KUMPULAN CERITA SENI GAY (21+)

By reading4healing

108K 685 30

Cerita Dewasa More

(21+) Suami Yang Digilir Cowok Macho Spanyol
(21+) Si Pemuas Satu Kos
(21+) Si Pemuas Satu Kos 2
(21+) Pemuas Suami Si Bos Bule
(21+) Pacarku Sang Pemuas Satu Geng
(21+) Driver Ojol Arab Plus - Plus
(21+) Tubuh Kekar Suamiku Dijadikan Mainan Lima Atasanku
(21+) Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (1)
(21+) Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (2)
(21+) TUBUHKU DIPINJAMKAN PACARKU DI PESTA LIAR
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (1)
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (2)
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (3)
(21+) Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (1)
(21+) Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (2)
(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (1)
(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (2)
(21+) PEMUAS PARA PREMAN JALANAN
(21+) Memperawani Suami Muda Tetanggaku
(21+) Lubang Pemuas Pria - Pria Beristri
(21+) Gigolo Biseks Simpanan Mama
(21+) Pesta Bujang Liar Sang Pengantin Pria
(21+) Skandal Besar Menjelang Pernikahan
(21+) Disewa Lionel
(21+) Malam Liar Sang Budak Korporat
(21+) Takdir Seorang C*mdump
(21+) Service Plus-Plus Barber Straight Turki
(21+) Bule Online, Perebut Keperjakaanku
(21+) Salah Kamar, Aku Dapat Sugar Daddy
(21+) NAPAS BUATAN DARI PAPA SAHABATKU
(21+) MENGERJAI DADDY KEKAR BERISTRI
(21+) MENJEBAK SOPIR STRAIGHT BAD BOY
(21+) Menjajal Kejantanan Masseur Impor Rusia
(21+) Legenda Si Otong Monster
(21+) PELARIANKU SEORANG PRIA KEKAR BERISTRI
(21+) SI PEMUAS SEKAMPUNG
(21+) Pemilik Tubuh Indah Si Pembantu Ganteng
(21+) PEMUAS DUA GADIS LUGU DI RUMAH
(21+) PELEGA DAHAGA SAHABAT PAPAKU
4 PEREMPUAN DI RUMAHKU BISA DIP4K4I SEMU4

(21+) Mesin Pemuas Mantan Dan Gebetan

1.5K 18 0
By reading4healing

MESIN PEMUAS MANTAN DAN GEBETAN

by Jeremy Murakami



Gua baru pulang dari sebuah kencan seks dengan seorang daddy seksi dari Italia di Ubud. Setelah berhubungan badan di villa yang disewa si daddy seksi di sekitar persawahan, dia mengajakku makan malam di restoran Italia favoritnya di Jalan Monkey Forest. Karena penginapanku dekat dengan restoran, kami memutuskan untuk berpisah dari sana. Setelah membayar bill kami, daddy seksi itu mengajakku ke kamar mandi bersama-sama.






Ilustrasi: Masimmo ( Daddy Seksi Italia )




"I think we need to use the restroom," ucapnya dengan logat Italia yang kental.



Aku tersenyum saja, mengerti arah pembicaraan ini. Daddy itu menarik tanganku bersama masuk ke sebuah bilik. Untung saja toiletnya sepi. Restoran itu tidak terlalu ramai di petang hari pukul sebelas malam. Begitu masuk di sebuah bilik, daddy itu menutup pintu dan memegangi pipiku. Kami bertukar senyum sekilas, lalu mulut kami langsung saling memagut. Lidah kami pun menari-nari, bertukar liur yang bau alkohol dan sisa rasa keju parmesan dan mozarella. Kami berciuman sekitar dua menit sambil berpelukan di pojok tembok toilet. Setelah kami berdua merasa ciuman itu cukup, kami tersenyum dan mengakhiri cumbuan kami.



"Ciao, Andrew," ucapnya berbisik di telingaku. "It was so nice meeting you. You were a delight in bed."



"You too, Massimo..." ucap gua lalu mengecup bibirnya sekali lagi.



"You have my number. Please keep in touch..."



"Sure thing," jawab gua sambil tersenyum.



Setelah itu, Masimmo, si daddy seksi Italia itu, membuka pintu dan pergi dari ruangan itu. Dia sempat melambaikan tangannya padaku dan tersenyum manis sekali, memamerkan giginya yang rata dan indah itu. Aku mendesah lega, mensyukuri rasa nikmat bercinta dengan seorang pria Italia yang matang dan tampan itu.




[ ... ]




Setelah Masimmo keluar dari toilet, gua pun keluar dari bilik toilet itu tadi. Gua segera pergi ke urinator yang ternyata ada seorang pria Asia yang sudah ada di sana. Apakah dia sempat melihat Masimmo keluar dari bilik toilet gua tadi? Apakah dia tahu gua dan Masimmo baru saja bercumbu luar biasa di sana? Pria Asia itu tampak aneh... Dia sedikit kejang-kejang. Gua jadi bingung juga dia kenapa. Apalagi, wajahnya sama sekali tidak tenang. Gua yakin ada yang aneh dengan pria ini.



Merasa sedikit tidak nyaman, gua segera cepat-cepat mengambil tempat di urinator sebelahnya. Gua sempat berdeham, berusaha menghindari rasa tidak nyaman yang terjadi. Karena toiletnya agak kecil, hanya ada dua urinator di sana. Otomatis kami harus bersebelahan. Sambil mengeluarkan air seni, gua raih ponsel di celana jeans gua. Ada suara dering notification yang keluar dari ponsel gua. Gua lupa silent lagi! Dan gilanya, ini suara notification Grindr!



Ceting...



Pria Asia di samping gua menoleh ke arah gua. Mukanya tampak gelisah.



"Koko pakai Grindr?" tanyanya dalam Bahasa Indonesia yang bikin gua awkward aja.






Ilustrasi: Tristan (pria di toilet)

Wah, ternyata sepertinya orang Chindo lokal sini saja. Aku sempat mengira dia turis dari Korea Selatan ataupun Jepang.



"Apa?" sahut gua pura-pura tidak mengerti.



"Orang Jakarta juga?" tanyanya memandang gua dengan kejang-kejang.



"I-iya..." jawab gua kebingungan.



Di luar dugaan gua, pria ini langsung menarik tubuh gua yang masih belum selesai pipis. Untungnya air seni gua sudah tidak keluar. Begitu berhadapan dengan dia, pria itu segera mencaplok kontol gua yang masih keluar dari celana jeans gua. Gila?! Apa-apaan ini?!



"Eh... Eh... Ada apa ini?" tanya gua kebingungan. "Kontol gua kotor nih... Baru selesai kencing... Pesing lho..."



Gua panik bener, takut ada yang masuk ke toilet. Tetapi, ini si cowok ganteng di depan gua malah sibuk mengoral kontol gua lebih bersemangat. Gua heran juga.



"Biarin, Ko... Tolongin gua... Gua lagi kena roofie..." jawabnya sambil terus melumati kontol gua di dalam mulut hangatnya.



"Maksudnya?" tanya gua bingung, tetapi juga menikmati hisapan cowok Chindo di depan gua ini.



"Gua lagi ketemuan sama cowok Latin di depan, Ko... Gua tadi enggak sreg. Mau gua batalin, tetapi dia paksa ajak gua minum. Kayaknya obat gua dicampur viagra banyak banget. Gua sampai deg-degan dan kontol gua ngaceng terus..." ucap si Chindo ganteng ini dengan mulut penuh kontol gua. "Gua enggak sreg sama dia... Kayaknya bukan orang baik-baik... Koko tolong bantu gua turunin nafsu gua... Biar gua bisa tenang... Sama-sama orang Jakarta juga..."



Gila! Apa-apaan sih ini?! Seriusan si Chindo ganteng ini minta gua garap di sini? Mimpi apa gua semalem?!






Ilustrasi: Tristan

Ini Chindo bukan kaleng-kaleng lho cakepnya! Wajahnya putih mulus banget kayak orang Korea. Alisnya tebal, bibirnya tipis pink, dan badannya atletis. Dadanya bidang, bisep dan trisepnya juga lumayan terbentuk. Kalau gua lihat di aplikasi, gua beneran bakal senang hati nikmati tubuh dia. Tetapi, gilanya, ini di toilet sebuah restoran Italia di Ubud! Apa dia minta kami berdua ditangkap dan dibawa ke kantor polisi karena tindakan seronok?



Gua pun segera tarik wajah ganteng cowok ini sehinga mulutnya terlepas dari kontol gua. Ketika dia berdiri sejajar dengan wajah gua, mulutnya gua cumbu. Bibirnya lembut... Rasa ludahnya enak... Bau napasnya wangi... Gua peluk tubuhnya dan gua nikmati bibir pria ganteng di depan gua itu. Lalu, setelah cukup puas, gua lepas.



