Rafaelluna's Diary (silent lo...

By azaralunne_

2K 636 486

Ketika gadis yang dikenal periang dan pecicilan jatuh cinta dengan cowok yang soft dan ramah kepada semua ora... More

˚。⋆Prolog♡⋆。˚
˚。⋆Cast♡⋆。˚
˚。⋆01. weekend ⋆。
˚。⋆02. about Korea⋆。
˚。⋆03. oh, it's too late⋆。
˚。⋆04. basketball⋆。
˚。⋆05. proposal⋆。
˚。⋆06. sorry⋆。
˚。⋆07. i miss you⋆。
˚。⋆08. who are you?⋆。
˚。⋆09. im super shy⋆。
˚。⋆10. school anniversary event⋆。
˚。⋆11. hm, curious ⋆。
˚。⋆13. truth or dare ⋆。
˚。⋆14. saturday night⋆。
˚。⋆15. cute girl in k-pop store⋆。
˚。⋆16. invitation cancelled⋆。
˚。⋆17. the longed for comes⋆。
˚。⋆18. remember it again⋆。
˚。⋆19. still hoping for that⋆。
˚。⋆20. im jealous, really⋆。
˚。⋆21. recovering from a coma⋆。
˚。⋆22. cast, again⋆。
˚。⋆23. shipment from Korea, Mom?⋆。
˚。⋆24. don't cry, you deserve it⋆。
˚。⋆25. finally we meet, Mom⋆。
˚。⋆26. art competition⋆。
˚。⋆27. i really miss you, finally⋆。
˚。⋆28. confused to see it⋆。
˚。⋆29. until when like this?⋆。
˚。⋆30. need certainty⋆。
˚。⋆31. about your feelings⋆。
˚。⋆32. please, don't go again⋆。
˚。⋆33. be my friend⋆。
˚。⋆34. our past⋆。
˚。⋆35. our plan⋆。
˚。⋆36. meeting her⋆。
˚。⋆37. im sorry⋆。
˚。⋆Epilog♡⋆。˚

˚。⋆12. where's my bf? ⋆。

40 20 6
By azaralunne_

annyeonghaseyo
gimana hari selasanya?
gimana nisfu sya'bannya?
semoga semua baik-baik aja yaa

Happy Reading 💞

Lunna melangkah pelan mendekati mereka. "Ayah," panggilnya dengan cukup keras.

Seketika mereka menghentikan adu mulut yang tadi sangat sengit. Kedua orang dewasa itu kompak menoleh ke arah Lunna yang berdiri dengan tatapan kosong di belakang mereka.

"Lunna? Ngapain kamu di sini?"

"Ayah juga ngapain di sini?"

Wanita dewasa itu tersenyum smirk. "Oh, jadi ini, anak yang lahir dari rahim wanita malam itu?" Ia memandang Lunna lekat dari bawah hingga ke atas.

"Jaga mulutmu!" Baskara membentak si wanita.

"Kenapa? Memang benar, kan? Wanita malam yang hampir merebut suami orang? Yang hampir menghancurkan rumah tangga harmonis orang lain? Dan kau, juga laki-laki bajingan."

Rasanya, Baskara ingin sekali menampar wanita itu sekeras mungkin. Tapi, tidak mungkin ia melakukan itu di depan Lunna yang masih belum tau apa-apa soal masalah ini. Lagipula, sekarang mereka juga di tempat umum.

Karena Baskara tidak menjawab apa-apa, si wanita memutuskan untuk pergi dari tempat itu.

Sebelum pergi, ia membelai rambut dan pipi Lunna.
"Cantik," pujinya.

"Jangan sentuh putriku dengan tangan kotormu itu!"

"Ternyata kau masih peduli juga dengan putrimu, ya, Baskara?" Wanita itu kembali tersenyum licik, lalu melenggang pergi dari sana.

Dengan cepat, Baskara menarik tangan Lunna untuk masuk ke dalam mobil. "Ayo pulang."

Lunna menurut. Ia tak berani membantah apa-apa, karena ia tau bahwa suasana hati Baskara saat ini sedang panas.

Sepanjang perjalanan, mereka samasama diam. Tidak ada yang berniat membuka pembicaraan.

