NAGISA DAN TAKDIRNYA

By Kalpaijo

11.7K 1.1K 1.1K

"Gimana ya rasanya pakai baju putih abu-abu?" "Gimana ya rasanya bisa punya banyak teman?" "Gimana ya rasanya... More

PROLOG
1. KETAHUAN
2. KEPERGOK LAGI?
3. HUJAN DAN DIA LAGI?
4. RUMAH POHON & BUKU DIARY
5. PEMBULLYAN GISA
6. DIA BAIK AKU SENANG BERTEMAN DENGANNYA
7. PENOLONG GISA ADALAH ELTAIR?
8. PENYELAMAT GISA & HUJAN BERSAMA DIA
9. DARAH APA INI?
10. UPACARA, GISA DAN KAKEK BADRAN
12. GALEN DAN GISA JUALAN CENDOl DI TAMAN SORE ITU
13. MIMPI DAN JUGA HARAPAN GISA
14. DANAU, PELANGI & BERSAMA DIA
15. GUE JANJI AKAN MELINDUNGI GIA TERUS
16. MELUKIS DIA DI TAMAN FLORA
17. DIKERUMUNI BANYAK ORANG
18. MAAF GIA, AKU GAGAL LINDUNGI GIA
19. RUMAH SAKIT

11. GISA KEPERGOK OLEH KETIGA SISWI BINA DIRGANTARA

659 60 59
By Kalpaijo

Gadis dengan kaus kuning pendek itu berdiri di depan cermin sedang masangkan topi hitam di kepalanya dan memakai tas berwarna pink.

Gisa menatap dirinya dipantulan cermin. Seulas senyum tipis terbit di bibirnya. "Bismillah semangat, Gisa," ucapnya pada diri sendiri.

Setelah itu Gisa berjalan keluar dari kamarnya, ia pergi ke dapur untuk mengambil nasi dan air hangat.

Langkah kakinya berjalan kembali menunju kamar kakeknya yang berada di sebelah kamarnya.

Saat Gisa masuk ke dalam kamar kakeknya ia melihat kakeknya masih tertidur pulas. Gisa menyimpan nasi dan air minum di atas nakas. Kemudian ia duduk di tepi ranjang kakeknya.

Gisa menatap wajah kakeknya yang masih tertidur pulas membuat Gisa tidak tega untuk membangunkannya. Luka-luka di wajah kakeknya sudah mendingan karena semalem Gisa mengompresnya.

Tiba-tiba mata kakek Badran terbuka. Mengerjapkan matanya beberapa kali dia pun menoleh ke arah Gisa yang ada di sampingnya sedang duduk, Gisa membalasnya dengan senyuman hangat.

"Gisa."

"Iya, Kakek?"

"Gisa mau kemana pake topi?" tanya kakeknya. Dia terbangun dari posisi tidurnya yang dibantu oleh Gisa.

"Gisa mau jualan cendol, Kek. Kakek diem di rumah aja ya karena lagi sakit, biar Gisa aja yang jualan."

"Tapi, Gi, kamu nggak apa-apa jualan sendiri? Kakek nggak tega, Nak."

"Nggak apa-apa, Kakek."

Menghela napas berat kakek Badran mengangguk saja. Sebenarnya ia tidak tega jika cucunya berjualan cendol sendirian apalagi membawa gerobak yang lumayan agak berat.

Gadis itu lalu mengambil nasi di atas nakas. "Kakek, sekarang makan dulu, ya, Gisa suapin." Kemudian Gisa menyuapi kakek Badran nasi goreng buatannya sendiri tadi pagi.

Setelah kakek Badran selesai makan dan minum Gisa lalu membereskan kembali piring dan gelas bekas kakeknya itu ke dapur. Kemudian Gisa kembali ke kamar kakeknya, ia menatap ke arah kakek Badran. "Kakek, Gisa pamit ya mau jualan dulu. Kakek diem aja di rumah ya, Gisa juga nanti pulang cepet kok."

"Iya, Gi. Hati-hati di jalan ya, Nak. Maafin Kakek karena harus kamu yang jualan seharusnya itu, Kakek," ucap kakeknya dengan raut wajah sedih. Kakek Badran sebenarnya tidak tega kalau Gisa jualan sendirian, tetapi cucunya itu bilang kalau dirinya tidak apa-apa.

Gisa mengelengkan kepala. "Nggak usah minta maaf, Kakek, ini udah jadi tugas Gisa sebagai cucu, Kakek. Yaudah, Gisa pamit ya, Kek." Lalu Gisa menyalami tangan kakeknya.