"Gua bawa elu ke hotel gua ya?" tanya gua tanpa basa-basi.



"Gimana kalau kelihatan si bule Latin di depan?"



"Elu pake hoodie gua..."



Gua lepas hoodie yang gua pakai dan menyisakan singlet yang membalut tubuh gua. Gua pakaikan penutup kepala itu ke kepala si cowok ganteng itu. Setelah itu, tubuhnya gua papah untuk berjalan keluar dari kamar mandi. Kami berjalan cepat-cepat, tidak membiarkan seorang pun punya kesempatan melihat kami. Setelah itu, gua segera membawa pria itu keluar dari pintu depan restoran dan berjalan sekitar lima menit ke hotel gua di sekitar Jalan Hanoman.



Begitu sampai di kamar, gua baringkan pria itu di kasur. Kupegang dadanya yang bergetar begitu cepat. Dari celana pendek yang dia pakai, gua bisa melihat kontolnya yang berukuran cukup besar untuk pria Asia itu mengacung, ingin dipuaskan.



"Ko, jantung gua berdegup kencang banget," ucapnya sambil merintih. "Apakah gua akan mati?"



"Kagak!" jawab gua terkekeh. "Kalau sudah ngecrot, elu juga udah baikan lagi... Ini gara-gara bule yang mau elu temui kasih elu viagra banyak banget... Jadinya, elu sange abis sampai habis..."



"Gua harus gimana, Ko?" tanya si cowok itu memelas.



"Gua entotin aja, ya?" tawar gua santai. "Biar badan elu lebih lemes... Terus, obatnya jadi berkurang khasiatnya..."



"Ya sudah, Ko... Entot aja... Pake kondom, ya..."



"Pastinya..."



Mimpi apa gua tadi malam? Habis ngeseks hot sama daddy Italia, sekarang ada seorang cowok Chindo imut, berbadan mulus, seksi, dan siap aja gua apa-apain. Apalagi, isepannya tadi enak dan rasa bibirnya pas gua cipok juga enak banget... Mimpi apa gua, dah?



"Gua izin entot ya, bro..."



Si cowok Chindo itu pun mengangguk-angguk lemah.



"Nama elu siapa?" tanya gua basa-basi sambil melepas setiap kain yang melekat di tubuh gua.



"Nama gua Tristan..." jawab cowok Chindo itu masih teler.



"Nama gua Andrew..."



Langsung saja gua naik ke atas tubuh Tristan dan mengecupi bibir tipisnya yang pink itu. Bibirnya lembut banget... Lidah gua bergerilya ke mulutnya yang terasa segar itu. Kami pun berpagutan dengan rasa nikmat. Sambil gua cium bibirnya, gua pun buka kaos yang dia pakai. Setelah kecupan kami sempat terlepas karena gua melucuti pakaian bagian atasnya, gua cumbu lagi bibir nikmat si Tristan sambil berusaha melepaskan celananya hingga kami berdua benar-benar dalam keadaan bugil. Tristan nurut saja sambil mulutnya terus meladeni cumbuan bibir gua. Gua jadi keenakan bukan main... Membayangkan seorang Chindo ganteng dan imut yang rela gua apa-apain seperti ini...




{ SENSOR }



( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )



[ ... ]


CUPLIKAN SELANJUTNYA



Ilustrasi: Andrew




Perkenalkan, nama gua Andrew. Usia gua 23 tahun. Mengenai fisik? Gua bisa dibilang seksi. Tinggi badan gua 183 cm dan berat badan gua 75 kg. Gua memelihara brewok tipis yang rapi. Orang-orang banyak yang bilang gua berpenampilan menarik dan metroseksual. Memang benar, gua sangat berusaha menjaga diri gua. Setiap pagi setelah bangun tidur, gua biasa olahraga dulu tipis-tipis. Biasanya gua push up sekitar 100 kali dan squat memakai dua buah barbel 10 kg secapainya gua. Sepulang kerja, lima kali seminggu gua pergi ke gym untuk latihan yang lebih berat dengan berbagai alat yang memadai. Lumayan sih hasilnya. Sekarang, lengan gua besar banget seperti sosok bodyguard artis Hollywood. Dada gua juga kelihatan bidang. Perut gua juga tampak rata. Abs gua juga mulai kelihatan. Setiap kali gua pake kaos atau kemeja, tubuh gua selalu kelihatan fit. Tentu saja gua sangat bangga dengan pencapaian ini.



Pagi itu, gua pasang alarm jam 07.00 seperti biasa. Gua memang morning person. Setelah mata gua terbangun, gua matiin alarm ponsel gua. Gua ngulet sebentar, lalu membuka jendela kamar kos gua. Matahari hari ini kelihatan cerah. Gua juga berharap cuaca hari ini tetap cerah karena sore ini gua akan pergi. Iya, ini hari Sabtu... Gua tidak kerja hari ini. Tetapi, tentu saja gua beraktivitas seperti biasa hari ini dari pagi. Setelah olahraga, gua minum protein shake sambil makan oatmeal dan buah segar untuk sarapan. Setelah itu, gua mandi. Gua lalu melanjutkan hari dengan nonton Netflix, baca buku, dan melakukan berbagai kegiatan lain di luar pekerjaan. Hari Sabtu, paling anti gua kalau ada urusan pekerjaan yang ganggu! Sore harinya, gua siapin diri untuk pergi nonton konser jazz kesukaan gua. Gua pilih sebuah kaos slim fit yang adem dan bisa menonjolkan otot-otot gua. Setelah mandi lagi, gua siap berangkat.



Begitu sampai di venue konser, gua pun segera mencari teman gua.



"Dor!" ucap seorang cowok dari belakang gua sambil menepuk punggung gua.



"Buset!" ucap gua kaget bukan main. "Gua kira siapa!"






Ilustrasi: Brandon




Gua menoleh dan tersadar kalau cowok yang ngagetin gua adalah si Brandon, cowok Chindo seumuran gua, dengan badan yang bulky, rambut cepak spike, dan memakai kacamata trendy.



"Lama amat lu datangnya!" ucap si Brandon dengan muka pura-pura kesal.



"Eh, elu yang kecepetan!" jawab gua membela diri. "Kan open gate-nya masih lama juga!"



Kami berdua pun secara natural ngobrol sambil menunggu. Tetapi, jujur saja, ngobrol sama si Brandon itu bikin gua kurang fokus juga. Alasannya? Karena lengan si Brandon yang gede banget! Lengannya benar-benar berotot sampai bikin lengan kemejanya itu sempit banget. Belum lagi kalau gua lihat his manboobs! Gila, dia hot banget! Dadanya gede dan bikin gua nafsu parah!



"Eh, badan lu makin jadi aja nih, Brandon!" ucap gua tidak bisa menyembunyikan rasa kagum gua.



"Gua biasa aja, mah!" jawab Brandon membalikkan keadaan. "Yang ada, elu tuh! Seksi banget sekarang! Tangan elo makin gede, terus perut elu makin kecil... Pasti elu sekarang six pack, kan?"






Ilustrasi: Andrew




Gua agak kaget juga ketika dia mengamati tubuh gua juga.



"Ya karena saran elu juga sih ini..." jawab gua malu-malu. "Thanks ya, suhu!"



"Bisa aja lu!" ucap si Brandon malu-malu ketika gua panggil suhu atau master dalam bahasa gaul. "Kalau gini, gua kan gampang cariin elu cowok buat ngewe!"



"Anjir, mulut elu ye!" jawab gua pura-pura jual mahal.



Sebenarnya, gua dan Brandon sama-sama biseks. Kami dulu berkenalan dari aplikasi Twitter. Brandon ini suka teasing foto-foto dia di gym. Memang, badannya dulu belum seseksi sekarang. Tetapi, tetap saja bikin gua ngiler. Kami ketemuan di kosan gua beberapa tahun lalu, terus tentunya kami make love. Secara seksual sih kami cocok banget, ya... Alhasil, kami pacaran. Gua juga cinta banget sama Brandon. Apalagi, dia ganteng banget dan jago banget muasin gua di ranjang. Tetapi, ternyata setelah jalan satu tahun, kami merasa lebih cocok sahabatan aja. Saat itu, kami berdua masih muda dan ingin coba explore. Bahasa kasarnya, kami masih pengen ngelonte. Dengan kata lain, kami ingin mencicipi pria-pria lain di luar sana. Tetapi, hubungan kami masih tetap baik. Dan kami sempat beberapa kali melakukan hubungan seks setelah clubbing bareng. Semuanya terasa organik kalau bersama si Brandon.



Tidak lama kemudian, ada seorang pria baru yang ikut nimbrung dan memanggil si Brandon.



"Hei, Ko Andrew!"



Otomatis, gua dan Brandon jadi menoleh ke arah suara.



"Hoi, Tristan!" sahut gua setelah menoleh. "Sini lu!"



