The Past: What If Kisah Araf...

De Rtan04

1.4K 215 13

Tidak pernah terlintas sedikitpun di pikiran Araf bisa menyukai seorang gadis yang bernama Renata. Gadis yang... Mai multe

Prolog
Bodoh
Apa Yang Gue Lakuin?
Sapu Lidi
Pensiun Dini
Embun
Info Perihal Update
The Power Of Renata
Encok

Jagung

89 15 0
De Rtan04

Araf mengusap leher belakangnya yang sedari tadi terasa merinding. Ia menggelengkan kepalanya saat pikiran aneh satu persatu mulai memasuki pikirannya.

"Cuma perasaan gue." Gumam Araf.

Kembali melanjutkan tugasnya, Araf berusaha fokus mengerjakan tugas itu agar cepat selesai. Ia ingin segera pulang dan beristirahat setelah menerima banyaknya laporan yang sulit masuk di akal terkait lingkungan sekolah akhir-akhir ini.

"Setan? Hantu?" Ucap Araf.

Setelah mengatakan itu, Araf teringat dengan satu orang. Ia memegang dagunya sendiri sembari berpikir dan menganggukkan kepalanya setelah itu.

"Kalo dia gue percaya." Sambung Araf.

Menutup tugasnya, ia pun mengambil tasnya yang ada di sofa. Cukup sudah untuk hari ini berada di ruang osis dan mencoba memecahkan tugas dari laporan-laporan tentang makhluk tak kasat mata itu.

"Terserah mereka mau bilang apa. Yang penting gue-"

Tak melanjutkan perkataannya, Araf langsung terdiam. Ia merasakan ada sekelebat angin lewat dari belakangnya dan membuat bulu kuduknya makin merinding.

Namun saat melihat dari dalam ruangan, Araf tersenyum miring. Ia sudah yakin jika hantu yang meresahkan murid-murid adalah gadis aneh dan stres yang bernama Renata.

"Udah gue tebak pasti dia." Ucap Araf.

Berjalan membuka pintu ruangan, Araf langsung mengikuti langkah Renata dari belakang dengan pelan agar tidak ketahuan.

"Mau ngapain dia?" Gumam Araf.

Berhenti di balik tembok, Araf terus memperhatikan Renata. Ia bersembunyi di perbatasan gedung belakang sekolah dan mengangkat satu alisnya tinggi saat melihat apa yang dilakukan gadis itu di sana.

Sedangkan Renata, ia melempar karung besar yang sedari tadi di seretnya. Ia merentangkan kedua tangannya dan menghembuskan napas lelah.

"Bjirrr!!! Capeknya!!!" Teriak Renata.

Melihat keadaan sekitar, Renata sedikit merinding. Ia merasa jika dirinya sedari tadi seperti ada yang memperhatikan dan mengikutinya ke tempat ini.

"Rumornya di sekolah ini lagi ada uka-uka ya?" Gidik Renata takut-takut.

Menarik napas dalam dan membuangnya secara perlahan, Renata langsung menutup mulutnya. Ia celingak celinguk untuk memastikan tidak ada siapapun di sekitarnya.

"Anjir! Isi atas buang bawah gue!!! Bisa-bisanya gue malah kentut!!!" Umpat Renata.

Mengambil karung yang tadi di lemparnya, ia langsung mengeluarkan isi-isi yang ada di dalam karung itu. Renata menyusun banyaknya tempurung kelapa yang sudah tidak terpakai dan mulai membakarnya dengan korek api.

"Bjirrr!!! Merindu gue!" Gidik Renata.

Melihat tempurung kelapa yang sudah terbakar, Renata pun menggosok kedua tangannya dengan bahagia. Ia kembali mengambil karung tadi dan mengeluarkan beberapa buah jagung dari dalam sana.

"Bodo amat la katanya ada uka-uka disini! Yang penting perut gue kenyang menikmati hasil panen dadakan!" Girang Renata.