"Assalamualaikum, Kek." Kemudian Gisa berjalan keluar dari kamar kakeknya.

"Wa alaikumus salam, Nak."

Mengangkat kedua tangannya kakek Badran berdoa. "Ya Allah lindungi cucu hamba dari orang-orang jahat, semoga cucu hamba bisa kembali pulang dengan selamat. Aamiin."

Kakek Badran menatap sendu ke arah pintu kamar yang sudah ditutup oleh Gisa. Tiba-tiba air matanya jatuh begitu saja. Dadanya sesak karena cucunya harus berjualan sendirian, ia benar-benar tidak tega takut terjadi apa-apa pada pada cucunya karena sekarang banyak orang jahat jadi kakeknya sangat khawatir, tetapi itu juga atas kemauan Gisa sendiri ingin jualan cendol.

Kakek Badran bukan tidak mau berjualan cendol, akan tetapi tubuhnya benar-benar tidak kuat untuk berdiri karena luka di wajahnya masih terasa sakit dan juga dibagian dadanya yang begitu terasa sakit akibat kemarin ulah preman tidak tahu diri itu memukuli kakek Badran membuatnya sakit seperti ini.

🌧️°•🤍•°🌨️

Tepat pukul 07.03 WIB Gisa baru saja sampai di depan gerbang sekolah SMA Bina Dirgantara untuk berjualan cendol. Dia meletakan roda di tempat biasanya----dekat pedagang siomay.

Pedagang siomay itu menoleh ke arah Gisa. "Neng, Kakek Badran kemana nggak ada?" tanyanya.

Menoleh ke arah suara itu Gisa pun menjawab, "Kakek lagi sakit, Mang."

Pedagang siomay tersebut terkejut dengan ucapan Gisa barusan.

"Inalillahi.. sakit apa emangnya, Neng?"

"Semua badan Kakek sakit."

"Kok bisa, Neng."

Gisa duduk di kursi plastik kemudian ia mulai bercerita pada mamang siomay itu. "Jadi gini Mang.. pas kemarin Kakek pulang jualan tiba-tiba ada preman yang cegat Kakek di jalan terus mereka mukulin Kakek karena maksa minta uang, dan sampai sekarang tubuh Kakek masih sakit."

Mamang siomay itu membekap mulutnya tidak percaya. "Astaghfirullahaladzim ya Allah.. itu keterlaluan banget premannya sampe mukulin kakek Badran segala, kurang ngajar banget itu preman," ujar mang siomay. "Sabar ya, Neng, semoga Kakek Badran bisa cepet sembuh lagi. Aamiin," lanjutnya.

"Aamiin ya Allah, makasih ya mang udah bantu doain." Pedagang siomay itu mengangguk sembari tersenyum tipis.

"Iya Neng sama-sama. Makanya sekarang harus hati-hati ya, Neng, kalau di jalan pas pulang. Apalagi Eneng cewek takut kenapa-napa."

"Oke, Mang. Gisa pasti hati-hati, kok."

🌧️°•🤍•°🌨️

Dari luar gerbang Gisa mendengar suara bel masuk telah berbunyi nyaring di wilayah SMA Bina Dirgantara. Para siswa-siswi mulai memasuki kelasnya masing-masing karena jam pelajaran pertama akan segera dimulai.

Satpam di sekolah itu menutup gerbang rapat dan menguncinya. Setelah selesai, dia duduk kembali di posh satpam.

Gisa menoleh ke kanan-kiri untuk memastikan tidak ada orang yang memperhatikannya. Para pedagang di sana pun sedang sibuk mengobrol dengan sesama teman dagangnya dan ada juga yang memainkan ponsel.

Berdiri dari posisi duduknya kaki jenjang Gisa berjalan ke arah gerbang yang sudah ditutup rapat. Gisa memegang gerbang itu sambil mencari seseorang.

"Pak Heru," ucap Gisa pelan pada satpam yang tengah duduk di dalam posh.

Heru kemudian melihat ke arah gadis yang memanggilnya. Dia keluar dari posh untuk menghampiri Gisa.

"Iya, Neng Gisa, kenapa?"

"Boleh bukain gerbangnya, Pak?"

"Oh, iya, boleh Neng. Sebentar ya." Gisa mengangguk. Sedangkan satpam tersebut membuka gembok. Setelah gembok terbuka satpam itu membuka gerbangnya sedikit.

