NATAREL (SELESAIโœ”๏ธ)

Von Park_sooyang

4.4K 2.4K 749

Budayakan membaca deskripsi sebelum terjun ke cerita๐Ÿ”ช Ada satu insiden yang membuat Rea, si anak baru yang k... Mehr

Prolog
1 | Kerusuhan
2 | Uang Kembalian
3 | Kacamata
4 | Intrepide
5 | Kunci Motor
6 | Apartemen
7 | Ponsel Keramat
8 | Diborgol Polisi
9 | Penyesalan Rio
10 | Taruhan
11 | Mysterious Rider
12 | Pacar Settingan?
13 | Mau Bolos Bareng?
14 | Sandiwara
15 | Sport Merah
16 | Ide Gila Dua Murid Gila
17 | Revan VS Nata
18 | Bakmi Iblis
19 | Lunch
20 | Night Screams
21 | Tanpa Kabar
22 | Dikejar Pasukan Gen Petir
23 | Purnama
24 | Dramatis
25 | Panic Attack
26 | Trik Psikologi
27 | Dialog Senja
28 | Perasaan Konyol
29 | Rea Berbohong
30 | Kehadiran Oma
31 | Kaos Olahraga
32 | Aksi Zizad Lagi
33 | Secangkir Matcha
34 | Tanding Voli
36 | Kevin Mencurigakan
37 | Tabiat Kevin
38 | Perkara Cokelat
39 | Gerbang Sekolah
40 | Anak Jalanan
41 | Hareudang
42 | Komplikasi
43 | Atas Jembatan
44 | Keduanya Ketiduran
45 | Dunianya Hancur
46 | Kegiatan Baru Nata
47 | Skandal
48 | Ambigu
49 | Celaka Karena Rea Lagi
50 | Sandiwara Lagi
51 | Gentleman Sesungguhnya
52 | Terlibat Kebakaran?
53 | Ulah Geng Ferdian Lagi
54 | Bukti Ketulusan Nata
55 | Hidup Untuk Apa?
56 | Confess di Kuburan dan Duka
57 | Candu Baru
58 | Menjelajah Rumah Pacar
59 | Gosip Gila
60 | Uji Nyali
61 | Night Changes
62 | Ruang Siaran
63 | Luar Jakarta
64 | Semuanya Telah Usai
65 | Danau, Hujan, Momentum
66 | Remuk Redam
67 | Nata Yang Sebenarnya
68 | Dare Romantis
69 | Ibu Kandung Sebenarnya
70 | Nata Akan Pergi
Extra Part

35 | Hangout Penuh Drama

35 17 4
Von Park_sooyang

"Kadang gue iri, deh, sama kalian, bisa deket sama ortunya masing-masing."

"Lo salah, Ra. Nggak semua orang kehidupannya bisa kayak lo. Ada yang kayak gue, ada juga yang kayak lo, beda-beda, Ra. Tapi, lo mestinya bersyukur karena lo paling serba berkecukupan di sini,"

•••

"Gimana, sih, yang milih lagunya di sini. Norak banget nggak, sih, lagunya? Kayak jaman-jaman baheula."

"Yeee, sok tau lo, Zar. Kayak udah lahir aja." Karin yang menyahut begitu yang lain mengangguki saja ucapan Zara. "Eh, Re, gimana, gimana, jalan sama Kevin?" tanya Karin penasaran sekaligus berhati-hati karena di depan mereka adalah para cowok yang salah satunya dikenal sebagai pacar Rea.

Otomatis pertanyaan itu membuat anak-anak nyaris bersamaan menoleh ke narasumbernya.

"Biasa aja."

"Lo keluar dua kali, emang Oma lo nggak ngomel?" tanya Nata. "Apalagi sekarang udah malem."

"Santai, Oma lagi diajak kumpul sama temen-temennya yang pesta."

"Oma yang gaul."

"Eh, tumben amat si Bang Sat ikut nongkrong?" tanya Rea begitu menyadari ternyata ada Satria.

"Apa lo bilang?"

