KUMPULAN CERITA SENI GAY (21+)

By reading4healing

109K 685 30

Cerita Dewasa More

(21+) Suami Yang Digilir Cowok Macho Spanyol
(21+) Si Pemuas Satu Kos
(21+) Si Pemuas Satu Kos 2
(21+) Pemuas Suami Si Bos Bule
(21+) Pacarku Sang Pemuas Satu Geng
(21+) Driver Ojol Arab Plus - Plus
(21+) Tubuh Kekar Suamiku Dijadikan Mainan Lima Atasanku
(21+) Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (1)
(21+) Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (2)
(21+) TUBUHKU DIPINJAMKAN PACARKU DI PESTA LIAR
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (1)
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (2)
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (3)
(21+) Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (1)
(21+) Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (2)
(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (1)
(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (2)
(21+) PEMUAS PARA PREMAN JALANAN
(21+) Memperawani Suami Muda Tetanggaku
(21+) Lubang Pemuas Pria - Pria Beristri
(21+) Gigolo Biseks Simpanan Mama
(21+) Pesta Bujang Liar Sang Pengantin Pria
(21+) Skandal Besar Menjelang Pernikahan
(21+) Disewa Lionel
(21+) Malam Liar Sang Budak Korporat
(21+) Takdir Seorang C*mdump
(21+) Service Plus-Plus Barber Straight Turki
(21+) Bule Online, Perebut Keperjakaanku
(21+) Salah Kamar, Aku Dapat Sugar Daddy
(21+) NAPAS BUATAN DARI PAPA SAHABATKU
(21+) MENGERJAI DADDY KEKAR BERISTRI
(21+) MENJEBAK SOPIR STRAIGHT BAD BOY
(21+) Menjajal Kejantanan Masseur Impor Rusia
(21+) Legenda Si Otong Monster
(21+) Mesin Pemuas Mantan Dan Gebetan
(21+) PELARIANKU SEORANG PRIA KEKAR BERISTRI
(21+) Pemilik Tubuh Indah Si Pembantu Ganteng
(21+) PEMUAS DUA GADIS LUGU DI RUMAH
(21+) PELEGA DAHAGA SAHABAT PAPAKU
4 PEREMPUAN DI RUMAHKU BISA DIP4K4I SEMU4

(21+) SI PEMUAS SEKAMPUNG

1.3K 12 0
By reading4healing




Kejadian ini dimulai waktu aku masih kecil. Aku tinggal di sebuah desa di daerah Tulungagung, sebuah kabupaten di Jawa Timur yang belum memiliki infrastruktur yang memadai. Karena segala fasilitas yang serba terbatas, aku tidak bisa hidup nyaman seperti anak-anak di ibukota. Di daerah tempat tinggalku, tidak ada mall. Yang ada hanya Alfamart dan Indomaret yang jaraknya masih harus naik motor sekitar lima belas menit. Dari kecil, kami harus belajar hidup dengan keterbatasan yang ada. Apalagi, aku seorang anak perempuan yang ditinggal oleh orang tuaku. Namaku Tia. Aku tinggal bersama Kakek dan Nenek-ku yang sudah renta serta seorang paman yang menduda, sementara kedua orang tuaku merantau ke Malaysia dan tidak pernah ada kabarnya lagi.

Hidup tanpa orang tua, aku tidak serta merta sedih dan mellow. Namun, tidak bisa kupungkiri, tidak punya orang tua di samping kita saat bertumbuh memang membawa dampak berbeda bagi tumbuh kembang anak. Karena Kakek dan Nenek-ku sudah tua, mereka tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan penting di kepalaku, terutama mengenai seks. Di usiaku yang memasuki puber ini, aku tidak tahu menahu soal pendidikan seks selain dari kelas Biologi di sekolah yang minim. Internet juga susah diakses di desa kami. Yang aku tahu, sejak aku kelas 1 SMA, aku jadi terobsesi pada berbagai pria lebih tua di kehidupanku. Aku seakan-akan merindukan sosok pria lebih tua yang menjagaku. Namun, saat itu pikiranku belum macam-macam. Aku hanya suka saja berada di sekitaran para pria lebih tua, terutama yang badannya berotot. Saat itu sih, kesukaanku masih yang usia di atasku, sekitar akhir belasan atau awal dua puluhan. Pria-pria dewasa muda yang masih segar dan gagah.