Lalu Gisa masuk ke dalam. Pak Heru menutup dan mengembok kembali gerbangnya.

"Makasih banyak ya, Pak," kata Gisa tersenyum ramah.

Satpam bernama Heru itu tersenyum seraya mengangguk. "Iya, Neng Gisa, sama-sama."

"Kalau begitu Gisa ke sana dulu ya, Pak. Makasih ya, Pak Heru udah bolehin Gisa masuk ke sini."

"Iya, Neng Gisa. Hati-hati ya, Neng, takut ada guru." Heru merogoh saku celananya. "Nih, Neng, pake masker biar aman." Heru memberikan masker berwarna hitam pada Gisa. Dengan senang hati Gisa mengambilnya.

"Makasih banyak ya, Pak. Pak Heru baik banget sama Gisa." Mata Gisa berkaca-kaca karena ia bersyukur dipertemukan dengan orang sebaik pak Heru.

Gisa dan Heru sudah mengenalnya dari sejak lama, waktu itu Gisa kepergok mengintip di jendela belakang sekolah oleh Heru sejak masih awal-awal Gisa mengintip di jendela belakang sekolah, dan saat kejadian itu Heru tidak melaporkannya kepada guru karena Gisa menangis di depannya sembari memohon-mohon untuk tidak memberitahukannya kepada siapapun. Pada waktu itu Gisa juga menceritakan tentang alasan dia suka mengintip di jendela belakang sekolah pada satpam tersebut.

Setelah Heru mengetahui kisah menyedihkan dari Gisa dia benar-benar kasian pada gadis tersebut. Sejak saat itu Heru tidak memberi tahu kepada siapun tentang Gisa, dia juga membolehkan Gisa untuk masuk lewat gerbang utama Bina Dirgantara, tetapi harus hati-hati.

Heru tersenyum lagi. "Iya, Neng, sama-sama. Yaudah, gih ke sana takut ketahuan sama guru."

"Iya, Pak. Gisa pergi dulu, ya. Assalamualaikum." Gisa memakai masker hitamnya lalu kaki jenjangnya melangkah pergi dari sana.

"Wa alaikumus salam." Heru menjawabnya sembari menatap punggung gadis itu yang sudah menjauh. Dia tersenyum pedih sekaligus sangat kasian pada gadis itu. Heru juga sudah berjanji pada dirinya sendiri dan juga kepada Gisa untuk tidak menceritakan tentang Gisa kepada siapapun.

Heru masih tidak menyangka bahwa di dunia ini masih ada orang yang seperti dia. Untuk pertama kalinya Heru melihat ada seorang anak remaja diumur 17 tahun yang dengan semangatnya belajar walaupun tidak memakai seragam sekolah seperti anak remaja lainnya.

Satpam itu sangat salut pada gadis tersebut.

Di saat orang-orang bermalas-malasan untuk belajar, ternyata masih ada seseorang diluaran sana yang berjuang mati-matian untuk bisa belajar.

Ya, gadis itu...

Nagisa Gloria.

Yang ingin bisa belajar dengan cara mengintip di jendela belakang sekolah.

Yang setiap harinya berdiri di atas bangku kayu supaya bisa belajar. Walaupun terasa pegal, tetapi dia tidak menyerah sama sekali.

Dia juga tidak mengeluh sama sekali.
Justru dia sangat bersemangat untuk bisa belajar.

Walaupun, dengan cara mengintip di jendela, tetapi dia sangat bersyukur.

🌧️°•🤍•°🌨️

"Kalian berdua aja yang ngambil tuh buku ke dalam gue tunggu di luar."

"Enak aja lo, nggak mau gue," sahut Chellsy pada Feli.

"Gue juga nggak mau," ucap Naomi yang sedang memakan permen gagang. "Mendingan lo aja Chell, yang masuk ke dalam."

"Idih-idih enak aja ya lo nyuruh-nyuruh gue, nggak mau gue."

"Yaudah lo aja Feli masuk ke dalam," kata Naomi pada Feli yang berada di tengah-tengah mereka.

Ketiga cewek itu tengah berjalan di koridor menuju perpustakaan untuk mengambil buku pelajaran yang disuruh oleh guru mereka. Letak perpustakaan itu berada di dekat taman sekolah.

Feli menoleh ke arah Naomi dengan tangan bersedekap dada. "Berani banget ya lo nyuruh-nyuruh gue? Inget di sini siapa bos nya? Gue, gue bos kalian," ujar Feli menunjuk dirinya sendiri. Naomi hanya membuang napas saja, sedangkan Chellsy memutar bola matanya.

