Suara itu tampak menguras semua kekuatan dan kesombongannya. Xue Meng memejamkan mata, pipinya terasa panas dan basah.
"Berhenti bertarung..."
Namun, api seolah telah menyala di padang rumput. Mudah terbakar, tetapi sangat sulit dipadamkan. Pertarungan kacau balau di Aula Danxin telah memenuhi ruangan itu dengan orang mati dan terluka. Darah orang-orang itu telah berubah menjadi minyak panas, menyulut kebencian dan kegilaan hingga ekstrem. Untuk sesaat, teriakan Xue Meng dan helaan napas Xue Zhengyong tidak mendapat banyak perhatian. Bahkan jika mereka mendengarnya, mata-mata
merah tidak akan berhenti.
Ada terlalu banyak kegelisahan hari ini. Serangkaian kasus, kebocoran langit, Formasi Catur Zhenlong, orang-orang yang terbunuh di Gu Yueye, Aula Jiangdong hancur, Villa Bitan tanpa pemilik selama berhari-hari, dan noda darah di Kuil Wubei. Banyak kultivator yang hadir telah kehilangan teman dan kerabat mereka dalam beberapa hari terakhir...
Siapa dalangnya? Siapa yang berbohong?
Tidak ada jawaban, tetapi semua poin menunjuk ke Puncak SiSheng, sehingga akumulasi kebencian dan ketakutan meledak dalam satu pertarungan ini.
Sulit untuk menghentikan air yang jebol.
Xue Meng belum mengalami banyak
pertempuran hebat. Pada saat ini, dia masih tidak mengerti apa artinya ini. Dadanya naik- turun, terpaku di tempat menyaksikan pertarungan gila itu.
Tetapi Xue Zhengyong sudah tahu bahwa ketika sudah sampai di titik ini, dia khawatir semua. sudah di luar kendali, sedemikian rupa sampai para penggagas bahkan tidak pernah menduganya.
Dia menggigit bibir, menahan kesakitan akibat lukanya yang pecah dan menahan pandangan berkunang-kunang di depannya. Diraihnya bahu Xue Meng. "Cepat pergi."
"Ayah?!" "Keluar dari sini dan cepat! Pergi ke sisi ibumu,
lebih cepat!" Namun, tujuh atau delapan orang sekonyong- konyong sudah berkumpul di depan mereka berdua, masing-masing mata mereka merah karena aura membunuh. "Xue Meng, kau membunuh kakak seniorku. Aku ingin kau membayar dengan hidupmu!"
"Anak binatang!"
Xue Meng membeku di tempat - Dia membunuh kakak senior orang itu? Kapan... Dia jelas tidak pernah menyakiti siapapun, dia tidak pernah... Seluruh pikirannya berantakan. Dalam kebingungan, dia menunduk dan melihat bahwa Longcheng di tangannya berlumuran darah.
Seketika dia merasa ngeri. Ya, dia melakukannya.
Dia telah membunuh pertama mak comblang
yang bersumpah palsu, lalu...
Dia tidak ingat. Dia baru saja memulai pembantaian gila. Tangannya berlumuran
darah, wajahnya berlumuran darah. Wajahnya...
tangannya...
Xue Meng tiba-tiba melolong seperti binatang sekarat. Urat-urat di keningnya menonjol, dan pembuluh darah di matanya pecah.
Mengapa menjadi seperti ini... Semuanya telah berubah sejak Mo Ran pergi. Satu demi satu, semuanya berada di luar kendalinya, dan dia bergerak semakin jauh dari dirinya. "Aku membunuh seseorang... Ayah... aku
membunuh..."
Dia berbalik panik, tetapi melihat wajah pucat
Xue Zhengyong yang menyeramkan di depannya. Xue Zhengyong meraih tangannya dan menyeretnya ke belakang punggungnya. Kemudian menggunakan kipas besi untuk memotong dan membunuh, membuka jalan darah di tengah pengepungan ketat.
"Ayo pergi."
Seorang lelaki di ambang kehancuran, memberi putranya yang tidak lagi remaja, jalan untuk hidup..
"Meng-er, pergi."
Xue Meng berdiri kaku dan tidak bergerak. Pada saat ini, seseorang yang lain bergegas maju. Xue Zhengyong tidak mampu lagi berdiri,
mengangkat tangan untuk menahan dan
memegang pisau orang itu. Darah muncrat seperti air mancur, dan tulangnya terlihat. Xue Zhengyong mengumpat. Dengan tangannya yang
lain, dia mengeluarkan belati dari pinggangnya dan menikamkan ke perut orang itu.