Gua tidak bisa menyembunyikan senyum sumringah gua setelah melihat si Tristan disini. Sebenarnya, gua sudah berkali-kali melihat dia, bahkan menikmati tubuhnya di ranjang. Setelah kejadian di Ubud, kami pulang ke Jakarta dan saling bertukar nomor What'sApp. Kami sudah beberapa kali keluar makan malam bersama, dan seringnya berakhir dengan kami berdua berhubungan badan, entah di kosan gua atau apartemen si Tristan. Gua juga sudah sangat hapal dengan tiap lekuk-lekuk tubuhnya, aroma tubuhnya, bau napasnya, hingga rasa ludahnya. Tetapi, entah kenapa, gua belum terbiasa juga dengan kekaguman gua pada fisik Tristan.






Ilustrasi: Tristan




Gila, nih cowok mau ngapain aja tetap kelihatan cakep bener! Tristan memang badannya tinggi dan kekar. Dia ini macho banget meskipun wajahnya imut-imut kayak bayi! Badannya atletis dan rambutnya rapi tapi modis kayak model Korea. Outfit-nya juga fit yang menonjolkan otot-otot di tubuhnya. Waktu dia mendekat, gua juga bisa mencium aroma parfumnya yang macho dan wangi elegan. Gua jadi kangen banget meluk dia dan menikmati tubuh dan rasa mulut dia di ranjang.



"Brandon, kenalin... Ini si Tristan, teman baru gua yang gua kenal dari Bali," sahut gua menjelaskan ke Brandon. "Kebetulan dia juga punya tiket konsernya juga. Jadi, gua sekalian ajak bareng kita deh. Elu enggak masalah, kan?"



"Tentu saja enggak lah, bro!" ucap Brandon lalu menawarkan tangannya ke Tristan. "Kenalin, nama gua Brandon..."



"Halo, Ko..." ucap si Tristan malu-malu. "Nama gua Tristan..."



"Eh, kagak usah pake 'Ko'. Lu panggil aja gua Brandon... Santai aja, ya..." ucap Brandon sambil manggut-manggut dan menjabat tangan si Tristan lama.



"Eh, gua mau ke toilet dulu sebelum open registration... Biar pas nonton enggak kebelet..." jawab si Tristan sambil memandang gua untuk meminta izin. "Tungguin ya, Ko Andrew..."



"Sip deh," balas gua sambil mengacungkan jempol. "Jangan nyasar, ya!"



Tristan lalu senyum manis ke arah gua dan nyelonong pergi ke arah toilet. Saat Tristan mulai tidak terlihat batang hidungnya, Brandon langsung menyecar berbagai pertanyaan ke gua.



"Gila! Elu kok kagak cerita sih kenal sama cowok imut kayak si Tristan itu!" tanya si Brandon heboh.



"Cute banget, kan?" jawab gua malu-malu.



"Tumben banget elu ajak orang lain pas kita ketemuan, sih! Gua kan jadi harus jaga sikap kalau ada dia..."



"Slow aja... Gua sama dia udah sempat ngobrol panjang lebar..." jawab gua sambil tersenyum penuh arti, berusaha menutupi gua yang sudah pernah ngentotin si Tristan. "Lagian, dia sama kayak kita, kok..."



"Oh, jadi dia biseks juga, ya?"



"Dia gay malahan!" jawab gua semangat.



"Eh, anjir! Kok elu kagak bilang dulu?" ucap Brandon seneng sekaligus kaget. "Tahu gitu gua pake pakaian yang lebih bagusan lah!"



"Santai aja, elu dari sononya udah cakep kali, Brandon!"



Brandon cuma terkekeh mendengar pujian dari gua. Namun, tidak lama kemudian, si Tristan balik menemui kami berdua.



"Eh, cepet banget? Kagak jadi pipis?" tanya gua kaget.



"Jadi, kok..." jawab si Tristan manis ke gua. "Toiletnya emang deket aja, Ko..."



"Ya sudah, kita masuk aja, yuk..." ujar gua memulai mengajak si Brandon dan si Tristan masuk ke tempat konser musiknya.




[ ... ]




Kencan bertiga di tempat konser itu berjalan mulus. Tidak hanya nyambung sama gua, si Tristan yang dasarnya memang friendly dan suka mengobrol itu juga bisa nyambung sama si Brandon. Gua cukup lega karena ini jadi tidak bikin suasana canggung. Setelah selesai menonton konser, kami bertiga makan di McDonald's karena itu satu-satunya tempat yang masih buka dan cukup dekat dari venue. Di McDonald's juga kami bisa mengobrol seperti tiga orang yang sudah kenal dari zaman SMA. Pokoknya, kami bertiga sepertinya memang punya chemistry deh... Jadi, semuanya sinkron aja kalau saling bertemu.



Di McDonald's itu juga, kami bertiga pun memutuskan membuat sebuah grup What'sApp bernama "3 Serangkai" dan sering seru-seruan chat di grup. Namun, senengnya lagi, gua dan Tristan juga sering banget chatting-an di luar grup kami bertiga itu. Biasanya, karena si Tristan emang cerita kalau dia suka film, gua bertanya soal film-film yang mau keluar di bioskop. Modusnya sih pengen ajakin nonton. Tetapi, seringnya kami jadi nonton bertiga sama si Brandon. Tetapi, gua sama Tristan juga tetap chatting tiap hari sih. Dan itu rasanya happy banget. Ya kami memang bukan yang chatting intens begitu sih. Tetapi, kami chatting-nya mengalir. Lama-lama, gua merasa bisa saling kenal sama dia.






Ilustrasi: Tristan




Setelah tiga bulan pembentukan grup itu, suatu malam, si Tristan pernah chatting gua hal yang begitu mengagetkan.



"Udah tidur belum, Ko?" tanya si Tristan di What'sApp.



"Belum, Tan. Kenapa?" balas gua balik bertanya.



"Lagi pengen ML ndak, Ko?" tanyanya terus terang.



Bola mata gua kayak mau copot dah! Gua tertegun sama pertanyaan si Tristan. Sepertinya, dia sekarang sudah tidak malu-malu lagi kalau minta seks dari gua. Dulu sih kami beberapa kali sudah pernah berhubungan seks lagi. Tetapi, semuanya organik. Habis keluar makan, mampir ke antara kosan gua atau apartemen dia. Di kamar, kami cipokan deh. Lalu, kami bersenggama. Tidak ada pembicaraan lain. Kami sama-sama malu-malu mungkin. Dan juga, kami sama-sama malu-malu membicarakannya. Mungkin karena gua juga ada rasa, yah... Si Tristan ini tipe gua banget... Gua suka banget punya bottie yang imut dan masih muda kayak si Tristan. Apalagi, badannya mulus banget. Bibirnya sama pantatnya rasanya enak... Enggak ada kurangnya lah si Tristan ini...



"Enggak mau ya, Ko?" tulis si Tristan lagi bikin gua sadar gua dari tadi ngelamunin dia saja.



"Mau lah, Tan..." ketik gua sambil malu-malu sebenarnya. "Mau di mana? Di apartemen elu atau di kosan Koko?"



"Koko ke apartemen gua mau, ya?" tanyanya tanpa basa-basi.



"Boleh!"



Dalam kurun waktu kurang dari satu jam, gua sampai di apartemen si Tristan. Dia jemput gua dari lobi. Di dalam lift, si Tristan sudah cipokin gua. Kebetulan cuma tinggal kami berdua.



"Tan, ada CCTV-nya lho..." ucap gua tetap membiarkan bibir manisnya mencipoki gua, tetapi tangan gua memegangi pundaknya.



Tristan cuma mengangguk, lalu memandang ke lantai. Kenapa sih nih, anak?




[ ... ]






Ilustrasi: Andrew




Masuk ke dalam kamar, gua kayaknya sudah tidak dianggap manusia lagi sama si Tristan. Bibir gua dicaplok dan tubuh gua dilucuti. Gua berasa jadi seonggok daging aja yang mau dipakai si Tristan buat kenikmatan dia aja, dah... Tidak berhenti di sana, meremas-remas pantat gua sambil mulutnya menyedot liur di mulut gua gila-gilaan. Setelah itu, dia bawa gua berbaring di kasurnya dalam keadaan telanjang bulat tanpa ditutupi sehelai benang pun.




{ SENSOR }



( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )



[ ... ]


CUPLIKAN SELANJUTNYA



Setelah sex date ternikmat kala itu, gua tetap chatting sama dia seperti biasa. Kadang-kadang, dia duluan juga yang mulai. Gua seneng banget karena itu berarti dia ada ketertarikan juga sama gua. Tidak cuma chatting, kadang gua juga jalan bareng sama dia, entah berdua doang atau bertiga sama Brandon. Bahkan, kami pernah tes VCT bersama bertiga dengan si Brandon agar sama-sama merasa aman saat hook up. Hubungan gua dan Tristan semakin dekat. Sayangnya, sejak sex date itu, gua sudah tidak pernah mendapatkan booty call lagi dari Tristan. Tetapi, hubungan kami secara emosional pun lebih dekat.



