Buntelan kapas

By sky_skyna01

2.1K 200 4

AKA & AEL Bagaimana jika si bungsu dan si bungsu berpacaran? Dua pasangan bungsu yang sifatnya sangat berbeda... More

Mulai dekat.
Will you be my lover?
Hasta romantis?
Possessive older sister
Tongkrongan
Leader haka
Jenjang lebih serius?
Si centil
for my skyness

Pertama kali ketemu.

642 53 3
By sky_skyna01

Karel menoleh ke segala arah.

"Oh no.. aku tersesat."

Ia kembali beranjak walau kakinya sudah lemas. Saat melewati sebuah taman karel, bocah itu tak sengaja menabrak seseorang.

"Lo gapapa?" tanya seseorang yang suaranya terdengar asing.

"G-gapapa." karel berkata demikian.

"Sini biar gw bantu!" Ucapnya sembari menjulurkan tangannya dan karel meraihnya.

"Gw duluan ya!"

"Ah iya maaf untuk tadi!"

"Iya!"

Mereka berpisah.

"Bocah tadi lucu." Batin orang itu.

Hari sudah mulai gelap, dan karel masih berjalan di tempat yang asing itu.

"M-mama.. karel t-takut.." isaknya.

Hari menunjukan pukul tujuh malam, karel duduk di bangku halte bus. Bingung ingin apa, ia tidak membawa sepeserpun uang dan handphonenya lobat.

"Lo yang tadi ya?" suara itu membuyarkan lamunannya.

Karel menoleh, "Iya."

"Lo lagi nunggu jemputan ya?"

"Iya." ucap karel berbohong tentunya.

"Yaudah gw tunggu disini sampe lo dijemput."

"Ehh gausah! Ini masih lama!"

"Gapapa." Ucapnya sembari duduk di samping karel.

"Mampus, mampus, mampus, ini gimana?" batin karel.

"Lo kenapa?" tanya orang itu dan karel menggeleng.

"Ughh.." Karel memegang perutnya yang nyeri.

"Lo beneran gapapa?"

"Iya gapapa."

Tigapuluh menit berlalu.

"Lo beneran di jemput?"

"Iya kayaknya."

"Yaudah sini biar gw anter."

"Gausah!"

Terdengar decakan kesal milik orang itu,
"Sini!" Ucapnya sembari menarik paksa karel.

"Akh.." karel merintih.

"Lo kenapa?"

"M-mama.. s-sakit.."

"M-mama.. i-ini -sakit b-banget.."

Karel pingsan.

"Sialan."

Ia bernama Hakara jonathan, seseorang yang terkenal di kalangan remaja perempuan. Omong-omong karel bocah itu sedari tadi sedang berada di gendongan milik hakara. Haka juga melepas jaketnya dan mengenakannya kepada si bocah karel. Mereka sedang menunggu jemputan karena hakara membawa motor bukan mobil.

Setelah sampai di rumah sakit, karel pun ditangani dan penyebab ia pingsan adalah karena magh yang kambuh dan kelelahan.

"Lo lucu tapi bodoh ya?"

"Udah tau punya magh malah ga makan." batinnya sembari menatap orang di depannya.

"Eunghh.."

"Udah bangun?"

"Ehh?"

"Ada yang sakit?"

"Ehh kakak kok disini? Terus kenapa tangan aku di infus?!"

"Lo pingsan tadi, magh lo kambuhkan? Yaudah sini makan."

Karel terdiam.

"Kenapa diam? Sini gw suapin."

Setelah makan, acara sidang pun dimulai.

"Lo kenapa ga makan?"

"Ga bawa uang."

"Hp lo?"

"Lobat."

"Kenapa ga minta tolong ke gw?"

"Kita ga kenal, dan aku gamau ngerepotin."

"Oke."

"Nanti biaya rumah sakitnya ku ganti ya.."

"Gaperlu."

"T-tapi.." karel ingin melanjutkan kalimatnya terdiam, tatapan mata orang di depannya sangat tajam.

"Nama lo siapa?" Ah mereka lupa berkenalan.

"Nakarell na."

"Keluarga na?" batin haka.

"Oh, gw Hakara jonathan, salken."

"Iya."

"Kapan aku bisa pulang?" tanyanya.

"Besok."

"Ohh iya."

"Nanti gw yang anter."

"G-gausah!"

"Lo baru sembuh btw." Ucapnya dengan tatapan tajamnya.

Karel menunduk, "Aku kesesat.."

"Sialan." umpatnya dalam hati.

"Lo beneran lupa rumah lo dimana?" tanyanya dan di balas anggukan oleh karel.

"Oke, besok lo ikut ke apart gw aja."

"G-gausah!"

Tatapan tajamnya itu lagi.