Sekolahku tempatnya agak jauh dari rumah. Biasanya, aku berangkat sekolah diantar tetanggaku, Mbak Inul. Dia duduk di kelas 3 SMA dan diantar pacarnya, Mas Fendy, teman sekelasnya, pergi ke sekolah menggunakan motor bututnya. Aku sangat tertolong. Soalnya, kalau jalan kaki ke sekolah, kami bisa menghabiskan perjalanan satu jam melewati persawahan yang banyak ular. Aku selalu ikut Mbak Inul setiap hari setiap berangkat maupun pulang sekolah. Karena Mbak Inul pulangnya lebih sore dari aku untuk persiapan Ujian Nasional, sekitar jam tiga, aku terpaksa menunggu mereka di lapangan sekolah sambil melihat cowok-cowok bertelanjang dada dan bermain futsal di lapangan dekat sekolah. Aku pun selalu saja rindu untuk disayang oleh salah satu dari pria-pria berotot itu meskipun usiaku baru sekitar dua belas tahun. Membayangkan mereka mendekatiku dan mengajakku berbicara sambil bertelanjang dada dan penuh keringat begitu sungguh membuat jantungku berdebar-debar. Meskipun saat itu aku belum mengerti soal seks, aku sudah mendambakan sentuhan pria yang lebih besar dari diriku.

 

Ilustrasi: Mas Fendy


 

Sebenarnya, Mas Fendy juga pria yang tampan. Aku sering melihat dia telanjang dada saat bermain futsal di lapangan sepulang sekolah bersama Mbak Inul. Alhasil, aku tahu benar tubuh Mas Fendy cukup seksi dan enak dipandang. Tubuhnya ramping, tetapi tidak kurus juga, serta berotot. Dia juga punya kulit yang coklat bersih dan lesung pipit yang membuatnya cukup manis saat tersenyum. Tubuhnya juga tinggi dan perutnya six pack. Sayangnya, karena saat bersamaku dan Mbak Inul, Mas Fendy hampir tidak pernah mengajakku ngobrol. Mungkin dia sebal dan menganggap aku mengganggu dirinya saja. Buktinya, akhir-akhir ini, Mas Fendy sering diam-diam memarkirkan mobilnya di sawah yang sepi dan menyuruhku menjaga jarak sebentar.

“Tia, kamu tunggu di sana sebentar, ya… Aku sama Inul mau pacaran sebentar…” ucapnya tanpa basa-basi.

Aku pun biasanya berjalan agak menjauh meskipun pandangan mataku tidak pernah lepas dari mereka berdua. Kulihat Mas Fendy tidak malu-malu lagi mencipok mulut Mbak Inul di pinggir sawah. Mereka berpagutan lidah sambil tangannya masuk ke dalam BH Mbak Inul dan meremas-remas payudara kenyalnya. Mbak Inul tanpa mendesah keenakan sekali dicumbu dan dipermainkan tubuhnya oleh pacarnya yang ganteng itu. Sejak saat itu, aku mulai mengerti apa saja yang bisa dilakukan seorang pria dan wanita untuk mendapatkan kenikmatan… Aku pun diam-diam membayangkan aku juga dipermainkan Mas Fendy di sebelah Mbak Inul saat itu.

[ … ]

Beberapa hari kemudian, dalam perjalanan pulang sekolah, setengah perjalanan, aku disuruh pulang duluan dengan berjalan kaki oleh Mas Fendy. Mereka berhenti di tengah jalan di dekat persawahan yang tampak rimbun dan gelap. Aku patuh saja dan segera pulang sendirian. Sayangnya, di tengah perjalanan, aku baru ingat bawa di dalam tasku, aku dititipi buku pelajaran Mbak Inul dan kotak pensilnya karena tasnya penuh dengan tugas prakarya di sekolah. Takut nanti di rumah lupa mengembalikan, aku pun memutuskan mengembalikannya sekarang. Alhasil, aku berjalan kembali ke tempat Mas Fendy menurunkanku.