Rea menyesap americano-nya sedikit. "Tumben lo ikutan nongkrong." Kemudian, mengaduk-aduknya guna melarutkan bubuk dibawah yang sedikit belum larut.

"Nggak," geleng Satria. "Tadi, yang tadi."

"Apa, Bang Sat?"

Satria menggebrak pelan meja di depannya membuat beberapa minuman sedikit goyah. "Kampret lo, Re."

Alis Rea berkerut. "Lah, kan, emang Satria. Gue panggil 'Bang' kagak mau."

"Ya gue ogah orang kita sekelas."

"Serah gue, lah, orang tuaan lo juga."

"Ya gue yang punya nama kagak terima."

"Tapi gue pengen panggil 'Bang' emang nggak boleh?"

"Nggak."

"Pelit! Kalo si Audrey pasti nggak nolak, tuh."

Zara sedikit tertawa. "Ya, iya, lah, Re. Lo baru tahu? Orang alesan si sesat ke sini aja karena ada Audrey."

"Sesat, sesat," Satria protes tidak terima nama baiknya dijelek-jelekkan untuk ke dua kali. "Kagak ngaca lo, bini Jupri!"

Zara mendelik ke arahnya tidak terima sementara nama yang disebut-sebut terakhir juga mendelik, lantas menggeplak bahu Satria di sebelahnya.

"Eh, girl, gue ada tebak-tebakan, nih. Yang bisa jawab gue yang traktir," ucap Jacky dan tampak menggiurkan para gadis di depannya. Di sebelah kanan cowok itu ada Farel, sementara sebelah kiri, Satria, kemudian Nata.

"Apa, apa, pertanyaannya? Drey suka dikasih pertanyaan," kata Audrey antusias begitu menjauhkan minumannya.

Kalau melihat Audrey seperti itu, bagi Satria sangat menggemaskan apalagi gadis itu menyebut-nyebut namanya sendiri saat berbicara, bukan dengan embel-embel 'aku-kamu' atau 'lo-gue'.

Jacky terlihat serius menyiapkan pertanyaan. "Kalian tahu hewan, hewan apa yang kalo diinjak-injak tapi nggak bisa ngomel?"

Keempat gadis itu menganga setengah tidak paham dengan pertanyaan itu. Terlihat mereka tampak sama-sama berpikir, memutar otak. Tapi sepertinya seumur hidup Audrey, dia baru sekarang merasakan otaknya berjalan lambat begitu dikasih pertanyaan dari Jacky, begitu juga dengan Nata yang sekarang diam-diam ikut berpikir walaupun pertanyaan itu bukan untuknya. Sialnya, itu pertanyaan jebakan.

"Hayo, ada yang bisa jawab nggak? Kalo nggak gue cancel, nih." Jacky tampak menahan tawa puas, sepertinya pertanyaan yang diajukan memang bisa menjebak siapa saja, membuat otak cerdas yang biasanya bekerja lancar, seketika nge-blank.

Para cowok juga terlihat sama-sama tengah berpikir.

"Semut." Farel yang pertama kali menjawab, namun digelengi oleh Jacky dengan senyum jahilnya.

"Tikus?"

Jacky menggelengi jawaban ragu Satria.

"Buaya, monyet, serigala."

Jacky menggeleng lebih cepat dengan puas begitu mendapati Farel yang tampak ngotot menjawabnya walau tahu pasti pada akhirnya tetap salah. "Lo coba injek mereka, yang ada lo jadi bagian dari mereka, orang muka lo persis."

Semuanya tertawa.

"Drey tahu, pasti ikan, kan?"

"Bukan."

Audrey mengerucutkan bibirnya. "Ikan, kan, cuma gerak-gerak kesakitan kalo diinjek terus mati deh," jawab Audrey polos.

"Tapi jawabannya bukan ikan, Drey gemes."

"Nat, lo, kan, pinter, pasti lo tahu jawabannya."

Nata menyipitkan mata sebentar begitu ditodong Rea dan membuat mereka menoleh ke arahnya, menunggu jawaban yang keluar dari cowok genius itu. "Gue kayak pernah ditanya kayak gitu... tapi lupa."

