G A M O N ✔

By UchihaHyuvvi

9.7K 1.6K 651

Bisa dikatakan Hinata gagal move.. lalu melibatkan Uchiha Sasuke untuk membalas mantan kekasihnya. Dan yang p... More

[01] G A M O N
[02] Sisa Rasa
[03] Pelukkanmu yang hangat
[04] Jealous
[05] Aku dan Dia
[06] i'm yours
[07] Far Away
[08] Sasuhina
[09] yes,
[10] Oh, seperti ini...

[11] The End,

869 141 64
By UchihaHyuvvi


G A M O N

...

Ujian kelulusan sudah didepan mata, semua siswa-siswi sibuk membekali diri untuk menghadapinya. Termasuk Sasuke dan Hinata.
Kendati demikian, meskipun ditengah-tengah kesibukkan belajarnya. Mereka tetap menyempatkan waktu untuk saling menyayangi dan memberi perhatian walaupun terkesan tipis.

Mereka benar-benar tidak ada waktu, mental dan otaknya seakan digembleng untuk persaingan ketat agar bisa masuk ke universitas bergengsi dan ternama. Mereka seakan berlomba-lomba untuk menjadi yang teratas. Tidak ada yang namanya malas, sekali menguap saja rasanya seperti satu pengetahuan kabur melayang bersama hembusan napas.

"Aku lelaaaaaah"

Hinata membanting penanya keatas buku, kepalanya terjatuh lunglai dibahu kekar seorang pria yang duduk disamping Hinata. Dia merasa kalau tubuhnya seperti mati rasa dari atas sampai bawah. Bahkan otaknya serasa mengecil setiap dia membaca satu kalimat lagi. Rasanya kepala Hinata ingin meledak.

"Bagaimana kalau dikita bakar saja buku ini, nanti abunya di campur ke air lalu diminum ?"

Sasuke terkikik pelan, tangannya mengusap gemas puncak kepala Hinata yang bersandar dibahunya.
"Aku lebih setuju kalau bukunya dikasih sarung bantal lalu dijadikan bantal untuk tidur"

Hinata menjentikkan jarinya.
"Ide bagus... sekarang tutup bukunya !!" Seru Hinata sembari menutup kasar sepaket buku tebal dihadapannya. Kemudian dia beralih menutup buku Sasuke yang lebih tebal dari pada miliknya.

Sasuke hanya mengantupkan bibirnya, dia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam. Secepat itu ?

Tapi meskipun sudah malam, nyatanya perpustakaan sekolah masih dihuni oleh belasan siswa yang memilih belajar disini. Begitupun mereka berdua, hari-harinya full diarea sekolahan saja. Bahkan untuk kencan pun mereka tidak bisa.

Hinata memejamkan matanya, bibirnya terlukis indah merasakan hembusan angin malam yang menerpa wajahnya.

"Ini sangat menyenangkan"

Sasuke tersenyum, pria itu melajukan motornya dengan pelan. Membiarkan hembusan angin menyapu semua lelah yang bergelayut dibahu keduanya. Suasana malam yang dipenuhi lampu gemerlap, jalanan yang agak basah karna hujan, kemudian ada Hinata yang memeluknya dengan hangat. Semua kenyamanan ini tidak bisa digantikan oleh apapun.

"Kau masih belum memutuskan mau masuk ke universitas yang mana, Sasuke ?" Tanya Hinata sambil mencondongkan tubuhnya, menempelkan pipinya ke pipi Sasuke agar suaranya bisa terdengar jelas.

Sasuke pun ikut adil, menyambut pipi Hinata dan menggesek-gesekkannya ke pipinya sendiri. Terasa sangat halus dan dingin.

"Belum, aku masih bingung.. kau sendiri ?"

"Eung, aku sudah membicarakannya dengan ayah dan ibu.. mereka setuju dan mengizinkan aku untuk kuliah di Amerika"

Ckkiitttt

Hinata meringis seketika saat tubuhnya merosot kedepan dan dahinya sedikit terbentur oleh kepala Sasuke.
"Sasuke !! Jangan ngerem mendadak.. kita tidak sedang pakai helm, okey !!"

"Apa maksutmu kuliah ke Amerika ?" Tanya Sasuke, nada bicaranya terkesan berbeda. Jujur Sasuke agak syok mendengarkannya. Pasalnya Hinata sama sekali tidak menyinggung apapun soal keinginannya untuk kuliah disana.

Hinata menggigit bibir bawahnya. Inilah yang paling dia takutkan kalau Sasuke tahu. Dia pasti akan bersikap tidak sesuai dengan apa yang Hinata inginkan.

Hinata tidak bermaksut menyembunyikannya, dia ingin memberitahu Sasuke nanti saat mereka selesai ujian akhir. Hinata kira Sasuke akan mengerti. Tapi nyatanya, belum apa-apa suara Sasuke sudah tidak enak didengar.

"Kenapa kau tidak memberitahuku ? Kenapa kau tidak meminta izinku juga ? Kenapa kau tidak mendiskusikannya dulu denganku ?"

Hinata meneguk ludah,
"Etto__, aku ingin memberitahumu.. tapi nanti setelah selesai ujian" jawab Hinata dengan suara rendah. Hinata tahu kalau dia memang salah, tapi Hinata tidak suka melihat wajah marah Sasuke yang seperti itu.

Alis pria itu tampak menukik tajam, air wajahnya berubah dingin dengan sorot mata yang menatap lurus kedepan. Sasuke bahkan tidak menengok sama sekali pada Hinata. Mereka berdua masih berada diposisi yang sama, yaitu duduk diatas motor.

"S-Setidaknya pinggirkan dulu motormu.. kita berhenti ditengah jalan, kalau ada pengendara lain yang lewat bagaimana ?" Bujuk Hinata dengan menyentuh kedua bahu Sasuke dari belakang.

"Kau sudah mendaftarkan namamu ke universitas sana ?" Tanya Sasuke tanpa memperdulikan bujukkan Hinata. Pria itu bahkan tidak peduli jika ada pengendara lain yang melewatinya. Jalanan memang sepi, kalau sampai mereka tertabrak. Berarti yang menabrak yang buta. Jelas-jelas ada motornya ditengah jalan, kenapa masih ditabrak ?. Pikir Sasuke.