Ketika kembali ke tempat Mas Fendy dan Mbak Inul tadi berhenti, aku malah tidak melihat batang hidung mereka berdua. Aku pun memutuskan mendekati semak-semak di dekat sana tadi dan melihat motor Mas Fendy disimpan di dalam semak-semak yang tinggi. Aku tadinya ingin berteriak memanggil Mbak Inul, tetapi aku tiba-tiba mendengar seperti suara rintihan tertahan. Aku mencari sumber suara itu, lalu berjalan pelan-pelan mengendap-endap ke arah datangnya suara.

 

Ilustrasi: Mas Fendy


 

Dengan mata kepalaku sendiri, kulihat mereka sedang berbaring berada di balik rerimbunan semak. Sambil mengintip melalui semak-semak yang terkuak, Mas Fendy sedang menindih Mbak Inul. Mas Fendy sedang telanjang bulat, menampilkan tubuhnya yang ramping berotot dan berkeringat. Dia melakukan gerakan seperti memompa hingga pantatnya terus bergoyang-goyang dengan seksi. Kebetulan posisi intaian mataku dapat melihat aktivitas mereka dengan jelas, sehingga terlihat olehku kontol Mas Fendy keluar masuk di memek Mbak Inul dengan lincahnya.

Kala itu, aku belum sepenuhnya mengerti apa yang mereka lakukan. Namun, dari rintihan suara Mbak Inul, aku paham dia sedang merasakan nikmat yang tak kunjung berakhir. Mas Fendy juga tampak mengecupi bibir Mbak Inul dengan getol yang disambut penuh semangat dengan Mbak Inul. Tangan Mbak Inul juga mencengkram pantat semok Mas Fendy dengan bersemangat.

Aku diam saja, lalu sedikit melangkahkan kakiku menjauh dari tempat itu. Aku tunggu mereka berdua sambil berdiri di dekat semak-semak. Tidak lama kemudian, mereka keluar. Mereka berdua agak kaget melihat keberadaanku, lalu segera saja kujelaskan bahwa aku datang untuk mengembalikan buku dan kotak pensil Mbak Inul yang terbawa olehku. Mbak Inul kemudian jalan bersamaku pulang sedangkan Mas Fendy mengambil arah lain, sepertinya kembali ke sekolah.

Sesampainya di rumah, aku masih terbayang-bayang dengan sosok kontol Mas Fendy dan mendengarkan rintihan kenikmatan dari Mbak Inul. Sebetulnya aku ingin bertanya kepada Mbak Inul saat itu, tetapi aku takut dan malu. Di hari-hari berikutnya, setiap pulang sekolah, Mbak Inul dan Mas Fendy selalu mengajak berhenti barang setengah jam atau satu jam, beristirahat, dan mereka berduaan berjalan ke semak-semak yang gelap. Di sana, mereka selalu bertelanjang dan main tindih-tindihan yang selalu membuat Mbak Inul-nya merintih-rintih keenakan dan membuatku iri. Aku disuruh menunggu di tempat yang agak jauh, tetapi ketika mereka beraksi, aku selalu terdorong mengintip juga.

Lama-lama, setiap mereka melakukan itu, aku tergoda mengintip lebih dekat. Dari yang awalnya polos, aku jadi mengerti kalau apa yang mereka lakukan ini pasti ritual berkelamin seperti di pelajaran biologi kelas 5 SS. Aku jadi penasaran dan semangat mengintip mereka berdua melakukan persenggamaan rutin tersebut. Sampai akhirnya, suatu hari aku ketahuan mengintip gara-gara menginjak ranting kering. Mas Fendy kaget dan memarahiku dan mengancam agar jangan bercerita kepada siapapun. 