Tidak terasa, geng kami bertiga—gua, Brandon, dan Tristan—sudah berjalan lebih dari satu tahun. Semakin lama, persahabatan kami bertiga semakin erat. Di titik ini, sudah tidak terhitung berapa kali kami hangout. Gua dan Tristan juga hampir tiap hari chatting mengenai berbagai macam hal. Sampailah pada suatu Senin di bulan Juli, Brandon mau ulang tahun. Ulang tahunnya masih dua minggu lagi sih. Cuma, Brandon memang sudah umumin buat ngajakin kami makan bareng di hari ulang tahunnya sambil staycation. Tristan pun chatting ke gua.



"Ko, si Brandon kan mau ultah. Lu beliin kado, enggak?" si Tristan mulai memulai pembicaraan.



"Pastinya iya, dong..." jawab gua mantap.



"Koko mau beliin apa?" tanya Tristan lagi.



"Gua mungkin mau beliin dia jam tangan gitu sih. Soalnya, dia suka pake jam tangan, kan? Lu mau temenin gua cari di mall, enggak? Besok atau lusa aja habis gua kerja. Gua mau beliin Seiko aja, sih... Masih masuk budget gua..." jelas gua panjang lebar.



"Lusa gua bisa sih, Ko... Gua juga mau cari inspirasi kado juga dari elu dah... Kita ketemuan langsung di mall-nya, ya?" jawab si Tristan cepat.



Hore, another "date" with Tristan! Lusanya, gua dan Tristan janjian untuk bertemu di salah satu mall di Jakarta Selatan. Dia bantu pilih-pilih model jam Seiko yang cocok sama seleranya Brandon. Singkat cerita, gua dapet sebuah tipe jam yang bagus dan cocok dengan budget gua. Alhasil, gua langsung beli.



Merasa penasaran, gua tanya ke Tristan, "Elu mau beli apa buat Brandon?"



"Hmmm... Belum tahu deh, Ko... Gua kayaknya mau beli online aja... Masih galau gua..."



Gua cuma manggut-manggut, tidak mau me-pressure dia untuk segera mendapatkan kado hari itu juga. Setelah jalan-jalan sebentar melihat sepatu, kami makan di Sushi Tei dan akhirnya pulang.



Sedihnya, kami berpisah di parkiran motor... Tidak ada seks hari itu... Tetapi, gua senang aja bisa ketemu si Tristan hari itu.




[ ... ]






Ilustrasi: Brandon




Sampailah kami semua di hari ultah Brandon. Kami diajak makan di French bistro gitu di area Senopati. Gua agak segan buat memesan makanan. Soalnya, mahal banget dah. Jadi, gua suruh Brandon yang pilih aja. Ternyata yang dipilihkan si Brandon itu blanquette de veau, semacam nasi dengan daging lembu yang dimasak dengan keju, krim dan jamur. Si Tristan pun dipesenin foie gras, hati angsa yang diberi krim semacam lemak gurih gitu. Sedangkan si Brandon makan escargot atau daging siput. Rasanya gurih nikmat gitu. Kami semua incip-incipan makanan utama itu. Untuk makan penutupnya, kami memesan crème brûlée serta macaron. Si Brandon juga memesan champagne untuk merayakan ulang tahunnya dengan suasana meriah. Gua cuma bisa ngiler, membanyangkan nikmatnya makanan ini nanti.



Sambil menunggu makanan, Tristan memulai pembicaraan. "Brandon, sambil nunggu makan nih, gua sama Ko Andrew sudah nyiapin kado loh buat elu..."



"Oh ya? Woi, kagak usah repot-repot lah!" jawab si Brandon kelihatan senang banget.



"Tentu saja kami harus kasih, dong!" jawab gua sambil tersenyum sumringah. "Kan kita sahabat elu!"



"Ko Andrew duluan kasih lihat, ya!" sahut si Tristan.



"Lahhh... Kok jadi gua duluan?" jawab gua sambil tertawa-tawa. "Ya udah... Nih, Brandon!"



Gua kasih kotak kecil yang gua bungkus berisi jam tangan Seiko yang limited edition dengan tema One Piece karena gua tahu itu anime favoritnya.



"Wah, ini jam Seiko limited edition tema One Piece?" jawab si Brandon sumringah sambil tersenyum ke arah gua. "Seri si Zoro lagi! Gua pengen banget! Tahu aja lu gua pengen ini banget! Makasih ya, bro!"



"Itu baru dari Ko Andrew, Brandon... Ini dari gua!" ucap si Tristan enggak mau kalah.



"Wah, apa nih?" tanya si Brandon bersemangat.



"Bukanya nanti aja, ya..." si Tristan mengedipkan satu matanya. "Gua yakin lu suka dan bisa lu pake, kok..."



"Aduh, apapun itu, thanks banget ya, guys!" jawab si Brandon sumringah banget. "Gua senang banget, sumpah!"



Tidak lama kemudian, hidangannya sampai. Kami pun saling mencicipi makanan masing-masing. Tida hanya itu, kami juga minum champagne banyak sekali. Gua benar-benar menikmati hari ini bisa makan makanan Prancis yang nikmatnya bukan main dan minum champagne mahal dan enak. Sambil makan, kami terus bercanda dan bercerita soal kehidupan masing-masing.



Setelah dinner, Brandon mengajak kami langsung ke Hotel Kempinski untuk staycation. Ternyata dia sudah check-in dari tadi siang dan menyiapkan segalanya. Sesampainya di sana, kami gantian mandi. Brandon mandi dulu, disusul si Tristan. Gua yang terakhir. Pas gua keluar dari toilet, Brandon dan Tristan udah siap-siap ngebukain tequila yang dibawain Tristan. Tequila ini enak. Ini milik aktor George Clooney, merknya Casamigos. Brandon emang gua kenal sebagai heavy drinker. Tampaknya, Tristan juga gitu sih. Gua sendiri lebih ke social drinker aja karena gua gampang mabuk. Kebetulan, gua lagi capek banget hari itu karena pagi-sorenya banyak kerjaan di kantor. Jadi, gua rencananya mau minum sedikit terus pura-pura teler aja. Dan bener nih, mereka berdua minumnya banyak banget. Sesuai rencana, gua minum sedikit aja. Sebelum makin teler dan tidak sadar, gua pura-pura sudah mabuk berat dan ketiduran.



"Ko Andrew, ayo buruan sini bantu abisin... Dikit banget minumnya... Ya elah!"



"Enggak kuat gua, Tan... Takut jackpot gua..." ucap gua sambil tersenyum. "Lu berdua aja, ya... Gua mau tidur duluan..."



"Ah, jarang-jarang aja!" sahut si Brandon. "Kan gua ulang tahun..."



"Enggak kuat gua, Brandon..." jawab gua lagi. "Takut muntah gua... Gua tidur duluan, ya..."



Gua langsung naik ke kasur dan rebahin badan sambil pura-pura memejamkan mata. Gua langsung ambil posisi tidur di pojok kiri karena di pojok kanan sudah ada barangnya Brandon yang belum diberesin. Dari awalnya mau pura-pura tidur, gua malah ketiduran beneran deh... Namun, gua tiba-tiba kebangun kira-kira satu jam kemudian. Sayup-sayup, gua mendengar sebuah percakapan bisik-bisik. Dari suaranya sih in percakapan antara Brandon dan Tristan. Posisi gua membelakangi mereka, jadi gua tidak bisa melihat wajah mereka.



"Brandon, kamu suka kado dari aku, ndak?"



"Iya, sayang," bisik suara berikutnya. "Tetapi, aku belum pernah pakai yang seperti itu... Nakal deh kamu..."



Sayang? Kenapa ya kok panggilnya sayang?



"Dicoba dong... Pasti hot kalau kita jalan dan kamu pakai itu..."



"Iya, sayang... Pelan-pelan dong..." bisik suara yang lain. Gua tahu ini suara si Brandon. "Di sini ada Andrew lho..."



"Ya lagian kenapa kamu ajak dia sih malam ini..."



Sakit banget dah... Ini apa sih maksudnya?



"Aku kan sudah kenal dia dari lama... Enggak enak kan kalau dia enggak diajak..."



Percakapan macam apa sih nih? Apa gua halu ya karena mabuk? Ini posisinya tuh gua tidur membelakangi mereka. Jadi, gua enggak tahu ini beneran ada percakapan atau gua yang lagi halu. Yang jelas, gua merasa tidak diterima di sini... Dan rasanya sakit sekali.



"Ya tetep aja... Apalagi, besok kan hari jadi kita sebulan. Kamu harusnya bisa lah cari alasan..."