Hinata menggaruk pipinya, dia agak ragu mengatakannya.

"M-Minggu depan aku harus kesana, aku mendapatkan undangan dan melewati bebetapa tes"

"SUDAH SEJAUH ITU ?" Kaget Sasuke."Dan kau baru memberitahuku sekarang ?!!!"

Hinata semakin bingung mendapat bentakkan Sasuke. Dia seketika langsung melingkarkan tangannya ke leher Sasuke, mencoba menenangkan pria itu dengan pelukkan.

"J-Jangan marah Sasuke, aku hanya seminggu disana.. aku juga sudah mendapat surat izin dari sekolah"

Sasuke langsung menghela napas.

Begitupun Hinata yang tercubit hatinya saat Sasuke melepas paksa tangan dan pelukkan dilehernya.

"Kau anggap aku apa Hinata ?" Kini suara Sasuke tampak merendah. Benar-benar tersiratkan kekecewaan yang begitu dalam.

Kalau sudah mendengar suara rendah seperti itu, Hinata jadi merasa sangat bersalah pada kekasihnya. Sungguh, dia tidak bermaksut menyembunyikannya.

"Sekarang jawab jujur, apa kau sungguh mencintaiku ? Apa arti aku didalam hidupmu ?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu sih ? Tentu saja aku mencintaimu dan kau adalah orang yang berarti dihidupku"

"Kalau kau mencintaiku, kalau aku memang berarti untukmu, kenapa kau tidak membicarakannya dulu padaku ? Kau bahkan____ kau bahkan memberitahuku setelah semuanya sudah terdaftar.. kau bahkan juga sudah mau menjalani tes kesana minggu depan.. kenapa tidak mendiskusikannya dulu denganku ?"

"Y-Ya ku kira mendiskusikannya dengan orang tuaku saja sudah cukup,.. lihat !! Sekarang pun kau marah, bagaimana aku bisa memberitahumu ? Kalau aku saja sudah mengira kau akan seperti ini"

"Bagaimana aku tidak marah ? Kau bahkan memutuskan semaumu tanpa memperdulikan aku !!"

Entah mengapa, Hinata jadi tersulut emosi. Sasuke sama sekali tidak mengerti.

"Memangnya kenapa ? Inikan hidupku !! Ini masa depanku !! Jadi tentu saja aku berhak memutuskannya sendiri.. orang tuaku pun bahkan mendukungku !! Kenapa kau sebagai kekasihku tidak mau mendukungku ?"

"Aku mendukungmu !! Aku selalu mendukungmu.. tapi kalau kau menganggap ini adalah hidupmu !! Baiklah !! Lakukan apa yang ingin kau lakukan !!"

Sasuke memutar kunci motornya dengan cepat. Jarum speedometer bergerak seketika setelah Sasuke melajukan motornya seperti kesetanan. Tidak peduli dengan Hinata yang ketakutan sambil mencekram kuat pinggangnya, Sasuke tetap menambah kecepatan motornya.

Sumpah demi apapun, baru kali ini Hinata dibonceng Sasuke dengan kecepatan setinggi ini. Sungguh dia takut, Hinata tahu kalau Sasuke sedang marah besar padanya. Bahkan saking takutnya Hinata sampai menangis dalam diam, membiarkan air matanya terbang terbawa angin kencang.

.......

Sesampainya dirumah, Hinata pun langsung turun dari motor dan berlari memasuki gerbang rumahnya. Tidak ada kecupan, tidak ada pelukkan, apalagi berpamitan, pokoknya Hinata pergi begitu saja dengan derai air mata membasahi pipinya.

Sedangkan Sasuke, dia pun menggertakkan rahangnya menahan emosi. Dia sama marahnya, jadi pria itu tidak peduli dengan Hinata yang pergi begitu saja. Bahkan Sasuke juga langsung tancap gas, memarkirkan motornya ke garasi rumah dan membanting pintu kamarnya dengan kencang sampai Mikoto dan Fugaku mendelik kaget dari arah ruang tamu.

Dilain tempat, Hinata tengkurap diantas ranjang sembari membenamkan wajahnya kebantal. Tangisannya meraung hingga terdengar sampai keluar kamar.

"Hinata ? Kau kenapa ? Buka pintunya" panggil Hikari yang berdiri didepan kamar putrinya. Pintu bercat putih itu tertutup rapat dan di kunci dari dalam.

Saat didapur tadi, dia melihat Hinata yang tergesa-gesa naik kelantai dua sambil mengusap kasar air mata diwajahnya. Hikari yang melihatnya seketika panik dan mencoba mengejar Hinata. Namun sayang, ketukkan dan panggilannya sejak tadi diabaikan oleh Hinata.

Lantas Hikari merogoh ponsel disaku roknya, kemudian menghubungi seseorang. Entah siapa yang dia hubungi, yang jelas Hikari sangat tahu penyebab kenapa Hinata bersikap seperti barusan.

......

"Aaarggghhh..."

Sasuke berteriak marah, dia membanting tasnya ke atas ranjang dan mengobrak-abrik lemari bajunya.

Pria itu seperti mencari sesuatu. Setelah menemukannya, lantas Sasuke terduduk dilantai sambil bersandar pada kaki ranjang.

Padahal Sasuke sudah lama tidak menyentuh rokoknya. Dia selama ini hanya menggunakan VapePod, itupun jarang sekali dihisap olehnya.

Sasuke tahu kalau Hinata membenci pria perokok, itulah sebabnya Sasuke berusaha sekuat tenaga untuk tidak merokok lagi sejak masuk SMA. Sesekali jika dia sedang setres dan banyak pikiran, Sasuke akan menghisap rokok lima batang sekaligus. Tapi tidak setelah dia berkencan dengan Hinata, Sasuke bahkan tidak lagi menghisap Vape apalagi rokok. Hinata sudah merubah banyak hal dihidupnya, gadisnya bagai penawar untuk dirinya.

Namun entah mengapa, saat ini perasaannya begitu kalut. Dada Sasuke seperti ditali oleh sesuatu yang begitu kuat hingga dia ingin sekali menghisap rokok untuk melepaskan sesak didadanya.

Sasuke butuh rokok untuk membakar semua kekhawatirannya tentang Hinata. Biarkan semuanya terbang dan menghilang bagaikan asap.