“Kecil-kecil lancang, ya? Awas kalau kamu lapor!” kata Mas Fendy kesal. “Lama-lama aku entot kamu juga ya, Tia!”

Mbak Inul melarang, “Hush, jangan! Dia kan masih kecil!”

Mas Fendy marah dan bergegas pulang ke rumahnya sendiri. Aku dan Mbak Inul terpaksa jalan kaki pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan, aku memberanikan diri untuk bertanya.

“Mbak, dicolok kontol gitu apa enggak sakit, sih?” tanyaku polos.

“Kok nanya gituan sih?” ujar Mbak Inul santai.

“Kan Mbak Inul hampir tiap hari dicocol kontol sama Mas Fendy…”

 

Ilustrasi: Mas Fendy


 

Mbak Inul akhirnya terbuka padaku hari itu. Dia bercerita bahwa sejak pacaran sama Mas Fendy, dia sudah rajin dicolok kontol Mas Fendy. Pada mulanya, kata Mbak Inul, terasa sakit sampai seminggu. Setelah itu, semuanya terasa enak. Bisa dibilang, dia malah ketagihan pengen kontol terus-menerus. Biasanya mereka ngentot sehabis maghrib di rumah Mas Fendy. Biasanya, Ayah dan Ibu Mas Fendy yang sama-sama menjadi perawat di puskesmas setempat sering kebagian shift malam. Tetapi, kalau lagi shift pagi dan sudah pulang sore hari, Mbak Inul tidak dapat jatah dan uring-uringan kepengen kontol.

“Aku juga pengen memekku dicolok, Mbak Inul…“ ucapku memberanikan diri berbicara. “Kalau seumuran aku, bisa enggak ya Mbak dicolok pakai kontol? Aku penasaran banget. Kayaknya, Mbak keenakan banget tuh…”

“Ya kalau sudah sering, rasanya enak, Tia… Kamu masih kecil masak udah pengen dientot, sih? Kan baru masuk SMA… Enggak bakalan tahan deh sakitnya pas pertama dicolok… Sakit banget tau,” kata Mbak Inul memperingatkan.

“Aku pengen, Mbak,” ucapku tidak memperdulikan peringatannya. “Tapi sama siapa, ya?”

Mbak Inul lalu tampak berpikir sejenak, lalu menjelaskan.

“Eh, Pak Bagoes tuh kayaknya bisa deh entotin kamu. Kamu mau enggak?”

“Pak Bagoes, satpam sekolah kita, Mbak?” tanyaku mengonfirmasi.

“Iya… Orangnya ganteng juga… Kontolnya gede juga. Kalau pakai celana satpam, kelihatan selangkangannya selalu menonjol, tuh…” jelas Mbak Inul secara detil. “Kalau memperawani yang masih kecil kayak kamu, butuh yang pengalaman… Teman sekelasku, Ratih, cerita dia rutin dientoti Pak Bagoes pas Sabtu dan Minggu, pas sekolh sepi. Sekarang, dia pasti sulit cari cewek baru. Kamu mau enggak dientot sama dia? Pasti enak tuh… Kontolnya kelihatan gede...”

Aku tergiur, tetapi takut juga.

“Mbak Inul aja duluan, ya… Boleh, ya? Ntar kalau Mbak sudah coba, baru Tia mau…” kataku meminta bimbingannya.

“Yah, nanti kalau ketahuan si Fendy, aku diputusin dong, Tia…”

Aku juga bingung menimpali perkataan Mbak Inul. Kami terus berjalan di area persawahan yang sepi. Tib-tiba, Mbak Inul penasaran ingin melihat memekku.

“Sini, coba Mbak lihat memek kamu, Tia… Biar Mbak tahu kamu siap dientot apa enggak…”

Kubuka rokku dan kuturunkan celana dalamku di depan Mbak Inul, memperlihatkan memekku.

