NAGISA DAN TAKDIRNYA

De Kalpaijo

11.9K 1.2K 1.1K

"Gimana ya rasanya pakai baju putih abu-abu?" "Gimana ya rasanya bisa punya banyak teman?" "Gimana ya rasanya... Mais

PROLOG
1. KETAHUAN
2. KEPERGOK LAGI?
3. HUJAN DAN DIA LAGI?
4. RUMAH POHON & BUKU DIARY
5. PEMBULLYAN GISA
6. DIA BAIK AKU SENANG BERTEMAN DENGANNYA
7. PENOLONG GISA ADALAH ELTAIR?
8. PENYELAMAT GISA & HUJAN BERSAMA DIA
9. DARAH APA INI?
11. GISA KEPERGOK OLEH KETIGA SISWI BINA DIRGANTARA
12. GALEN DAN GISA JUALAN CENDOl DI TAMAN SORE ITU
13. MIMPI DAN JUGA HARAPAN GISA
14. DANAU, PELANGI & BERSAMA DIA
15. GUE JANJI AKAN MELINDUNGI GIA TERUS
16. MELUKIS DIA DI TAMAN FLORA
17. DIKERUMUNI BANYAK ORANG
18. MAAF GIA, AKU GAGAL LINDUNGI GIA
19. RUMAH SAKIT
20. DI TAMAN SEKOLAH BERSAMA DIA

10. UPACARA, GISA DAN KAKEK BADRAN

486 46 94
De Kalpaijo


"Kakek, Gisa mau ikut jualan aja sama Kakek," ucap Gisa memohon.

Kakek Badran yang sedang membereskan gerobak cendolnya kini beralih menatap Gisa. "Gi, nurut sama Kakek ya, hari ini Gisa di rumah aja. Muka Gisa pucet gitu terus pas malam Gisa pusing kan? Udah di rumah aja, ya, Nak," kata kakek Badran dengan nada halus.

Gadis itu memajukan bibir bawahnya. "Tapi, Kek----"

"Jangan tapi-tapi, nurut sama Kakek ya, Nak. Kakek nggak mau kamu kenapa-napa."

"Tapi, Gisa baik-baik aja, Kakek."

"Kakek tahu Gisa bohong, liat aja muka Gisa pucet gini. Gisa istirahat aja di rumah ya biar Kakek yang jualan."

Helaan napas panjang yang keluar dari mulut Gisa terdengar oleh kakek Badran. Laki-laki yang sudah tua itu menatap Gisa. Sudut bibirnya terangkat ke atas memberikan senyuman tipis. Tangannya terangkat sebelah mengusap kepala Gisa dengan pelan. "Gisa mau nurut nggak sama Kakek?"

Gisa mengangguk cepat. "Mau, Kek."

Kakek Badran kembali tersenyum. "Nah, berarti hari ini Gisa harus nurut sama Kakek jangan ikut jualan dulu, biar Kakek sendiri aja."

Gisa tidak menjawabnya, ia hanya mengangguk saja. Padahal, Gisa ingin sekali ikut membantu kakeknya berjualan cendol seperti biasanya. Tetapi, laki-laki yang sudah tua itu tidak mengizinkannya.

Menghela napas pelan kakek Badran tersenyum lagi. "Yaudah, Kakek berangkat dulu ya, Nak. Gisa istirahat aja di rumah ya, jangan kemana-mana."

"Iya, Kakek." Gisa membalasnya dengan bibir tersenyum tipis.

Setelah itu kakek Badran kembali membereskan alat-alat dagangannya.
Sesudah selesai dia menoleh ke arah Gisa. "Gisa, Kakek berangkat dulu, ya. Assalamualaikum."

"Wa alaikumus salam. Hati-hati di jalan ya, Kakek." Kakek Badran mengangguk. Dia pun mendorong gerobak cendolnya pergi dari pekarangan rumah.

Gisa menatap sendu ke arah punggung kakeknya yang sudah jauh. Ada perasaan tidak tega saat melihat kakeknya berjualan sendirian.