Satu batang, dua batang tidak cukup.
Sasuke terus menjentikkan api di ujung rokok yang terselip dikedua jarinya. Seluruh ruangan sudah tercemar oleh aroma maskulin dan kepulan mentol yang menyeruak menyebarkan wanginya.

Sasuke menghembuskan napasnya panjang.
Dari kedua lubang hidungnya, keluar kepulan asap dibarengi oleh perasaan yang menjengkelkan dari hatinya. Sasuke tahu ini salah, tapi setiap orang punya caranya tersendiri untuk menenangkan pikirannya.

Dan ini salah satunya. Merokok dan merenung adalah salah satu cara Sasuke untuk mendinginkan otaknya dan meredam semua amarah didalam dirinya. Dengan rokok Sasuke bisa sedikit lebih tenang kemudian bisa berfikir dengan jernih.

Setelah hampir menghabiskan empat batang rokok, sasuke terus memikirkan tentang Hinata.
Tentang dirinya yang marah dan berakhir membuat Hinata menangis.

Sejujurnya Sasuke menyesal. Dia paling tidak bisa melihat Hinata menangis. Ingin Sasuke menghampiri dan meminta maaf atas sikap kasarnya. Tapi Sasuke bingung, disisi lain dia tidak bisa menerima keputusan Hinata yang menurutnya sangat mendadak itu.

Hubungannya bahkan baru berjalan 7bulan. Belum genap 1tahun tapi Sasuke harus menerima kenyataan seperti itu. Rasanya Sasuke tidak siap. Dia masih ingin melihat Hinata setiap saat, ingin menggenggam tangannya, ingin selalu memeluknya, dan bahkan Sasuke belum puas menikmati asmaranya dengan Hinata.

Amerika terlalu jauh.
Sasuke takut jika jarak memisahkan mereka, maka hubungannya akan menjadi taruhannya.
4tahun bukanlah waktu yang singkat, Sasuke tidak yakin akan mampu menjalani hubungan jarak jauh selama itu.

Sasuke kembali menghisap rokok hingga paru-parunya dipenuhi oleh nikotin.
Bersamaan dengan hembusan napasnya, Sasuke kembali berfikir.
Bagaimana jika disana Hinata dekat pria lain ?
Bagaimana jika Hinata melupakannya ?
Bagaimana jika hubungannya sampai kandas ditengah jalan ?

Oh astaga, Sasuke membanting rokok yang ada ditangannya. Dia benar-benar frustasi.

"Apa kau tidak tahu kalau aku sudah cinta mati padamu, Hinata?"

.........

Hinata tampak gelisah.
Dia mondar mandir didepan jendela kamarnya sambil sesekali mengintip kearah jendela kamar Sasuke melalui celah tirai.

Hinata mengaku salah. Setelah dipikir-pikir secara mendalam, wajar saja jika Sasuke marah seperti itu. Hinata yakin, Sasuke marah bukan karna ingin menghalangi impiannya. Tapi pria itu marah karna Hinata memutuskan hal penting seperti itu tanpa bicara terlebih dahulu.

Hinata sangat mengerti, dia menyesal sekali dengan semua yang telah terjadi. Hinata terkesan sangat jahat. Dia tidak melibatkan Sasuke didalam kehidupannya, padahal mereka sudah berjanji akan bersama selamanya.

T

entu saja Sasuke berhak tahu sejak awal. Hinata mengaku bodoh. Tanpa sengaja dia sudah melukai orang yang paling dia cintai.

"Maafkan aku Sasuke"




G A M O N

......

Terhitung sudah dua hari Hinata dan Sasuke tidak saling tegur sapa.
Bahkan disekolah saat mereka berpapasan, mereka seperti orang yang tidak saling mengenal.

Yang satu berjalan sambil menunduk seperti pemandangan dibawah kakinya lebih menarik dari apapun. Dan yaang satunya lagi berjalan bersama teman-temannya tertawa haha-hihi padahal saat sudah jauh Sasuke menoleh kebelakang hanya untuk sekedar memperhatikan punggung Hinata yang berjalan kian menjauh.

Rasanya sangat menjenuhkan. Mereka sama-sama berfikir, sama-sama mengakui kesalahan. Tapi tidak ada yang mau bicara terlebih dahulu. Ego dan gengsinya masih menjangkiti mereka berdua.

"Sasuke.. kau sudah lama tidak kumpul ditempat biasa.. anak-anak mencarimu"

Kedua mata Sasuke masih mengekor, dia terus memperhatikan Hinata sampai gadis itu menghilang dan berbelok kearah perpustakaan.
Helaan napas terdengar samar. Rasanya Sasuke rindu sekali dengan kekasihnya.

"Bagaimana kalau nanti kita kumpul ? Ayolah Sasuke, jangan Hinata terus yang temui.. sesekali ikutlah kita, kau masih anggota klub motor kan ?"

Sasuke yang merasa bahunya ditarik kuat pun menoleh, dia yang tidak terlalu fokus akhirnya hanya mengangguk."hn" dan keluarlah dua huruf yang tidak begitu berarti.
Karna baginya, tidak ada yang lebih menarik lagi selain Hinata.

....

"Hinata ? Dari mana ? Tidak pulang ?" Tanya Karin.

"Buku dan tasmu masih diperpus loh" timpal Ino.

Hinata tersenyum singkat saat berpapasan dengan kedua temannya, kemudian dia mengangguk.
"Aku tadi dari toilet, dan aku masih ingin belajar diperpus"

Karin tampak menyernyit,
"Oh tumben Sasuke tadi pulang duluan.. kalian tidak belajar bersama ?"

Hinata menggeleng lemah,

"Kalau begitu kami pulang dulu ya"

Setelah kepergian dua manusia itu, Hinata kembali kedalam perpus dan menuju meja dimana buku-bukunya berada.

Sebelum kembali belajar, Hinata sedikit meregangkan otot-otot tangan dan lehernya. Kepalanya berputar kesamping kanan kiri hingga menimbulkan bunyi kemerutuk dari tulang-tulang yang terasa kaku.

Hinata sedikit memijit bahunya dengan pukulan ringan. Sampai tak sengaja netranya menangkap siluit kuning diatas ranselnya.
Tangannya pun berhenti memijit dan memilih untuk mengambil sebotol kecil susu pisang kesukaannya itu. Botolnya yang berwarna kuning amat sangat mencolok dari pandangan Hinata.