“Sudah ada jembutnya gini… Kayaknya, bisa dientot, kok… Hampir sama kok sama punya Mbak…” katanya santai.

Setelah itu, kami memperlanjutkan perjalanan sampai ke rumah masing-masing.

[ … ]

Keesokan harinya, seperti biasa aku menunggu Mbak Inul pulang sekolah di lapangan futsal di dekat sekolah. Seperti biasa, aku memandangi pria-pria muda yang bermain futsal dan sebagian besar dari mereka bertelanjang dada. Rasa penasaranku terhadap tubuh pria semakin menjadi-jadi akibat pembicaraan dengan Mbak Inul kemarin.

Setelah dijemput di lapangan, aku berjalan bersama Mbak Inul bersiap-siap pulang ke rumah. Pucuk dicinta ulam pun tiba, tiba-tiba Pak Bagoes yang kelihatan kerepotan membawa berkas dari mobil dinas sekolah mendekati kami. Sepertinya, berkas-berkas itu adalah soal-soal ujian semester yamg akan dilaksanakan minggu depan dan perlu disimpan di rumah Pak Bagoes sementara untuk keamanan. Rumah dinas Pak Bagoes sebagai satpam memang terletak di belakang sekolah. 

“Eh, kebetulan ada Inul dan Tia!” ucap Pak Bagoes senang menemui kami. “Tolong bantuin Bapak bawain ini ke rumah belakang, ya…”

Pak Bagoes adalah seorang pria usia awal 30 tahunan yang berkulit putih untuk ukuran pria. Badannya atletis dan berotot, serta wajahnya yang brewok klimis nan macho. Senyumnya juga manis karena dia memiliki lesung pipi. Aku tahu dia digandrungi banyak siswi SMP dan SMA di sekolah karena dia tidak hanya tampan, tapi juga pandai kebapakan. Gara-gara cerita Mbak Inul soal skandal Pak Bagoes dan Mbak Ratih kemarin, aku jadi deg-degan melihat Pak Bagoes saat ini.

 

Ilustrasi: Pak Bagoes

Sesampai di rumah Pak Bagoes, aku dan Mbak Inul menaruh berkas ujian di ruang tamu mungil itu. Pak Bagoes menyuruh kami menunggu sebentar dan menjaga keamanan soal-soal ujian itu karena Pak Bagoes mau mandi dulu. Tidak lama kemudian, Pak Bagoes keluar dengan memakai singlet ketat yang menonjolkan otot dadanya yang sepertinya hasil ditempa latihan keras di gym. Terlihat dadanya sangat berotot yang membuat dia macho sekali.

Mbak Inul berbisik cukup keras di telingaku, “Dada Pak Bagoes gede banget, ya…”

“Eh, bisik-bisik apa kalian?” tanya Pak Bagoes sambil tersenyum senang dirinya dipuji.

Kukatakan bahwa Mbak Inul berkata dada Pak Bagoes besar sekali. 

Pak Bagoes mendekati kami, lalu mengatakan, “Kalian mau pegang otot-otot Bapak?”

Tanpa malu-malu lagi, Mbak Inul mengangguk-angguk antusias. Pak Bagoes membungkuk sehingga aku dan Mbak Inul bisa leluasa merabai dada Pak Bagoes serta otot bisep dan trisep-nya bergantian. Mbak Inul tidak saja memegang dada kelar Pak Bagoes, tetapi tangannya nyelonong meremas bagian dalam singlet-nya dan meraba perut six pack Pak Bagoes. Pak Bagoes tidak melarang. 

Mbak Inul mengatakan padaku, “Perutnya keras banget… Rasanya six pack lho, Tia…”

Aku kemudian ikut memegang abs Pak Bagoes di balik singlet seksi yang dia pakai itu. Mbak Inul berusaha kini membuka celana kolor yang dipakai Pak Bagoes, tapi dia segera mengingatkan agar pintu rumahnya ditutup dan dikunci terlebih dahulu.