Seharusnya diusia yang sudah tua itu kakek Badran istirahat di rumah, bukannya malah berjualan seperti ini. Tapi, kalau tidak berjualan kakek Badran dan cucunya akan makan apa? Karena mereka sudah tidak punya keluarga lagi.

'Ya Allah lindungi Kakek Gisa, semoga jualan cendolnya hari ini habis secepatnya. Aamiin,' batin Gisa.

Setelah itu Gisa masuk kembali ke rumahnya.

🌧️°•🤍•°🌨️

Gisa memboseh sepedanya di trotoar, ia akan pergi ke tempat yang sering ia datangi.

Setelah sampai di tempat tujuannya Gisa melihat ada kakeknya yang sedang berjualan cendol di depan gerbang sekolah SMA Bina Dirgantara. Ia memundurkan sepedanya karena tidak mau kalau kakeknya melihat Gisa ada di sini.

Tadi pagi kakeknya menyuruh Gisa untuk istirahat saja di rumah karena Gisa dari kemarin sakit kepala terus, tetapi Gisa bosen di rumah dan memutuskan untuk ke sini. Ia ke sini untuk bisa belajar.

Gadis itu menstandarkan sepedanya di dekat pohon agak jauh dari gerbang sekolah Bina Dirgantara. Ia memakai masker berwarna hitam, rambutnya di kepang dua seperti biasanya dan mengendong tas berwarna pink.

Ia berdiri menatap gerbang sekolah dari kejauhan dengan kedua tangan memegang tali tas. Gisa lalu memegang keningnya pertanda sedang berpikir.

Kalau ia lewat jalan gerbang utama itu tidak mungkin, karena ada kakeknya yang sedang berjualan di depan gerbang dan gerbangnya pun sudah tertutup rapat. Gisa mengedarkan pandangannya kesegala arah, kemudian ia menjentikkan jarinya seraya tersenyum tipis. Gisa pun memutuskan untuk jalan pintas saja. Ia berjalan ke arah sebelah kiri yang ada banyak pohon-pohon.

Setelah sampai Gisa memanjat tembok yang menjadi penghalang area sekolah Bina Dirgantara. Jalan itu jarang dilewati oleh orang-orang sana karena posisinya berada di ujung belakang sekolah. Walaupun Gisa agak kesusahan saat memanjatnya, tetapi ia bisa sampai ke atas kemudian loncat ke bawah. Gisa berdiri, menepuk-nepuk tangannya yang sedikit kotor.

Ekor matanya melihat ke kanan-kiri untuk memastikan tidak ada orang di sana. Sepertinya aman, pikir Gisa.

'Ya Allah semoga Gisa nggak ketahuan, aku mohon bantuanmu ya Allah lindungi Gisa. Gisa cuma pengen belajar ya Allah," batinnya.

Mengembuskan napas panjang kemudian langkah kakinya berjalan ke arah kiri. Ia mengintip di balik tembok kelas X ke arah lapangan utama SMA Bina Dirgantara, yang saat ini tengah melaksanakan upacara bendera hari senin.

"HORMAT... GRAK!"

Gisa mendengar suara tegas dari seorang laki-laki tinggi yang bertugas sebagai pemimpin upacara hari ini. Para siswa-siswi SMA Bina Dirgantara mengangkat tangannya memberi hormat pada bendera merah putih yang sedang dinaikan.

Gisa berdiri tegak di tempat persembunyian, ia mengangkat tangannya juga untuk memberi hormat pada bendera merah putih.

Tanpa disadari ada seorang satpam yang sedari tadi memperhatikan Gisa dari kejauhan. Satpam itu bukannya mengusir gadis tersebut, akan tetapi dia malah diam saja di tempat parkiran sekolah.

Satpam tersebut menatap sendu ke arah Gisa. "Saya kasian sama Neng Gisa, kok bisa ya ada orang seperti dia?" Kemudian satpam itu mengusap air matanya yang jatuh ke pipi secara tiba-tiba. Kenapa dia menangis? Dia hanya sedih dan kasian pada gadis tersebut.