Malam telah tiba, karel berada di kamarnya seorang diri. Baju yang ia gunakan masih sama. Baju yang tipis sekali. Karel beranjak pelan, memegang tiang infusnya, dan keluar dari kamar itu. Berniat untuk mencari udara segar.

Serayu menerpa daksa milik karel. Dingin, itu yang ia rasakan. Menikmati malam ditemani serayu, asa, dan renjana. Angin malam memang kurang baik untuk karel, karena ia bisa demam jika terlalu kedinginan. Setengah jam ia terduduk di kursi taman yang dingin, langit semakin gelap dan udara semakin dingin.

"Lo!" napas haka terengah-engah.

"Kakak gapapa?"

"Lo ngapain disini?"

"Nyari udara kak."

"Udah malam, ayo masuk."

"Bosenn kakk, gabisa tidur aku."

"Bisa, gw temenin, angin malam gabaik, nanti sakit."

Haka membantu karel bangun, dan memegang tiang infusnya. Dirinya juga merangkul pinggang ramping milik karel.
Mereka berjalan beriringan menuju kamar rawat karel. Singkatnya karel tertidur pulas setelah 15 menit ia mencoba tidur. Haka menatap karel, nayanika miliknya tertutup, dirinya tidur setelah hari yang panjang.

Haka berlari di koridor rumah sakit, tadinya ia berencana untuk membeli makanan untuk sarapan mereka. Tapi pesan singkat dari dokter, membuat haka melupakan rencananya itu. Pesan singkat itu mengatakan bahwa Karel mengalami demam tinggi dan sejak tadi menangis sambil merengek ingin pulang. Tak butuh waktu lama haka masuk keruang rawat milik karel dan menemukan karel yang sedang menangis dan ditenangkan suster.

"Sus?"

"Eh tuan,"

"Suster bisa keluar sekarang, terimakasih ya."

"Ah iya, permisi."

"K-kakakk.. ma-mau pulang.."

"Gamauu.. disiniii mauu pulangg!"

"Pusing.. k-kakak.."

Haka mendekat lalu mendekap sosok kecil itu.

"Stt.. jangan nangis, nanti kepalanya makin pusing."

"Iya, nanti pulang kalo demamnya udah turun ya."

"Mau sekarang.." pintanya.

"No. Sebentar aja.. sampe lo sembuh okey?"

"Heum, kakak temenin ya.."

"Iya."

"Pusing.. enghh.." ucapnya sembari memegang kepalanya.

"Pusing, tolong hilang ya, demam juga tolong pergi ya, liat nih kasian naelnya.." haka berucap seperti itu, yang membuat karel kaget.

"N-nael?"

"Hm, nama lo kan nakarell, disingkat aja jadi nael."

"Ah iya."

Matahari semakin keatas, menujukan hari sudah siang. Lagi-lagi karel merengek ingin pulang. Akhirnya haka menawarkan sebuah perjanjian yaitu, jika karel sembuh ia akan mendapatkan hadiah.

"KARELL MAUU SEMBUH!!" serunya.

Dua hari berlalu.

Disisi lain, disebuah rumah yang cukup besar terdapat seseorang yang sedang menangis di dekapan laki-laki yang menjadi teman hidupnya. Yang menangis adalah na winnie dan yang mendekap adalah na yuka.

"Sayang, sudah ya menangisnya? Percaya sama aku, karel pasti ketemu kok."

"T-tapi- Ini udah- dua h-hari.." ucapnya terbata-bata.

"Stt, gapapa. Karel pasti gapapa."

"Temuin anak aku mas.."

"Iya sayang."

"Mau.. karel.."

"Hmm, tunggu ya, sabar."

"Mas.."

"Iya, banyakin berdoa okey?"

"Heum.." winnie sudah sedikit tenang.

"Tidur ya? Kamu dari kemarin gabisa tidur?"

"Heum, peluk!" pintanya.

"Iya."

Setelahnya.

"Papa, gimana?"

"Aman, udah tidur."

"Syukurlah, pencarian karel gimana?"

"Masih terus berlangsung."

"Pah, karel lagi ngapain ya sekarang? Dia baik-baik aja kan?"

"Berdoa ya kak, semoga karel baik-baik aja."

"Pah.."

"Rei tenang ya, papa bakal berusaha sekeras mungkin buat ketemu karel."

"Iya pah.."

"Kak ona mana?"

"Keluar bareng kakak hastala, biasa pah."

"Nangis atau bucin?"

"Nangis."

Yuka terdiam.

"Rei mau peluk?"

"Mauu." ucapnya lalu masuk kedekapan yang tertua.

Pagi telah tiba, hari ini, hari ketiga karel menghilang. Orang yang kita maksud karel itu si bocah itu sekarang lagi-lagi merengek-rengek ingin pulang, demamnya memang sudah turun, tapi dirinya masih lemas. Dan juga masih sering mengeluh pusing.