Tanpa menebaknya pun Hinata sudah tahu siapa tersangkanya.

-jangan pulang malam-malam-

Ada secuil sobekan kertas yang tertempel diatas botol itu. Tanpa berfikir panjang, Hinata pun meremas-remas kertas itu hingga menjadi buntalan kecil dan menyentilnya jauh seperti upil yang tidak berarti.

Hinata pun mendecih pelan,
"Cih, lagaknya seperti orang tidak kenal... dasar egois !!

Beberapa saat Hinata mendumel kesal. Dia terus menggerutu dan memprotes sikap Sasuke yang menurutnya sangat kekanak-kanakkan itu. Namun demikian, dia tetap meminum susu pisang itu hingga tandas tak tersisa.

Padahal kemarin Hinata sudah meminta maaf, sudah mengirim banyak pesan dan mencoba menelphon Sasuke. Tapi pria itu mengabaikan dirinya seakan dia benar-benar kecewa dan marah pada dirinya.

Tidak ada satu pesan pun yang dibalas oleh Sasuke. Bahkan saat Hinata datang kerumahnya, pria itu sama sekali tidak mau membuka pintu kamarnya. Hinata sampai berfikir, sefatal itukah kesalahannya hingga Sasuke semarah itu padanya ?
Hingga sampai dititik puncak kesabarannya, Hinata memilih untuk mundur. Dia tidak suka terlalu mengemis pada seorang pria. Terserah Sasuke mau memaafkannya atau tidak, yang penting Hinata sudah berusaha.

Tapi ini apa ?

Apa makna dari sebotol susu pisang ini ?

Jadi Sasuke itu marah atau tidak ?

Hah- rasanya Hinata tidak habis fikir. Memangnya ada orang yang marah tapi masih memberikan banyak perhatian seperti ini ?

.......

Hinata duduk termenung dihalte bus sendirian. Dan sialnya, Hujan turun sejak setengah jam yang lalu. Tidak ada bus ataupun taxi yang lewat. Sebenarnya Hinata bisa berjalan atau berlari untuk pulang kerumah, hanya saja ini hujan. Hinata tidak mau mengambil resiko yang nantinya bisa merepotkan tubuhnya. Karna mau bagaimanapun, dia harus siap mental dan fisik untuk ujian nanti.
Tidak lucu kan saat ujian Hinata demam dan flu ?
Itu hanya akan merepotkannya saja.

"Permisi"

Hinata tersenyum singkat pada sosok anak remaja yang baru datang. Dia menggeser duduknya untuk berbagi tempat duduk dengannya.
Dilihat dari seragam sekolahnya, anak itu adalah kohai-nya. Mungkin anak SMP dari sekolah sebelah.

"Menunggu jemputan ?" Tanya Hinata.

Gadis remaja itu menggeleng.
"Ini ambil"

Hinata sedikit menunduk, menatap payung lipat bercorak gelap digenggaman anak itu.
"Untukku ?"

Gadis itu tidak menjawab. Namun dia menarik tangan Hinata dan meletakkan payung itu ditangannya.
"Lain kali jangan ceroboh, selalu sedia payung sebelum hujan.. dasar bodoh !!"

Hinata terpaku sekaligus tertegun. Gadis itu berlalu begitu saja. Bahkan dia lebih memilih untuk berjalan di tengah derasnya gerimis petang. Yang membuat Hinata kaget bukan sikap gadis itu. Melainkan kalimat yang barusan dikatakan olehnya barusan.

"Lain kali jangan ceroboh, kau itu harus sedia payung sebelum hujan.. dasar bodoh !!"

"Sasuke.."

Hinata teringat kalimat yang selalu diucapkan oleh kekasihnya itu. Bahkan kalimat itu selalu terucap sejak mereka masih kecil. Mungkin sudah beribu-ribu kali Hinata mendengar kalimat itu.

Lantas Hinata menggenggam erat payung ditangannya. Dia langsung berdiri dan menoleh kesana kemari. Berharap kalau Sasuke mungkin memperhatikannya dari kejauhan.

Tapi disini sepi, hanya gemericik hujan yang terdengar disekeliling Hinata.

Sasuke tidak ada disini. Semua ini pasti hanyalah kebetulan. Lagi pula untuk apa Sasuke memberinya payung kalau dia sendiri kehujanan. Hinata kembali terduduk lemas. Angan-angannya terlalu tinggi jika berharap Sasuke disini dan memperhatikannya.

Entah mengapa Hinata merasa begitu sedih. Air matanya jatuh membenarkan segala kerinduan yang menggerogoti hatinya. Baru marahan 2hari saja rasanya sehampa ini.
Hinata jadi menyadari sesuatu. Bagaimana dia bisa hidup diAmerika kalau dia sendiri sesesak ini jika barang sedetik saja tidak melihat Sasuke.
Rasanya Hinata ingin menyerah saja.

Haruskah tinggal ? Atau tetap pergi ?


......


Dari kejauhan Sasuke berdiri ditengah gerimis hujan. Dia seperti orang bodoh yang bersembunyi dibalik pohon sambil memperhatikan Hinata dari jauh.

Sasuke tidak pernah bisa mengabaikan gadis itu begitu saja. Dia tadi sedang nongkrong bersama teman-temannya kemudian hujan mulai turun.

Dia mencoba mengabaikannya dan tetap bersenang-senang. Namun hati dan pikirannya selalu gelisah memikirkan Hinata yang masih belajar disekolah.

Dan tebakkanny tidak pernah salah. Gadis ceroboh itu pasti selalu lupa membawa payung. Padahal Sasuke sudah sering mengingatkannya.

Sasuke jadi berfikir, haruskah dia ikut kuliah ke Amerika ?
Dia tidak bisa membiarkan Hinata hidup sendiri disana dengan segala kecerobohan anak itu. Bisa apa Hinata tanpa dirinya ?




........





Hari ini ada tugas kelompok dari sensei. Tiap kelompok beranggotakan tiga orang. Kebetulan Hinata satu kelompok dengan Konan dan.........
Monyet. Eh, Sakura maksutnya.

Jujur saja sejak hari itu Hinata memutuskan untuk menjaga jarak dengan Sakura. Hinata lebih baik kehilangan satu teman dari pada mengundang penyakit kedepannya.