Hah?! Tunggu! Satu bulan hari jadi? Jadi... Mereka.. pacaran?



"Sssttttt... Jangan keras-keras dong, sayang... Ini masih jadi rahasia kita, kan?" suara si Brandon terdengar memperingatkan Brandon.



"Ya elah, santai aja kali... Ko Andrew kan tidur. Lagian, kenapa sih enggak kasih tau aja ke dia? Dia kan teman kita juga... Ko Andrew pasti dukung, lah..."



What the fuck?! Ini beneran enggak, sih? Si Brandon beneran tega giniin gua? Kan gua ngejar Tristan selama ini! Gua juga sudah bilang ke Brandon terang-terangan!



Karena penasaran, gua segera membalikkan badan agar menghadap ke mereka. Tapi, gua masih merem. Gua juga pura-pura ngorok lembut.



"Eh, Andrew belum tidur tuh..." bisik Brandon panik.



"Wajar kali tidur sambil bergerak... Emang kamu kalau tidur diem aja kayak batu? Kamu juga kalau tidur gerak-gerak terus pas aku peluk kali..." sahut si Tristan sedih. "Come on, kiss me... Ayo, cium aku dong, sayang!"






Ilustrasi: Tristan




Sedetik kemudian, terdengar suara dua orang yang sedang berciuman. Gua buka mata gua sedikit. Tetapi, kamar itu masih gelap banget. Cuma ada satu lampu meja di sisi kasur mereka yang menyala. Jadi, gua cuma bisa melihat aktivitas mereka dari lampu kecil di pinggir kamar. Mereka beneran ciuman! Brandon tidur di bawah dan Tristan di atasnya. Brandon memeluk erat pinggang si Tristan di atas. Mereka ciuman hot dan intim banget...



Di situ, hancur banget perasaan gua... Mantan gua sekaligus sahabat yang gua sudah kenal lama berusaha nyomblangin gua...malah nusuk gua dari belakang... Gua aslinya jarang banget menangis, tetapi melihat ini tuh, secara enggak sadar air mata gua pun mengalir deras. Gua merem lagi biar berhenti menangis.



"Anyway, kamu kan sudah janji kalau kita jadian sebulan, aku boleh coba jadi top kamu... Aku tagih janji itu sekarang, ya..." ucap si Tristan setelah puas mencumbu bibir si Brandon.



"Iya, sayang..." jawab si Brandon. "Tetapi, boleh next time, aja? Ini ada si Andrew lho..."



"Ya kita jangan berisik aja, sayang..."



"Emang kamu bisa enggak berisik?" jawab si Brandon sambil terkekeh. "You're still drunk as fuck, babe... Apalagi, kamu kalau ML sama aku benar-benar ekspresif dan berisik selama ini..."



"Tenang aja, sayang... Aku bakal berusaha menahan eranganku..." sahut si Tristan merengek-rengek manja. "Ayo, sayang... Aku horny banget lho ini..."



"Tapi, kalau Andrew bangun gimana dong?"



"Don't worry too much about him, lah! This night is supposed to be our night, right?"



Sakit banget hati gua... Gua jadi dianggap enggak ada aja dari tadi sama si Tristan?



"Hmmm... Okay... But promise me, be quiet, okay?" jawab si Brandon mengalah.




"Iya, sayang..."



Oh, fuck! Kenapa gua harus mendengar percakapan mereka ini? Please, I want to fall asleep again... Please... Gua enggak kuat melihat ini semua! Alhasil, gua berusaha menutup mata gua erat-erat. Tetapi, bukannya tidur, lagi-lagi terdengar suara ciuman mengganggu pikiran gua...



Gua buka lagi mata gua sedikit. Sekarang, gua lihat mereka ciuman dengan sangat romantis dan perlahan. Bibir Tristan yang lembut melahap bibir Brandon yang bergerak lihai. Sesekali, mereka mainin lidahnya juga. Ada hal yang lebih hot lagi! Brandon membuka mulutnya, dan Tristan meludahi mulutnya... Brandon terus membuka mulutnya lebar-lebar, seakan-akan menantikan curahan ludah si Tristan.






Ilustrasi: Brandon




Tanpa sadar, gua pun ngaceng melihat mereka berciuman begini. Perasaan gua masih campur-aduk dan hancur banget, tetapi gua tidak munafik. Pemandangan kedua laki-laki ganteng yang sedang bercumbu ini tetap membuat berahi gua memuncak. Mereka masih berciuman sambil memejamkan mata. Tampak sekali ciuman mereka terasa nikmat banget... Tiba-tiba, Brandon buka mata dan melirik ke arah gua. Gua langsung tutup mata, takut ketahuan. Tetapi, gua yakin dia tidak bisa melihat gua karena gelapnya kamar itu.



Tiba-tiba, suara ciuman itu berhenti. Gua buka mata gua lagi. Tristan mulai membuka baju dan celananya. Sekarang, dia cuma pakai brief berwarna hitam saja. Dia mengangkat kaos Brandon sampai leher. Tristan mulai mainin dada Brandon yang gede dan bidang. Dia meremas-remas dada Brandon sambil tersenyum ke muka Brandon.



Tristan pun mulai menghisap dan memainkan puting Brandon secara ganas. Perlakuan tiba-tiba itu membuat Brandon meringis tipis.



"Hmm... Tristan!"



"Hei, katanya be quiet!" sahut si Brandon. "Kok jadi kamu yang berisik?"



"Habisnya kamu mainin pentil aku sih, sayang..." ucap Brandon sambil merengek-rengek manja. "Aku kan jadi kaget, sayang..."



"Kaget?" tanya si Tristan terus menggoda. "Kaget atau keenakan?"



"Dua-duanya..."



Lalu, selama sepuluh detik, tidak ada suara percakapan lagi. Yang ada hanya suara cipokan antara kedua pria seksi di depan gua itu. Di titik ini, gua sudah tidak peduli lagi. Gua langsung membuka mata gua lebar-lebar, menikmati pemandangan indah di depan gua itu.



Tristan lanjut memainkan puting Brandon secara bergantian dengan mulutnya, dari kanan dan kiri. Kalau mulutnya menjilati puting kiri, tangannya memilin puting kanan. Begitu juga sebaliknya. Gua bisa melihat pelintiran dan gigitan Tristan di putingnya Brandon yang membuat Brandon mengerang-erang seperti pria jalan. Brandon awalnya berusaha menahan desahannya dengan menggigit jarinya, tetapi kenikmatan itu membuatnya tidak bisa menahan erangan-erangan Brandon.



"Sayang, kamu hot banget sih... Tubuh kamu nafsuin banget..." ujar Tristan sambil memainkan puting melenting Brandon dengan gemas. "Tubuh kamu punya siapa sekarang, sayang?"



"Punya kamu sayang..." ucap si Brandon sambil merem-melek keenakan.



"Punya siapa?" tanya Brandon memaksa.



"Punyanya Tristan..."



"Nice, sayang..."



Tristan bangkit dan naik ke arah mukanya Brandon. Sekarang, posisi kontolnya Tristan tepat berada di depan mukanya Brandon. Tristan mendekatkan kontolnya yang masih dibalut brief ke mukanya Brandon.



"Do you want it?" tanya Tristan dengan tatapan menggoda.



"Yes... I want your meat, Tristan..." ucap Brandon sambil mengendus-endus aroma kontol Tristan dari luar brief-nya.



"You can take it, then..." ucap Tristan dengan tatapan nakal. "It's yours now..."



Brandon membuka brief yang Tristan pakai dengan mulut dan giginya. Tristan pun membantu dengan tangannya. Kontol panjang Tristan yang sudah keras langsung menampar muka Brandon. Sekilas, terlihat senyuman Brandon yang merekah. Melihat Brandon senyum, Tristan memegang kontolnya dan menampar-nampar muka Brandon dengan itu.



"Kamu senang banget setelah lihat kontolku, sayang..." kata si Tristan sambil menggoda Brandon.



"Soalnya aku pengen kontol kamu di dalam mulutku, sayang..."



"Lakuin, sayang," ucap Tristan gemas sambil menunduk dan mengulum bibir Tristan sekilas. "Kontol ini punya kamu sekarang, sayang..."



Brandon pun mengulum kontol si Tristan yang putih bersih dengan kepala kemerahan itu.



{ SENSOR }



( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )



[ ... ]


CUPLIKAN SELANJUTNYA

"Kamu hot banget, sayang..." bisik si Tristan. "Lihat aja lubang pink kamu ini..."



Tristan mainin lubang pantat Brandon dengan jarinya yang baru saja dia ludahin. Tak lama kemudian, Tristan langsung me-rimming pantat besar Brandon. Dia perlahan memainkan lubang mungil itu dengan jilatan kecil, sampai akhirnya dia lahap dengan ganas.