Beribu-ribu pertanyaan berputar-putar di kepala Lunna saat ini. Siapa wanita itu? Apa maksud ucapannya?

Ia memalingkan wajahnya dari Baskara. Entah kenapa jika melihat wajah laki-laki itu, rasa ingin bertanya selalu muncul. Ia tak mau menanyakan itu untuk saat ini.

Hanya butuh waktu 10 menit untuk mereka sampai di rumah. Baskara turun terlebih dahulu meninggalkan Lunna yang masih melamun di dalam mobil.

Gadis itu memandangi punggung Ayahnya yang semakin menjauh memasuki rumah. Ia memikirkan cara dan kapan waktu yang tepat untuk bertanya.

Kepalanya benar-benar ingin meledak memikirkannya. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Lunna meneguk air mineral yang ada di dalam tasnya. Lalu keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah.

Gadis itu membersihkan diri dan mengganti bajunya. Lalu membuat secangkir kopi dan membawa kopi tersebut ke ruang kerja Baskara. "Ayah."

"Hm." Baskara menjawab tanpa menoleh.

Lunna melangkah pelan mendekat. Ia meletakkan kopi tersebut di meja kerja Baskara, lalu duduk di samping Ayahnya yang sedang membaca koran.

Baskara melihat Lunna membawakan kopi untuknya. "Makasih."

Lunna mengangguk. "Hm, Ayah."

"Kenapa lagi?"

"Lunna boleh tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Perempuan yang adu mulut sama Ayah tadi siapa? Dan, ada hubungan apa dia sama Bunda?"

Mendengar pertanyaan berat itu, Baskara langsung menghentikan aktivitas membacanya.

Ditatapnya gadis remaja penuh rasa penasaran itu. "Nggak usah ngurusin dia. Kamu nggak perlu tau siapa dia."

"Tapi kenapa, Yah? Lunna cuma pengen tau apa hubungan dia sama Bunda? Dia benci sama Bunda?"

"Lunna."

"Iya?"

"Kamu sayang sama Bunda?"

"Sayangg bangett, Lunna kangen dan pengen ketemu Bunda lagi."

Baskara tersenyum tipis. "Masih pengen lihat Bunda, kan?"

Lunna mengangguk. "Banget."

"Jadi, jangan ngurusin perempuan itu kalau kamu masih sayang dan masih pengen lihat Bunda di dunia ini."

ʚɞ

Jam istirahat. Lunna dan Kanaya berdiri di koridor depan kelas mereka yang berada di lantai atas. Mereka mengobrol sembari melihat anak-anak kelas lain yang berolahraga di lapangan.

"Ohiya, btw, Lun."

"Kenapa?"

"Kamu lomba melukis yang tingkat nasional di Jakarta itu kapan?"

"Masih lama, Nay. Januari nanti."

"Lama banget, sekarang baru September. Tapi udah nggak sabar denger nama Lalunna Fransiska dipanggil dalam juara."

"Aamiin, tapi bukan nama Lunna deh yang dipanggil. Tapi art name."

"Hah? Apa itu?"

"Gini, kalau artis punya nama panggung, penulis punya nama pena, pelukis punya art name, jadi, art name itu nama samaran yang kami pakai, dan buat kompetisi, diwajibkan pakai art name."

"Ooh, gitu."

"Paham, kan?"

Kanaya terkekeh. "Engga, hehe."

Lunna tersenyum penuh arti. "Gapapa, kok. Di otak kamu isinya cuma Alvian doang, ya?"

Belum sempat Kanaya menjawab, Alvian datang dan mengajaknya bermain bersama seperti anak tk.

"Naynay, mau liat ikan nggak? Tadi ikan di kolam jurusan Pian baru."

"Mauuu!"

"Ayok."

Alvian dan Kanaya bergandengan tangan lalu berjalan dengan mesranya. "Tadi Nay udah makan belum?"

"Udah sarapan tadi, tapi cuma bubur."

"Kenapa cuma bubur?"

"Lagi pengen bubur, nggak mau makan nasi."

"Oh, aku aduin ke Mama camer nih, ya?"

"Ehh, jangann. Takut."

"Kan Mama Pian baik, Nanay."

"Nanti Nanay disuapin banyak banget."

"Bagus dong."

"Bagus apanya? Nanti Nanay gendutan."