Dia memang sudah tidak sakit hati lagi, semuanya biasa saja. Toh sudah lama juga kan?
Hanya saja yang namanya ular ya tetap ular. Mau berganti kulit sebanyak apapun, ular tidak akan pernah berubah menjadi kelinci. Selamanya dia akan tetap menjadi ular.

Oh satu lagi,
Ada yang bertanya-tanya tidak kira-kira kemana Gaara babi itu pergi ?

Hinata tersenyum miring setiap teringat oleh babi sialan itu. Hinata selalu berdoa semoga babi itu cepat digulung dan dijadikan babi guling diluar saja. Rasanya sangat memuakkan jika mengingatnya.

Intinya, seingat Hinata. Gaara pindah sekolah.
Dia terlalu malu untuk bertatap muka dengan anak-anak disekolah ini terutama dirinya.
Dengar-dengar Gaara pindah ke negara yang banyak padang pasirnya.
Afrika bukan sih ? Hinata lupa-lupa ingat. Pokoknya Gaara pindah kedaerah yang banyak pasirnya.

"Sasuke kesini !!"

Hinata sedikit menoleh, ada perasaan kesal saat dia tidak satu kelompok dengan Sasuke.
Pria itu satu kelompok dengan Ino dan kyubbi. Rasanya iri sekali. Dilihatnya Sasuke yang pindah dan duduk diantara Ino dan Kyubbi. Tidak biasanya Hinata seperti ini, tapi melihat Sasuke yang duduk disamping Ino dengan bahu yang saling bersenggolan, rasanya Hinata dihampiri oleh api cemburu yang membakar hatinya. Entah mengapa Hinata tidak suka, mau semenyebalkan apapun Sasuke, pria itu hanya miliknya seorang. Titik !

"Bergeserlah Ino, atau kau pindahlah duduk disana !"suara Sasuke yang berat terdengar hingga membuat beberapa orang menoleh kearahnya.
Tapi tidak untuk Hinata, untuk menghindari perasaan cemburunya. Dia lebih memilih membuka buku dan membacanya dalam hati. Dia berusaha semaksimal mungkin untuk mengabaikan semua itu.

"Kita akan susah mengerjakannya jika aku duduk berseberangan denganmu !" Sahut Ino dengan nada yang terdengar kesal.

"Kalau begitu jangan terlalu dekat denganku !"

"Memangnya apa masalahnya ?"

Sasuke tampak terdiam beberapa saat.

"Nanti kekasihku cemburu. Aku tidak mau membuat Hinata salah paham"

Seketika Hinata menahan napas. Dia seperti merasakan sesuatu sedang menggelitik perutnya. Sebisa mungkin Hinata menahan bibirnya untuk tidak tersenyum bahagia saat mendengar perkataan Sasuke barusan.
Kalau tidak sedang marahan, Hinata yakin kalau dia sudah menerjang Sasuke dan memeluknya dengan erat.

Kentang memang sepengertian itu walau kadang tingkahnya bikin makan hati.

Ino meringis menatap kesal kearah Sasuke. Kemudian gadis itu menoleh kebelakang. Kearah Hinata.
"Hinata !"

Hinata yang merasa namanya dipanggilpun menoleh kearah Ino. Dia pura-pura tidak mendengar percakapan antara dua manusia itu.
"Ya Ino ? Ada apa ?"

"Kira-kira kau cemburu tidak kalau aku duduk berdekatan dengan Sasuke ?"

Sontak teman-teman yang disekitarnya juga langsung menatap kearah Hinata. Dia seperti salah tingkah, apalagi ketika netranya bertatapan dengan Sasuke. Sungguh, Hinata merasakan hawa panas menjalar dikedua pipinya.

"T-Tentu saja tidak, kenapa juga aku harus cemburu ?"

Ino mengangguk singkat, kemudian kembali menatap Sasuke.
"Dengar itu !! Sekarang jangan banyak tingkah, Hinata tidak pernah mempersalahkan kedekatan kita.. jadi cepat selesaikan tugas ini !!"

Sasuke pun mengalihkan pandangannya, ada raut kecewa di air wajahnya. Hinata bisa menangkap itu. Pria itu seperti kecewa dengan jawaban Hinata.

"Ino ?" Panggil Hinata.

Ino pun kembali menoleh.
"Ya ?"

"A-Aku memang tidak cemburu, tapi bukan berarti aku suka melihat kekasihku dekat dengan gadis lain.. jadi aku mohon ya, dudukmu agak bergeserlah sedikit dari Sasuke.. jangan terlalu menempel.."

Ino pun seketika tertawa.
"Sumpah ya.. kalian berdua menyebalkan !"

Sasuke masih diam. Pria itu tidak menoleh, tidak juga menanggapinya. Tapi percayalah, hatinya berbunga-bunga mendengar Hinata bicara seperti itu. Kalau seperti ini, mana bisa Sasuke marah terlalu lama dengan gadisnya hn ?
Rasanya Sasuke ingin menghampiri dan mencium kecebongnya dengan gemas.





.........




Sasuke terlentang di atas ranjang. Tangannya tertekuk sebagai bantalan kepalanya. Mata arangnya menatap langit-langit atas sebagai tanda bahwa banyak sekali hal-hal yang mengganggu pikirannya.

Dua hari lagi Hinata pergi ke Amerika untuk tes kesana. Meskipun berat dan enggan melepasnya. Tapi nyatanya dia tidak melakukan apapun.

Jujur Sasuke sendiri bingung harus bersikap bagaimana. Selama dia menjaga jarak dari kekasihnya, rasanya dia rindu setengah mati pada gadis itu.

Saat dekat, tangannya gatal ingin menyentuh Hinata. Saat melihatnya, ganti mata Sasuke yang gatal ingin terus meliriknya.
Tapi Sasuke dilema. Dia tidak tahu harus bagaimana selanjutnya ? Apakaha dia harus mengalah dan membiarkan Hinata pergi ?
Sanggupkah dirinya jauh dari Hinata ?

Sasuke bangkit dari tidurnya.

Dia terlalu membuang-buang waktu. Jika memang akhirnya Hinata harus pergi, bukankah Sasuke seharusnya memanfaatkan waktu sebaik mungkin sampai hari itu tiba ?