Para gadis mendesah kecewa.

"Apa jawabannya, Jup?" tanya Farel putus asa.

"K-"

BRAK!

"Bentar!!" bentak Zara diiringi gebrakan meja, mengejutkan semua pengunjung. Gadis itu menyorot Jacky tajam dan curiga. "Kuda, kan?!" jawabnya ngotot.

Jacky menggeleng santai dengan kedua lengan yang dilipat di depan dada sambil menyenderkan punggungnya di punggung sofa. "Udah, lah, yang lain pada nyerah-"

"Kodomo!"

"Salah."

"Komodo!!!" Semua anak mengoreksi nama hewan yang Zara sebut kecuali Jacky yang tertawa ngakak sementara Zara sendiri memejamkan mata sebentar, tidak malu, memang dia lupa.

"Ah, ya, itu, apalah, kagak tahu gue."

"Jawabannya-"

"KUDANIL, KAN?"

Jacky menggeleng dengan satu helaan nafas. Zara makin ngotot saja walaupun jawabannya sudah salah semua. Zara masih menjawab, menyebutkan beberapa hewan dan selalu digelengi oleh Jacky. Yang lain tampak tertawa dan menahan tawa seolah tengah menyaksikan pertunjukan gratis.

Padahal mereka setiap hari tidak pernah absen menyaksikan pertengkaran kedua sejoli itu di kelas, tapi kalau disaksikan lagi-lagi selain di area ruang kelas juga tidak apa-apa, karena pasti akan selalu mencairkan suasana, terkesan lucu dan menggemaskan. Sudah banyak yang berpikiran sama kalau mereka mending dijodohkan saja. Tapi jelas kata itu ditolak mentah-mentah oleh telinga Zara dan Jacky.

Gelengan Jacky yang terus menerus mengalir seperti air, menilai jawaban Zara semakin menjadi-jadi, seolah dia tengah melakukan dzikir tahlil hingga pada akhirnya Zara menyerah setelah lelah sendiri, sementara tawa mereka masih tersisa sedikit.

Jacky cekikikan puas. "Jadi, lo nyerah, nih?"

"Hm, apa jawabannya? Buru!" sentak Zara tidak sabar dilanda rasa penasaran, begitu juga dengan teman-temannya yang menanti-nanti sebelum Zara menyerah tadi.

"Hewan yang diinjak-injak nggak marah itu: kera-mik."

Hening.

Farel menggaruk-garuk kepalanya bingung, otaknya masih berjalan begitu lambat, sementara yang lain membatin dalam hati kalau jawabannya memang masuk akal, tapi sama saja menjebak semua orang yang belum tahu.

"Bener, kan?" tanya Jacky dengan nada sombong seolah merasa puas telah mengajukan jawaban yang paling benar begitu yang lain justru susah menjawab, seolah dia yang terpintar kalau soal tebak-tebakan.

"Terserah!" Zara sudah memasang gestur hendak menonjok gregetan, tapi Rea mencegahnya hingga membuat Zara urung tengah jalan.

"Lagi, nggak? Lagi, nggak?" tawar Jacky antusias.

Nata mengangkat kelima jemari. "Sekarang gue." Otomatis semua kepala fokus terhadap sumber suara yang hendak mengajukan pertanyaan. "Hewan apa yang kerjaannya bersih-bersih?" Lelaki itu memasang smirk tengilnya.

"Sapu!" Zara, Rea, Jacky, dan Farel menjawab kompak. Namun sayang, gelengan Nata menghancurkan ekspetasi ketiganya.

"Hewan, blok!" sahut Nata.

"Pelampung."

Mereka bertujuh tertawa karena jawaban Rea.

"Hewan, Re, Hewan," jelas Nata lagi-lagi menekan ucapannya.

Rea merenggut. "Lah, tadi, pertanyaan Jupri hewan, jawabannya malah benda mati," ucapnya polos, membela diri.

