Ruang dan Waktu

By sirhayani

221K 17.5K 882

Dalam keluarga besar itu pun tahu bahwa Kalila hanyalah anak angkat yang ditemukan di depan rumah saat anak l... More

pratinjau
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9,5
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Cerita Lain: Make Them Fall in Love with You
33
34
35
36
37
39.a
39.b|
40
41
42
43
44
45.a
45.b|
46

38

2.2K 169 10
By sirhayani

happy reading!

love,

sirhayani

38

"Cepetan pergi. Sebelum Bapak lihat." Kalila membuka helm dan memasangkannya untuk Trey. Ketika dia turun dari motor dan buru-buru menuju pagar yang tertutup, tangannya dipegang erat oleh Trey dan membuatnya tak bisa melangkah lagi. Dia berbalik menatap wajah Trey yang tertutupi kaca helm.

"Lo habis dari mana? Gue kenal baju yang lo pakai sekarang. Punya Kak Jio, kan?" tanya Trey. Kalila mengangguk tanpa ragu. Tak ada yang perlu dia sembunyikan tentang baju yang dia gunakan. "Habis dari mana lo?"

"Dari luar. Nggak lihat tadi gue traktir Kala makan?"

"Terserah lah soal Kala. Dia udah bilang tadi mau manas-manasin gue dan ngajak lo makan berdua." Trey berdecak. "Ini soal baju yang lo pakai. Pulang sekolah lo nggak singgah rumah. Lo pergi bareng Kak Jiro. Sekarang pulang-pulang lo make bajunya. Terus training itu, kepanjangan. Punya Kak Jiro, kan?"

"Iya, punya Kak Jiro. Gue ke mana? Rahasia." Kalila segera berbalik, tetapi Trey tak melepasnya. "Apa lagiii? Sana cepetan pergi sebelum ketahuan Bapak. Balikin motor orang."

"Kalian pergi ke suatu tempat enggak ajak-ajak gue?" Trey memandangnya sedih dan Kalila hanya bisa menghela napas. "Nyadar nggak, sih, atau gue doang yang nyadar kalau lo jadi jauh banget dari gue? Semenjak lo lengket banget sama Kak Jiro, gue ngerasa jauh banget dari lo."

"Jauh...." Kalila tak sadar menggumamkan kata itu. Dia sadar hanya disaat-saat dia sendirian, tanpa Jiro maupun Trey di dekatnya. Sejak berpacaran dengan Jiro, Kalila memang sering menghabiskan waktu lebih banyak bersama Jiro. Dibanding dulu, Kalila lebih sering bersama Trey. "Enggak selamanya kan kita bareng-bareng terus? Gue kan pernah bilang kayak gitu...."

Trey mengendurkan genggamannya di tangan Kalila dan Kalila memanfaatkan keadaan itu untuk menjauh. "Sana cepet. Nanti lo dimarahin temen lo," kata Kalila saat dia membuka pagar dan buru-buru memasuki rumah yang pintunya baru saja dibuka oleh Mbak yang ingin membuang sampah.

Trey mendengkus dan menaruh kedua tangannya di setir motor. "Ngajakin gue pergi bertiga sama kalian apa susahnya, sih? Kak Jiro aja terus," omelnya.

***

Sudah jam dua belas malam dan Jiro baru tiba. Terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Suara mobil yang Kalila kenali.

Suara pagar rumah dibuka. Suara mobil kembali terdengar. Kemudian suara pagar yang ditutup. Kalila tak bisa memejamkan mata karena tak tenang Jiro belum juga pulang. Sekarang, cowok itu pasti yang sedang memarkirkan mobil di garasi. Kalila mendengkus di dalam gulungan selimut yang hanya memperlihatkan sedikit wajahnya.

Pintu kamar Kalila terbuka. Siapa lagi yang membukanya tanpa permisi jika bukan Jiro? Kalila langsung memejamkan mata perlahan, pura-pura tidur untuk melihat reaksi Jiro selanjutnya.