Saat sedang asik-asiknya mengeluarkan jagung, Renata tidak menyadari jika Araf datang dan berdiri di belakang tubuhnya. Laki-laki itu melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap aneh gadis itu.

"Ngapain lo?" Tanya Araf.

Mendengar itu, Renata terkesiap. Ia langsung menoleh ke belakang dan memukul kaki Araf dengan kesal.

"Ngagetin aja lo kuda laut!" Kesal Renata.

"Ngapain?" Ulang Araf.

"Menurut lo?!"

"Lo mau bakar sekolah ini?"

"Lo kalo punya cocot di jaga ya! Gue geprek juga lo!"

Araf hanya diam dan menatap datar Renata yang heboh sendiri di tempatnya. Ia memperhatikan beberapa jagung yang ada di dekat karung dan menunjuk jagung itu.

"Nyopet dimana lo!" Tanya Araf kembali.

"Nyopet bapak lo! Hasil jerih payah gue ini!" Jawab Renata ngegas.

"Matikan api itu dan beresin semuanya."

"Aelah! Nanti aja lah! Gue mau makan jagung bakar!"

Mendengar perkataan Renata, Araf hanya bisa menghela napas. Entah kenapa dirinya selalu bisa mengalah kepada gadis ini dan tidak bisa tegas kepadanya seperti yang ia lakukan kepada murid lain.

"Mana?" Tanya Araf.

"Apanya?" Tanya Renata balik.

"Untuk gue mana?"

"Apanya yang untuk lo apa?"

"Jagung."

"Oh, jangung! Ngemeng yang jelas dong dari tadi!"

Renata mengambil satu jagung yang ada di sampingnya dan memberikannya kepada Araf. Lalu, ia mulai membuka kulit jagung itu dan menusuknya dengan tusukan yang agak panjang agar bisa di bakar.

"Ngapain lo liatin itu jagung dengan nafsu? Belok ya lo?!" Tanya Renata.

"Gimana cara bukanya?" Jawab Araf.

"Ck! Muka doang visual!"

Mengambil jagung yang ada di tangan Araf, Renata kembali melakukan hal yang sama seperti saat dirinya membuka jagung tadi. Ia mengembalikan jagung itu setelah selesai dan fokus membakar jagung miliknya.

"Ngapain lo bakar jagung di sekolah?" Tanya Araf.

"Laper gue." Jawab Renata.

"Makan di rumah kalo laper."

"Bonyok gue belum pulang. Lagi pada moon honey trus bibi di rumah juga di bawa pergi."

"Masalahnya?"

"Gue lupa bawa kunci! Nanti malam mereka baru pulang dan gue harus nunggu malam nanti!"

"Ini udah sore. Bentar lagi malam."

"Kepo lo kayak Dora!"

Tersenyum kecil, Araf memperhatikan penampilan Renata. Kenapa seragam gadis itu acak-acakan dan menjadi sangat kotor seperti ini.

"Baju lo kenapa?" Tanya Araf.

"Biasa. Baru siap perang." Jawab Renata.

"Perang? Maksudnya?"

"Tau ah! Kesel gue ngomong sama lo!"

"Lo dapat jagung ini darimana?"

"Panen di kebun yang ada dekat ujung jalan sana."

"Panen? Lo yang punya?"

"Ya enggak lah! Gue tadi udah izin kok sama pemiliknya!"

"Izin gi-"

"Tapi diam-diam! Jiah!!!"

Tentu saja, mendengar perkataan Renata membuat Araf menggelengkan kepalanya. Ia tidak habis pikir dengan gadis ini yang selalu bisa membuat hal di luar nalar dan akal sehatnya.

"Ternyata lo emang nyopet." Ucap Araf.

"Dih! Gue minta ya! Meskipun diam-diam di dalam hati!" Ucap Renata sewot.

"Lo ngambil diam-diam sama dengan lo nyopet."

"Nyopet apaan dah?! Gue gak ngambil dompet pemilik kebun itu!"

"Tapi lo ambil jagungnya."

"Beda dong!"