💜
Darah menyembur!
"PERGI!"
Xue Zhengyong marah dan meraung. Tiba-tiba dia melihat seseorang dan berteriak keras, "Hanxue! Bawa dia keluar! Bawa dia pergi dari sini!"
Mei Hanxue juga telah berjuang ke arah sini. Pada saat ini, dia akhirnya berhasil menembus kepungan ketat dan mendekat ke sisi Xue Meng. Dia pertama-tama melirik Xue Zhengyong, dan ada rasa sakit yang tersembunyi di matanya. Kemudian, dia meraih lengan Xue Meng dan berkata dengan suara berat, "Ikut aku."
Setelah selesai bicara, dia membawa Xue Meng yang sudah mati rasa dan linglung, berjuang pergi untuk keluar dari pintu belakang Aula Danxin. Mungkin karena yang mundur adalah Istana Salju, semua orang sementara tidak terganggu. Mei Hanxue membawa Xue Meng ke pintu aula, dan baru saat itulah seseorang bereaksi. Dengan meraung geram dia menerkam mereka berdua, "Kau ingin lari setelah membunuh seseorang? Siapa yang akan membayar dengan nyawanya?"
Mei Hanxue melambaikan tangan ke udara, menimbulkan serangkaian suara denting, seperti logam pecah, memukul mundur musuh di depannya. Saat dia merasa lega, dia tiba-tiba mendengar Xue Zhengyong berteriak, "Hati-hati di belakang!"
Mendadak Mei Hanxue berbalik ke belakang, melihat seorang lelaki dengan wajah penuh darah, meyeringai dan menebas dengan pedang, sudah terlambat untuk berkelit. Pada saat ini, kipas besi sekonyong-konyong terbang ke udara, penuh dengan energi spiritual yang menghancurkan, berputar di udara, dan
langsung menusuk dada lelaki itu.
"Paman ..." "Ayah..."
Kedua pemuda itu berbalik dan melihat Xue Zhengyong terengah-engah. Jelas, serangan ini telah menghabiskan banyak energinya. Kipas besi mendarat di lantai setelah mengenai target. Darah menodai kipas. Baik kata-kata 'Xue itu
cantik', atau 'Yang lain jelek', tidak lagi terlihat jelas.
Xue Zhengyong memberi isyarat kepada mereka berdua dengan susah payah dan berbisik, "Cepat..."
Kata-katanya belum selesai, pupil mata Xue
Meng mencerminkan kilau pedang yang dipenuhi energi spiritual. Seseorang dari Aula Jiangdong berdiri di belakang Xue Zhengyong dengan pisau tajam terhunus. Sebelum Xue Meng sempat bersuara, dia sudah berbalik ke arah ayahnya
Jatuh dan melepaskan diri!
Suara-suara lenyap.
Mata Xue Meng membelalak. Tiba-tiba dia tidak
bisa mendengar apapun di sekitarnya. Seolah keheningan di kedalaman samudera. Tidak ada angin, tidak ada panas, dan tidak ada cahaya.
Hitam.
Aliran darah di seluruh tubuh Xue Meng tampaknya telah membeku, namun pada saat yang sama, meledak. Benar-benar mengerikan. Sepasang matanya pecah karena murka, menatap orang di depannya lekat-lekat. Karena melihat putranya telah diselamatkan, wajah Xue Zhengyong masih menunjukkan jejak kelegaan dan kepuasan. Dia membeku seperti
ini.
Ada rona kedamaian.
Samudera itu dalam, tak berujung dan tak terbatas. Airnya sangat dingin dan masuk ke dalam sumsum tulang.
Sangat sunyi, sunyi yang mati.
Tidak ada suara....tidak ada suara....
Tidak.
Sampai darah mengalir dari bagian atas yang pecah, turun ke bawah matanya, ke bawah pipínya.
💜
Dua garis, seperti air mata merah, menetes.
Pada saat ini, Xue Meng tampaknya berpikir bahwa ini adalah lelucon, atau ini hanya mimpi, atau semua ini dapat diputar kembali dan diselamatkan tepat waktu.
Tapi tidak.