Tidak seharusnya dia seperti ini, jangan sampai Sasuke menyesal karna telah menyia-nyiakan waktu karna ego tidak bergunanya.

Sasuke pun langsung tancap gas. Dia menyambar kunci motor dan jaket denim diatas meja belajarnya. Tapi sebelum itu, dia menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jemarinya.
Tidak perlu butuh waktu lama, mau model rambut acak random pun, Sasuke tetaplah yang tertampan. Itu paten dialam semesta, tidak ada yang bisa menyangkal kebagusannya.

"Ibu aku pergi dulu !!" Seru Sasuke sambil menuruni tangga dengan cepat.

Mikoto yang yang berada didapur pun menoleh,
"Loh, mau kemana ? Tapi disini ada........

Langkah Sasuke terhenti. Dua meter didepan matanya, siluit orang yang mengganggu otaknya  beberapa saat lalu kini sedang berdiri dihadapannya.

Gadis itu tampak menunduk dengan kedua tangan yang saling meremas menandakan kalau dia sedang gelisah.

"Hinata mencarimu.. dia sejak tadi menunggumu untuk turun.." lanjut Mikoto sembari berjalan menghampiri keduanya.

"Kenapa tidak naik ?"

Mikoto tersenyum, kemudian menyentuh kedua bahu putranya.
"Dia tidak ingin mengganggumu.."

"M-Maaf.. sepertinya aku datang disaat yang tidak tepat.." ucap Hinata melirik tangan Sasuke yang menggenggam jaket dan kunci motornya. Mengira kalau pria itu hendak sibuk dan ingin pergi kesuatu tempat.
"K-Kalau kau ingin pergi, pergilah... aku bisa datang lain waktu.."

Tanpa kata Sasuke langsung menarik tangan Hinata dan berbalik arah untuk membawa gadis itu kembali naik menuju kamarnya dilantai dua.

Hinata yang merasa belum siap pun sempat terhuyung dan hampir tersandung kakinya sendiri. Dia merasa kalau cengkraman Sasuke terlalu mengikat pergelangan tangannya. Rasanya Hinata tidak bisa memberontak.

Setelah menutup pintu, Sasuke pun mengunci kamarnya.

Dia melempar jaketnya asal, kemudian menghempaskan tubuh Hinata keatas ranjang hingga memantul.
"Aarkkhh.. apa yang kau....."

Mulut Hinata terbuka hendak berbicara, namun dia dikejutkan oleh dorongan dari Sasuke yang membuatnya terlentang jatuh diiringi dengan tindihan yang seketika mampu membuat Hinata untuk tidak bernafas beberapa saat.

Hinata menatap tidak percaya pada sosok pria yang ada diatasnya. Dia cukup terkejut dengan apa yang sedang dilakukan oleh Sasuke.

"S-Sasuke ?"

Saat Hinata mencoba memberontak dan hendak bangkit, Sasuke malah semakin menindihnya. Kedua tangannya sudah memenjarakan tangan Hinata diatas kepala.

"A-Apa yang kau lakukan ?! Lepas !" Pekik Hinata.

Hinata kembali mencoba memberontak, namun Sasuke malah semakin mencekram kedua tangannya hingga Hinata agak meringis menahan ngilu.

"Aku marah padamu !!"

Kedua mata itu saling beradu. Lelaki itu memandangnya dengan tajam, aura dominant menguar menyelimuti Sasuke dan membuat Hinata sedikit takut.

"Aku ingin melarangmu !! Aku tidak ingin barang sedetik pun jauh darimu !! Tapi aku tidak sanggup menahanmu, hati kecilku selalu ingin mendukung semua yang hal yang membuatmu bahagia"

Alis Hinata berkerut, suara Sasuke terdengar dalam dan penuh keyakinan disetiap katanya.

"M-Maaf.. maafkan aku !"

Hinata mengalihkan padangannya saat dirasa matanya terasa panas menahan genangan air disudut matanya.

"Jangan minta maaf ! Itu hanya akan membuatku terlihat semakin jahat"

Suara Sasuke merendah, cengkraman yang tadinya erat kini mulai mengendur dibarengi dengan Sasuke yang meletakkan kepalanya dibahu Hinata.

"Aku hanya ingin kau selalu bahagia Hinata. Aku mencintaimu !"

Sasuke berbisik tepat ditelinga Hinata, diiringi dengan kecupan-kecupan intens dipipi dan leher gadis itu. Tentu saja hal itu membuat Hinata tampak menggigit bibir bawahnya resah.

"Sasuke hhh"

Disela-sela aktivitasnya, Sasuke kembali berbisik.
"Apa kau merindukanku ?"

Hinata melenguh pelan saat merasakan Sasuke menggigit permukaan lehernya. Untuk pertama kalinya, Sasuke berani menghisap leher Hinata. Dan dia yakin, setelah ini pasti akan meninggalkan jejak disana.

"Aku mengizinkanmu pergi. Tapi....."

Hinata memejamkan kedua matanya erat. Dia merasakan bulu tipis disekitar lehernya sedang berdiri tegak.

"Tapi berjanjilah bahwa kau akan selamanya menjadi milikku.."

Sasuke tersenyum penuh kemenangan saat melihat Hinata menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Aku ingin, kelak hanya kau yang menjadi ibu dari anak-anakku"

Tangan Sasuke mulai nakal. Dia membuka satu persatu kancing piyama Hinata hingga menampilkan bra berwarna hitam yang sangat kontras dengan warna kulit Hinata yang begitu putih bersinar.

"Aku tidak akan membiarkan siapapun merebutmu dariku"

Sasuke beralih, sedikit menurunkan kepalanya dan mulai memberikan kecupan-kecupan manja dibagian dada Hinata.
Mata sang gadis semakin terpejam erat, tangannya terkepal dan menggigit bibir bawahnya mencoba menahan lenguhan yang keluar dari mulutnya akibat ulah nakal lelaki itu.

"Tapi beberapa hari ini, kau membuatku kesal !! Seharusnya kau datang sejak awal dan tidak ikut mendiamiku selama itu"

Sasuke mengangkat kepalanya. Dia tersenyum bangga saat melihat penampilan Hinata yang begitu erotis. Disana terlukis begitu banyak jejak kepemilikkan hampir diseluruh dada dan leher Hinata.
Hal itu cukup membuat Sasuke puas. Dengan begini Hinata tidak akan macam-macam saat melakukan tes di Amerika. Siapapun pasti akan melihat jejak yang dia tinggalkan dan pasti mengira kalau ternyata Hinata sudah ada yang memiliki.

