My Beloved Staff (TAMAT)

By jingga_senja_

2.3M 172K 2.5K

Karena kejadian tanpa kesengajaan di satu malam, Mima jadi harus kehilangan waktu-waktu penuh ketenangannya d... More

PROLOG
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
EPILOG

Bagian 34

42.6K 3K 21
By jingga_senja_

"Ocha!"

Mima berlari begitu melihat Rosa yang sudah tiga hari tidak masuk kantor karena sakit. Kerinduan yang terasa tentunya langsung terbalaskan begitu melihat sahabat karibnya terlihat sehat seperti semula, hingga tak ragu Mima langsung memeluk Rosa dan mendapat balasan serupa.

"Gue kangen banget, Oh My God!"

"Gue juga!"

Keduanya tanpa malu meloncat kegirangan, mengabaikan tatapan orang-orang yang melihat mereka dengan aneh. Ini masih mending, coba kalau Via sudah datang, mereka pasti akan terlihat seperti anak kembar tiga yang berpelukan. Ditambah suara yang kencang cukup mengganggu orang sekitar.

Setelahnya, mereka pun saling melepaskan dan melempar senyuman cerah. "Sakit itu ternyata gak enak, Ma. Gue gak bisa makan seblak level 5 sama samyang selama seminggu. Makin meriang gue!" tutur Rosa disertai raut wajah melas yang membuat Mima ikut mencebikkan bibirnya. Sebagai sesama pecinta jajanan pedas, Mima mengerti apa yang sahabatnya rasakan selama proses penyembuhan.

Namun tak lama kemudian, senyuman Rosa kembali mengembang. "Tapi, terlepas dari semua kesusahan itu ada kebaikan yang gue dapet, Ma!" lanjutnya dengan nada menggebu-gebu.

"Apa?" Detik berikutnya Rosa mengacungkan tangan kirinya, memamerkan sebuah benda kecil yang melingkar di jari manisnya, tentunya Mima tak bodoh untuk mengetahui apa maksud dari Rosa tersebut.

"Gue dilamar Fariz, Mima! Akhirnya!" Untuk kesekian kalinya kedua gadis itu berteriak kencang penuh girang, Mima sampai memeluk Rosa seerat mungkin ---menyalurkan kebahagiaan yang turut ia rasakan pada sahabatnya.

Kehebohan tersebut membuat mereka benar-benar abai terhadap sekitar, seolah tidak boleh ada siapapun yang merusaknya, termasuk Arlan yang sedari tadi hanya menatap kekasihnya dengan tatapan bingung sekaligus tak menyangka. Arlan tahu Mima cerewet, tapi tidak tahu jika Mima bisa seheboh itu jika menyangkut dengan teman-temannya. Pria itu pun menggelengkan kepala sembari terkekeh dan memilih untuk menyingkir, memberikan kesempatan bagi Mima dihabiskan dengan teman baiknya.

Kabar mengenai Rosa yang dilamar mendapat sambutan baik dari rekan sedivisinya sekaligus membuat Via merasa jengah. Bukan maksud Via dengki pada kebahagiaan Rosa, tapi wanita itu terus saja memamerkan cincin di tangannya ke hadapan Via, sampai sengaja mengibaskan tangannya tepat didepan muka seolah ingin balas dendam karena Via selalu mengejeknya yang sudah pacaran lama tapi belum dilamar juga.

"Udah si, anjir! Lebay banget, astaga!" dumal Via seraya menepis tangan Rosa yang terus berseliweran didepan mata, membuat Rosa tergelak puas dan Mima cekikikan.

"Gak lebay, dong! Gue udah dilamar, nih. Bentar lagi tunangan terus nikah. Elo kapan?"

Mata Via membeliak seketika. Baik Mima maupun Rosa tahu jika Via sama sekali tidak tertarik pada sebuah komitmen apalagi pernikahan. Karena menurut Via, pernikahan baginya hanya sebuah ikatan yang bisa mencekik. Tidak ada cinta yang selamanya membuat bahagia, jadi Via menjauhi hal tersebut. Via dan Mima sama-sama memiliki orangtua yang bercerai, tapi menurut Mima khusus untuk kasus Via jauh lebih rumit dibanding dirinya.

Mima agaknya masih beruntung karena masih berhubungan baik dengan orangtua dan juga mereka cukup akur dalam menyangkut anak, berbeda dengan orangtua Via yang memilih seperti orang asing bahkan terhadap anak sendiri. Alasan yang membuat Via enggan untuk menikah atau memiliki anak.

