Rigala

By sealla_

557K 58K 3K

note: jumlah kata setiap chapter akan terus bertambah seiring berjalannya cerita. __________________________ ... More

Prologue ~~
Chapter one ~~
Chapter two ~~
Chapter three ~~
Chapter four ~~
Chapter five ~~
Chapter six ~~
Chapter seven ~~
Chapter eight ~~
Chapter nine ~~
Chapter ten ~~
Chapter eleven ~~
Chapter twelve ~~
Chapter thirteen ~~
Chapter fourteen ~~
Chapter fifteen ~~
Chapter sixteen ~~
Chapter seventeen ~~
Chapter eighteen ~~
Chapter nineteen ~~
Chapter twenty ~~
Chapter twenty one ~~
Chapter twenty two ~~
Chapter twenty three ~~
Chapter twenty five ~~
Chapter twenty six ~~
Chapter twenty seven ~~
Chapter twenty eight ~~
Chapter twenty nine ~~
Chapter thirty ~~
Chapter thirty one ~~
Chapter thirty two ~~
Chapter thirty three ~~
Chapter thirty four ~~
Chapter thirty five ~~
Chapter thirty six ~~
Chapter thirty seven ~~
Chapter thirty eight ~~
Chapter thirty nine ~~
Chapter forty ~~
Chapter forty one ~~
Chapter forty two ~~
Chapter forty three ~~
Chapter forty four ~~
Chapter forty five ~~
Chapter forty six ~~
Chapter forty seven ~~
Chapter forty eight ~~
Chapter forty nine ~~
Chapter fifty ~~
Chapter fifty one ~~
Chapter fifty two ~~
Chapter fifty three ~~
Chapter fifty four ~~
Chapter fifty five ~~
Chapter fifty six ~~
Chapter fifty seven ~~
Chapter fifty eight ~~
Chapter fifty nine ~~

Chapter twenty four ~~

8.6K 988 39
By sealla_

Tak terasa sudah 1 bulan terlewat sejak hari terakhir Arseno dan Andra dirawat. Sejak hari itu juga hubungan Rigal dan anggota menjadi lebih dekat.

Rigal memang masih membatasi sentuhan fisik. Hanya orang tertentu seperti Ares, Arseno, Alvin, dan mungkin Rui yang dia biarkan menyentuhnya.

Untuk yang lain, Rigal masih enggan bersentuhan fisik. Bukan apa-apa, rasa tak nyaman sering timbul saat Rigal mencoba bersentuhan antara kulit dengan kulit dengan yang lain.

Walaupun tubuh yang ia pakai adalah tubuh Rigal yang biasa bersentuhan dengan siapapun. Jiwa nya- Elvian bahkan masih tidak bisa terbiasa.

Dan pagi ini, Rigal sedang duduk santai di sofa markas dengan rokok ditangannya. Tatapannya menyorot lurus ke depan dengan datar.

Hingga beberapa waktu kemudian, Arseno tiba-tiba datang dengan air muka keruh penuh kemarahan.

"Mada! gue kecewa sama lo!" Seru Arseno dengan tangan terkepal dan wajah memerah.

"Kenapa?" Suara berat penuh penekanan membuat markas seketika diliputi aura dingin.

Memang apa yang dia lakukan? Pikir Rigal.

Semua anggota terlihat siap menyaksikan kemarahan Arseno pada Rigal.

Tidak ada yang berniat ikut campur. Atau lebih tepatnya tidak berani.

"Kenapa kata lo?! lo liat anggota disana?.. mereka babak belur gara-gara war sama geng sebelah karna lo! lo kan? lo yang pertama ngibarin bendera perang buat mereka.. makanya mereka nyerang kita semua ditengah jalan dengan semua anggota mereka!" Nafas Arseno memburu. Tatapannya tegas menyorot Rigal penuh kekecewaan.

Harus Arseno akui, Arseno memang sangat sangat takut berhadapan dengan Rigal seperti ini. Tapi demi semua anggotanya bahkan Arseno rela jika harus menentang Rigal.