Jiro naik ke tempat tidur Kalila. Dia berbaring di samping Kalila dan memeluknya dari belakang. "Kenapa belum tidur?"

Kalila membuka mata. Dia tak pernah berhasil berpura-pura di depan cowok itu.

Sebenarnya, Kalila sudah tak masalah tentang kejadian hari ini, di mana Jiro pergi menjenguk Ashana yang merupakan seorang teman perempuannya. Namun, Kalila ingin mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin saja memicu pertengkaran kecil untuk melihat respons Jiro. Kira-kira, apa respons Jiro jika dia menyuruh Jiro menjauh dari Ashana? Apakah cowok itu akan menyetujui permintaannya tanpa keberatan sedikit pun? Atau sebaliknya? Entah. Kalila tak mau tinggi berespektasi. Lagipula, tujuan Kalila bertanya bukan benar-benar untuk membuat Jiro menjauh dari temannya sendiri.

"Mungkin, Kak Jiro suka sama Kak Ashana, tapi Kak Jiro enggak nyadar." Kalila memulai perkataannya. "Coba pikirin baik-baik."

"Itu nggak mungkin, lah," balas Jiro dengan suara pelan di belakangnya. "Gue cuma suka sama lo, Kalila."

"Mungkin aja. Perasaan Kak Jiro ke gue itu cuma perasaan sayang ke adik."

"Ck, itu nggak mungkin. Jangan ngomongin hal yang enggak masuk akal." Jiro menggenggam tangan Kalila. "Gue tadi langsung pergi karena ngerasa bersalah kalau nggak temenin Ashana."

"Dia punya teman, enggak mungkin enggak. Dia itu caper aja karena kebetulan Kak Jiro selalu ngulurin tangan. Jadi, dia manfaatin empati Kak Jiro." Jantung Kalila berdegup kencang. Apa respons Jiro setelah Kalila mengatai Ashana mencari perahtian? Kalila juga tak menyangka masih ada sedikit emosi yang terbawa di perkataannya. Jiro memeluknya tanpa banyak bicara dan membuat hati Kalila sedikit lega. Kenapa juga dia takut Jiro marah karena telah mengatai Ashana? "Kak Jiro mungkin enggak suka Kak Ashana, tapi please Kak, semakin Kak Jiro perhatian kayak gini, itu semakin ngebuat Kak Ashana berharap ke Kak Jiro. Kalau Kak Jiro lebih mentingin Kak Ashana lagi, mending kita putus. Setelah, itu Kak Jiro bebas buat ketemu Kak Ashana atau pun cewek lain."

"Lo tahu apa yang paling gue benci?" Jiro menahan tubuhnya di atas Kalila dan membuat Kalila mengerjap pelan. "Kata putus. Gue paling enggak suka lo ngomong gitu."

"Kalau enggak suka ya udah hentiin. Jangan buat Kak Ashana makin berharap sama Kak Jiro."

Jiro berdecak sambil mengusap rambut Kalila dan menatap dalam sepasang matanya. "Oke, mulai besok gue bakalan pindah tempat duduk. Gue enggak akan ngomong sama dia lagi. Gitu, kan?"

Kalila berdecak. "Kenapa Kak Jiro kayak marah gitu ngomongnya? Seolah-olah enggak ikhlas dan terpaksa? Nggak usah drastis juga kali."

"Oke, gue enggak akan tiba-tiba pindah tempat duduk. Gue cukup bersikap biasa aja ke dia, gitu, kan? Gue akan jaga batasan yang benar-benar ketat." Selimut yang membungkus Kalila ditarik kencang oleh cowok itu, hampir saja membuat Kalila memekik karena kaget. Jiro langsung meraih Kalila yang hampir kabur dan membawa cewek itu ke pelukannya. "Kangen. Padahal baru berapa jam pisahnya, udah sekangen ini."