"Kakakk mauu pulang!!"

"P-pulang.."

"Gamau disini, gamauu."

Haka mengela napas panjang. Lelah, ia akhirnya memilih menurut dengan si bocah.

"Iya pulang, tunggu sebentar kakak tanya dokter dulu."

"Mau pulang.."

"Iya." Jawabannya sebelum beranjak pergi.

Di ruangan dokter.

"Ohh, karel merengek lagi?"

"Hm."

"Jika kamu tidak sabar, segera kembalikan dia pulang. Jangan jadikan dia pelampiasan mu."

"Iya."

"Kalian boleh pulang,"

"Sebentar saya buatkan resep obat."

Resep itu diberikan kepada haka dan haka akhirnya beranjak setelah mengucapkan terimakasih.

"Kakakkk ayooo pulang!!"

"Jangan berisik."

"Maafff kakakk.." ucapnya dengan nada memelas.

Haka tidak mempedulikan kata maaf itu, ia lebih memilih untuk membereskan barang-barangnya. Mereka akan pulang sebentar lagi.

"Suster sakit ga?"

"Sedikit,"

Pasrah, karel pasrah, dia sangat takut dengan jarum, ia memalingkan wajahnya, enggan untuk melihat suster yang sedang melepas infusnya. Haka menyadari sesuatu, bahwa si bocah takut. Ia beranjak mendekati si bocah lalu memeluknya, membiarkan wajah milik karel berasa di dadanya.

Mereka kini telah berada di mobil, karel masih lemas tapi yang namanya karel tentu sangat keras kepala.

"Beneran mau pulang?" tanya haka.

"Iya.." hampir tidak terdengar, tapi haka mendengarnya. Suara itu seperti lirihan pelan.

"Gausah ya, gausah pulang, dirawat dulu."

"Noo.. pulang aja.." masih sama terdengar lemas.

Haka mengela napas lagi. Ia mulai menjalankan kendaraan beroda empat itu.

Setengah perjalanan, haka berhenti di sebuah apotek, sempat lupa ingin menebus obat tadinya, tapi saat melihat apotek ia langsung teringat.

"Tunggu sebentar, gw mau beli obat," ucapnya, lalu dibalas anggukan oleh karel.

Setelahnya, mobil itu mulai masuk ke parkiran sebuah gedung tempat tinggal haka. Setelah memarkirkan mobilnya, haka menoleh ke samping, melihat si bocah sedang tidur. Ia keluar dari mobil, lalu membuka pintu yang lain, menggendong bocah yang baru saja ia kenal. Haka sempat mengunci mobilnya sebelum beranjak masuk ke gedung tinggi itu. Saat telah sampai di lantai 2 kamar 126. Ia membuka pintu lalu beranjak menuju ke kamarnya.  Setelah meniduri si bocah alias karel, ia beranjak turun, mengambil barang-barang yang ia tinggalkan di mobil. Disisi lain, karel yang tadinya memang tidur terbangun.

"Eungghh.."

"Udah sampai ya?"

"Kokk aku udah di sini.."

"Kakak aka manaa.."

Ia beranjak dari kasur itu lalu keluar dari kamar itu. Karel terkagum, kamar apartemen itu memiliki 2 kamar, dapur, ruang kumpul, meja makan kecil (hanya bisa berempat) dan kamar mandi. Dan juga jendela yang begitu besar di kamar itu, menunjukan pemandangan kota yang sangat padat. Serta balkon yang terdapat disana. Karel beranjak, ia duduk di dekat jendela, sembari melamun.

"Mama, papa, karel rindu."

"Capek ya ma, pa, punya anak kayak aku?"

"Hobi banget nyusahin.."

"Maaf ma, mama jangan nangis, aku gapapa."

"Papa, jangan lupa tidur.."

"Kakak ona, maaf udah buat kakak nangis mulu di depan kak hasta."

"Kakak rei maaff, udah buat kakak nangis lagi."

"Jangan melamun," sebuah kalimat yang membuyarkan lamunan karel.

"Kakakk!" Karel berdiri semangat.

"Hm?"

"Gapapa, kakak sekarang istirahat ya."

"Iya, udah ayo ke kamar, lo butuh banyak istirahat kata dokter."

"Heumm!" gemas, haka gemas, ingin sekali ia mengunyel-unyel pipi milik karel.

Beberapa jam telah berlalu, haka melirik jam di atas pintu kamarnya, jam 10 malam. Oh astaga, mereka tertidur cukup lama. Mereka tidur sejak jam tiga sore. Ia mengelus punggung seksi milik karel. Pelukan di pinggangnya terasa begitu erat.

"Mama maaf.."

"Papaa- mau m-mamaa.."

"Papa..."

"Mama- jangan s-sakit..." karel mengigau.