Dan masih belum ada pembicaraan mengenai keputusan Via, meski dia kelihatan sangat supportif pada hubungan kedua sahabatnya, dia masih clueless terhadap jalan percintaan sendiri.

Rosa tidak mau Via hidup sendiri sampai tua, dan Rosa mau kalau Via bisa percaya bahwa dirinya berhak menjadi wanita beruntung yang mendapatkan pria baik serta dapat membuatnya bahagia. Tapi sepertinya Via sama sekali tidak luluh.

"Gak ada, ya! Diem atau gue tuangin nih sambel ke mulut Lo!" ancam Via seraya mengambil ancang-ancang untuk menuangkan sambal dalam mangkuk, ke arah Rosa.

Rosa hanya menjulurkan lidah, mengejek. Tatapannya lalu tertuju pada Mima yang sejak tadi anteng menikmati baksonya. "Eh, Ma! Gimana Pak Arlan? Udah ada tanda-tanda belom?" Mendengar pertanyaan tersebut, Mima sontak mengernyitkan dahinya.

"Tanda-tanda apa? Hamil?" Rosa dan Via kontan tersedak bersamaan.

"Gila! Ya, lo mikir aja apa si Bapak bisa hamil, Maemunah? Temen-temen gue nih gak ada yang normal ya pikirannya, heran!" Lagi-lagi Via menggerutu.

Rosa berdecak, "Bukan gitu. Maksud gue tuh tanda dia mau ajak lo ke ranah yang serius! Ada belom?"

Mima hanya ber-oh ria sebelum akhirnya menggedikan bahu. "Gak tau." Sebuah jawaban yang sangat tidak membuat Rosa merasa puas.

"Kok gak tau?"

"Ya, gak tau. Lagian kita masih perlu waktu buat saling mengenal lebih dalam lagi, kita gak terburu kali baru juga pacaran. Cuman kalo soal keluarga ya udah sama-sama tau. Kalo Lo baru panik, udah belasan tahun pacaran belom dinikahin gue!"

Rosa lantas melototkan matanya. "Sekarang udah mau nikah, ya!"

"Sekarang. Untungnya aja lo dilamar. Coba bayangin kalo si Fariz spek fuck boy, makan hati yang ada!" serobot Via, membuat Mima tertawa seolah setuju dengan apa yang Via katakan.

Si korban ejekan hanya mencibir dan kembali fokus pada pembicaraan. "Tapi katanya Pak Arlan temenan sama Bu Bella dari kecil, ya? Lo gak ada takut apa, Ma?" tanyanya lagi yang kali ini menarik minat Via untuk berjulid.

"Iya, ih! Lo pernah bilang kalo Pak Arlan sempet naksir tuh Porselain, lo gak cemas belio gagal move on dari dia?"

Mima menatap kedua temannya secara bergantian tanpa mengehentikan kegiatan mengunyahnya, kedua pipinya yang penuh sangat mendukung dengan ekspresinya yang sekarang cemberut.

"Gak boleh gitu lah! Kalian kan temen gue, kok malah nakut-nakutin! Lagian bukannya kita udah bahas masalah ini, ya?" Via mendelikan kedua matanya.

"Bukan nakutin! Kita cuman mau Lo supaya lebih waspada aja. Hati-hati sama spek Bu Bella. Dia merasa punya kuasa gede, jadi Lo jangan santai mulu! Gue gak mau terus terlibat kedalam masalah percintaan kalian, ya!"

"Enggak! Gue kan udah yakin Pak Arlan juga bukan cowok haus cewek, kok. Kalo emang Pak Arlan gagal move on, mungkin dia milih deketin Bu Bella dari semenjak pulang kali. Bukannya macarin gue!" sewot Mima lalu meneguk es tehnya, sekaligus meredakan panas yang mendadak terasa membakar hati.

"Iya deh iya, kita juga percaya sama Pak Arlan. Tapi gue mah kagak percaya sama Bu Bella, Ma. Asli dah!"

"Sama, gue juga gak percaya. Bu Bella tuh ngeri-ngeri sedep, pokoknya hati-hati deh." Mima terdiam setelah mendengar peringatan yang diberikan oleh kedua temannya.

Tanpa kedua temannya beritahu pun Mima sudah berwaspada sejak awal bertemu Bella, karena dari awal pertemuan pun Bella sudah menunjukan ketidaksukaan terhadap dirinya. Dan semakin dibuat jelas saat mereka bertemu di kediaman Arlan, bahwa Bella bukan tipe orang yang menerima kekalahan.