Sangat terlambat. Jika orang memiliki kekhawatiran, mereka akan memiliki kelemahan.
Dewa perang juga akan mati.
Dengan raungan, gunung runtuh ke laut.
"AYAHHHH!!!!!"
Semua keheningan telah dipecahkan oleh ini - ombak menggulung, ribuan tumpukan salju, batu-batu menghancurkan langit, aliran banjir, lautan bergolak, gelombang membelah langit!
Xue Meng berlari menuju Xue Zhengyong seperti orang gila. Berteriak seperti binatang sekarat, menghantam membabi buta dan mematahkan gerakan semua orang. Setelah mendengar teriakannya, semua orang berbalik...
Ombak terbelah dan dia tersandung-sandung melalui kerumunan menuju Xue Zhengyong.
Xue Zhengyong berdiri di sana, bahkan tidak menekuk tulang punggungnya. Dia hanya menatap Xue Meng seperti itu, sepasang matanya yang seperti harimau terbuka lebar. Mata itu membuat Xue Meng merasa dia masih hidup, dan masih bisa menyelamatkannya, dan...
Xue Zhengyong jatuh ketika dia hanya beberapa inci jauhnya.
Dengan bunyi gedebuk, dia hampir jatuh lurus.
Empat orang di sekitarnya tersebar dan tidak ada lagi suara pertempuran. Xue Meng seketika membeku. Tidak lagi
melangkah maju.
Dia hanya berdiri diam di tempat yang sama. Menggigil. Dari gigilan kecil hingga gemetar dahsyat, bibir, jari-jari, tidak ada satu pun bagian dirinya yang bisa dkendalikannya.
Dia bergumam, bertanya, dengan hati-hati.
Suaranya serak, "Ayah?"
Seluruh aula dipenuhi darah.
Tidak ada yang menjawab.
Dengan suara dentang, Longcheng jatuh ke lantai. Xue Meng perlahan mundur, mundur... Tapi ke mana dia bisa mundur? Kemarin? Dia tidak akan pernah bisa kembali ke hari kemarin. Setiap langkah dalam hidup, apakah itu sebuah kesalahan atau bukan, apakah itu
menghancurkan hati dan usus, selama itu jatuh, tidak ada jalan untuk kembali.
Aula Danxin hening. Sunyi.
Dia tidak lagi mundur, tubuhnya terguncang hebat, lalu ambruk di lantai, menatap hampa segala sesuatu di depannya. Air mata tidak berhenti mengalir, dia mengangkat tangan mencoba untuk menghapusnya, tetapi air mata itu tidak bisa dihapus sebagaimana keras pun dia berusaha.
Akhirnya dia membenamkan wajah di telapak tangan, dan tenggorokannya tersedak. Seperti tinta di atas kertas, menyebar kemudian kertas itu menjadi kotor dan ternoda.
"Ayah... Ayah!"
Rengekan itu akhirnya menjadi ratapan.
Lelaki di depan Xue Meng tidak lagi dapat berdiri. Menggunakan bahunya yang lebar dan senyumnya yang tulus, untuk melindunginya dari naik turun badai kehidupan. Masa muda kesayangan langit, tahun-tahun tanpa kekhawatiran, benar-benar telah berakhir
pada saat ini.
Bumi runtuh.
Kacau. Semuanya berantakan.
Kultivator Aula Jiangdong yang kejam membeku di tempat, pedangnya yang berat jatuh ke tanah, dia bergumam, "Tidak, tidak.... bukan aku..."
💜
Dia tidak bisa menahan menggelengkan kepala, menyaksikan kegilaan Xue Meng dari tempatnya berdiri. Dia sangat ketakutan dan gemetar seperti ayakan. Dia ingin melarikan diri demi hidupnya, tapi mata semua orang terfokus padanya. Dia tidak bisa mundur.
"Tidak... dengarkan aku... aku hanya ingin merobohkan senjata di tangannya..."
Dia menatap Xue Meng, dengan gugup menelan ludah.
Saat ini Xue Meng masih terbenam dalam kesedihan. Namun dia tahu, begitu Xue Meng mengangkat mata, hanya ada satu yang menunggunya - kematian.
"Cepat, minta Nyonya Wang untuk datang." Penatua Xuanji adalah yang paling tenang dari semua orang. Dia memandang Xue Meng yang masih berada di tempat yang sama, masih belum berdiri dan masih menangis. Dia berbisik kepada muridnya, "Cepat, aku takut tidak ada yang bisa menghentikan Gongzi nanti."