“Takut ada orang lewat dan melihat Bapak sama kalian… Nanti Bapak bisa dipecat…”

Aku disuruh Mbak Inul untuk bergegas menutup dan mengunci pintu. Ketika aku kembali, celana Pak Bagoes sudah melorot ke tanah. Mbak Inul pun sudah memegangi kontol Pak Bagoes. Aku juga ikutan memegangi kontolnya yang berangsur-angsur menjadi keras. Tangan Mbak Inul bisa menggenggam kontolnya, tetapi tanganku tidak sampai karena saking panjang dan tebalnya kontol itu.

Pak Bagoes menyuruh kami melakukan gerakan maju mundur bergantian di kontolnya. Terasa di genggamanku kontolnya makin keras dan berkedut-kedut. Aku memandang kagum lambang kejantanan Pak Bagoes itu dengan mata yang tidak berkedip. 


{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

“Ini apa Pak yang muncrat dari kontol Pak Bagoes?“ tanyaku polos.

Mbak Inul menjawab, “Itu air mani, Tia…”

“Kok kamu tahu?” tanya Pak Bagoes, tampak menggoda Mbak Inul.

“Mbak Inul mah sudah pernah nyoba, Pak,” kataku polos.

Pak Bagoes mendekati Mbak Inul dengan tatapan antusias, “ Kamu udah nyoba gimana, Nul? Bilang aja sama Bapak. Engak apa-apa kok,” tanya Pak Bagoes, terus mencerca Mbak Inul dengan pertanyaan bertubi-tubi.

“Mbak Inul sudah pernah main sama Mas Fendy, pacarnya… Kontolnya Mas Fendy gede… Semua dimasukin ke memek Mbak Inul… Tia lihat sendiri,” kataku berusaha diikutkan dengan pembicaraan ini.

“Pak Bagoes, jangan bilang siapa-siapa ya, Pak…” kata Mbak Inul memohon. “Saya malu, Pak…”

“Bapak enggak bakalan bilang-bilang kok, Nul,” kata Pak Bagoes menenangkan. “Tenang saja…”

“Makasih, Pak…”

“Kontol pacar kamu gede, Nul?” tanya Pak Bagoes menyelidik.

“Enggak segede punya Bapak, lah… Punya Bapak gede dan panjang banget… Kontol Fendy cuma separuhnya punya Bapak,” jawab Mbak Inul jujur.

“Mau enggak Bapak entot?” tanya Pak Bagoes ke Mbak Inul terus terang.

Aku malah langsung menjawab, “Tia mau, Pak...”

“Ah, kamu masih kecil, Tia… Nanti saja kalau sudah kelas 3 SMA baru Bapak entot,” kata Pak Bagoes membuatku sebal.

“Tapi Pak, memek Tia sama matangnya kayak memek saya, kok,” kata Mbak Inul membelaku sambil membuka paksa rok dan celana dalamku. 

Pak Bagoes meminta aku menunjukkan memekku.

“Wah, iya ya… Memang kelihatan kayak memek wanita dewasa,” kata Pak Bagoes sambil mengamati memekku.

Pak Bagoes tampak membelai-belai pinggiran memekku, membuat tubuhku bergetar dan kakiku lemas.

Pak Bagoes lalu kembali mencecar Mbak Inul dengan berbagai pertanyaan.

“Kamu waktu main sama Fendy, kontolnya masuk semua, enggak?” ucap Pak Bagoes penasaran. “Kamu mau dimasukin punya Bapak mentok, enggak?”

“Mau,” jawab Mbak Inul tanpa malu-malu lagi.

“Tapi jangan sekarang… Di sekolah baru selesai rapat… Kalian keluar sekarang, ya… Takutnya masih ada orang di sekolah,” jelas Pak Bagoes.

“Tapi Tia pengen coba sekarang, Pak…” sahutku tidak sabar. “Sebentar saja, Pak… Secelup, dua celup…”

“Bapak juga baru keluar, Tia… Bapak masih belum bernafsu…” protes Pak Bagoes.

