang…” jawab Ririn manja. “Lagian, Abang pakai memek Ririn tiap hari… Enggak pernah pakai kondom lagi… Jelas saja Ririn hamil…”

Aku cuma termenung mendengar ucapan si Ririn.

“Jadi, kita harus bagaimana, Bang?” tanya si Ririn mendesak, terlihat sama kebingungannya dengan diriku.

“Rin, Abang keluar dulu, ya… Abang mau menenangkan pikiran dulu… Kamu tunggu di sini, ya…” jawabku dengan pikiran yang kalut.

Aku pun langsung meninggalkan rumah tanpa memandang si Ririn lagi. Segera kuraih sepeda motor dan menuju ke warung kopi terdekat.


[ … ]


Begitu sampai di warung kopi langgananku, aku memesan minuman. Setelah minumanku datang, si Wiwin tiba-tiba meneleponku. Awalnya aku malas mengangkat karena pikiranku sedang kalut. Namun, tiba-tiba saja aku tak kuasa menolak panggilan telepon Wiwin.

“Halo, Win…”

“Halo, Bang… Wiwin sudah dengar dari Ririn…” jelas si Ririn tanpa basa-basi. “Apa rencana kalian setelahnya?”

“Abang masih enggak tahu, Win… Jujur, Abang masih kalut banget… Abang tutup dulu, ya…”

“Jangan, Bang!” cegah si Wiwin cepat-cepat. “Baiklah, Wiwin mau terus terang saja… Lebih baik Abang nikahi si Ririn…”

Aku diam saja, tidak menjawab perkataan si Wiwin.

“Wiwin tahu si Abang emang tidak rencana kawin… Tapi, mau sampai kapan, Bang?” jelas Wiwin bisa membaca pikiranku. “Wiwin mau kasih satu rahasia besar, Bang… Wiwin berharap Abang bisa mengerti maksud Wiwin…”

Dahiku berkerut, lalu aku bertanya dengan penuh rasa penasaran, “Apa itu, Win?”

“Sebenarnya, setelah Wiwin sama Ririn memutuskan untuk berhenti pakai pil KB, kami sempat beberapa kali keluar jalan-jalan tanpa sepengetahuan Nenek saat Nenek tidur. Wiwin kenalan sama beberapa bankir Jakarta yang mampir di kampung. Ririn kenalan sama salah satu dari mereka, terus diajak ke rumah kontrakan mereka buat pesta kecil-kecilan. Wiwin bawa si Ririn. Di sana, cowoknya ganteng-ganteng, Bang…”

Aku masih tidak mengerti arah pembicaraan si Wiwin.

“Lalu, Wiwin sempat main-main sama mereka… Biasa lah, orang kota… Di situ, Wiwin mulai menari-nari sama pria-pria itu. Lalu, Wiwin ciuman sama salah satu mereka, dan Wiwin dipuasin mereka, Bang…” cerita si Wiwin benar-benar kegirangan, mengingat kisah seru yang dia alami itu. “Semuanya ganteng dan gagah. Mereka jago banget cium Wiwin… Mainin tetek Wiwin… Mereka juga gantian jilatin memek Wiwin… Pokoknya, enak banget, Bang…”

“Terus hubungannya sama nikahin si Ririn apa, Win?” tanyaku bingung.

Apalagi, mendengar cerita si Wiwin, aku jadi sange juga.


( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]

PANDUAN MEMBACA VERSI LENGKAP:

Salam Pembaca yang Budiman,

Jeremy Murakami datang dengan sebuah cerita baru nih. Kalian punya 3 opsi untuk membaca karya ini:

1. Melalui What'sApp ke 0813-3838-3995
Silakan mengirim pesan ke What'sApp tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin. File PDF akan dikirimkan melalui e-mail atau langsung via What'sApp, tergantung permintaan pembaca.

2. Melalui Telegram ke @reading4healing / https://t.me/reading4healing
Silakan mengirim pesan ke Telegram tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin.

3. Melalui KaryaKarsa
Nanti akan ada versi pdf yang wajib kalian download setelah melakukan dukungan, ya. Tolong langsung di-download karena menghindari ketidaknyaman di masa mendatang. Setelah di-download, file PDF itu sudah ada di ponsel Anda dan bisa dibaca kapan pun juga.
Pembaca bisa search di laman pencarian dengan ID: reading4healing.
Kalau pencarian dari aplikasi tidak bisa muncul, kalian harus membuka via web seperti Google Chrome atau Safari, lalu ketik karyakarsa.com/reading4healing dan follow terlebih dahulu. Setelah itu, kalian bisa membuka di aplikasi di bagian orang yang kalian follow.

Nama file di KaryaKarsa adalah: PDGLDR_JC

Maaf apabila nama file dibuat singkatan. Ini agar menghindari pemblokiran akun KaryaKarsa terhadap cerita bertema dewasa.
 

Bila ada pertanyaan, bisa hubungi via What'sApp ke admin Reading4Healing di: 0813-3838-3995
 

Terima kasih atas dukungan & antusiasme pembaca sekalian dengan karya-karya saya selama ini.
Semoga pembaca sekalian mendapatkan kesehatan dan kelimpahan rezeki dari Tuhan yang melimpah.
 

Salam sayang,
Jeremy Corazon

Continue Reading

You'll Also Like

2M 57.1K 101
When Valerie Adams gets to know that she is betrothed to the youngest billionaire in New York, just to save her father's dying company, it is two nig...
20.6K 2.5K 27
Lily Autumns has watched Allie Winters blow up her boss's, life three times. Once when Allie destroyed his company, and bought it for scraps, once wh...
609K 21.3K 51
For both the families, It was just a business deal. A partnership, that would ensure their 'Billionaire' titles. And to top it all off, they even agr...
1.7M 46.2K 91
When Jasmine Cooper runs into a drunk rapist, a man saves her. It is Xavier Ravarivelo, the billionaire Mafia whose bride left him at the altar. Jas...