Hinata perlahan mengerjapkan kedua matanya dan menatap dalam kearah mata kelam milik Sasuke.
Tatapan gadis itu tampak begitu sayu, mengundang Sasuke untuk mengerang dan langsung menyambar bibir Hinata yang sedikit terbuka dan melumatnya dengan kasar.

Hinata seketika tersentak. Dia terkejut dan tidak menyangka dengan tingkah Sasuke yang tiba-tiba melumatnya tanpa permisi. Jujur Hinata sedikit tabu, tidak biasanya Sasuke menciumnya tanpa izin terlebih dahulu.

Ciuman kali ini terkesan kasar dan menuntut. Hinata tahu kalau dia tidak bisa memberontak. Sasuke seperti diselimuti oleh hawa nafsu dan amarah.

"Emmbbh"

Suara Hinata mengalun. Dia pasrah dan membiarkan Sasuke untuk menguasi seluruh bibirnya.

Bahkan kini lidah Sasuke mengajaknya untuk saling berdansa. Mereka bertukar saliva, sesekali Hinata harus berusaha untuk menyeimbangi permainan Sasuke. Ini memang bukanlah kali pertama. Tapi kalau ciumannya terlalu kasar dan menuntut seperti ini, Hinata sedikit kewalahan dibuatnya. Dia sampai tidak tahu harus membalasnya seperti apa.

Hinata hanya membuka jalan dan sekali dua kali ikut menghisap bibir Sasuke walau terkesan asal-asalan.
Pipi Hinata terasa semakin panas kala menyadari kalau ciuman kali ini begitu intim.

Bahkan piyamanya semakin tersingkap kesamping memamerkan bahu mulus seputih susu milik Hinata.

Anehnya Hinata tidak bisa menolak, dia bahkan menikmati saat ibu jari Sasuke mengelus-ulus lembut kulit bahunya. Hinata tahu, kalau Sasuke hanya sedang menahan diri.
Pria itu tidak mungkin berani meremas dada Hinata. Karna dia sangat tahu bagaimana caranya menjaga Hinata selama ini.

Bagi Sasuke, Hinata adalah candu baginya.
Bibir gadis itu membuatnya ingin terus dan terus mencumbu Hinata tanpa henti.

"Eungh,"

Lenguhan Hinata membuat Sasuke semakin sadar bahwa dia harus berhenti sekarang juga.
Jika diteruskan semakin lama, maka Sasuke tidak yakin bahwa dia bisa menahan hal-hal selanjutnya yang tentu menempatkan dirinya dikondisi yang semakin menyulitkan.

Perlahan Sasuke menjauhkan kepalanya.
Sebelum melepaskan tautan bibir mereka, Sasuke menekankan bibirnya dalam.

Napas keduanya terengah-engah. Sasuke menjatuhkan kepalanya dan menyelusup pada ceruk leher Hinata. Menghirup aroma wangi yang mampu membuatnya candu selama ini.

"Aku mencintaimu.."

Bisikkan Sasuke membuat Hinata kembali merinding tegang. Lantas dia menyentuh lengan Sasuke. Mengantisipasi jika pria itu kembali menyerangnya.

"Hati-hati saat kau jauh disana.. terutama pada seorang pria.. ingat !! Kau hanya milikku.."

Percakapan itu diakhiri dengan hisapan terakhir Sasuke dileher Hinata dengan cukup tajam meninggalkan bekas kepemilikan yang cukup dominant. Sialnya, Sasuke memilih tempat yang sulit ditutupi dan bisa dipastikan siapapun bisa melihatnya dengan begitu jelas.










The End,












"Sasuke, aku pinjam laptopmu ya.. punyaku sedang aku service" rengek Hinata sambil bergelayut dilengan Sasuke.

Sasuke mengangguk,
"Tapi jangan kau ganti-ganti lagi wallpapernya"

Hinata mendengus kesal kala mengingatnya.
Wallpaper laptop Sasuke jelek sekali. Disana terpampang fotonya dan Sasuke saat masih kecil sedang berenang. Yang membuatnya malu, saat rambut Hinata sangat pendek. Membuatnya terlihat kalah cantik oleh Sasuke kecil.
Tentu hal itu mengundang protes keras dari Hinata.

Tapi yang namanya Sasuke, pria ngeyel yang sulit untuk diganggu gugat. Sekali itu ya itu. Tidak semudah itu mengganti yang lainnya.

"Baiklah.. aku janji"

Sasuke menepuk puncak kepala Hinata.
"Laptopnya ada dimeja belajar.. aku tinggal mandi dulu"

Hinata mengangguk.
Kemudian dia duduk dan membuka laptop Sasuke.

Laptop milik Sasuke dan miliknya sangat jauh berbeda. Kalau Hinata sangat tersusun dengan rapi dari folder dan lain sebagainya. Lain halnya dengan Sasuke. Banyak sekali file-file dan folder yang entah apa isinya.

Saat Hinata membukanya, isinya hanyalah video-video random dan film anime yang beratus-ratus episodenya. Tidak heran sih, Sasuke adalah wibu sejati.

Hinata membuka file yang tadi dia kirim melalui email. Itu hanyalah berisi tentang biodata dan isi wawancaranya saat tes di Amerika pekan lalu. Ada beberapa yang harus Hinata lengkapi dan segera mengirimnya kesana.

Saat membuka berbagai macam folder. Fokus Hinata teralihkan oleh folder yang membuat alisnya berkerut.
Pasalnya folder itu berada diantara game-game yang sering Sasuke mainnya. Sangat kontras karna bukan tempatnya berada disitu.

Apalagi saat membaca nama foldernya, sungguh berhasil membuat penasaran Hinata semakin membuncah.

Biasanya Sasuke menamai foldernya dengan jelas. Namun kali ini, hanya tanda seru dan koma yang tidak ada artinya.

Tanpa berfikir panjang, Hinata langsung mengekliknya.

Bibir yang tadinya terkantup seketika terbuka dibarengi dengan kedua matanya yang juga terbuka melebar.

Apa ini ?

Kenapa bisa sebanyak ini ?

