My CEO is My Ex (On Going)

By WahyuniTyas3

4.8K 170 0

Bagaimana jadinya jika mantanmu adalah CEO di tempatmu bekerja, apalagi dia yg telah menorehkan luka di hatim... More

Prolog
Hilangnya Arunika
Kemarahan Raditya
Promnight
Kepergian Arunika
Penyesalan Devian
Bertemu Kembali
Perjodohan
Kau masih Kekasihku
Bertemu Kiara
Kedatangan Miranda
Ancaman Bondan
Misi Raka dan Arunika
Medusa dan Ratu Drama
Sahabat?
Perjanjian
Oma Renata
Aku Menyesal Arun
Kulkas dua pintu
Lebih Dekat?
Cemburu
Makan Malam 1
Makan Malam 2
Selena si Ratu Drama
Rencana Marissa
Pertemuan Oma Renata dan Arunika
Makan Siang
Di permalukan atau Mempermalukan
Sumpah Miranda
Penangkapan Bondan
Have Fun
Perjanjian Selena dan Erick
Deal
Are You Okay?
Jogjakarta punya cerita
Alasan Devian
Pengganggu
Senja yg Romantis
Amnesia disosiatif
Fakta Baru
Selena Berubah
Rahasia Marina
Misi Rahasia
Permintaan Arunika
Kembaran Arunika
Devian cemburu?
Kejutan untuk Erick
Aksi Clarissa
Arunika ngambek?
Surprised Birthday
Surat penangkapan Miranda
Bukti baru tentang Marissa
Selena pamit
Raditya kembaran Arunika?
Tentang Arunika
Surat gugatan cerai
Marissa dan selingkuhannya
Kepergian Selena
Marissa Kritis
Rencana tuan David
Marissa sadar
Resmi bercerai
Aksi absurb Arunika
Karma tabur tuai
Curahan hati Clarissa
Bertemu calon mertua
Pemilik Hatiku
Marissa di tangkap
Identitas Kiara?

Kaburnya Miranda

40 2 0
By WahyuniTyas3

Sudah satu minggu Miranda menjadi tawanan wanita paruh baya yg merupakan istri sah dari selingkuhannya, satu minggu pula wanita paruh baya itu mencoba bersabar untuk memberikan kesempatan pada Miranda, siapa tau Miranda mau menuruti keinginannya untuk mengembalikan uang yg pernah di berikan suaminya pada Miranda dan bertanggung jawab atas pengobatan suaminya yg di celakai oleh Miranda, namun sampai sekarang Miranda tidak menyesali perbuatannya malah semakin menjadi, Miranda setiap harinya berontak dan berteriak dengan semua sumpah serapah serta kalimat ancaman untuk wanita paruh baya itu dan Arunika.

Hari ini wanita paruh baya itu pergi ke kantor polisi untuk melaporkan kejahatan Miranda dan mempertanggung jawabkan perbuatannya, wanita paruh baya itu memutuskan untuk menyerahkan Miranda pada pihak berwajib saja, siapa tau dengan berada disana Miranda akan berubah dan menyesali perbuatannya.

Setengah jam perjalanan dari kantor polisi wanita paruh baya itu melajukan mobilnya untuk pulang ke rumahnya karena dia meninggalkan anaknya sendirian bersama baby sisternya, sedangkan suaminya masih berada di rumah sakit karena memang belum sadar dari komanya. Entah kenapa tiba - tiba perasaannya gelisah, kurang dari sepuluh menit mobilnya sudah sampai di kediamannya.

Saat turun dari mobil, dahinya mengernyit heran, tidak biasanya satpamnya sampai teledor membiarkan pintu gerbang terbuka, saat kakinya melangkah masuk melewati pintu utama, wanita paruh baya itu di buat semakin penasaran karena para pelayan, satpam serta tukang kebunnya mondar - mandir di depan gudang yg di tempati Miranda dengan wajah panik.

Saat sudah sampai di depan gudang barulah dia mengerti apa yg membuat para pelayannya panik seperti itu.

"Ada apa ini?". Tanya wanita paruh baya itu.

"Maaf nyonya, perempuan ini mengalami pendarahan hebat, sepertinya dia mengalami keguguran". Jelas kepala pelayan.