"Hmphhh... Pantat kamu enak banget, sayang... Sempit dan legit..."



Suara erangan Brandon teredam karena dia menahan mulutnya pakai bantal. Mungkin dia takut gua terbangun, tetapi ini sudah terlambat... Gua terlanjur menikmati ini semua... Setelah melakukam rimming, Tristan membuka kaos Brandon sebatas mata aja. Jadi, mata Brandon masih tertutup kaos, sedangkan bagian bawahnya hanya memakai jockstrap.



"Matanya ditutup dulu, ya. Aku pengen lihat kamu pakai kado dari aku, sayang..."



Tristan berdiri. Karena dia mendekati gua, gua otomatis meutup mata lagi. Terdengarlah bunyi grasak-grusuk seperti Tristan sedang mencari sebuah barang gitu...



Yang bikin gua kaget, Tristan tiba-tiba berbisik ke gua pelan-pelan, tidak ingin didengar Brandon, "Ko Andrew, gua tahu lu dari tadi sudah bangun dan ngintipin gua sama Brandon. Tolong buka mata elu dan baca chat dari gua, Ko..."



Fuck, apa iya gua ketauan? Suaranya Tristan juga kerasa deket banget walaupun gua masih merem.



"Sayang, kok lama? Kamu ngapain?" tanya si Brandon mulai panik.



"Sebentar ya, sayang... Aku lagi cari cara nyalainnya..." jawab si Tristan keras-keras.



Tristan terdengar makin grusa-grusu.



"Ko, buruan. Jangan pura-pura lagi. Gua enggak marah, kok... Justru, I need your help. Please," bisik Tristan ke dekat gua.



Fuck lah! Karena penasaran, gua buka mata gua dan baca tulisan di layar HP Tristan. Tulisannya kira-kira begini...



"It's okay to watch me having sex with Brandon. Just wake up, sit, and watch. Also, please record us with Brandon's phone. Please..."






Ilustrasi: Andrew




Gua melihat muka Tristan dengan raut kebingungan. Tristan sudah menyodorkan ponsel Brandon ke gua sambil tersenyum penuh arti. Ponsel si Brandon juga sudah dalam mode video. Entah apa yang gua pikir saat itu, gua mengiyakan kemauan Tristan.



"Nice," bisik Tristan pada gua.



Gua duduk dan memegang ponsel Brandon untuk merekam mereka dari sisi kasur gua. Tristan kembali ke arah Brandon. Tristan segera mengangkat lagi kedua kaki Brandon dalam posisi missionary.



"Sayang, maaf ya lama. Aku masukin ya kado aku..."



"Pelan-pelan ya..."



Ternyata, kado dari Tristan adalah wireless vibrator. Bentuk vibratornya kayak telur gitu. Tristan mengolesi pelumas sedikit dan langsung memasukkannya ke pantat Brandon perlahan. Tristan memberi isyarat ke gua untuk mendekat ke arahnya agar gua bisa mengambil video mengenai proses masuknya si vibrator ke pantat Brandon.



"Sakit, sayang?"



"Hmm... Enggak sih, sayang... Tetapi, terasa agak aneh aja..."



"Okay, aku coba nyalain, ya..."



Tristan menyalakan vibrator itu pakai remote control di tangannya. Terdengar suara getaran mulai terjadi. Sambil menyalakan vibrator, Tristan juga memijit-mijit pipi pantat Brandon agar Brandon merasa relax.



"Arghh... It feels so good..."



"Enak ya?" ucap si Tristan sumringah. "Aku kencengin getarannya ya..."



"Hmmmh!!! Iya, sayang! Ohhh... Fuck... Enak banget..."



Gua merekam getaran tubuh Brandon sekaligus senyumnya. Tampaknya, dia menikmati sekali stimulasi ini. Saking keenakannya, dia mengejan dan vibrator itu sampai keluar dari pantatnya.



"Sayang, masukin lagi..." ucap si Brandon merengek manja.



"Enggak usah," jawab si Tristan tidak setuju. "Sudah cukup itu, sayang... Sekarang saatnya menu utamanya..."



Tristan segera saja melumuri kontolnya pake pelumas yang diam-diam dia siapkan. Tanpa kondom, dia langsung memasukkan kontolnya ke dalam lubang pantat pink Brandon.



"Tristan!" teriak Brandon sambil menutup mulutnya pakai tangannya sendiri. "Aahhhh... Pelan..."



"Maaf sayang... Aku nafsu banget tadi..." balas si Tristan. "Tenang aja... Aku tunggu kamu terbiasa... Aku enggak gerakin dulu kok..."



Mereka terdiam sebentar. Arah kamera gua pindah dari lubangnya Brandon ke badan dan muka Brandon. Gua rekam ekspresi Brandon yang lagi menahan sakit sekaligus rasa nikmat yang terlukis jelas di wajahnya. Setelah itu, gua balik duduk di kasur gua agar pemandangan ini bisa gua rekam secara total.



Keliatannya Tristan mulai tidak sabar untuk memasukkan kontolnya lagi secara perlahan. Brandon masih meringis. Tristan mendekati wajah Brandon dan mengecup lembut bibir Brandon. Tangannya Tristan mengelus-elus kepala Brandon, seakan-alam ingin menenangkan Brandon. Mereka benar-benar berhubungan seks dengan sangat lembut dan penuh cinta. Tristan benar-benar mengambil waktu dengan santai sampai seluruh permukaan kontolnya diterima masuk di dalam pantat Brandon.



"Sayang, sudah masuk semua nih..." ucap Tristan sumringah. "Masih sakit?"



"Sudah enggak, sayang..." jawab si Brandon terdengar lega. "Beneran sudah mentok, ya?"



"Masih bisa dimentokin sedikit lagi sih kayaknya." ucap Tristan sambil mengamati persatuan kedua alat kelamin mereka. "Mau dicoba?"



"Mau, sayang..." ucap Brandon lemah. "Sekalian aja... Entot aja aku, sayang..."



{ SENSOR }



( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )



[ ... ]


CUPLIKAN SELANJUTNYA



"Eh... Andrew? Lu udah bangun? Kenapa elu pegang HP gua? Ahh..."



"Sayang, tenang... Itu aku yang nyuruh Ko Andrew... Dia tuh tadi enggak tidur dan ngintipin kita, sayang. Jadi, aku suruh dia rekam aja..."



"What the fuck? No, Tristan! Ini sama sekali enggak benar!"



"Coba deh tanya Ko Andrew, dia mau liat lebih lanjut, enggak?"



Ekspresi muka Brandon kayak takut gua marah. Dia enggak berani menatap gua... Sebenarnya, gua bisa baca dari tatapannya kalau dia merasa bersalah sudah rebut Tristan dari gua.



Akhirnya, gua pun jawab, "Lanjut!"



"Tristan, stop! Kenapa harus direkam?" tanya si Brandon kebingungan.



"Tenang, itu pake HP kamu kok, sayang! Kamu bisa hapus kapan aja..."



"No... Andrew, sorry Ndrew, jangan!"



Gua pun semakin bete lihat si Brandon berusaha mau atur-atur gua. Oleh karena itu, gua langsung memberi isyarat ke Tristan buat entotin aja si Andrew kuat-kuat.



"Tristan, fuck dia lagi! Sekarang!"



"Oke, Ko!"



Tristan mulai menggenjot Brandon lagi dengan kencang. Brandon keliatan kayak mau ngelawan, tapi dia tidak bisa. Dia sendiri udah merasa keenakan banget dientot Tristan. Tristan jambak rambutnya Brandon sehingga mukanya Brandon keliatan jelas di kamera. Dia meringis, tapi sesekali senyum keenakan juga. Dia sekarang berusaha menikmati kenikmatan yang ditawarkan si Tristan dengan kontolnya.



"Sayang, gimana? Do you really want me to stop?"



"Aaahhh... Tristan... Aku enggak tahu... Tristannnn... Aaahhh... This is so good! Andrew, I'm sorry..."



"Don't worry about him, sayang! Just feel my dick!"


{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]

CUPLIKAN SELANJUTNYA

"Sayang... Maaf, ya... Tadi enak banget... Aku enggak sempat ngeluarin kontolku dari pantat kamu..."



"Iya, sayang... Enak juga di-crot-in di dalem tadi..."



Mereka lanjut berciuman. Gua berhentiin rekamannya dan gua menaruh ponsel Brandon di meja. Jiwa dan raga gua capek. Rasanya pengen tidur aja...



"Ko Andrew, thanks ya... You did a great job!"



"Ndrew, I'm sorry..." sahut si Brandon memandang gua penuh rasa bersalah.



"Dari tadi kamu minta maaf terus ke Ko Andrew sih, sayang... If you're really sorry, why don't you let him fuck you? Haha..."