Sementara Rigal hanya diam dengan tangan terlipat didada. Menatap Arseno dengan datar seolah ucapannya hanya lontaran kata tidak penting.

"Lo tau akibat dari nantangin geng sebelah? akibatnya setengah dari anggota kita masuk rumah sakit. Terus gimana kita semua bisa ngeladenin semua geng yang udah lo seruin war satu persatu, Mada?!"

"Mada.. gue dan anggota bener-bener percaya sama banget sama lo. Tahta tertinggi di UL juga ada ditangan lo.. tapi lo juga nggak boleh seenaknya kaya gini nyeruin perang sana-sini. Apalagi lo ngajuin war ini ke semua geng dikota -

Jelasnya lo tau bakal gimana kan akibatnya? .. anak-anak masih dibawah umur!... Oke, mereka emang jago berantem, tapi nggak buat ngeladenin ribuan orang cuma karna keegoisan yang lo buat!"

Arseno menarik nafasnya dalam-dalam, setelah meledakkan amarah panjangnya.

Tidak ada lagi kesan lembut pada wajah Arseno, yang ada hanya tatapan datar menuntut jawaban.

"Udah?" Rigal menatap Arseno dingin. Lalu berdiri dengan aura suram.

Sialan!

Sudah diganggu, dituduh pula. Apa Rigal seperti orang yang sabar?

Arseno pun tanpa sadar melangkah mundur dari tempatnya berdiri. Sama seperti pertama kali, aura Rigal benar-benar penuh tekanan.

"Bahkan kalo gue ngibarin bendera perang, gue sanggup lawan semuanya sendiri, Arseno. Gue nggak butuh bocah-bocah sampah yang lemah kaya kalian buat lawan musuh-musuh gue. Lo pikir gue lemah? lo pikir gue pengecut yang cuma bisa nyari masalah dan lempar masalah itu sama kumpulan bocah lemah kaya kalian? bangsat!"

Bugh

Arseno jatuh karna tendangan Rigal. "Ugh!"

Bersamaan dengan jatuhnya Arseno, teriakan terkejut para anggota menggema. "Bang Seno!!"

"Jangan karna gue udah melunak sama lo dan semua anggota, lo jadi berani kaya gini Arseno!" desis Rigal sebelum pergi dengan aura dingin penuh kekecewaan.

Meninggalkan Arseno yang sekarang sudah berdiri dengan badan Xion sebagai tumpuan, menatap Rigal datar namun mengandung setitik rasa menyesal.

"Bang.. gue nggak bermaksud nyalahin lo. Tapi apa yang bang Mada omongin tadi bener. Dia jujur, dan matanya tadi.. kaya nya dia kecewa sama lo dan kita semua karna main tuduh dia sembarangan tanpa bukti" Zoire memberanikan maju dan menjelaskan apa yang tadi ia lihat sesuai pengamatannya.

Sementara Arseno yang mendengar penuturan Zoire menjadi duduk dengan kepala menunduk.

Kemarahan dan emosinya terlalu menguasai. Hingga Arseno gegabah dan main menghakimi Rigal seperti tadi.

Sial! jika sudah seperti ini bagaimana lagi?

Sedangkan satu anggota yang duduk sedikit jauh dari Arseno mengepalkan tangannya. Matanya menyorot dingin Zoire yang memberi penjelasan sesuai pengamatannya. Membuat Arseno sadar dan gagal membuat Rigal terus disalahkan dan didepak dari geng.

***

"Rigal! Eyy! Rigal" Rui berlari kecil menyusul Rigal. Hari ini dia disuruh oleh maid membeli bahan makanan. Tapi persetan dengan suruhan maid, sekarang Rigal lebih penting.

Sudah lama sejak terakhir kali dia bertemu Rigal, dan sekarang dirinya dipertemukan lagi dengan tidak sengaja.

Siapa yang tidak senang?

"Gal.. lo kemana aja?" Rui menatap Rigal berbinar senang, tapi walau senang, wajahnya masih mengandung rasa dengki karna Rigal bertambah tampan, dan Rui merasa... iri.