"Bagaimana bisa?, kenapa tidak langsung kalian bawa ke rumah sakit?". Wanita paruh baya itu menoleh kepada para penjaga yg di tugaskan untuk menjaga Miranda, "Kamu cepat angkat dia ke mobil, kita harus segera membawanya ke rumah sakit". Titahnya.

Dengan cepat penjaga itu membopong tubuh Miranda yg sudah berlumuran darah ke dalam mobil, dan bergegas membawanya ke rumah sakit terdekat, wanita paruh baya itu menemani Miranda yg berbaring di belakang dengan menggunakan pahanya sebagai bantalan kepala Miranda, sedangkan penjaga dan kepala pelayannya berada di bagian depan.

Dua puluh menit kemudian, mobil yg di tumpangi mereka tiba di rumah sakit yg sama dengan yg di tempati oleh suami dari wanita paruh baya itu.

Miranda di letakkan di brangkar dan di dorong menuju ruang IGD karena memang kondisinya sangat lemah. Setengah jam menunggu akhirnya dokter yg memeriksa Miranda keluar, dokter itu mengatakan jika bayi yg berada dalam kandungan Miranda tidak bisa di selamatkan dan dokter juga meminta persetujuan dari keluarga pasien untuk melakukan tindakan kiret pada rahim Miranda.

"Lakukan yg terbaik untuk pasien dok". Ucap wanita paruh baya itu. Dia takut jika nyawa Miranda tidak bisa di selamatkan, dia bisa menjadi terdakwa atas kematian Miranda karena saat itu Miranda berada di rumahnya, walaupun bukti mengarah jika memang Miranda sendirilah yg menggugurkan kandungannya dengan meminum teh chamomile, namun wanita paruh baya itu tetap khawatir dan tidak tega melihat Miranda yg sudah lemas tak berdaya.

Miranda mengelabuhi pelayan agar mau memberikan teh chamomile untuk di konsumsinya setiap hari dengan alasan untuk menjaga kesehatan tubuhnya agar tidak sakit karena di kurung di gudang, pelayan yg tidak tau jika Miranda hamil pun langsung menuruti permintaannya.

"Baik, tapi dari pihak keluarga pasien harus menanda tangani dulu surat persetujuannya baru kami akan melakukan tindakan selanjutnya, mari ikut saya". Ucap dokter itu melangkah mendahului wanita paruh baya untuk menuju ruangannya.

***

Dua hari di rawat di rumah sakit keadaan Miranda berangsur membaik, saat ini Miranda berstatus menjadi tahanan luar namun ada pengawalan ketat dari pihak kepolisian yg berjaga di depan ruangan rawat inap Miranda.

Saat selesai di periksa oleh dokter dan seorang perawat, Miranda mengeluhkan ingin buang air kecil tapi kepalanya pusing untuk beranjak dari brangkar, akhirnya Miranda meminta perawat untuk membantunya ke kamar mandi, saat tiba di dalam kamar mandi Miranda melakukan aksinya, dia memukul tengkuk perawat itu sampai pingsan, setelah itu dia melepas pakaian yg di gunakan oleh sang perawat dan memakainya, Miranda menyamar sebagai perawat untuk mengelabuhi para pengawal yg berada di depan ruangannya agar dia bisa keluar dengan mudah dari kamarnya. Tidak lupa Miranda juga memakaikan pakaiannya ke tubuh perawat tadi dan menyeretnya untuk berbaring di ranjang menggantikannya. Miranda menutupi wajahnya menggunakan masker agar tidak ada yg mengenalinya, saat sudah berada lumayan jauh dari kamarnya Miranda mengambil ponsel perawat tadi yg dia simpan di dalam saku bajunya. Miranda mengetik nomor sahabatnya yg sudah di hafalnya di luar kepala agar menjemputnya di belakang rumah sakit xcc.

"Hallo dengan siapa?". Sahut seseorang di seberang sana.

"Len ini gue Miranda, tolong jemput gue di belakang rumah sakit xcc, gue tunggu cepat". Ucap Miranda yg langsung mematikan sambungannya setelah dia selesai bicara tanpa menunggu jawaban seseorang di seberang sana.

Tiga puluh menit kemudian, mobil yg di kendarai Selena tiba di depan Miranda, Ya yg tadi di hubungi Miranda adalah Selena, Miranda meminta bantuan Selena karena cuma Selena yg mau menuruti perkataannya tanpa bertanya lebih detail.