Melihat kematian pemimpin sekte, wajah murid itu dipenuhi air mata. "Tapi Shizun, Zhangmen melarang Nyonya datang. Nyonya tidak pernah ikut campur dalam masalah besar, dia..."
"Kenapa kau masih membicarakan itu saat ini?" Xuanji berkata, "Cepat pergi!"
Murid itu menyeka air mata dan mengangguk, berlari ke belakang gunung.
Hanya setelah pemimpin sekte meninggal, semua akhirnya mulai tenang. Di aula, ada orang-orang yang kesakitan karena luka-luka. beberapa ada yang marah, beberapa
mengatupkan bibir tanpa mengucapkan apa- apa. Seseorang berbisik, "Apa yang terjadi? Untuk kemampuan Xue Zhengyong seharusnya itu tidak terlalu banyak. Bagaimana dia tidak bisa menghindarinya?"
Mereka tidak tahu bahwa Xue Zhengyong telah ditikam oleh bidak catur di bagian-bagian vital tubuhnya di Kota Wuchang sehari sebelumnya. Mereka hanya menghela napas. "Ah, dia jadi pemimpin sudah lama, sudah tua. Sudah terlambat jadi pahlawan."
Xue Meng tidak mendengar kata-kata culas itu.
Matanya berangsur-angsur menjadi merah darah karena air mata dan kebencian. Dia menangis, terisak, dan meratap. Dan akhirnya, matanya menjadi lautan maple merah.
Dia mengangkat mata dan menatap para
penyerbu. Matanya yang murni dan tulus sudah habis terbakar saat ini. Hanya darah dan kebencian yang tersisa, juga permusuhan.
Raungan murka! Longcheng beringas!
Membunuh!
Kali ini, Xue Meng benar-benar kejam dan kehilangan kendali atas pikirannya. Dia menjerit
sepenuh paru-parunya, menjadi begitu mengerikan, kehilangan akal sehat, tidak takut mati, juga tidak takut sakit. Siapa yang bisa
menghentikannya? Tidak ada yang bisa menghentikannya!
Kuil Wubei, Gu Yueye, Aula Jiangdong, Paviliun Phoenix Api... Cih! Dia tidak bisa melihatnya! Dia hanya melihat wajah para iblis, sosok-sosok terdistorsi, dan merasa seolah berada di dalam pertempuran Api Penyucian tanpa akhir. Benci!
Mengapa?
Mengapa kerja keras dengan hati selama dua puluh tahun tidak bisa diperhitungkan, dan tidak bisa lepas dari empat-lima gosip?
Mengapa dia menghabiskan seluruh hidupnya dan hanya melakukannya demi itikad baik?
Mengapa dia memberikan kebaikan untuk mendapat permusuhan?
Mengapa kau begitu bodoh.
Darah mengalir seperti sungai.
Kata-kata siapapun tidak bisa didengar, dan
kata-kata bujukan siapapun sia-sia. Xue Meng menggila. Phoenix menginginkan darah, dan darahnya mendidih menjadi api.
Dari api muncul sepasang mata merah binatang buas. Giginya yang berdarah menggigit
tenggorokan semua orang yang mencoba menghentikannyal
💜
Di suatu pertengahan musim panas, jangkrik bernyanyi.
Xue Zhengyong tersenyum menepuk kepala Xue Meng dan bertanya, "Apa yang ingin kau lakukan di masa depan?"
"Sama seperti Ayah" Mata Xue Meng jernih ketika menjawab, "Ketika jadi pahlawan besar, kita bisa melakukan hal-hal yang hebat, menghukum kejahatan dan mendukung kebaikan. Dan hidup sesuai dengan kata-kata itu."
Darah muncrat di wajahnya, dan beberapa
orang menjerit.
Siapa yang dia bunuh?
Sepertinya saudara perempuan dan isteri seseorang.
Itu tidak masalah.
Biarkan dia mati. Mari kita bunuh. Toh, dia bukan orang yang bersih. Mereka telah datang sendiri... mereka telah memaksanya!
Xue Meng mengamuk dan membantai seperti orang edan, dan kerumunan kocar-kacir. Dia tidak bisa mendengar... tidak bisa mendengar... Sampai suara orang itu terdengar. "Meng-er."