Mima hanya sedang menunggu, langkah apa yang akan Bella ambil selanjutnya.

•Beloved Staff•

"Mas Arlan!"

Senyuman Arlan mengembang manis ketika melihat Mima yang berlari kecil ke arahnya dengan lucu, rambutnya yang dikuncir kuda terlihat meloncat-loncat seirama dengan langkah kaki wanita itu. Hatinya selalu hangat setiap kali mendengar Mima memanggilnya dengan embel-embel 'Mas'. Iya, Arlan baper.

"Jadi kan nontonnya?" Baru saja sampai dan napas masih terengah-engah, yang Mima tanyakan justru kencan nonton mereka, bukan how's your day atau basa-basi lainnya.

"Ambil napas dulu, tenang jadi kok. Astaga, masih ngos-ngosan loh itu!" Wanita itu kontan cengengesan dan lalu mengatur napasnya yang terasa sesak, tidak heran karena Mima berlari dari depan lift sampai gerbang kantor.

Sengaja Mima menyuruh Arlan menunggu disana supaya Mima bisa leluasa gandeng tangan Arlan tanpa takut risih dengan tatapan julid para kaum kehausan biji jantan.

"Udah bisa?" Arlan bertanya dengan nada menyindir membuat Mima memanyun dan langsung memeluk lengan pria itu erat.

"Kan aku axited gitu! Dah lama gak nonton. Seneng banget!"

Arlan jadi ikut tertawa. "Lebih seneng nonton atau beli tas baru?" Mima menikmati usapan tangan Arlan pada dahinya yang berkeringat.

"Mas mau beliin aku tas baru sekalian?" Ia langsung melemparkan pertanyaan bernada harap, namun lenyap saat Arlan menggeleng.

"Kan mau nonton, gak akan selesai cepet kalo beli tas baru." Wanita itu mencebikkan bibirnya.

Tidak sih, Mima tidak kecewa karena ia juga tidak berharap Arlan akan membelikan barang branded tiap bulan untuknya. Tapi tidak menolak juga kalau dikasih.

Film yang akan mereka tonton kali ini adalah salah satu film horor yang sedang hangat dibicarakan. Akhir-akhir ini dunia perfilman Indonesia sedang banyak meluncurkan film bergenre tersebut, membuat para peminatnya pun dibuat kebingungan harus memilih film mana.

Mima salah satunya, ia sangat suka dengan film horor meski dia penakut. Sejak SMA Mima mulai gemar membaca cerita-cerita hantu atau kasus-kasus kriminal di sosial media yang sedang viral, sampai film dan film pendek di YouTube pun tidak Mima lewatkan. Sampai-sampai Mima lebih memilih untuk menahan pipis saking takutnya pergi ke kamar mandi sendiri. Tapi Mima cukup ngeyel, meskipun tahu penakut tetap saja nekad nonton lagi.

Dan yang membuat spesial kali ini adalah, nontonnya bareng pacar. Maklum, sebagai seorang jomblo yang haus belaian tentu saja Mima merindukan sensasi nonton film horor bareng pacar. Selain tiketnya ada yang bayar, jadi ada senderan juga.

Sayangnya semua jauh dari ekspektasi Mima. Alih-alih menjadi tempat untuk berlindung, Arlan justru malah menertawakan dirinya yang berteriak ketika adegan seram muncul, bahkan pria itu sengaja duduk di kursi paling depan sehingga muka setan terpampang begitu besar. Demi apapun, Mima capek nonton film horor bersama Arlan!

Jadilah setelah film selesai, Mima langsung keluar lebih dulu meninggalkan Arlan dan mengabaikan panggilan pria itu sembari mendumal.

"Jemima, tunggu dong! Sayang, masa kamu ngambek? Jemima?"

Mima membalikan tubuhnya saat Arlan berhasil menahan lengannya, membuatnya melayangkan tatapan sinis pada pria tersebut. Menyadari kalau Mima benar-benar marah, Arlan menghela napas.

"Kamu marah aku ketawain didalem?" Emosi Mima seketika melesat seperti roket mendengar pertanyaan begitu polos itu.

"Kamu pikir aja sendiri! Cowok mana yang ngetawain pacarnya karena takut liat setan? Orang mah peluk kek, atau kasih sandaran kek. Ini malah asyik ceng-cengin aku sambil ngeledek!" Semprot Mima berapi-api, wajahnya benar-benar merah karena amarah membuat Arlan dihinggap rasa bersalah.