"Apanya yang beda?"

"Gue cuma ambil jagungnya!"

"Sama aja kan?"

"Apanya yang sama?!"

"Sama-sama ngambil milik yang punya kebun itu."

"Lo kira gue maling?!"

"Iya."

"Beda dong!"

"Apanya yang beda?"

"Lo bilang tadi gue nyopet padahal gue gak nyopet! Lo bilang gue maling tapi gue gak maling?!"

"Trus? Apa bedanya? Nyopet dan maling?"

"Ya-"

"Sama-sama ngerampas dan ngambil milik orang lain."

Memilih diam, Renata memasang wajah masam mendengar perkataan Araf. Ia kembali fokus membakar jagungnya dengan wajah serius.

"Lo gak takut?" Tanya Araf kembali.

"Takut apa?" Jawab Renata.

"Katanya di sekolah ini angker."

"Tau. Tapi bodo amat. Gak percaya gue."

"Ini udah mendekati senja. Yakin lo?"

"Lo nanya mulu dah! Lo sendiri ngapain masih di sekolah udah mau senja gini?!"

"Gue orang sibuk."

"Jijik banget jawaban lo!"

"Lo yakin? Disini gak ada hantu?"

"Yakin!"

"Lo gak ngerasa merinding?"

"Eng- merinding sih. Tapi-"

Tak!

Renata dan Araf langsung terdiam begitu mendengar dari arah belakang mereka terdengar suara lemparan. Keduanya saling berpandangan dan mengerutkan kening masing-masing.

"Siapa yang ngelempar?" Tanya Renata.

"Mana gue tau." Jawab Araf.

"Lah? Trus siapa dong?"

Tak!

Lagi, bunyi lemparan kembali membuat atensi mereka berdua melihat dengan jelas darimana asalnya lemparan itu. Dengan perlahan, Araf dan Renata melihat ke atas pohon yang ada di dekat mereka dan melihat sosok wanita berbaju putih sedang duduk di atas pohon sembari menguncang-nguncang kakinya sedang memperhatikan mereka berdua dengan menyisir rambut panjangnya.

Melihat itu, Renata dan Araf langsung pucat dan keringat dingin. Keduanya refleks menjatuhkan jagung yang ada di tangannya dengan napas mulai tak beraturan.

"Woi! Lo ngapain ngakak ngikik di atas sana?! Kocak lo!" Teriak Renata sambil tertawa ketakutan.

"Bodoh!" Umpat Araf.

"Kakinya mana, Tub?!"

"Tub? Apaan?"

"Kutub! Yaelah! Malah QnA lagi lo!"

"HIHIHIHI!!!"

Sontak saja, mendengar makhluk itu tertawa membuat Renata dan Araf langsung berdiri. Mereka berdua dengan cepat berlari pontang panting dan saling tarik menarik untuk melarikan diri saking takutnya dengan sosok yang baru saja di bicarakan.

Berbeda dengan makhluk itu, ia tersenyum lebar dan menyeramkan sambil terus menatap Araf yang menarik perhatiannya. Dirinya akan mengikuti laki-laki itu karena wajahnya sangat tampan dan itu membuatnya suka.

"Human ganteng, Hihihihi!!!" Ucapnya.



25 Maret 2024


Continuă lectura

O să-ți placă și

1.5M 128K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
5.9K 634 18
𝘋𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘊𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘯𝘪𝘴 𝘥𝘪 𝘕𝘶𝘴𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢. 𝘒𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘊𝘰𝘢𝘴𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘥�...
2.1K 467 12
Anak bungsu bernama Alzena Rajendra, di Rumorkan memiliki penyakit mematikan. Sehingga orang-orang sampai begitu penasaran dengan sosok Zena anak dar...
Sincerity [✔] De feylin

Ficțiune adolescenți

54.3K 5K 37
Sejak kecil kehidupan Bae Irene sudah menderita karena menerima kenyataan keluarganya membuangnya ke paviliun. Semua itu terjadi karena ia bukanlah a...