Mereka berhenti berjalan tepat di depan perpus. Feli merangkul pundak kedua temannya lalu berkata, "Biar adil lo berdua aja yang masuk ke dalam buat ambil bukunya dan gue tunggu di sini, oke?"

Chellsy dan Naomi hanya menghela napas saja. "Okee bos Ratu Felisya Kirani!" ucap mereka barengan membuat Feli tertawa kecil mendengarnya.

"Nah, good sayangku." Chellsy dan Naomi pun masuk ke dalam perpus, sedangkan Feli menunggu di luar, dia duduk di kursi yang tersedia di sana sambil memainkan ponselnya.

Beberapa menit kemudian Chellsy dan Naomi sudah keluar dari perpus, tangannya membawa buku pelajaran yang disuruh oleh Bu Dwi.

"Yuu balik kelas," ajak Chellsy.

"Eh, bentar dulu dong. Guys mendingan kita ke belakang sekolah dulu buat tiktokan bentar, mau nggak?" Feli menaik turunkan alisnya.

"Ayo-ayo gue juga udah lama nih nggak tiktokan," balas Naomi semangat.

Ya, mereka bertiga memang sering tiktokan di sekolah. Di kelas, di lapangan sekolah, bahkan di rooftop sekolah pun mereka pernah. Dimana-mana pun mereka selalu tiktokan karena Ratu Felisya Kirani itu adalah seleb tiktok punya SMA Bina Dirgantara.

"Terus ini buku gimana? Nanti bu Dwi marah lagi," ujar Chellsy masih memegang beberapa buku di tangannya.

Feli menghela napas pendek. "Santai aja kali, Chell, kita cuma bentar doang, kok. Bukunya taruh di sini aja bentar." Feli menunjuk kursi kosong yang ada di sebelahnya.

Chellsy mengangguk saja. "Oke deh." Dia pun menyimpan buku itu di kursi.

Kemudian mereka membalikkan tubuhnya. Langkah ketiga cewek itu berjalan ke arah belakang sekolah dengan posisi Feli berada di tengah-tengah mereka dan Naomi di samping kanan, sedangkan Chellsy di samping kiri.

Mereka meninggalkan buku yang disuruh oleh gurunya begitu saja, dan lebih memilih ke belakang sekolah dulu untuk membuat tiktok. Sungguh murid yang tidak patut untuk dicontoh.

Ketiga cewek itu sudah berada di belakang sekolah. Tiba-tiba langkah kaki Feli terhenti begitu saja karena melihat seseorang dari kejauhan yang tengah berdiri di atas bangku kayu yang sudah tidak terpakai lagi. Jarak Feli dengan gadis itu sedikit agak jauh. Feli menyipitkan matanya.

"Guys, liat deh itu siapa?" ucap Feli menunjuk dengan dagu. Kedua temannya mengikuti arah yang ditunjuk oleh Feli.

Chellsy mengernyitkan dahinya. "Eh, itu siapa di sana? Keknya dia cewek deh."

"Yaudah, kita samperin aja," ajak Naomi. Mereka mengangguk, kakinya melangkah mendekati seseorang tersebut.

Ketiga cewek itu sudah berdiri di belakang seorang gadis yang saat ini masih berdiri di atas bangku kayu dan masih sibuk menulis dengan posisi bukunya ditempelkan ke dinding sekolah. Gisa belum menyadari kalau ada orang lain di belakangnya.

"Hey, siapa lo?!" ucap Feli dengan nada yang agak tinggi.

Deg!

Mampus!

Dia ketahuan.

Mendadak jantung Gisa berdegup kencang.

Gisa membalikkan tubuhnya, ia benar-benar terkejut di hadapannya tiba-tiba ada tiga cewek yang menatapnya dengan seribu pertanyaan dan tangan mereka dilipat di depan dada. Gisa lalu turun dari atas bangku, mengambil tasnya yang di taruh di bawah dengan kepala menunduk.

Feli, Chellsy dan Naomi saling pandang satu sama lain.

"Lo siapa? Ngapain berdiri di bangku ini sambil nulis? Terus ngintipin kelas gue lagi?" Gisa meneguk ludahnya saat Feli bertanya padanya.

Gadis itu tidak menjawabnya, ia memilih untuk diam saja sambil menunduk.