Jacky menepuk jidatnya. "Kan ada hubungannya, Rea. Jawaban gue ke-ra terus ada tambahan 'mik'-nya. Jadi bener dong, keramik," protesnya memperjelas.

Para perempuan serempak menyahut, "Sama aja!"

"Nahhh, gue tahu, gue tahu," kata Farel tampak terlihat bahagia seolah menemukan jawaban setelah beberapa saat memutar otak. "Pasti kucing, kan?"

"Kenapa jawaban lo bisa kucing?" Nata bertanya.

"Gue liat-liat, dan lo semua pasti juga pernah liat kalo kucing sehabis kencing atau BAB langsung dikubur."

"Apanya?"

"Kotorannya."

"Kirain kucingnya."

"Ih, bukan, Rel," sahut Audrey terlihat gemas dengan jawaban Farel. "Jawabannya pasti ikan sapu-sapu, kan, Nat?" Gadis polos itu menjawab tanpa ragu.

Para gadis terlihat menganga antusias dan merasa jawaban Audrey ada benarnya juga.

Nata mengangguk-angguk santai. "Seribu ratus buat lo."

Semua anak kecuali Audrey bertepuk tangan takjub menyorakinya, sementara Satria yang mengoreksi ucapan Nata menggeplak bahunya. "Mana ada angka seribu ratus?"

Jacky mengangkat kelima jemarinya. "Kalo hewan yang nggak bisa dimakan?" Pertanyaan itu diajukan spontan, semua bebas menjawab.

"Banyak, lah," sahut Zara cepat. "Anjing, babi."

"Itu, mah, yang haram, pinter," komentar Jacky.

"Ya apa bedanya hewan haram sama yang nggak bisa dimakan? Jebak melulu pertanyaan lo."

"Kan emang dari tadi pertanyaannya jebakan, bilang aja otak lo lagi geser."

Zara berkecak pinggang tersinggung. "Heh! Siapa bilang otak gue geser? Lo nggak ngaca? Pertanyaan lo sama aja lo yang dapet untung sendiri!"

"Bukan gue doang, si Nata juga."

"Kan Audrey bisa jawab."

BRAK!

Rea berdiri seiring dengan gebrakan meja membuat seisi meja dibuat terkejut untuk kedua kali. "Kalian berdua kalo mau KDRT jangan di hadapan kita-kita, dong. Sana, di neraka!"

Zara sudah membuang muka merajuk. Tidak sudi menatap wajah Jacky di depannya.

Jacky menunjuk-nunjuk Zara, tapi tatapannya tertuju pada Rea. "Dia aja yang pantes di neraka."

"Skip, skip! " lerai Karin, frustasi menghadapi teman-temannya yang bergaduh sendiri. "Next buat jawaban Jacky tadi."

Farel sudah menidurkan kepalanya di atas meja. "Elo, mah, suka banget dikasih pertanyaan, Rin. Giliran di sekolah sebaliknya," celetuknya.

Karin menyengir lucu.

Kelima jemari Audrey terangkat dengan raut antusias, membuat perhatian teman-temannya lagi-lagi teralihkan. "Drey tahu, hewan yang nggak bisa dimakan. Bukan anjing, babi, atau hewan yang ada taringnya. Bukan hewan yang haram dimakan. Tapi bikin kita sakit per-"

"Kadaluwarsa," potong Nata cepat. "Kadal, strip, uwarsa, kan?" Cowok itu meminta pembenaran dari Jacky, sementara Audrey mengerucutkan bibir, kesal jawabannya dicuri.

"Harusnya, kan, Drey yang jawab! Nata nyebelin!"

Selain Audrey, mereka tertawa menyadari ekspresinya yang kelewat lucu.

"Makannya, jawab jangan lama-lama," celetuk Nata sambil menyentil dahi Audrey. "Jacky tuh butuh jawaban, Drey, bukan penjelasan. Lo kira kita lagi diskusi kelompok?"

Mereka tertawa lagi.

"Eh, eh, btw, pada dapet undangan anak Bahasa nggak?"