"Shtt.. ga ada yang sakit, lo disini sama gw. "

"Nanti, tunggu sebentar."

"Bentar lagi, lo ketemu mama, papa lo kok."

"Shttt.." Ia mengusap-usap kepala milik karel.
Tak lama tidur karel kembali nyenyak. Haka sendiri memilih bangun dan meletakkan guling di samping karel. Ia beranjak ke ruang sebelah, tempat ia bekerja.

Ia duduk di kursinya, menyenderkan punggungnya lalu mulai mengutak-atik laptop miliknya. Beberapa saat berlalu, panggilan telepon yang ia mulai tadi terjawab. Sang ayah dengan wajah khasnya terlihat di layar laptop itu.

"Tumben nelpon, kenapa?"

"Buset yah, langsung to the point aja."

"Jangan basa-basi."

"Hmm, Ayah gimana? Bunda juga?"

"Aman, kamu?"

"Aman sih, cuman lagi ada masalah dikit."

"Apa? Kalo gabisa sendiri bilang, ayah disini."

"Hm."

"Jadi kenapa nelpon?" belum sempet haka menjawab, suara lembut dan alus terdengar dari balik layar laptop itu.

"Sayang, ini coffenya."

"Bun, sini deh, ni si haka nelpon!"

"Ehh.." bunda dengan cepat mendekat.

"Yaampun anak bunda.."

"Halo bun."

"Kamu ini pilih kasih apa gimana?"

"Masa bunda spam ga di angkat sementara ayah kamu, kamu  yang telpon?!!"

"Bundaa astaga.."

"Jangan ngambek," Jonathan mengusap kepala milik si cantiknya. Jonathan adalah ayah dari haka dan hastala-abang haka.

"Bunda how are you?" haka bertanya.

"Fine. Kamu gimana?"

"Baik."

"Katanya tadi ada masalah," jo berbicara.

"Lohh masalah apa?" tennie tentu bingung dengan ucapan suaminya. Tennie-bunda haka dan hastala.

"Jadi gini bun, yah...." haka menceritakan secara detail pertemuannya dengan karel.

"Jadi, sekarang anak itu ada di apartemen kamu?" tennie bertanya, dan sang anak membalas dengan anggukan.

"Kamu punya foto sama namanya?" jo bertanya.

"Ada, bentar," haka menunjukan fotonya.

"Namanya, nakarell na. Ayah bunda kenal sama keluarga na?"

Kedua orangtua haka bersitatap, oh astaga, dunia sempit sekali.

Tennie menatap sang anak, "Jaga dia haka, bunda flight malam ini."

"Loh sayang?" jo tentu kaget.

"Aku mau liat dia mas."

"Aku ikut."

"Tapi kerjaan kamu belum selesai mas!"

"Gapeduli."

"Mas aku gapapa, aku sendiri aja."

"Gabisa, kamu ga suka sendiri di keramaian."

"Mas.."

"Bunda, turutin kata papa." haka berkata dingin.

Tennie menyerah, ia akhirnya mengangguk.
Kemudian meminta ijin keluar untuk memulai packing dan membeli tiket.

"Yah, dia siapanya bunda sih?" haka bertanya.

"Dia? Nakarell na itu?"

"Hmm."

"Ohh, nakarell atau karel itu anak dari sahabat baiknya bunda kamu, mereka berdua bunda dan sahabatnya itu udah kayak sodaraan. Bunda sayang banget sama anak-anak dari sahabatnya."

"Termasuk karel, sebaliknya sahabat bunda juga sayang kamu sama abang kamu. Btw abang kamu pacarin anak dari sahabat bunda. Alias salah satu kakaknya karel."

"Dua hari lalu bunda dapet kabar dari temen papa, suaminya sahabat bunda. Telepon singkat itu berisi tentang kabar karel menghilang. Bunda panik sampe nangis, sempet sesek juga, tapi sekarang udah gapapa.  Ayah bujuk bunda buat berenti nangis, dengan bilang papa udah kirim 50 lebih orang buat bantu pencarian karel."

"Ehh kocaknya orang yang kita cari malah ada sama kamu."

"Alur tak terduga." celetuk haka, jo setuju ini alur yang benar-benar ga terduga.

"Satu lagi haka. Kamu bakal di publish nanti malam. Bukan papa yang minta, tapi bunda kamu."

Haikal diam, "Bunda kamu itu gasuka kalo cuman satu anaknya yang dikenal media, bunda kamu pengennya kamu juga dikenal semua orang."

"Bunda kamu ga suka kalo gambar kamu di blur, atau cuman sebuah siluet doang. Bunda mau kamu terpapang jelas di media-media itu."

"Asal kamu tau, bunda pernah ngelantur aneh-aneh, bunda bilang kalo kamu malu atau ga suka lahir dari bunda, sampe kamu gamau di publish, padahal aslinya kamu cuman malas sama para fans atau lainnya."