Sorot mata satpam itu beralih menatap ke atas langit yang cerah dan matahari yang bersinar di pagi ini.
"Ya Allah, semoga gadis itu bisa mendapatkan apa yang dia impikan, aamiin. Saya kasian sama dia ya Allah, tiap hari saya selalu ngeliat dia ngintip di jendela belakang sekolah supaya bisa belajar," lanjutnya.

Setelah selesai pengibaran bendera merah putih dan lain-lain kini tinggal pengumuman. Namun, saat kepala sekolah sedang berbicara di depan lapangan tiba-tiba dari arah samping datang seorang laki-laki bertubuh tinggi berjalan dengan santai dan cool ke arah lapangan. Sorot mata para siswa-siswi yang tadinya memperhatikan kepala sekolah kini teralihkan menatap ke arah laki-laki tersebut yang sekarang sudah berdiri di depan lapangan.

Gisa yang melihatnya dari kejauhan menautkan alisnya, ia seperti tidak asing lagi pada sosok laki-laki tersebut.
"Itu kan Kak Galen, kenapa bisa kesiangan ya," gumam Gisa.

Pak Jay selaku guru BK di SMA Bina Dirgantara bersedekap dada, tatapan tajamnya menyorot ke arah muridnya yang bernama Galen Eltair Saskara. Kemudian Pak Jay menggelengkan kepalanya karena Galen kesiangan upacara untuk yang kesekian kalinya.

Sedangkan, Galen tidak merasa bersalah sama sekali. Dia malah menatap lurus ke depan dengan wajah dinginnya, dan tasnya disampirkan di pundak sebelah kanan.

Pak Jay berjalan mendekati Galen.

"Galen Eltair Saskara kamu kesiangan lagi hari ini, dari mana saja kamu, haa?!" ucap guru BK itu dengan tegas dan tatapan mengintimidasi.

"Kesiangan bangun, Pak," jawab Galen santai, tanpa menatap wajah guru BK itu.

"Alasan, saya nggak percaya. Tiap hari senin kamu sering kesiangan dan alasannya selalu sama." Guru itu sudah muak dengan kelakuan muridnya ini yang tidak pernah berubah.

"Yasudah kalau Bapak tidak percaya."

"Apa mau saya bilangin ke orangtua kamu, Galen? Kalau tiap hari senin kamu sering kesiangan, mau saya laporin kamu?"

"Silahkan." Galen menantangnya membuat guru BK itu melotot dan darahnya mendidih di ujung ubun-ubun. Kalau saja ini bukan sedang upacara sudah pasti pak Jay akan benar-benar emosi pada Galen, tetapi ini sedang dalam upacara jadi pak Jay harus menjaga imagenya sebagai guru.

"Jangan mentang-mentang kamu anak orang kaya seenaknya aja masuk sekolah, Galen."

Galen hanya diam. Dia mendelikkan matanya karena tidak suka dengan ucapan guru itu barusan.

Guru BK itu mendekatkan wajahnya pada telinga Galen dan berucap, "Setelah upacara selesai nanti kamu saya hukum seperti biasa berdiri di lapangan menghadap tiang bendera sambil hormat selama 30 menit."

'Najis banget ini guru,' batin Galen.

🌧️°•🤍•°🌨️

Kakek Badran baru saja pulang jualan cendol dengan wajah yang sudah bonyok. Gisa yang baru saja keluar rumah seketika membulatkan mata karena kaget melihat wajah kakeknya yang tidak baik-baik saja. Ia langsung menghampiri kakeknya dengan panik dan khawatir.

"Ya Allah kakek kenapa mukanya biru-biru gini?" ucap Gisa memegang wajah kakeknya yang sudah bonyok. Gisa melihat kedua pipi kakeknya membiru ditambah pelipisnya juga luka-luka, sedangkan sudut bibirnya ada bekas darah.

"Ya Allah Kakek kenapa bisa gini?" kata Gisa menatap wajah kakeknya dengan khawatir.

Tubuh Gisa bergetar, matanya memanas. Detik itu juga air mata jatuh dari mata indah gadis itu, raut wajahnya menyiratkan kekhawatiran pada kakeknya.

