Assalamu'alaikum
Jangan lupa follow ig author:@wp.gulajawa
Gus Agam : agamganteng_12
Sebelum membaca awalli dengan
Bismillahirrahmanirrahim
REVISI BAB 15
Warning : maaf alur / judul bab sedikit berbeda. Selamat menikmati.
***
Gus Agam termenung menatap sendok yang beberapa senti dari bibirnya. Setelah itu dirinya kembali menatap Ziva , yang sedang menunggu respon dari nya.
"Mau ngapain?" tanya Gus Agam.
" Kok nanyak sih Gus. Mau nonjok Gus Agam," ketus Ziva. " Ya mau supin lah Gus," sambung Ziva.
" Kamu pikir saya masih anak kecil," dengan perlahan Gus Agam menarik sendok dan bekal makanan nya itu.
" Eh-ga tau bersyukur banget sih," gerutu Ziva.
" Makasih," ketus Gus Agam.
" Hmm. Oh ya Gus, mamah sama papah mau pamit tuh, selepas makan pulang yuk. Buat beri ucapan selamat tinggal," ucap Ziva seraya memperagakan gerakan lambaian tangan.
" Kamu ga ikut?"
Bola mata Ziva berbinar-binar mendengarkan perkataan Gus Agam. "Boleh Gus? Kalau boleh saya langsung siap-siap nih," ucap Ziva seraya menepuk tangan sebanyak mungkin.
" Siapa bilang boleh. Kan saya cuma bertanya!!" tegasnya.
" Ya ilah Gus."
Setelah itu hening kembali. Gus Agam menikmati sarapannya. Sedangkan Ziva menikmati ponsel didepannya itu.
" Ehem Ziva."
Mendengar Gus Agam memanggil nya, lekaslah Ziva mengalihkan pandangan nya ke arah Gus Agam. " Kenapa Gus?"
" Cerita tentang Vano. Kan semalam saya berhasil menang!!" desak Gus Agam seraya meminum air nya.
" Emm okeh, " sahut Ziva.
" Sip," Gus Agam pun menghentikan makannya sejenak, lalu segera beralih menatap Ziva.
" Jadi begini. Sebelum kesini , atau tepatnya waktu awal Ziva masuk SMA. Ziva suka banget liat kakak kelas bernama Vano Dirgantara. Dia kece , ker-"
" Lanjut," ketus Gus Agam memotong perkataan Ziva, yang seperti tak suka dengan pujian itu.
" Isss. Habis tu , Ziva ga nyangka, ternyata teman Ziva yang cowo, yaitu Aldo kenal dia. Terus kita akrabnya karena main balapan gitu loh," jelas Ziva.
" Perlahan dan perlahan rasa suka itu muncul. Namun, itu tak berlangsung lama, saat Ziva dengar isu dia berpacaran dengan ketua OSIS. Nah sampai sekarang Ziva masih berjaga jarak sama dia," sambungnya.
" Jadi!! Kamu masih ada rasa suka ga sama dia sekarang? " tanya Gus Agam.
" Sedikit," ekspresi wajah Gus Agam menjadi masam saat mendengar hal itu.
" Sedikit pun ga ada," sambung Ziva.
Raut wajah yang tadinya masam itu berubah menjadi netral kembali.
"Kirain kamu masih ngejar dia," ledek Gus Agam .
" Apa sih Gus. Eh , kalau cerita Gus Agam sendiri gimana. Kan Ziva denger isu nih, Gus Agam trauma sama cewe. Nah bisa jelaskan ga gimana maksudnya, " ucap Ziva seraya menaik turunkan alisnya.
" Anak kecil ga boleh kepo. Dan ingat, semalam saya menang. Kenapa harus cerita masa lalu saya? "
Ziva yang mendengar jawabban dari Gus Agam hanya bisa mendengus kesal kearah nya. "Hisss pelit, jadi suami jangan main rahasia-rahasia an," ceramah Ziva.
" Ngaku saya suami kamu hmm," ledek Gus Agam.
" Tau ah , nyebelin," dengan kesal nya Ziva bangkit dari kursi lalu melangkah ke arah pintu.
Namun saat Ziva membuka pintu. Pintu itu tidak dapat terbuka dikarenakan tangan kekar Gus Agam menahannya.
Entah sejak kapan Gus Agam mengikuti langkah Ziva. "Siapa yang mengizinkan kamu pergi?" ketus Gus Agam.
" E-eng. Gus Agam ga mau cerita, Zi-Ziva mau pulang aja," kikuk Ziva.
" Ckk, ya sudah saya cerita. Asal ada syarat," mendengar perkataan Gus Agam membuat Ziva mengerutkan keningnya.
" Apa?"
" Suapi saya, " dengan eskpresi santainya Gus Agam berkata seperti itu.
" Whatt!!" pekik Ziva.
" Astagfirullah Ziva. Ga usah teriak-teriak, saya didepan kamu nih," kesal Gus Agam.
" Ehehehe maaf, kalau Ziva suap Gus Agam. Gus Agam cerita gitu?"
" Yes, my little girl."
Ziva terdiam bukan karena salting. Melainkan karena bingung apa yang dikatakan kan Gus Agam.
" Jadi gimana hmm?"
" Ya udah iya."
Entah keberanian dari mana itu, dengan pelannya Gus Agam menuntun Ziva untuk duduk kembali di kursi.