"Jangan sia-sia bundamu haka. Dirinya begitu sayang dengan kamu dan abangmu. Bahkan saat dulu dirinya sakit ia masih kuat untuk menenangkan mu yang menangis."

"Yah, bilang ke bunda haka gapernah malu lahir di keluarga ini, haka malah berasa bangga dan beruntung lahir disini, haka sayang kalian lebih dari kalian sayang haka."

"Bilangin ke bunda, stop berpikiran negatif."

"Oke, ayah bilangin, sudah kan haka? Ayah ada kerjaan."

"Sudah yah."

Telepon itu mati, jo mencari sebuah kontak, ia ingin menelpon sahabatnya. Panggilan itu diangkat, wajah khas sahabatnya terlihat.

"Jangan lupa tidur," ucapnya jo.

"Anak gw belum ketemu."

"Udah, anak lo udah ketemu."

"Siapa yang bilang?! Mana anak gw sialan?!"

"Aman, anak lo sama anak gw."

"Nanti malam gw flight ke sana, biarin istri gw istirahat dulu, besok malem kita dinner, sekalian gw kembaliin anak lo."

"Anak lo? Hasta?"

"Bukan, bungsu gw, nanti malam di publish."

"Oke, jagain anak gw."

"Aman, anak lo aman sama anak gw. Gw jamin."

"Oke sayang? Jangan nangis lagi ya."

"Heum, mau tennie.." pintanya.

"Iya ini aku telponin."

Setelah telepon diangkat, yuka memilih pergi dari kamar itu, karena ia paham mereka berdua butuh ruang privasi.

Diluar ia melihat kedua anaknya yang duduk meja makan. Yuka beranjak mendekati mereka, duduk di samping si sulung.

"Kenapa kok makanannya ga dimakan?"

"Ga laper yah." rei menjawab.

"Makan, nanti sakit."

"Karel gimana pah?" si sulung bertanya.

"Aman, karel aman."

"Pah.."

"Iya, besok ketemu karel, okey?"

"Pah, serius?" rei bertanya.

"Iya serius."

"Udah ya anak-anak cantik papa, sekarang makan, besok kita ketemu karel okey?"

"Okey!!" seru mereka, dua kakak beradik itu memang sudah dewasa, tapi jika bersama sang papa, mereka akan kembali seperti anak kecil.

Pagi telah tiba, jo dan tennie baru saja mendarat, ten terlihat sangat lelah. Barang-barang beserta koper mereka di bawa staff bandara.

"Baby, are you tired?" jo bertanya.

"Heum, i'm tired.."

"Do you want to be carried darling?"

"Noo.. kamu juga cape kan?"

"It's okey." Jo menggendong sang istri, membiarkan kepala milik cantiknya berada di pundaknya.

Mereka kembali berjalan, "Sayang kita ke apartemen haka aja ya?"

"Heum, aku ngantuk.."

"Iya,"

Mereka pun berangkat ke apartemen haka, mengapa tidak pulang? Karna jarak rumah mereka cukup jauh, dan apartemen haka lumayan dekat. Saat dimobil jo juga tak lupa mengabari sang anak.

Disisi lain.

"Bunda sama ayah ngapa harus kesini dah?" Gumamnya.

"Nael," haka memanggil.

Nael atau karel itu menoleh, "Iyaa kak??"

"Bunda sama ayah kakak bakal kesini."

"Ohh.."

"Kenapa sedih hm?"

"Tidak nael tidak sedih.."

"Tapi wajah nael bilang bahwa nael sedih."

"K-kakakk.. na-nael.." Nael bangun, ia langsung duduk di pangkuan haka, posisi mereka berhadapan dengan nael yang berada di pangkuan haka.

"Darling, why?" haka bertanya.

"I miss my mom, dad, and my older sister.."

"It's okey, nael tenang okey? Nanti malam kita ketemu mereka."

"Heum? Really?"

"Yes."

Nael memeluk erat haka.

"Nael, lo kenal ayah jonathan sama bunda tennie?"

"Ayah jo dan bunda tennie?"

"Iya."

"Aku kenall, dia ayah sama bunda abang hastalaa!!"

"Ayah bunda gw juga."

"Woahh?? Really? Berarti kakakk adik abang hastala dong?"

"Yes baby."

"Kenapa kakak gamau di publish?"

"Kakak sekarang udah di publish."

"Finallyy!!"

"Are you happy?"

"YESS!!"

"Why?"

"Karena bunda tennie pernah curhat ke aku, dia bilang anak bungsunya gamau di publish, bunda tennie berpikir negatif."

"Masaa ya kak, bunda tennie berpikir kalo kakak ga suka lahir di keluarga itu," lanjutnya.

"Bunda.." Lirih haka.