Awalnya gua kaget, tetapi gua sadar juga sih... Namanya juga omongan orang mabuk. Si Tristan kelihatan banget lagi mabuk. Alhasil, omongannya ngelantur.



"Thanks, enggak dulu deh," balas gua agak bete.



"No, no, I'm serious... Koko harus coba pantat si Brandon! It's incredible!"



"He's your boyfriend, tho!" jawab gua sebal.



"And he's your ex, right? Kalian juga dulu kan pernah pacaran, tapi Koko belum pernah nganal Brandon, kan? Aku tahu dia enggak pernah jadi bot sebelumnya.... Come on! Gua cuma ngizinin kali ini aja nih."



Gua bingung. Gua marah banget, tapi jujur gua pengen juga.



"Brandon, kamu enggak papa kan kalau Ko Andrew nge-fuck kamu?" tanya si Tristan dengan gaya innocent-nya. "Biar kamu bisa bandingin juga enakan mana..."



Fuck?! Jadi ini tujuannya? Brandon juga kelihatannya bingung. Dia melihat gua sesaat, tidak tahu harus bicara apa.



"Sekalian kasih bonus ke Ko Andrew!" jawab si Tristan dengan logika sintingnya. "Kan kamu terus menyesal... Ya coba aja biarin Ko Andrew entot kamu sekali! Mau, kan?"



Si Brandon jadi ikutan logika sinting si Tristan dan mengangguk.



"Oke, nice! Silakan, Ko! Tapi, rulesnya: just anal, ya. Enggak boleh ada blowjob, kiss, atau hal lain. Pakai kondom, ya..."



Sial. Tristan nyuruh gua nge-fuck Brandon cuma buat dijadiin perbandingan sama dia aja nih! Pasti! Gua bertekad bakal entot Brandon lebih enak daripada Tristan.



Gua pakai kondom, olesin pelumas di kontol gua dan di lubang pantat Brandon, dan gua angkat kaki Brandon. Posisinya missionary aja biar klasik. Gua masukin kontol gua ke pantat Brandon yang masih berisi peju Tristan.



JLEB...



Tristan enggak bohong! Pantatnya Brandon beneran sempit dan enak banget buat dientot. Padahal, pantat ini baru aja dientot kenceng oleh kontol si Tristan barusan, tapi pantat itu rasanya sudah rapet lagi seperti perawan. Tetapi, kalau diingat-ingat, jelas aja si Brandon memang dari dulu yang jadi top. Pas sama gua juga dia selalu entotin gua. Dia juga baru saja diperawani sama si Tristan tadi. Atau mungkin karena kontol gua lebih tebel kali ya daripada Tristan? Yang jelas, ini enak banget!



"Sayang, kalau sakit bilang ya..."



"Enggak papa, sayang... Cuma kontolnya si Andrew tebel banget... Lubang aku kerasa penuh banget..."



"Hmmm... Tapi kontol Ko Andrew enggak sepanjang aku, kan?" tanya si Tristan terdengar tidak senang.



"Iya..." jawab si Brandon dengan muka tapres.



Oh begitu ya? Oke, gua mentokin ya, Brandon... Biar elu klepek-klepek! Ini kontol gua belum mentok, keles! Dalam satu hentakan, gua dorong kontol gua masuk lebih dalam lagi.



"Emhhh!!! Ah... Mentok banget... Fuckkk!" erang si Brandon keenakan.






Ilustrasi: Tristan




Tristan mencium bibir Brandon sehingga desahan Brandon tertahan di persatuan mulut mereka. Gua enggak tahan melihat ini. Gua benamin muka gua ke bagian kasur samping mukanya Brandon dan bisikin Brandon.



"Brandon, lo anjing banget, sumpah... Lu emang pantesnya dientot doang, bukan ditemenin..."



Gua genjot lagi sekenceng mungkin. Si Brandon malah keenakan karena hujaman pantat gua benar-benar bikin kontol gua mentok di dalam pantatnya. Mungkin karena efek lagi marah juga kali, ya? Stamina gua juga jadi makin besar dan enggak ada habis-habisnya. Gua genjot si Brandon keras-keras, sehingga membuat si Tristan semakin getol mencumbu bibir si Brandon. Mungkin dia tidak tahan melihat gua saling entot gila-gilaan sama pacarnya, ya?



Tiba-tiba, karena emang gua awalnya suka sama si Tristan, tangan gua sempat gua edarkan ke puting si Tristan di dekat sana. Siapa tahu dia mau ikutan garap si Brandon bareng gua... Eh bukannya menerima sentuhan gua, dia langsung menceples tangan gua.



"Don't touch me!" ucap si Tristan tiba-tiba bangkit dari posisinya dan berhenti mencumbu bibir Brandon. "Your hand is sweaty! That's gross!"



Bangsat, gua merasa direndahin banget! Gua cuma mau menyentuh putingnya biar dia keenakan aaja dibilang "menjijikkan" sama Tristan. Amarah gua tapi terdistraksi sama kepergian si Tristan ke kamar mandi. Lalu, si Brandon langsung berbisik ke gua.



"Maafin gua, Ndrew..." jawab si Brandon sambil mandangin gua penuh rasa bersalah saat Tristan pergi. "Gua bukan sahabat yang baik... Gua minta maaf sama elu..."






Ilustrasi: Brandon




"Sahabat ta'i!" bisik gua pelan tapi tajam di dekat telinga si Brandon. "Elu tuh emang pantesnya dipake aja kayak lonte! Bangsat lu, Brandon!"



Si Tristan rupanya sudah selesai dari kamar mandi. Dia segera mendekati kami dan kembali mencium bibir Brandon kembali. Kini, kecupannya ke bawah, menjilati dada bidang si Brandon dan menghisap putingnya. Melihat si Brandon pasrah dientot dan dadanya dimainin si Tristan ternyata membangkitkan nafsu liar gua. Gua pun segera membuka mulut Brandon dengan tangan gua dan meludahi tepat di mulutnya. Ludah gua masuk ke dalam mulut si ganteng Brandon, bercampur dengan liur di mulut segarnya.



"HOI!" sahut si Tristan hendak memukul gua.



"BIARIN, SAYANG!" balas si Brandon cepat-cepat. "Aku memang pantas diperlakukan begini... Aku udah nikung si Andrew buat dapatin kamu... Padahal, dia sudah terang-terangan bilang mau deketin kamu..."



Si Tristan diam aja, merasa sudah tahu itu memang yang terjadi. Gua menutupi rasa malu gua dengan terus menggenjotkan kontol gua ke liang memek si Brandon. Gua cekik leher si Brandon, dan si Tristan cuma bengong aja melihat pacarnya gua sakiti. Si Brandon sendiri berusaha memegangi tangan gua, mencegah gua mencekik lehernya kuat-kuat.



"Jangan sakiti Brandon lagi, Ko Andrew..." ucap si Tristan sekarang pelan-pelan. "Sudah, entot aja Tristan... Jangan sakiti Brandon..."



Gua langsung menyeringai mendengar ucapannya.



"BASI LU, TRISTAN!" maki gua kesal. "SOK-SOKAN BERKORBAN! ELU KANGEN KAN DIENTOTI KONTOL GUA? IYA KAN?!"



Tristan cuma diam aja, memandangi si Brandon yang terus gua entot kasar di depan mata kepalanya sendiri. Gua yakin tadi di kamar mandi dia berusaha mengatur perasaannya sendiri. Dari kata-kata manipulatifnya, gua tahu dia yang sekarang pengen dientot.



"NGAKU AJA LU! LU PENGEN DIENTOT KAYAK PACAR BANGSAT ELU INI, KAN?"



Tristan diam saja. Dia terus memandangi kontol gua yang dengan gagahnya menaklukkan memek si Brandon. Brandon pun memandangi si Tristan penuh tanda tanya.



"BRANDON, PACAR ELU TUH SAMA LACURNYA SAMA ELU! PACARAN SAMA ELU, TAPI NGEBET PENGEN DIENTOT GUA!"



Mereka berdua diam saja. Gua terus mengentoti si Brandon penuh emosi sambil mulut gua nyerocos buat menghina mereka berdua.



"ELU TAHU ENGGAK SI TRISTAN ITU LONTE BANGET, HAH? DI UBUD, DIA ISEPIN KONTOL GUA SAAT GUA KENCING DI TOILET. DIA NGRENGEK-NGRENGEK MINTA DIENTOT! KAGAK TAHU MALU BANGET! COWOK MURAHAN! MINTA DIENTOTI ORANG ASING DI TOILET RESTORAN. TAHU ENGGAK ELO, HAH?"



Tristan memandang gua dengan tatapan yang tidak bisa gua baca maknanya.



"HABIS ITU, GUA UDAH SERING ENTOTIN DIA. SEBELUM ELU NIKMATI TUBUH SI TRISTAN, PACAR ELU TUH SUDAH JADI TEMPAT PEMBUANGAN PEJUH GUA! NGERTI KAGAK ELU?!"