" Satu suap. Satu kalimat," tawar Gus Agam seraya memberikan kotak nasi yang berada di meja kerja nya.
" Bener loh!!" seru Ziva seraya menerima kotak nasi itu.
" Yes, My sweet girll."
" Apa sih, Gus ni belagu pakai bahasa inggris. Ziva ga faham tau," keluh Ziva.
Mendengar jawabban jujur dari Ziva membuat Gus Agam terkekeh. Entah sejak kapan mereka menjadi seakrab ini . Tapi begini lebih baik bukan?
" Ya udah suap."
Ziva lekas mengangguki perintah Gus Agam untuk menyuapinya. " Sekarang buka mulutnya, kata kan aaaaaa," pintah Ziva.
Gus Agam tersenyum ceria, dengan perlahan dia membuka mulutnya . Dan suapan pertama pun masuk ke mulut Gus agam.
'Aisss. Ini pasti Gus Agam modus,' batin Ziva.
" Saya cerita ya," ucap Gus Agam dengan perlahan mengunyah dan kemudian menelannya.
" Sip."
" Jangan memotong cerita saya , faham," Ziva lekas mengangguki perkataan Gus Agam dengan riangnya.
" jadi dulu, sekitar 2 tahun lalu, saya pernah suka sama seorang wanita. Dia tu cantik , baik , sopan , dan juga faham banget sama agama. Saya jatuh cinta sama dia. Lalu alangkah terkejutnya dia juga cinta sama saya. Nah habis itu, saya dan dia memutuskan untuk ta'aruf kan."
" Kami pun melakukan ta'aruf, alhamdulillah selama proses berjalan lancar, sekitar 4 hari kami akhirnya memutuskan akan menikah," jelas Gus Agam.
Setelah berhenti, Ziva kembali menyuapi Gus Agam. Terlihat keduanya menikmati keadaan seperti ini.
"Saat esoknya akan hari H , teman pria saya dan calon istri saya datang , namanya Guntur terus kalok mantan calon istri saya namanya Rui. dan kamu tau apa yang Guntur ucapkan," sambung Gus Agam.
" Apa ??"
" Dia bilang gini , Rui yang akan kamu nikahi sedang mengandung anakku. Apakah kamu tega mengambil hak ku, kata Guntur dihadapan ku,dan kedua orang tuaku. Terus saya mandang Rui, seakan ga percaya . Padahal kan besok hari H , semua udah siap ini itu," terdengar jelas bahwa suara Gus Agam sedikit bergemetar.
Ziva menatap sedu kearah Gus Agam. Ziva melihat disorot mata Gus Agam sudah terlihat ada cairan bening.
" Eh malah, wanita yang saya kira baik ternyata bermuka dua, dan setelah itu saya marah dan bersumpah untuk tidak akan menikah atau percaya pada wanita bahkan jatuh cinta pada wanita," sambung Gus Agam.
" Jadi begitu yaa," ucap Ziva yang terharu dan meneteskan air mata.
"Eh kok nangis,"panik Gus Agam lalu menyeka air mata istri kecilnya.
" Ja-jahat banget sih Rui sama Guntur."
"Itu masa lalu Zivaaa. Dan saya sudah melupakan itu. Namun sumpah saya gak berlaku," ucap Gus Agam.
" Kenapa??" tanya Ziva seraya terus menyuapi Gus Agam.
"Toh h pada akhirnya saya nikah sama bocil yang kek kamu, udah bocil , cerewet, cengeng," jawab Gus Agam dengan mulut penuh makanan.
" Apa sih, " kesal Ziva.
" Udah-udah. Lupa in aja , sekarang kita udah saling terbuka toh."
" Iya. Terus Gus Agam masih ada rasa ga sama Rui?" tanya Ziva seraya menyuapi suapan terakhir. Entah sejak kapan nasi itu berkurang , intinya Ziva selalu memasukan nasi ke dalam mulut Gus Agam.
" Enggak dong. Kan saya sudah punya istri," jawab Gus Agam seraya mengedipkan matanya berulang kali.
" Ih Gus Agam. Matanya kenapa, kelilipan?" polos Ziva.
" Iya," ketus Gus Agam .
Ziva benar-benar melihat perubahan dari wajah Gus Agam. Benar-benar berbeda , tadinya yang lembut dan kalem, kini berubah menjadi ketus dan dingin lagi.
" Udah habis," ucap Ziva.
" Hm."
Gus Agam bangkit dari kursi dan meraih ponsel yang berdering itu. Lekaslah Gus Agam menjawab panggil tersebut.
"Assalamu'alaikum. Ya , iya. Wa'alaikumsalam."
" Wah dari prolog langsung epilog," batin Ziva.
"Ziva. Yuk , mamah kamu mau pulang tuh," ucap Gus Agam seraya membereskan buku bukunya.
" Ya udah ayok," begitupula Ziva. Dirinya membereskan kotak nasinya.
Keduanya pun segera berjalan keluar dari ruangan pribadi milik Gus Agam.
***
" Suatu hubungan akan bertahan apabila mereka saling terbuka, tidak ada nya rahasia diantara mereka. Dan saling percaya satu sama lain"
-AGAM ZULFIKAR AKBAR
Akhiri membaca dengan mengucap
Bismillahirrahmanirrahim