“Tia pengen coba sekarang…”

“Kamu benar-benar pengen disentuh pria ya, Tia?” tanya Pak Bagoes penuh selidik.

“Iya, Pak…” jawabku mantap.

“Ya sudah, sini kamu telanjangi diri kamu…. Cepat… Bapak cipokin bibir kamu, mainin tetek kamu, dan isepin pepek kamu… Mau, kan?”

 

Ilustrasi: Pak Bagoes

Aku pun semangat sekali mendengar Pak Bagoes mau menyentuhku. Tanpa ragu-ragu lagi, aku segera menelanjangi diriku hingga tak tersisa sehelai benang pun yang menutupi tubuh polos perawanku. Tubuhku langsung kedinginan dan bergetar hebat menikmati sensasi telanjang pertama kali di depan seorang lelaki. Apalagi, tak bisa kupungkiri, Pak Bagoes ini pria dewasa yang tampan dan seksi bukan main. Karena habis mandi, sekarang tubuhnya benar-benar segar dan wangi.

“Sini, tubuh perempuan memang harusnya dimanjakan dan dinikmati pria…” ucap Pak Bagoes sambil menarik tubuhku dan mengangkatnya ke sofa sederhana di ruang tamu yang pintunya tertutup itu. 

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]

PANDUAN MEMBACA VERSI LENGKAP:

Salam Pembaca yang Budiman,

Jeremy Murakami datang dengan sebuah cerita baru nih. Kalian punya 3 opsi untuk membaca karya ini:

1. Melalui What'sApp ke 0813-3838-3995
Silakan mengirim pesan ke What'sApp tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin. File PDF akan dikirimkan melalui e-mail atau langsung via What'sApp, tergantung permintaan pembaca.

2. Melalui Telegram ke @reading4healing / https://t.me/reading4healing
Silakan mengirim pesan ke Telegram tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin.

3. Melalui KaryaKarsa
Nanti akan ada versi pdf yang wajib kalian download setelah melakukan dukungan, ya. Tolong langsung di-download karena menghindari ketidaknyaman di masa mendatang. Setelah di-download, file PDF itu sudah ada di ponsel Anda dan bisa dibaca kapan pun juga.
Pembaca bisa search di laman pencarian dengan ID: reading4healing.
Kalau pencarian dari aplikasi tidak bisa muncul, kalian harus membuka via web seperti Google Chrome atau Safari, lalu ketik karyakarsa.com/reading4healing dan follow terlebih dahulu. Setelah itu, kalian bisa membuka di aplikasi di bagian orang yang kalian follow.

Nama file di KaryaKarsa adalah: SPS_JC

Maaf apabila nama file dibuat singkatan. Ini agar menghindari pemblokiran akun KaryaKarsa terhadap cerita bertema dewasa.
 

Bila ada pertanyaan, bisa hubungi via What'sApp ke admin Reading4Healing di: 0813-3838-3995
 

Terima kasih atas dukungan & antusiasme pembaca sekalian dengan karya-karya saya selama ini.
Semoga pembaca sekalian mendapatkan kesehatan dan kelimpahan rezeki dari Tuhan yang melimpah.
 

Salam sayang,
Jeremy Corazon

Continue Reading

You'll Also Like

609K 21.3K 51
For both the families, It was just a business deal. A partnership, that would ensure their 'Billionaire' titles. And to top it all off, they even agr...
51.1K 1.5K 21
🔴Atypical marriage ff "can you massage my foot please its become swollen "---kim seokjin " i am not your servant "---jeon jungkook ❤️Marriage jinkoo...
10.4K 54 12
WARNING! PERINGATAN! TOLONG DIPERHATIKAN BATASAN UMUR SEBELUM MEMBACA! BILA TOPIK TIDAK COCOK, JANGAN DITERUSKAN! 1. Cerita mengandung unsur lgbt, mx...
20.7K 2.5K 27
Lily Autumns has watched Allie Winters blow up her boss's, life three times. Once when Allie destroyed his company, and bought it for scraps, once wh...