Para cowok tengah berebut isi satu snack begitu pertanyaan Zara keluar setelah gadis itu menyeruput minumannya sedikit.

"Iye, lah," sahut Farel sambil menyantap isi snack rakus, lalu ekspresinya berubah sedikit tercengang. "Gila aja tuh, satu sekolah diundang semuanya, kan?"

Zara mengangguk-angguk membenarkan. Gadis itu juga mengeluarkan cemilan-cemilan ke atas meja untuk dibagikan kepada teman-teman ceweknya.

"Semuanya hampir seribu enam ratus tujuh orang termasuk ketos galak itu?" Rea memastikan setengah ikut tercengang.

Zara menepis kasar tangan Jacky yang hendak mengambil salah satu cemilannya tanpa permisi.

"Ya, iya, lah, Re." Nata menanggapi pertanyaan Rea. "Lo pikirin aja, ngapain juga lo yang anak IPA kesangkut undangan kalo nggak diundang semua? Btw, lo udah kenal belum sama si anak Bahasa itu?"

"Violet, kan?" jawab Rea ragu-ragu.

"Kenal anaknya yang mana?"

"Kagak."

"Huuuu!" Mereka bersorak serempak kecuali Rea yang cengar-cengir.

"Bayangin aja, semeriah dan segempar apa tuh acara ntar," timpal Karin.

"Ntar kalo lo bingung lokasinya di mana, tinggal ngomong sama kita-kita, Re. Ya, nggak, guys?" kata Zara menyenangkan, dan langsung disetujui semuanya.

"Eh, tapi, acaranya itu disuruh berpasang-pasangan, kan, ya?" tanya Karin ragu-ragu sambil mengaduk-aduk jusnya. Bahunya melemas diiringi helaan nafas. "Gue ntar pasangan sama siapa, dong?"

Jacky mendengus bersamaan dengan punggungnya yang dibanting ke punggung sofa. "Elahhh, ribet amat yak, pake acara berpasang-pasangan segala. Kayak mau kondangan aja." Jemari cowok itu meraih minuman yang tinggal sedikit di depannya, lalu menghabiskannya.

"Ya, kan, ada acara dansanya juga?" respons Audrey polos.

"Ya terus, kalo yang jomblo harus dansa sama pohon?"

Sebagian tertawa karena pertanyaan Farel dibarengi ekspresinya yang seolah-olah hendak menerkam Audrey yang terlihat sedikit ciut.

"Pada kagak mau makan, nih?" tawar Jacky, lalu dibalas gelengan para cewek.

"Ntar makan buryam di deket rumah sakit permata aja, yuk?" ajak Zara, menoleh ke kanan-kiri, sedikit antusias meminta persetujuan teman-teman ceweknya.

"Boleh."

"Oke."

"Mau nggak, Re?" tanya Zara begitu menyadari hanya Rea yang diam saja.

"Gue ntar langsung pulang aja, deh, sorry."

"Okelah, santai."

"Wah, orkay kayak lo makan di begituan, Ra?" heran Satria setengah tidak percaya.

"Iya. Udah sering dia, plus, lebih seneng makan di luar daripada di rumahnya sendiri." Karin yang menyahut, seolah hafal betul bagaimana keseharian sahabatnya. "Aneh, kan?" Gadis itu melirik Zara yang hanya cengengesan.

Kini Farel yang bertanya, "Emang kagak ada yang masakin, Ra?"

"Boro-boro Momski gue masak, Rel. Masuk ke dapur aja udah jadi suatu keajaiban. Biasanya, gue makan makanan para chef bintang lima. Tapi, lama-kelamaan bosen juga."

Jacky menyorot Zara curiga. "Itu curhat apa mau pamer?" sinisnya tajam. Menahan keinginan untuk baku hantam dengan Zara, mungkin efek tadi berdebat dengannya masih terasa kesal sampai sekarang.

"Dua-duanya," jawab Zara santai dibarengi senyuman menjengkelkan, membuat sebagian dari mereka mendengus. "Kadang gue iri, deh, sama kalian, bisa deket sama ortunya masing-masing."