"Kakek, kenapa bisa gini?" tanya Gisa sekali lagi karena kakek Badran masih terdiam. Dia menahan rasa sakit di wajahnya dan juga tubuhnya. Dia tidak boleh terlihat lemah di depan cucunya, karena kakek Badran tidak mau membuat Gisa khawatir.

Kakek Badran tersenyum pada Gisa. Tangannya yang sudah keriput itu mengusap puncak kepala cucunya.
"Gisa udah makan belum?" tanya kakek Badran. "Kakek hari ini beli orek tempe kesukaan cucu Kakek yang cantik ini loh." Kakek Badran memegang kedua pipi Gisa, lalu tersenyum kembali.

Satu tetes cairan bening jatuh ke pipi Gisa. "Kakek, jangan ngalihin pembicaraan. Gisa nanya Kakek kenapa mukanya bonyok gini, Kek? Ayo Kek jawab."

Menghela napas berat kakek Badran pun menjawab, "Tadi pas di jalan tiba-tiba Kakek dicegat sama preman terus mereka minta uang dan Kakek nggak kasih karena uangnya buat modal lagi dan buat makan kita nanti. Mereka tetap maksa dan pukulin Kakek terus uang Kakek diambil semua sama mereka."

"Astaghfirullah.. ya Allah mereka kejam banget pukulin Kakek Gisa sampai luka-luka gini." Gisa semakin menangis setelah mendengarkan cerita menyedihkan dari kakeknya.

"kakek, maafin Gisa karena nggak ikut jualan sama Kakek dan Kakek jadi bonyok gini." Gisa langsung memeluk kakeknya, ia menangis dipelukkan sang kakek. Gisa merasa bersalah pada kakeknya karena tidak membantunya berjualan dan akhirnya kakeknya menjadi luka-luka seperti ini.

"Gi, jangan nangis, Nak. Kakek nggakpapa kok." Kakek Badran mengangkat kepala Gisa. Dia menghapus air mata yang mengalir dengan deras dari wajah cantik Gisa. "Jangan khawatirin Kakek, Gi, Kakek alhamdulilah nggakpapa walaupun wajah kakek sedikit luka."

"Kakek maafin Gisa, kek," ucap Gisa lagi.

"Gisa nggak salah ngapain harus minta maaf?"

"Karena hari ini Kakek dagang sendirian dan Gisa nggak jagain Kakek, maafin Gisa, Kakek." Air mata Gisa kembali jatuh. Ia benar-benar merasa bersalah pada dirinya sendiri.

"Nggakpapa, Nak. Jangan nangis lagi, ya, udah."

Gisa menatap wajah kakeknya dengan sorot terluka. Entah mengapa saat kakeknya terluka seperti ini hati Gisa juga ikut terluka.

"Kakek, ayo masuk ke dalam biar Gisa obatin." Kakek Badran mengangguk seraya tersenyum tipis. Lalu mereka pun masuk ke dalam rumah.

Bahkan kakek Badran masih bisa tersenyum disaat dia sedang terluka.

Nagisa Gloria

Galen Eltair Saskara

Vote dan komennya ya💌🍰

Follow juga akun wp authornya supaya tidak ketinggalan update cerita Nagisa dan takdirnya💗☁️

Follow the author's Instagram @an.nuraa🩰🎀🌷

Continue lendo

Você também vai gostar

Antariksa (ON GOING) De bbyamaa

Ficção Adolescente

268K 16.1K 34
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
7.6K 340 6
Ayasya Rumi Rahadian, atau biasa di sapa Sasya, adalah gadis yang tumbuh besar di keluarga yang penuh cinta dan harmonis, hingga membuat Sasya pun tu...
2K 145 16
*** Cerita ini menceritakan sebuah pasangan yang harus perpisahan dengan sebuah keadaan. Alleeya dhea azzarah, gadis yang belum pernah mempercayai a...
477 60 14
Crystal Maziyah Mahreen Sagara seorang gadis manis nan cantik yang memiliki trauma saat masih tinggal bersama ibu kandung nya. sering di perlakukan...