"Pindah" jawab Rigal malas. Rigal memang sudah memutuskan pindah sekolah dari sebulan yang lalu. Bukan apa-apa, tapi jarak markas dan sekolah Rigal 'asli' cukup jauh. Hingga dia memutuskan pindah dengan sekolah yang lebih dekat.

Tapi jujur saja.. sekarang Rigal menyesal.

Walau Rigal tau penyebab Arseno marah seperti tadi karna adu domba penghianat itu. Tapi rasanya tetap saja aneh ketika dituduh tanpa bukti didepan semua anggota seperti tadi.

"Lo pindah sekolah?" Tanya Rui memastikan. Hingga mendapat anggukan Rigal, Rui menjadi bersemangat.

'Kalo Rigal pindah, pasti sipengacau Alvin nggak bisa deket lagi sama Rigal. Apa gue ikut pindah juga ya?'

"Disekolah apa?"

"WHS"

"Weijing school?"

Rigal mengangguk. Membuat Rui tersenyum sangat lebar dan lantas meminta izin untuk kembali. Masabodo dengan suruhan maid-maid sialan itu, Rui dengan riang berjalan kembali ke rumahnya.

Dia akan meminta tuan Mahatama memindahkan nya ke WHS!

***

Sampai di apartemen, Rigal segera berjalan ke arah komputer nya berada. Dia harus mencari banyak informasi dari sini demi hidup damai kedepannya.

Lelah, Elvian lelah sebenarnya.

Impian hanya hanya satu, yaitu hidup dengan damai tanpa satupun masalah yang datang.

Tapi entah mengapa takdir membawanya diposisi yang bahkan keterbalikan dengan impiannya.

Membuatnya tanpa sadar harus bekerja lebih keras untuk menuntut impian itu.

Terlebih musuh Rigal masih bertebaran.

Hingga Elvian pikir, dia terlalu membuang banyak waktu untuk yang hal yang tidak penting selama dia datang disini.

Jadi mungkin, Rigal-Elvian akan bekerja keras setelah ini.

Rigal menyeringai melihat semua informasi yang dicarinya sudah lengkap ia dapatkan. Tinggal membuat bom-bom kecil juga bom besar untuk hadiah kecil dan inti hadiahnya.

Rigal pun bergegas membersihkan diri. Setelah selesai, dia bergegas pergi menuju pasar gelap untuk membeli semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan.

Sudah cukup keterdiamannya selama ini. Sekarang Elvian benar-benar akan memusnahkan semuanya yang berani menghalangi jalannya menuju 'kehidupan damai'.

***

Setelah membeli semua hal yang di butuhkan, Rigal pergi ke mansion Angkara untuk Alvin. Ya, Rigal melupakan bocah itu karna UL.

Rigal bahkan sempat tidak ingat kalau Alvin hidup.

Sampai disana, Rigal turun dari motornya dan menatap mansion itu lamat-lamat. Mansion Angkara masih dalam keadaan rusak. Tidak ada penjaga, dan seperti tidak berpenghuni.

Rigal mengangkat bahu acuh dan berjalan dengan santai ke dalam. Hingga sampai di dalam, bisa Rigal lihat Alvin sedang duduk disofa kotor penuh debu. Menatap kosong foto wanita yang Rigal yakin adalah nyonya Angkara.

"Bocah" Suara berat Rigal membuat Alvin menoleh ke arahnya.

Tatapannya menyedihkan, membuat Rigal tanpa sadar terkekeh kecil.

Alvin yang masih terkejut dengan kedatangan Rigal yang tiba-tiba, menjadi syok setelah melihat tawa kecil itu.

"Kurus" ujar Rigal lagi.

Alvin pun menunduk. "G-gue nggak punya keluarga lagi.. gue sendirian. Gimana gue bisa makan dengan baik?" Ujarnya lirih.

Rigal menghela nafas lalu berjalan ke arah Alvin. "Ayo"

Rigal mungkin akan membawa Alvin ke markas. Alvin harus hidup dengan baik selama dia pergi meyelesaikan semua masalah yang ada.

Terlebih musuh Adinata bukan hanya disatu negara.