Kalila memutar bola mata. "Kangennya bohong, tuh. Kapan hari pergi berjam-jam di pantai bareng cewek lain enggak ada tuh ngomong kangen-kangen pas pulang." Kalila mengerjap-ngerjap saat Jiro mencium lehernya. "Jangan!" serunya, berbisik.

Jiro semakin hari menjadi semakin berani. Mungkin, jika Jiro semakin buas, Kalila tak akan bisa mengendalikan cowok itu lagi.

"Apa cuma gue yang jaga batasan?" Jiro menjauh dan menatap Kalila lekat-lejat. "Gimana dengan lo atas Callahan yang selalu nyari perhatian lo?" "

"Enggak tahu."

"Kok enggak tahu. Gue masih cemburu sama dia, ya."

"Haha...." Kalila tertawa kikuk. Apa jadinya jika dia menceritakan bahwa tadi dia menemani cowok itu makan? Ah, lebih parahnya lagi, berpelukan di tepi jalan.... "Tadi, beberapa jam setelah Kak Jiro pergi, Kala nelepon gue dan minta makan. Gue enggak tega. Ngasih, lah." Kalila menjeda ucapannya sebentar untuk mengetahui respons Jiro, tetapi Jiro hanya terdiam. "Habis pulang dari traktir di makan, di tengah jalan dia nangis-nangis sambil manggil ibunya. Bener-bener kayak anak yang kehilangan ibunya banget. Kala meluk gue dan...." Kalila menghentikan ucapannya ketika Jiro mendekatkan wajah mereka dengan kening berkerut samar. Dia jelas marah. "Ngapain cemburu sama dia? Dia itu anak biasa yang baru puber. Sukanya ke ketua kelas gue yang namanya Fritzi itu. Ingat?"

"Entahlah. Belum lagi Trey. Ck, dia kayaknya jadi tertarik sama lo sebagai laki-laki ke perempuan. Ah, gue punya banyak kekhawatiran, Kalila," bisik Jiro dengan suara rendah.

"Duh, mereka tuh jelas beda. Beda situasi dengan Kak Jiro dan Kak Ashana."

"Sama."

"Beda! Kak Jiro ngasih harapan ke Kak Ashana, gue ke dua bocah itu kan enggak." Kalila berusaha mendorong Jiro yang terus merapat ke arahnya. Cowok itu menjadi seperti kucing jantan yang sedang birahi. "Please, deh? Pengaaap," bisiknya sambil mendorong Jiro. "Panas. Gerah."

Jiro bangun dan mengambil remote AC di nakas. Dia menurunkan suhu ruangan. Kalila langsung membelalak.

"Nanti dingin!"

"Iya, dingin." Jiro tersenyum saat cowok itu menegakkan kedua lengannya di kedua sisi Kalila. "Kalau kayak gini, butuh kehangatan, kan, Lil?"

*** 

.

Extended Part 38 sudah dan hanya tersedia di https://karyakarsa.com/zhkansas

Cara baca:

thanks for reading!

love,

sirhayani

Continue Reading

You'll Also Like

158K 6.8K 45
Airi Lyn merasa sangat dikhianati ketika Kakaknya Ariel Lio meninggal. Lio mendonorkan jantungnya untuk pacarnya, bukan untuk adiknya yang juga sekar...
Violeta By Ainiileni

Teen Fiction

48.9K 3K 31
Tidak akan ada yang pernah baik-baik saja ketika pengakuan hanya di anggap kekonyolan. Tiga tahun, waktu yang Vio habiskan untuk mencintai sahabatnya...
12.6M 716K 59
Tentang Ketua Osis yang dingin dan seorang Badgirl yang membenci bahasa Inggris. *** "Gue cinta sama lo." Ujar gadis itu tanpa beban "Gue tau." Kata...
4.1K 410 15
[SLOW UPDATE] terkadang aku sangat iri melihat anak yang selalu berbahagia dengan kedua orang tua nya , aku selalu berdoa agar anak itu selalu bersam...