"Hey, lo siapa si ngapain ada di sini?" Kini yang bertanya Naomi.

Masih tak ada jawaban.

Menghela napas kasar Feli kembali bersuara. "Woy jawab! Lo siapa sebenarnya?!"

"Jawab dong!"

"Nih orang nggak mau jawab juga. Punya mulut nggak lo?! Atau bisu lo?!" Feli mulai emosi sendiri karena Gisa tidak membuka suaranya.

"Kayanya iya deh ini cewek emang beneran bisu," ujar Chellsy yang mulai jengah.

"Bisu jawab! Punya mulut nggak lo, hah?" Kini Naomi yang bersuara. Dia menatap Gisa dari atas sampai bawah.

"Buka maskernya bisu!" kata Feli yang mulai kesal. Dia mendekati Gisa, kemudian Feli melepas masker yang menutupi wajah Gisa dengan sangat kasar.

Setelah masker terbuka Feli terkejut melihat wajah gadis itu. "Elo? Yang waktu nabrak mobil gue, 'kan? Dan si Galen marahin gue demi belain cewek kayak lo!"

"Wah, iya, ini cewek yang waktu itu," ujar Naomi yang masih inget dengan jelas wajah Gisa waktu kejadian tempo hari.

"Lah, iya, ini cewek yang dibelain sama si Galen waktu itu, 'kan?" cakap Chellsy.

Tubuh Gisa mendadak bergetar, ia masih menunduk. Tangannya meremas ujung bajunya.

Karena sudah kelewat kesal Feli mengangkat dagu Gisa dengan kasar. "Ngapain lo ada di sini, hah?" Feli menatap tajam. Mata Gisa berkaca-kaca, ia mencoba menahan air matanya untuk tidak jatuh, ia tidak boleh menangis di sini.

"A-aku c-cuma ma-m---"

"A u a u ngomong yang jelas bego!" geram Feli.

"Gue kesel sama lo dan benci sama lo karena waktu itu si Galen marahin gue dan malah lebih belain cewek kampungan kaya gini, ini balasan buat lo."

Plak!

Satu tamparan keras mendarat mulus di pipi kanan Gisa yang berasal dari tangan Feli. Gisa memegangi pipinya yang terasa panas sekaligus perih.

Kedua temannya membekap mulutnya sendiri karena kaget atas apa yang telah dilakukan oleh Feli terhadap Gisa.

"Mantap nggak tuh," lontar Naomi.

"Sakit nggak, sakit nggak, ya sakit lah masa nggak." Chellsy tertawa bersama Naomi.

Gisa mengepalkan tangannya. Dia menahan untuk tidak emosi. Gisa mencoba untuk berani menatap Feli yang ada di depannya. "Kenapa kamu tampar saya? Saya salah apa sama kamu?" ucapnya.

Feli tertawa miring mendengarnya, tangannya bersedekap dada. "Lo nanya letak salah lo ada di mana? Lo pikir sendiri bego! Waktu itu lo tabrak mobil gue dan malah si Galen yang tanggung jawab harusnya itu elo bukannya si Galen. Gue kesel sama lo karena waktu itu si Galen lebih belain lo daripada gue! Udah ngerti kan sekarang letak salahnya lo ada di mana?!"

"Dasar bego!" Kemudian Feli mendorong Gisa ke belakang hingga kepala Gisa terbentur tembok.

"STOP! APA-APAAN KALIAN INI SAYA LAPORKAN SEKARANG JUGA KE KEPALA SEKOLAH KARENA KAMU MAIN KEKERASAN!"

Nagisa Gloria

Vote dan komennya ya💌🍰


Kangen Galen gak?
Next part selanjutnya Galen hadir lagi kok😘❣️

Follow the author's Instagram @an.nuraa🩰🎀🌷

Continue Reading

You'll Also Like

5.3K 731 11
[Chanyeol-Jiyeon] Kehadiranmu adalah bentuk rasa kecewaku pada manusia yang berujung marah pada takdir Tuhan. Tapi...
1.2M 110K 58
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
340K 23.1K 28
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN PART AKAN DI-PRIVATE!!!] . . . [VOTE SESUDAH MEMBACA!] Seorang mahasiswa yang sangat terkenal dan kaya,memiliki waj...
1.4K 516 27
⚠️TOLONG HARGAI DENGAN MEMBERI VOTE DAN JUGA KOMENTARNYA. karena pada dasarnya mau sejelek apapun cerita seseorang, tetap di perlukan usaha untuk mem...