Alvin menatap Rigal ragu. "Kemana?" Cicitnya.

"Ayo" ajak Rigal lagi, mengabaikan pertanyaan Alvin.

Dan Alvin yang percaya, langsung menerima ajakan Rigal. Sementara ini, hanya Rigal yang bisa Alvin andalkan. Tunggu waktunya dia besar, dan dia akan mengandalkan dirinya sendiri.

Mereka pun keluar dari mansion rusak Angkara, menuju markas UL.

Sampai disana Rigal membawa Alvin masuk. Hingga ruangan yang penuh candaan menjadi hening setelahnya.

"Lo! lo masih berani kesini bang? setelah lo ngorbanin kita semua ke RB geng? heh?" Riku berujar dengan tengil. Namun tatapan nya kecewa dan marah.

"Ku!" Sergio menegur Riku.

Riku menatap Sergio kesal. "Lo masih belain dia, Yo? waktu itu kita dibarisan depan, dan kita denger dengan jelas kalo musuh nyerang kita karna seruan perang bang Mada!"

Alvin menatap bingung mereka semua juga Rigal. Dan tidak tau masalahnya, tapi melihat Rigal disalahkan seperti ini, membuat darahnya mendidih.

"Lo apaan sih! jangan nyalahin bang Rigal dong!" Bela Alvin marah.

"Siapa lo? nggak usah ikut campur, dasar gembel!" Sentak Jun tak kalah marah.

Alvin melotot mendengar itu. Hendak membalas, tatapan Rigal seakan menyuruhnya diam. Akhirnya Alvin diam tak bersuara setelahnya.

UL menjadi dua kubu sekarang. Pagi tadi Arseno datang dengan inti dan anggota yang kuat, dan siangnya Riku dan semua anggota dibawah umur yang tidak melihat jawaban Rigal karna masih dirumah sakit.

Jadi wajar ketika mereka marah dan kecewa, karna sebenarnya mereka tidak tau menahu masalah pagi tadi.

Hingga tatapan Rigal menyorot satu orang diruangan itu. 'Heh? benci ku akui tapi actingnya benar-benar baik'

"Gue percaya sama Mada! walaupun gue dibarisan depan dan denger semuanya, tapi gue tetep percaya sama Mada." Ares berseru keras sambil menatap Riku, Jun dan semua yang menyorot Rigal marah, dengan tatapan nyalang.

"Lo korban, Res! kenapa lo masih percaya sama bang Mada sih?" Kesal Bima dan diangguki setuju oleh anggota yang masih marah.

Sementara anak-anak yang pernah diselamatkan oleh Rigal atau pernah merasakan kebaikannya hanya diam. Mereka bimbang, tapi sejujurnya mereka tidak menyalahkan Rigal atas apa yang terjadi malam tadi.

Celo, Aidan, Sadeva, Fei dan Althan memilih mundur dan duduk di bagian pojok tidak ingin terlibat.

"Mada nggak mungkin biarin anggotanya terluka! gue percaya sama Mada!" Kekeuh Ares.

Membuat beberapa anggota berdecak kesal. Lalu menyeru sebal ke arah Rigal.

Sedangkan Rigal hanya diam sambil menghela nafas lelah.

Bocah-bocah sialan!

Continue Reading

You'll Also Like

227K 14.9K 34
satria si dingin tingkat dewa,Dia hanya akan berbicara dengan keluarga nya. gara pemuda dengan julukan si cerewet,saking cerewet nya sampai di benci...
643K 34.6K 31
7 tahun yang lalu... Dia masih begitu muda saat itu. Hanya seorang gadis yang baru saja dinyatakan lulus dari SMA. Di usianya yang baru menginjak 18...
24.8K 3K 11
Menikah di umur 4 dan 5 tahun? Bukankah itu sangat tidak mungkin... mana ada seorang anak kecil yang belum mengerti banyak hal menikah dan harus hidu...
358K 40K 42
Mau disangkal sekeras apapun, Arkha tetap dalam perannya sekarang. Menjadi adik antagonis dalam novel yang terakhir dibelikan oleh ibunya. Antagonis...