Hinata menggeser jarinya dengan lembut. Dia terus bergulir kebawah melihat semua isi dari folder itu.

Ada perasaan terkejut dan tidak percaya. Setelah melihat semua itu, benaknya pun bertanya-tanya, apa maksutnya ini ? Sejak kapan Sasuke menyimpan fotonya sebanyak ini ?

Disini tersimpan banyak, bukan !
Bahkan sangat buanyak sampai ratusan foto random dan candid milik Hinata. Foto yang Hinata yakini kalau gambarnya di ambil secara asal-asalan.

Bahkan disetiap Hinata berkedip, menoleh, menguap, berbicara, dan ketika Hinata tertawa kecil sampai lebar, semuanya disini ada.

Kenapa dirinya tidak tahu ?

Dan, untuk apa Sasuke menyimpan fotonya sebanyak ini ?

Hinata pun mencoba kembali dan melihat beberapa folder didalamnya. Entah yang keberapa dia kembali terkejut.
Dari tahun 2009 2010 2011 bahkan sampai sekarang, semuanya terpisah didalam folder yang berbeda. Ketika Hinata membukanya satu persatu, isinya hanya foto sama yang diambil secara acak.

Ada satu foto yang Hinata ingat. Dari folder 2009, disaat dia memakai seragam baru SMP-nya. Itu adalah foto ketika dia tidur dipangkuan Sasuke.

Hinata sangat ingat saat itu ada masa orientasi siswa, dia sedang dihukum lalu kelelahan. Hinata lantas meminjam paha Sasuke menjadi tempatnya melepas penat.

Tapi sumpah demi apapun, Hinata tidak pernah menyadari kalau Sasuke diam-diam memotretnya.

"Apa yang kau lihat ?"

Hinata seketika tersentak, dia langsung menutup laptop Sasuke sebelum pria itu berjalan mendekat kearahnya.

"T-Tidak !! Aku tidak lihat apapun.." kilah Hinata.

Sasuke pun terduduk diatas ranjang dengan handuk yang dikalungkan ke leher.

"Sasuke ?"

"Hn ?"

Hinata tampak ragu menggigit bibir bawahnya.
"Kau kan pernah bilang, kalau kau pernah menyukai seorang gadis. Kau juga bilang kalau dia cinta pertamamu.."

Sasuke menatap Hinata, dia agak aneh saat disinggung tentang cinta pertamanya. Karna tidak biasanya Hinata menyinggung masalah itu.

"Bolehkah aku tahu siapa cinta pertamamu itu ?"

Sasuke terdiam, dia masih menatap Hinata dengan raut wajah tanpa makna.

"Tidak !!"

"Hah ? Kenapa ? Ayolah Sasuke, beritahu aku siapa cinta pertamamu ?"

Hinata bukanlah gadis bodoh, dia cukup tahu alasan Sasuke menyimpan foto randomnya sebanyak itu. Hinata senang, bahkan sangat senang saat tahu kalau ternyata Sasuke menyukainya sejak dulu.

Bukankah lebih menyenangkan jika Hinata mendengar langsung kejujuran Sasuke ?
Jadi Hinata ingin sekali memastikan, bahkan tebakkannya memanglah benar.

"Bagaimana kabarnya cinta pertamamu itu ?"

Hinata mendecih saat Sasuke melempar handuk tepat ke depan wajahnya.

"Aku tidak punya cinta pertama !! Aku sudah melupakannya !!"

Hinata pun tertawa.
"Apakah dia cantik ?"

Sasuke pun beranjak pergi, dia seperti menghindari semua pertanyaan perihal cinta pertamanya. Entah apa yang ada dibenak Sasuke, tapi kedua telinga pria itu tampak begitu memerah. Membuat Hinata semakin semangat untuk menggoda kekasihnya itu.

Hinata pun ikut beranjak, berlari kecil mengejar Sasuke.
"Ayolah Sasuke jawab ! Apakah dia cantik ?"

"Tidak !! Dia jelek sekali.. aku bahkan menyesal, kenapa aku bisa menyukai gadis sepertinya"

Hinata kembali tertawa. Sangat menggelikan mendengar itu semua. Sasuke memang bukan pembohong yang handal. Pria itu selalu mengalihkan padangannya setiap Hinata mengajaknya bertatapan.
"Kalau aku ? Cantik atau jelek ?"

"Masib bertanya ?"

Mereka pun saling beradu tentang banyak hal.
Masih ada waktu, kenangan, dan masa depan yang menanti mereka.
Perjalanan masih terlihat begitu panjang, begitu pula cinta mereka yang masih bisa tumbuh dan bertambah besar seiring berjalannya waktu.

-semoga kebahagiaan selalu mengiri hubungan Sasuke dan Hinata-
Meskipun dikehidupan nyata mereka tidak mungkin bisa bersatu. Tapi percayalah, hubungan mereka akan selalu terlukis indah dibenak banyak penggemar yang selalu mendukung hubungan mereka.















G A M O N

...








Terimakasih untuk semuanya yang mengikuti cerita ini dari awal sampai akhir.
Tidak mudah untuk berada dipart terakhir ini.

Ditengah-tengah jadwal kehidupannku yang sibuk, aku selalu menyempatkan waktu untuk menulis dan melanjutkan karya-karyaku.

Semoga karya ini bisa selalu menghibur kalian.
Dan maaf jika ada kesalahan kata maupun jalan cerita yang tidak sesuai.

Sekali lagi terimakaih.

Jangan lupa vote dan komen kamu tentang cerita ini.



-Follow-

Continue Reading

You'll Also Like

17.8K 2.8K 36
RATE : Semi M, T+ Hyuga Hinata, adalah seorang patissier berbakat. daripada memperjuangkan hak nya sebagai seorang patissier terkenal, ia justru meng...
13.5K 1.8K 20
SHIKAHINA FANFICTION | WARNING SLIGHT SASUHINA & SASOHINA Tahun-tahun berjalan, kemana hati Hinata akan berlabuh pada akhirnya? Naruto © Makasih Kis...
7.1K 1K 13
Cegil, itulah sebutan yang cocok untuk Sakura. Gadis yang mencintai Uchiha Sasuke secara gila gilaan, siap bersaing dengan gadis manapun yang mendeka...
76.5K 11.7K 16
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...