"Gapapa, biar Pian bisa cubit pipinya tiap hari, jadi nggak perlu beli squishy."

"PIANN!"

"Kaburr ...."

Kanaya mengejar Alvian yang berlari sangat cepat. Tentu saja ia tertinggal jauh, kaki Alvian yang panjang dan kakinya yang mungil. Tentunya tidak seimbang.

Lunna hanya melihat interaksi mereka dengan tatapan datar. "Gini amat hidup jomblo."

"Gue juga jomblo, kok. Senasib kita," ucap seseorang tiba-tiba yang membuat Lunna kaget.

"HEH, DESTA! GUE KAGET, SIAL!"

Desta tertawa. "Maaf-maaf. Lun, kita ini senasib, gue juga tiap hari liat Jenira alias Jendra Shakira bucin."

"Nggak setiap hari juga, dodol. Lo lupa gue backstreet? Harus pinter-pinter cari waktu buat ketemu," sahut Shakira.

"Udah gue bilang publish aja kenapa, sih, Sha?"

"Nggak bisa, Lun. Selain karena gue nyaman sama backstreet, gue juga punya alasan tersendiri, kalo gue publish, takutnya masalah lama itu muncul lagi dengan lebih parah. Gue takut terjadi perpecahan, jadi mending backstreet dulu walaupun harus nahan cemburu liat Jendra digodain."

"Gue gabisa bayangin kalau mereka tau yang sebenarnya, Jendra pacarnya Shakira, sekretaris PMR yang jutek dan galaknya udah di luar galaksi."

"Pasti Shakira udah tandain satu-satu muka penggoda."

"Oh, tentu saja, bestie."

"Kasian banget bestie gue," ucap Desta sembari membelai rambut Shakira.

"Tapi, Sha. Katanya hubungan yang nggak dipublish justru makin langgeng nggak, sih? Pengalaman orang-orang?" tanya Lunna.

"Bener, makannya gue nyaman dan nikmatin backstreet ini."

Ting ....

Suara notifikasi dari ponsel Shakira mengalihkan perhatiannya. "Eh, bentar ya, guys."

Shakira mengutak-atik ponselnya untuk membalas pesan yang baru saja masuk. Saat ini gadis itu sudah seperti orang gila. Senyum-senyum sendiri menatap layar.

"Lo kenapa sih, njim? Senyum-senyum sendiri kaya Lunna kalo biasnya update."

"Kepo, yaaa?"

"Dahlah, Des. Dia lagi bucin, kita yang jomblo cuma bisa apa? Nyimak."

"Shibal."

Shakira memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku seragam. "Gue duluan, ya."

"Mau ke mana?" tanya Lunna.

"Ajen ngajakin makan di rooftop. Dadah, muahhh." Gadis itu berlari meninggalkan kedua sahabatnya.

"Anjir jomblo ngenes gini amat."

"Cari pacar, Des."

"Gue masih nungguin crush gue dari SMP."

"Nungguin yang nggak pasti itu namanya."

"Idihh! Daripada lo? Nungguin Jaemin sama Renjun versi rl, mana ada?"

"Adaaa kalo Allah pertemukan aku sama mereka."

"Halu."

"Udah yuk, ah daripada berantem mending ke kantin, gue laper."

"Yaudah, ayok."

Kalian pernah pacaran backstreet?
Endingnya gimana?
Hehe...

See you next part 🐬

Continue Reading

You'll Also Like

16.9M 651K 64
Bitmiş nefesi, biraz kırılgan sesi, Mavilikleri buz tutmuş, Elleri nasırlı, Gözleri gözlerime kenetli; "İyi ki girdin hayatıma." Diyor. Ellerim eller...
75.1K 2.9K 37
ᴅɪᴠᴇʀɢᴇɴᴛ; ᴛᴇɴᴅɪɴɢ ᴛᴏ ʙᴇ ᴅɪꜰꜰᴇʀᴇɴᴛ ᴏʀ ᴅᴇᴠᴇʟᴏᴘ ɪɴ ᴅɪꜰꜰᴇʀᴇɴᴛ ᴅɪʀᴇᴄᴛɪᴏɴꜱ.
179K 7.6K 200
This story follows the early life of James also known by his street name Headshot or Shooter. James had an extremely rough childhood, one that turned...