"Ngapain lo pakai baju kayak gitu?". Tanya Selena menatap aneh Miranda yg memakai pakaian perawat lengkap.

"Udah jangan banyak tanya, mending sekarang kita cepat pergi dari sini sebelum ada yg mencurigai kita". Ucap Miranda yg tergesa - gesa masuk ke dalam mobil Selena. Selena pun menurut dan langsung melajukan mobilnya meninggalkan rumah sakit itu.

"Kita akan kemana sekarang?". Tanya Selena lagi sambil melirik Miranda melalui ekor matanya.

"Bawa aja gue ke tempat persembunyian kita". Jawab Miranda sambil melepas maskernya. "Huft.. Akhirnya gue lolos juga". Miranda menghela nafas lega kemudian tersenyum sinis mengingat dia bisa mengelabuhi para pengawal dari pihak kepolisian itu.

"Lo ada masalah apa?, cerita sama gue, tidak mungkin kan lo sudi menyamar jadi suster ngesot gini kalo tidak ada yg ngejar - ngejar lo". Selena yg masih penasaran dengan apa yg baru saja sahabatnya itu alami.

"Sialan lo ngatain gue suster ngesot". Miranda ngegas, "Ntar aja gue ceritain kalo udah nyampek, sekarang gue mau istirahat dulu". Setelah berkata seperti itu Miranda memejamkan matanya dan terlelap mengarungi mimpi.

Selena yg berada di samping Miranda menatapnya sendu, Selena iba dengan Miranda yg semasa hidupnya kurang mendapat kasih sayang dari keluarganya sehingga membuat Miranda menjadi perempuan pemberontak dan iri ketika melihat ada yg lebih bahagia hidupnya dari pada dia, Miranda yg terlihat arogan dan angkuh itu hanyalah topeng belaka, sebenarnya hatinya rapuh haus akan perhatian, ibu yg seharusnya memberikan kasih sayang padanya malah membencinya dan menganggapnya sebagai anak pembawa sial, sedangkan ayahnya semenjak Miranda lahir dia tidak pernah melihat wajahnya.

Satu jam lebih mobil yg di kendarai Selena tiba di rumah minimalis berlantai dua yg terletak di pinggiran kota. Selena menoleh kearah Miranda yg masih nyenyak dalam tidurnya.

"Mir bangun udah sampai". Selena membangunkan Miranda sambil menepuk - nepuk lengannya.

"Euunghh..". Miranda melenguh, di kerjap - kerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yg masuk ke dalam retinanya.

"Apa kita udah sampai?". Tanya Miranda sambil menatap sekitar, Selena hanya mengangguk dan bergegas turun dari mobil, Selena capek karena habis perjalanan jauh, dia ingin mengistirahatkan tubuhnya agar tidak lemas dan ngedrop, Menurut anjuran dokter seharusnya Selena tidak di perbolehkan untuk berkendara jauh apalagi menyetir sendiri, itu bisa membahayakan janin yg ada di dalam kandungannya.

"Lo hutang cerita sama gue". Ujar Selena saat mereka sudah memasuki kamar dan duduk bersebelahan di sofa.

"Oke gue akan ceritain semuanya". Miranda mulai menceritakan dari awal saat dia mencelakai selingkuhannya karena tidak mau bertanggung jawab terhadap janinnya dan malah meragukannya, lalu pertemuannya dengan Arunika di restoran hingga membuatnya menjadi tawanan wanita paruh baya yg berstatus sebagaj istri sah dari selingkuhannya, dia juga menceritakan tindakan konyolnya yg sudah menggugurkan kandungannya supaya bisa terbebas dari hukuman penjara sampai kejadian tadi saat dia menyamar menjadi suster agar bisa kabur dari pengawalan polisi, Miranda juga menceritakan rencananya untuk balas dendam kepada wanita paruh baya itu dan terutama kepada Arunika yg telah membuatnya menjadi tahanan seperti sekarang ini. semua Miranda ceritakan dengan Selena detail tanpa ada yg terlewatkan.

"Lo gila bunuh darah daging lo sendiri". Bentak Selena. Selena tidak menyangka sahabatnya begitu kejam dan tega membunuh janin yg tidak bersalah.