Seolah-olah dia telah mencubit tujuh inci. Suara gemetar yang berusaha keras untuk menekan emosi.
Aroma lembut dan wangi naik di udara, dan kabut asap tersebar dari ujung jarinya.
Xue Meng tertegun.
"Tangkap dia!"
"Jangan biarkan dia menjadi gila lagi!"
Orang-orang bergegas dari segala arah.
"Meng-er..."
Xue Meng adalah macan tutul harimau yang diserang oleh sekelompok serigala. Seluruh tubuhnya berlumuran darah dan lengannya bergetar tak terkendali. Setelah pertempuran ini, dia mungkin tidak akan pernah bisa menggunakan lengan ini untuk memegang pedang lagi. Dia berkedip dan ada darah menetes dari matanya. Dia menoleh dengan
kaku. Pintu belakang Aula Danxin terbuka lebar, dan
cahaya matahari tanpa batas tumpah masuk. Nyonya Wang muncul di ambang pintu, mengenakan pakaian putih polos. Tubuhnya lemah, temperamennya lembut, dan dia tidak pernah ikut campur dalam urusan apapun. Dia
selalu seperti ini.
Sampai saat ini. Setelah mendengar berita itu. Wanita cantik dengan rambut beruban ini tiba dengan gaun basah karena linangan air mata. Xue Meng bertanya dengan suara serak dan pecah. "Ibu?"
Semua murid Puncak SiSheng membungkuk,
"Nyonya."
Para penatua juga membungkuk. "Nyonya
Wang."
Tidak ada jejak darah di wajahnya, satu-satunya keindahan adalah mutiara karang merah di anting-antingnya. Dia tidak mengucapkan apa- apa. Pertama melihat mayat suaminya dan tubuhnya goyah. Kemudian dia melihat Xue Meng ditekan dan dijatuhkan oleh seseorang di lantai. Wajahnya menjadi lebih pasi.
Para murid mengkhawatirkan tubuhnya yang lemah. Mereka takut dia akan pingsan pada saat berikutnya.
Tetapi Nyonya Wang hanya sedikit menggigil, bibirnya bergerak. Pertama, dia tidak berhasil bersuara. Namun kali kedua, dia mampu bicara. Suaranya serak, tetapi dia mencoba yang terbaik untuk tetap tenang.
"Biarkan dia pergi."
Tiga kata ini dengan lembut diucapkan kepada orang-orang yang dengan kasar menekan Xue
Meng.
Banyak dari orang-orang itu yang belum pernah melihat wajah Nyonya Wang. Sekarang setelah melihatnya, mereka merasa bahwa dia hanya seorang wanita yang sangat lemah, sehingga berkata kepadanya dengan keras, "Putramu telah membunuh begitu banyak orang.
Bagaimana bisa dibiarkan pergi?!" "Harus membawanya ke Paviliun Tianyin untuk
ditahan dan diadili!"
Mata Nyonya Wang memenuhi air mata, tetapi dia masih mengucapkan kata yang sama, "Biarkan dia pergi."
Tidak ada yang melepaskan, mereka berdiskusi
jalan buntu.
Nyonya Wang sedikit mengangkat kepala, tampak berusaha menahan air mata, namun tidak berhasil. Air mata pahit mengalir di pipinya. Dia menutup mata. Tubuhnya yang ramping gemetar, selemah angin.
💜
Seseorang berkata, "Puncak SiSheng menolak ditutup hari ini, dan melukai kultivator dunia kultivasi atas tak terhitung jumlahnya. Hal-hal yang dilakukan Mo Ran dan Chu Wanning bahkan lebih mencurigakan, jadi tidak peduli apa, mereka harus mencari keadilan - pembunuhan harus dibayar demi keadilan. Nyonya, aku tidak bisa membantu."
Nyonya Wang tidak mengatakan apa-apa, juga tidak melihat mayat suaminya lagi. Dia diam- diam berjalan melalui kerumunan yang secara sadar berpencar. Selangkah demi selangkah, dia mencapai tingkat tinggi Aula Danxin dan berdiri di depan kursi pemimpin.
Berdiri diam.
Orang-orang mulai saling bersuara, "Kematian tidak sengaja Xue Zhangmen terjadi karena kebetulan, tapi Xue Meng telah sengaja membantai.".