"Nael tau? bunda tennie sama papa jo bakal  kesini, ketemu nael, sekaligus nganter nael ketemu mama papa nael okey?"

Nael menunduk, "Kakak tidak ikut?"

Hening beberapa saat, "Kakak gatau, liat nanti ya?"

"G-gamau, m-mau sama k-kakak j-juga.."

"Baby, don't cry.."

"M-mau sama k-kakakkk.."

Haka diam, membiarkan nael menangis. Beberapa saat kemudian pintu tiba-tiba terbuka.

"Karel kenapa nangis?" suara ayah jo.

Haka menoleh, "Welcome mom, dad!"

Jo duduk dengan tennie di gendongannya, posisi mereka sama seperti posisi karel dan haka. Jo duduk dan tennie di pangkuannya, tertidur di pundak miliknya.

"Karel, ini ayah, karel kenapa hm?" pertanyaan lembut ayah jo.

Karel menoleh, "A-ayahh jo.. karel mau kak haka.."

"Karel mau ketemu.. mama papa sama kak h-haka.."

"Iya karel, kita ketemu mama papa bareng ayah jo, sama bunda tennie, sama abang hasta, juga sama kakak haka okey?"

"Serius?"

"Iya, sekarang karel tidur ya sama bunda tennie?"

"Heum.."

Beberapa jam telah berlalu. Sekitar pukul tiga sore, tennie akhirnya terbangun dari tidur lelapnya.

"Eunghh.."

"Udah sore kah?"

"Ohh astaga.." tennie cukup kaget melihat jam sudah menunjukkan pukul tiga sore.

"Apa aku selelah itu?"

Tennie melirik seseorang yang berada disampingnya, ia tersenyum. Setelah mengumpulkan nyawanya, tennie beranjak turun dari kasur lalu keluar mencari anak dan suaminya.

Diluar tennie dikagetkan lagi dengan kehadiran anak sulungnya.

"Hello bunda!" sapanya.

"Hasta?" Tak butuh waktu lama tennie langsung memeluk si sulung dengan erat.

"Yah, kasihani lah aku.." ucap haka dengan nada sedih.

"Hahahaha.." jo tertawa.

"Anak bunda.." tennie juga langsung memeluk si bungsunya.

Bagi tennie, tidak ada anak yang ia paling sayang, karena kasih sayang yang ia berikan kepada dua anaknya sama rata. Dia menyayangi si sulung serta ia juga menyayangi si bungsu.

"Aduh pelukan bareng dulu nih." Jo ikut bergabung memeluk cantiknya, si sulung juga ikut bergabung.

Kini satu raja dan dua pangeran itu sedang memeluk ratu mereka. Sebaliknya sang ratu sedang dipeluk oleh satu raja dan dua pangerannya. Raja dan dua pangerannya itu sangat menyayangi sang ratu. Ratu satu-satunya di keluarga mereka. Ratu yang akan kami ratukan.

Tanpa disadari ada seseorang orang yang tersenyum melihat momen harmonis keluarga ini. Karel baru saja terbangun dari tidurnya, bibir yang tadinya melengkung kebawah dan mengerucut kini tersenyum lebar.

"Lagi pesta pelukan ya?" tanyanya polos.

"Karell gabung ya!!" Serunya, lalu langsung ikut berpelukan, tingkah itu mengundang kekehan dari empat orang disana.

Oke, acara pelukan telah selesai. Mereka duduk bersama di sofa apartemen itu terdapat tiga sofa yang mengelilingi satu meja yang lumayan besar. Karel memilih duduk dengan sang bunda dari pacar kakaknya, dan ayah jo sendiri. Serta dua kakak beradik itu duduk bersama di salah sofa itu.

"Karel sudah siap bertemu mama papa?" ayah jo bertanya.

"Siappp karel sangat siap!!" serunya dengan senyuman.

Diam-diam haka tersenyum.

"Karena masih jam segini nonton bareng yuk!"

"Boleh tuh," jo menyetujui ajakan si sulung.

"Ayok!!" karel berteriak bersemangat.

Akhirnya mereka menonton film bersama, mereka memilih film komedi. Terlalu asik menonton sampai tidak sadar jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Tennie bangun dari duduknya lalu mulai menyapu apartemen itu. Sudah menjadi kebiasaannya. Saat jam sudah menunjukan pukul lima tepat, tennie menyuruh empat orang yang sedang asik menonton itu untuk mandi secara bergilir. Giliran pertama adalah haka, kedua hasta, ketiga karel dan keempat tennie dan jo? Hahahah tenang mereka hanya mandi, tidak lebih, semoga saja okey.

Setelahnya, jam menunjukkan pukul enam sore, acara dinner itu dijanjikan pukul tujuh malam. Mereka bertiga, jo, hasta, haka sudah berada di bawah, di parkiran. Sementara nael dan sang bunda, tennie masih diatas bersiap-siap.