Dia tidak peka terhadap maksud Mima.

"Cowok dibelakang aku juga ngetawain ceweknya---"

"Tau dari mana kalo mereka pacaran, ha? Emangnya karena dia ngetawain cewek disampingnya, kamu juga harus lakuin hal sama? Ekspektasi aku buyar gitu aja tau gak. Sebel banget diketawain pacar sendiri!" Mima melipat kedua lengannya didepan dada, matanya terlihat menatap lurus ke depan dengan tajam.

Menyadari tak mendapat respon apapun dari pria disampingnya, Mima pun melirik ke arah Arlan yang terlihat memang ekspresi murung. Hal tersebut sontak membuat Mima bingung, bukankah seharusnya ia yang merasa sedih disini?

"Aku minta maaf." Tiga kata tersebut meluncur begitu saja dari mulut Arlan. Pria itu menatap wajah Mima dengan sendu. "... Aku gak tau kalo kamu naruh harapan sama kencan kita kali ini. Dan seharusnya aku gak ngetawain ketakutan kamu tadi. Aku beneran minta maaf," tuturnya dengan suara melas membuat Mima yang sekarang jadi merasa bersalah.

Maksud Mima kan bukan begitu!

Arlan menggenggam erat jemari Mima yang bertautan dengan jemarinya. "Padahal kita harusnya nonton film romance aja gak, sih? Biar aku bisa niru romantisnya dikit-dikit." Arlan mengatakannya sambil tertawa pelan tapi rasanya agak menohok bagi Mima.

Mima menggigit bibir bawahnya. Padahal Arlan sering mengatakan kalau dia tidak bisa bersikap romantis, tapi lagi-lagi Mima malah mengharapkan sesuatu yang manis dari pria itu.

Apakah sikapnya membuat Arlan merasa tersinggung?

"Mas---"

"It's okay. Makasih karena udah ngasih tau salah aku dimana, jadi kedepannya aku bisa improve." Mima semakin tidak enak, sejauh ini Arlan selalu memberikan banyak hal kepadanya, tapi kesalahan kecil saja Mima malah mengomel seperti itu.

"Mas Arlan, aku minta maaf."

Kedua kelopak mata Arlan terangkat. Di depannya, Mima terlihat sayu membuatnya mengernyit tipis. "Kenapa minta maaf? Kan kamu gak salah?" Dengan cepat Mima menggeleng.

"Aku gak seharusnya naruh ekspektasi apapun sama kamu. Itu salah. Harusnya aku nikmatin waktu kita, bukannya berharap apa-apa cuman untuk dijadiin kenangan. Padahal, bisa jalan kayak gini sama kamu kan gak bisa tiap hari. Aku minta maaf!" Sesal seolah membentuk lingkaran besar dalam hati Mima, perasaan takut asing yang belum pernah Mima rasakan mendadak muncul hingga tanpa sadar ia merengek.

Arlan menarik setiap sudut bibirnya lalu menarik Mima ke dalam pelukannya, diusapnya lembut punggung kekasihnya. "Gakpapa. Aku juga salah, kok. Gakpapa."

"Tetep aja. Kok, aku kesannya kurang ajar."

"Kan kamu emang begitu. Sedikit kurang ajar sama aku," timpal Arlan dengan tujuan mengejek membuat Mima semakin uring-uringan.

"Mas!"

Pria itu tertawa renyah lalu menangkup sebelah pipi Mima, dimana wanita itu mendongak padanya. "Ini masalah kita berdua, dan satu masalah ini berhasil kita selesain dengan kamu yang bicara duluan. Menurut aku itu bagus, kedepannya juga kayak gini, ya? Kalo ada tindakan aku yang gak bikin kamu nyaman, langsung omongin." Mima mencebikkan bibir bawahnya.

"Mas juga. Kalo ada sikap aku yang kelewat kurang ajar, marahin aja!" Lagi-lagi Arlan tertawa lalu mengangguk sebelum akhirnya mendaratkan kecupan pada kening Mima.

Kalau tidak di-iyakan nanti malah ngambek.

•Beloved Staff•

Continue Reading

You'll Also Like

1M 147K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
830K 79.4K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
118K 13.7K 21
Kinata Aria menyukai apa-apa saja yang berasa manis. Namun, sejak Kina mulai dekat dengan seorang Aliandra Kalvi, ia baru tahu ternyata ada rasa yang...
1.9M 8.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...