"Itu adalah satu - satunya cara agar gue bisa bebas dari hukuman penjara, lagian gue juga gak menginginkan bayi itu lahir karena gue emang gak tau siapa ayah biologisnya". Jawab Miranda enteng.

"Lo bener - bener udah gila Mir, gue gak nyangka lo bisa sekejam ini sama bayi yg tidak berdosa, meski lo gak tau siapa ayahnya harusnya lo tetep merawat dan menjaganya bukan malah membunuhnya". Selena geleng - geleng kepala mendengar jawaban Miranda yg tak merasa bersalah itu.

"Lo enak bicara gitu karena lo punya harta yg bisa menghidupi anak lo meski tanpa ayah kandungnya, sedangkan gue harus mencari uang yg banyak untuk biaya hidup gue dan melunasi hutang nyokap belum lagi jika anak itu lahir pasti beban gue akan bertambah banyak, dan satu - satunya jalan ya gue harus merelakannya pergi meski sebenarnya gue juga gak tega membunuhnya", lirih Miranda di akhir kalimatnya, "Mungkin lo juga akan melakukan hal yg sama jika berada di posisi terjepit kayak gue". Imbuhnya.

Selena menghela nafas panjang, dia tau betul bagaimana rumitnya hidup yg di alami sahabatnya, Miranda rela merayu lelaki hidung belang dan menjadi simpanannya agar mendapatkan uang yg banyak untuk melunasi hutang ibunya dan untuk kebutuhan hidupnya. Memang sekarang ibunya sudah menikah dengan orang kaya namun ibunya tidak bisa mengambil uang dengan jumlah yg besar jika tidak ingin di curigai oleh suaminya, jadi ibunya membebankan hutangnya pada Miranda karena hutang itu di gunakan ibunya dulu untuk merawat Miranda yg sakit - sakitan.

"Jadi apa rencana lo selanjutnya?". Tanya Selena.

"Untuk sementara waktu gue akan bersembunyi dulu, setelah semua aman gue akan balas dendam dengan wanita itu terutama dengan Arunika, gue gak rela jika dia bahagia diatas penderitaan gue, kalo gue gak bisa dapetin Devian, Arunika atau yg lain juga gak akan bisa". Ucap Miranda dengan kilatan di matanya penuh dendam.

"Sebaiknya sudahi dendam lo itu sebelum membuat hidup lo tambah hancur Mir, mulailah menata masa depan agar hidup lo bisa lebih baik lagi kedepannya, gue bilang gini bukannya ingin memihak mereka yg jahat sama lo, tapi mereka tidak akan berbuat seperti itu jika tidak di usik". Selena menatap serius wajah Miranda, "Gue gak mau lo nyesel kayak gue, jadi sebelum itu terjadi gue mohon hentikan semuanya dan mulailah dari awal, jadilah Miranda yg dulu gue kenal, Miranda yg baik hati dan tidak mudah di dekati oleh lelaki". Tutur Selena menasehati Miranda agar berubah.

"Gue gak tau apa yg membuat lo jadi sok suci kayak gini, tapi yg jelas gue gak akan berhenti sebelum dendam gue terbalaskan, jika lo gak mau bantu gue gak masalah, gue masih bisa ngelakuinnya sendiri, lagian yg tau hidup gue itu cuma gue bukan lo atau orang lain, jadi stop ikut campur urusan gue, mulai sekarang lo bukan sahabat gue lagi". Ucap Miranda yg kecewa dengan penuturan Selena. Menurut Miranda Selena terlalu naif jadi perempuan.

"Okey kalo itu mau lo, tapi jangan menyesal jika suatu saat terjadi sesuatu sama lo karena gue udah coba peringatin lo, gue pergi". Setelah berkata seperti itu Selena melangkah pergi meninggalkan Miranda seorang diri.

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
1.8M 132K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
847K 17.9K 28
Semua yang terjadi adalah kesalahan terbesarku. Dimana aku dengan tidak tahu malunya memberikan segalanya untuknya. Tapi aku tidak pernah menyesal. A...
675K 31.2K 65
Jika cinta adalah sebuah kesalahan. Maka aku tidak ingin mengenalnya. Novel ini hanya berisi cerita klasik ketika gadis bernama Pentry Meiva, seorang...