Haka menyandarkan tubuhnya di mobil, "Pah, dia cantik." celetuknya tiba-tiba, jo yang tadinya sibuk dengan handphone menoleh.

"Siapa?" tanyanya.

"Nael."

"Nael siapa haka?"

"Nakarell na," setelah mengucapkan itu, si sulung yang tadinya diam, tiba-tiba berkata.

"Naksir lo?"

"Gatau."

Jo diam, "Kalo kamu memang suka dia, gapapa, kejar aja."

"Tapi ingat bakingannya banyak."

"Hm."

"Kalo bener lo serius sama karel, fiks ayah punya besan om yuka doang hahaha." si sulung berucap.

Jo mengela napas, "Mau gimana lagi?"

"Kalian maunya itu, yaudah gapapa."

"Ga bosen yah? abang juga calonnya dari om yuka, sekarang aku juga lagi ngincer anak nya om yuka."

"Bosen, tapi itu kemauan kalian. Itu hak kalian, dan ayah ga bakal mencampuri."

"Lagian, ayah seneng, karena bunda kalian pasti seneng."

"Iya sih pah," si sulung menimpal.

"Tapi kamu beneran suka karel?" ayah bertanya lagi pada bungsunya.

"Gatau, haka udah jatuh, nanti juga tenggelam."

Tenggelam dalam lautan cinta, jatuh akibat pandangan pertama.

"Hahaha bisa aja anak ayah."

Sedang asik dengan obrolan mereka, suara dua orang wanita yang tak asing bagi mereka terdengar.

"Darling you are so pretty." jo berkata demikian pada cantiknya.

"You too babe, you are so handsome."

"Ekhem, kita berangkat sekarang?" tanya si sulung.

"Iya."

Perjalanan di mulai, posisi di mobil adalah jo menyetir, dan hasta di sampingnya. Tennie dan karel yang duduk bersama di belakang jo dan hasta. Dan haka yang duduk paling belakang di mobil sendirian.

Beberapa saat perjalanan, akhirnya mereka sampai di restoran mewah yang telah mereka booking. Mereka memilih lantai dua, untuk melihat pemandangan pantai yang gelap. Cafe itu terdapat di dekat pantai.

Setelah keluar dari mobil, terdapat satu mobil yang hasta rasa ia mengenali nya. Sang pengemudi keluar, hasta terdiam. Si pemudi mobil itu mendekat ke arah mereka.

"Yoo bro, how are you?" tanyanya.

"I'm good, how about you?"

"I'm very okey."

"Who?" ucapnya sambil menatap haka yang terdiam disamping si sulung.

"My litl brother."

"Ohh, kamu yang kemarin di publish ya?" pertanyaan itu mendapat anggukan.

"Dia sangat dingin," bisik gala kepada hasta.

"Dia memang begitu."

Mereka berjalan beriringan. Hasta sedikit kaget dia kira sang bunda dan ayahnya sudah memasuki restoran ternyata belum. Mereka berjalan mendekat ke arah pasangan yang tidak peduli umur itu.

Tennie menoleh, memberi senyum kepada mereka, "Sudah mengobrolnya? Ayok masuk," ucapnya halus.

Mereka beranjak, mengikuti tennie dan jo yang berjalan lebih dulu. Omong-omong soal karel, karel telah masuk duluan ke restoran ini, mungkin sekarang dia sudah duduk santai di meja bookingan mereka.

Di meja itu mereka melihat karel yang melamun, tennie duduk disamping karel, dan yang lain ikut duduk di bangku yang mereka pilih.

"Karel kenapa?" tanya tennie.

"Karel gapapa bunda." Ucapnya, saat mengucapkan itu ia menatap ke arah haka.

Hasta yang sadar adik dari pacarnya ini ingin mengobrol dengan adiknya pun menyenggol lengan sang adik dengan sikunya.

"Kenapa?" tanya sang adik, suara nya sedikit kecil.

"Ajakin karel ngobrol, keknya dia pengen ngomong sesuatu sama lo." bisik hasta.

Haka mengela napas, ia beranjak.

"Nael, ikut kakak." ucapnya dingin.

Nael kaget, tapi ia juga ikut beranjak dari sana setelah mengucap permisi, langkah sedikit cepat karena ia telah tertinggal jauh dari haka. Tennie sedikit kaget, tapi kekagetan itu berubah menjadi senyuman. Ternyata diatas jo, yuka, dan winnie masih ada haka yang bisa mengatur karel.

Mereka sampai ditempat yang haka tuju.

"Kakak.. kenapa?"

"Lo yang kenapa?"

"Aku gapapa."

"Gw bukan orang bodoh yang bisa lo bohongin nael."

Hening, nael terdiam. "Kakak, menurut kakak, abis ini kita bisa ketemu lagi ga?" tanyanya sambil melihat langit.