"Lo salah, Ra." Rea protes. "Nggak semua orang kehidupannya bisa kayak lo. Ada yang kayak gue, ada juga yang kayak lo, beda-beda, Ra. Tapi, lo mestinya bersyukur karena lo paling serba berkecukupan di sini," ujar Rea sedikit bijak.

Jacky bersiul terkesima. Sepertinya hari ini adalah hari pertama mereka mengetahui kalau Rea ternyata tidak sebodoh keliatannya, tapi bisa berkata-kata bijak juga.

"Mantap, Re."

"Kereeeennn."

"Ah, udah, ah. Mau pulang aja, males diledekin melulu." Rea berdiri begitu menyadari ekspresi teman-temannya, seakan merasa diledek. Mereka sontak mencegah Rea dibarengi tawa yang ditahan.

"Tapi, harta buat apa, kan, kalo kasih sayang nggak dirasakan?"

Semuanya terdiam mendengar keluhan Zara. Mendadak suasana melankonis, sebelum Jacky berpura-pura batuk.

"Rea, lo kenal sama anak itu?" Jacky menunjuk seorang gadis bersama dua temannya tengah berkerubung memilih-milih menu.

Spontan teman-teman Jacky mengalihkan pandang, mengikuti arah telunjuk Jacky yang langsung ditepis Farel dua detik berikutnya.

"Jangan nunjuk-nunjuk, bego. Ntar orangnya liat."

Pandangan Rea masih tertuju pada tiga gadis tengah mengobrol di salah satu meja, tidak terlalu jauh dari keberadaan mereka. Tapi tetap saja ketiga gadis itu tidak sadar dengan kehadiran mereka.

"Oh, itu namanya Vela, kan? Anak IPS-5, udah punya pacar seangkatan, setahu gue. Dia juga anggota cheerleaders, kan, Rin?"

Yang ditanya mengangguk.

Jacky akhirnya berhasil membuat suasana kembali stabil dengan pengalihan topik.

"Nggak apalah punya pacar, berarti saingan lo cuma satu, Jup, pacarnya," timpal Farel seolah hafal betul maksud terselubung pertanyaan Jacky tentang salah satu dari ketiga gadis itu. "Coba kalo masih jomlo, saingan lo banyak, Jup."

Jawaban Farel kontan membuat Rea tertawa geli. Tak heran kenapa gerombolan mereka dijuluki gerombolan 'tukang rusuh'. "Jacky tuh gayanya aja sok playboy, tapi dia tuh nggak pernah mutusin cewek," lanjut Farel. "Dianya yang diputusin-"

Belum sempat Farel menyelesaikan ceritanya, Jacky bergegas berdiri membekap mulut Farel hingga membuat Farel memberontak, berusaha melepas bekapan Jacky yang menahan malu.

"Kampret lo, Rel! Jangan buka kartu, nyet!"

Lagi-lagi tawa mereka pecah.

•••

Part kali ini ngebosenin, ya?

Haha, sori, Bro. Ambil yg seru² dan pastinya yang positifnya aja, ya!

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

907K 89K 49
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
4.4M 262K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
17.8K 2.2K 64
Ini tentang LASKAR, LAURA dan LUKA. ***** Laskar artinya prajurit. Diharapkan ketika dewasa Laskar bisa setangguh prajurit. Tapi kenyataannya Laskar...
1.3M 152K 35
"๐‘๐ข๐ซ๐ข ๐ข๐ญ๐ฎ ๐ฅ๐ž๐›๐ข๐ก ๐๐š๐ซ๐ข ๐ฌ๐ž๐ค๐ž๐๐š๐ซ ๐ญ๐ž๐ฆ๐ฉ๐š๐ญ ๐ฉ๐ฎ๐ฅ๐š๐ง๐ , ๐ค๐š๐ซ๐ž๐ง๐š ๐๐ข๐š ๐ฌ๐ž๐ ๐š๐ฅ๐š๐ง๐ฒ๐š ๐›๐ฎ๐š๐ญ ๐ ๐ฎ๐ž." Urutan baca k...