Itu benar, kita harus membawanya pergi." "
Suara itu seperti air pasang, bergelombang naik turun, satu demi satu.
Angin bertiup ke aula, tirai berkibar, dan udara dingin.
"Xue Meng tidak bersalah!"
REM!
Seluruh aula terkejut.
Orang yang membanting meja adalah wanita.
yang selemah semak-semak ini. Mata Nyonya Wang terbuka lebar, dan wajahnya yang cantik bunga kembang sepatu, memerah.
Dia tidak tahu bagaimana harus marah, tetapi kemarahan sudah membakar hatinya.
Dia berdiri di depan aula, tatapannya menyapu
semua orang-
"Meng-er adalah anakku, Ran-er adalah keponakanku, dan Xue Zhengyong adalah
suamiku."
Suaranya tidak keras, tapi kata-katanya jelas dan tegas.
"Kalian, menggali inti spiritual keponakanku
dan mengambil nyawa suamiku. Sekarang, di depanku, kalian masih ingin membawa anakku?"
Aula Jiangdong memiliki anggota wanita paling banyak, tetapi mereka tidak bisa memahami apa
yang paling dirasakan Nyonya Wang.
Segera, seorang kultivator wanita dengan dingin berkata, "Nyonya Wang, tolong katakan beberapa alasan."
"Itu benar. Jika keponakanmu tidak
mempraktikkan teknik terlarang, mengapa kita harus menggali inti spiritualnya? Jika suamimu tidak mendengar nasihat, mengapa ini dianggap sebuah tragedi? Jika putramu tidak membunuh orang yang tak terhitung jumlahnya, mengapa kami membawanya pergi? Wang, kau harus memiliki pertimbangan dalam pembelaanmu."
Pada saat ini, sekte-sekte yang memiliki kebencian mendalam terhadap Puncak SiSheng tiba-tiba tidak ada yang mau melepasnya pergi.
"Tutup pintu!"
"Singkirkan semua orang yang baru saja
menyerang! Mereka harus dihukum berat! Apakah kau akan melepaskan semua iblis pembunuh ini pergi?"
"Kita tidak bisa membiarkan mereka pergi, tangkap semua!"
Nyonya Wang berdiri di atas aula, menghadapi
kekacauan ini. Wanita lemah itu memejamkan mata, lalu perlahan berkata, "Almarhum ada di sini. Jika aku hidup, aku tidak akan membiarkanmu bergerak lagi dan menyentuh
satu rambut pun di Puncak SiSheng atau
menyentuh rambut di kepala anakku."
Orang-orang yang mendengar hanya menganggapnya konyol, kecuali Jiang Xi, yang ekspresinya sedikit berubah. Di samping pilar, seorang kultivator wanita dari Aula Jiangdong adalah yang pertama bicara, "Kau benar-benar omong besar tanpa malu-malu.
💜
Nyonya Wang perlahan berjalan menuruni tangga aula. Dia mengabaikan wanita itu dan berkata kepada semua orang yang menatapnya, "Kalian menindas anak yatim dan janda, apa kemampuanmu?"
Di anak tangga terakhir, dia berhenti di karpet merah gelap bersulam bunga Du Ruo, mengangkat sepasang mata yang indah. Wajahnya masih lembut, tapi matanya tegas.
Dia mengangkat tangan, bergerak, melepaskan gelang perak dari pergelangan tangannya.
Kultivator wanita yang mengejeknya menyipitkan mata, "Apa yang akan kau lakukan?"
Nyonya Wang mengangkat tangan. Entah apa sebabnya, cahaya merah menyilaukan tiba-tiba muncul di telapak tangannya. Dengan jentikan jari-jarinya, gelang perak itu benar-benar hancur menjadi bubuk halus!
Banyak orang mundur selangkah. Bahkan orang- orang Puncak SiSheng sangat terkejut sampai tidak mampu berkata-kata. Xue Meng juga terpana. Di antara kerumunan, hanya ada Jiang Xi - hanya Jiang Xi.
Dia menatapnya. Wajahnya sangat jelek, tetapi sama sekali tidak terkejut.
"Puncak SiSheng, tidak akan pernah berubah. Semua orang, jika ingin menutup pintu, maju-"
Nyonya Wang menyapu sisa bubuk gelang perak dan mengangkat mata, mengatakan sesuatu yang membuat semua orang tercengang.
"Lawan aku."
.
.
.
.
######💜💜💜