Haka ikut menatap langit gelap dia atas mereka, "Bisa." ucapnya singkat.

"Kenapa kakak sepercaya diri itu?"

"Ya gapapa. Kita bisa ketemu nael."

"Kalo kamu mau kakak, kamu tinggal bilang di telepon nanti kakak jemput, kita main di apart atau tempat main lain." lanjutnya.

Nael menatap mata milik haka. Dengan kesadarannya, ia masuk kedekapan sang dominan.

"Kakak.. jangan tinggalin nael ya."

"Kakak, nael itu suka mimpi buruk, setiap nael bikin masalah yang ngerepotin keluarga nael, nael pasti sakit dan mimpi buruk, setiap sakit nael selalu mimpi dan ngelantur yang aneh-aneh. Mama selalu berusaha nenangin nael tapi gabisa, pada akhirnya nael harus bangun dari tidur nael dengan kepala yang berat. Kalo nael lagi sakit, nael takut tidur kakak.." nael menjeda dengan helaan napas.

"Tapi.. waktu sama kakak beda, waktu dirumah sakit kakak elus-elus tangan nael dengan lembut, entah kenapa perasaan takut itu ilang yang ngebuat nael jadi tidur nyenyak. Begitu juga waktu nael baru pulang dari rumah sakit, pelukan kakak itu nyaman setelah pelukan mama. Kakak.. nael sayang kakak.."

Haka mengela napas, "Kakak sayang nael juga. Kalo nael sakit kabarin kakak okey?"

"Nanti kakak peluk yang kenceng biar bisa tidur nyenyak, nomor kakak udah kakak simpen di handphone nael okey?"

"Nael tidak boleh sedih lagi ya? Nael kan ingin bertemu mama dan papa, tadi nael bilang rindu mama papa kan?"

"Heum.." nael masih memeluk erat tubuh milik haka.

Saat ingin kembali ke meja tempat mereka duduk, dari jauh nael dapat melihat bahwa sang mama, papa, dan kedua kakaknya sudah disana. Ia berlari dengan kedua tangan yang direntangkan.

"MAMA!!!" serunya semangat, beruntung restoran itu sepi, karena mereka telah membooking lantai dua restoran itu untuk beberapa jam. Winnie yang tadinya mengobrol, beranjak lalu langsung mendekap si bungsu.

Dua kakak nael yang tadinya mengobrol dengan kekasih mereka kini tersenyum, dan tidak mempedulikan apa yang di bicarakan kekasihnya.

Yuka berserta dua anaknya yang lain bangun, ikut memeluk si bungsu dengan erat. Di keluarga na terdapat satu ratu dan tiga putri, mereka juga memiliki satu raja yang sangat kuat dan satu-satunya.

Setelahnya mereka duduk di tempat masing-masing. Sambil menunggu makanan yang tadi mereka pesan, mereka memilih untuk bercerita apa yang terjadi beberapa hari yang lalu.

"Jadi karel kesesat?"

"Iya mama."

"Makasih ya haka?"

"Sama-sama tante."

"Haka mau apa? Sebagai imbalan udah ngejagain dan ngerawat anak om yang sakit."

"Kakakk ayo minta yang BANYAK!!" bisik karel.

Haka terkekeh, "Gausah om, gapapa kok," tolak haka dan karel terlihat kecewa, ia memberi jempot terbalik untuk haka.

"Karel." sang papa menegur.

"Apaa?"

"Gausah dijawab pa," ucap winnie.

Mereka pun makan dan ngobrol-ngobrol bersama. Seperti bertanya apa yang haka lakukan belakang ini, dan lainnya.

"Abang hasta kapan serius?" Aceletuk karel.

"Karel mau abang seriusin kakakmu?"

"Mau!"

"Ohh gitu okey." ona berucap.

"Berarti karel udah siap kakak ona gaada dirumah karel, kakak ona gaada buat bantuin karel masak? Kakak ona gaada buat bangunin karel? Kakak ona gaada buat omelin karel?"

Karel terdiam, "Gajadi deh," ucapnya.

Hasta dan ona terkekeh, begitu pula yang lain.

Bungsu keluarga na akhirnya kembali. Dan itulah pertemuan singkat haka dan karel. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

^^

See? Do you like this part? Cast introduction in tiktok and ig okey?

Continue Reading

You'll Also Like

392K 11.7K 34
Jisung mendapatkan kegembiraan dengan melakukan dosa, bukankah itu salah? Tapi yang salah ayahnya, Jaehyun. Dia yang memulai. Apa masalah bisa disele...
23.8K 2.4K 28
Langit mencintai Bintang. -Hyuckna short story.
332K 12.6K 80
Hello, NCT you have been selected for the SM baby project! Please report to the SM building for further instructions. Have a nice and wonderful day...