Si Brandon cuma mengerang-erang kesakitan, sedangkan Tristan terus memandangi kontol gua yang menggagahi memek pacarnya seperti terhipnotis sama kontol gua. Gua pun sudah siap memutar kendali di sini.



"UDAH, ELU LONTE SINI! NUNGGING! JEJER SAMA PACAR ELU YANG TUKANG NIKUNG ITU! GUA ENTOTIN GANTIAN KAYAK PELACUR YANG NUNGGU-NUNGGU KONTOL!"






Ilustrasi: Tristan




Si Tristan pun nurut aja. Dia segera menunggingkan pantatnya di depan gua, memamerkan pantat semoknya yang mulus itu. Gua langsung pukul keras-keras sampai warnanya memerah. Wajah imutnya sekarang meringis, menahan rasa perih di pipi pantatnya akibat ceplesan tangan gua. Namun, gua sama sekali tidak peduli. Sekarang, yang gua rasakan adalah amarah terhadap dua pria bangsat yang tadi tidak memanusiakan diri gua ini.



"Sakit, Ko Andrew..."



"DIEM LU!" bentak gua sebal. "ELU MAU KONTOL GUA KAGAK?"



Si Tristan diam saja sekarang, tidak berani merespon gua sedikit pun. Mungkin dia takut gua batal ngentotin pantatnya yang sudah gatel buat gua sodok. Gua tidak peduli. Yang ada, gua malah menggunakan dua tangan gua untuk menceples pantat si Tristan dan Brandon lebih keras. Mereka mengaduh kesakitan, tetapi nafsu gua malah melonjak. Gua jadi semakin bersemangat buat mengerjai mereka berdua.



"SEKARANG, KALIAN BERDUA HADAP KE GUA!"



Dua pria tampan dan seksi itu membalikkan badannya, menghadap gua seperti dua ekor anjing penurut yang menghadap majikannya. Melihat mereka, kontol gua konak bukan main.



"BUKA MULUT KALIAN!" bentak gua keras.



Mereka kebingungan tetapi tetap menuruti permintaan gua. Dua cowok imut itu cuma membuka mulut mereka pasrah. Gua pun meludahi mulut mereka bergantian. Mereka tampak kaget, tetapi kedua-duanya menurut saja dan membiarkan ludah gua bercampur dengan liur di mulut mereka. Dada gua berdegup kencang merasakan sensasi ini.



"SEKARANG, EMUT KONTOL GUA BERGANTIAN!"



Si Tristan yang pertama langsung mengikuti perkataan gua dengan patuh. Lalu, melihat pacar gantengnya menurut saja dengan perintah binal gua, si Brandon ikut-ikutan mendekati kontol gua. Si Tristan memegang kontol tegang gua dan mengocok-kocoknya dengan gemas. Dia menoleh ke Brandon, memberi isyarat agar Brandon juga memainkan kontol gua. Tangan Brandon menggantikan tangan Tristan sejenak. Lalu, mulut Tristan didekatkan ke kontol gua, memberi petunjuk agar si Brandon membantunya memasukkan kontol ngaceng gua di mulut manis si Tristan. Brandon pun mengerti dan membantu mengarahkan kontol gua ke dalam mulut Tristan. Tristan pun memainkan segenap kemampuan oralnya ke batang kejantanan ngaceng gua.



"Arghhhh... Ooohhhh... Aaahhhh... Enak banget, bangsat!" erang gua menikmati sensasi ini semua.



Gua pun mendorong kontol gua masuk ke kerongkongan Tristan lebih dalam. Mata Tristan segera berair karena tenggorokannya gua sodok sekuat tenaga. Kemudian, gua tarik kepala si Brandon untuk menjilati kedua telor gua dari bawah. Sambil si Tristan mengoral kontol gua, Brandon gua pekerjakan dengan aktif untuk memberi rangsangan di testis gua. Gua mengerang seperti dalam pengaruh ekstasi.



"Enak banget, bangsat!" ucap gua sambil merem-melek keenakan. "Brandon, lu isep kontol gua juga barengan sama si Tristan! Keroyok kontol gua dengan lidah lu berdua!"



Brandon langsung menurut. Sambil Tristan memasukkan kepala kontol gua di mulutnya, Brandon mengecup dan menjilat sisi pojok batang di dekat pangkal kontol gua. Sekarang, mulut kedua pasangan imut itu mengeroyok gua dengan kenikmatan dari segenap bibir lembut dan lidah hangat mereka. Gua cuma bisa mengerang-erang, menikmati kenikmatan tak terkira ini.



{ SENSOR }



( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )



[ ... ]


CUPLIKAN SELANJUTNYA

Gua raih kepala si Tristan dan gua dorong ke kasur dalam posisi membelakangi gua. Sambil mekangkang, gua siapkan pantatnya untuk gua sodomi. Gua rimming lubang pantatnya yang imut dan berwarna pink itu tanpa rasa jijik sama sekali. Gua bisa mendengar rintihan kenikmatan dari mulut tipis si Tristan. Setelah gua rasa cukup, gua kocok sebentar kontol gua yang sudah tegang itu, bersiap menyodomi pantat Tristan. Gua tarik kepala si Brandon kasar, memaksa bibirnya berpagutan dengan bibir gua. Sambil mulut gua melumat bibir manis Brandon, gua tusukkan batang kejantanan gua ke pantat sempit si Tristan.



"Arggghhhh..." erang Tristan keenakan.



Gua langsung saja genjot pantat pria imut itu dalam posisi doggy sambil sibuk menikmati isi mulut Brandon. Lidah gua masuk ke dalam mulut pria tampan berbadan stocky itu sambil kontol gua terus dijejali kenikmatan pantat ketat si imut Tristan. Gua berasa sudah di langit ketujuh...



"Pelan, Ko..." ucap Tristan sambil merintih keenakan.



"Elu...ma...u gua berhenti, hah?" ucap gua tidak jelas, mengancam sambil mulut gua terus menjelajahi bibir nikmat si Brandon sambil tangannya berinisiatif memainkan puting gua.



"Jangan..." ucap Tristan ketakutan. "Please, entot terus, Ko... Jangan berhenti, ya..."



Lidah si Brandon pun gua sedot dengan kasar sambil satu tangan gua mencubit putingnya hingga pria tampan itu mengerang kesakitan. Tetapi, di titik ini, menyakiti Brandon malah membuat nafsu gua semakin memuncak. Gua juga semakin keranjingan mementokkan kejantanan gua ke dalam pantat si Tristan.



Merasa bosan dengan pantat si Tristan, gua lepas kontol gua dari pantat nungging Tristan. Tristan panik dan langsung menoleh ke belakang, bingung kenapa gua berhenti mengentoti dirinya. Gua segera lepas cumbuan Brandon dari mulut gua.



"Gantian gua entot elu, Brandon!" sahut gua sambil mendorong punggung Brandon agar menungging di kasur.



Gua tarik tubuh mulus si Tristan. Kini, rambutnya gua jambak agar lidahnya menari-nari di puting gua.



"Isep puting gua, Tristan!"



Tristan pun menurut. Puting gua langsung melenting, dan kontol gua mengacung lebih keras. Tanpa buang-buang waktu, gua langsung entot pantat si Brandon yang sudah terbuka di depan kontol gua. Rasa nikmat kembali memenuhi tubuh gua. Sambil gua sodok terus menerus pantat montok si Brandon, Tristan terus menjilati puting gua. Sesekali gua tarik kepala si Tristan, meminta bibirnya mencumbu bibir gua. Kami berpagutan seperti sepasang kekasih yang mabuk cinta. Tetapi, kenyataannya, dia tidak mencintai gua. Dia mencintai pria yang gua entot tanpa ampun di depan mata kepalanya sendiri.



"Bangsat... Enak banget..." ujar gua sambil mendesis-desis penuh nikmat seperti ular.




{ SENSOR }



( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )



[ ... ]


CUPLIKAN SELANJUTNYA



Pamungkasnya adalah ketika gua memaksa Tristan menerima double penetration dari kontol gua dan Brandon.



"Jangan, Ko... Gua takut..." rengek Tristan ketakutan.



Baru saja gua mengatakan padanya kalau gua mau mengentoti lubang mungilnya sambil ada kontol si Brandon di dalam sana. Tetapi, gua tidak peduli dengan omongan si Tristan.



"Udah, elu diam aja," ucap gua sambil memaguti bibir sambil menyedot lidahnya. "Gua mau biasain lubang elu buat di-double. Biar elu haus kontol terus..."



Saat ini, gua masih sibuk mengentoti Tristan dalam gaya missionary sambil Brandon me-rimming pantat gua. Gua terus menyodok-nyodok pantat Tristan keras agar gua bisa lancar mentokin pantat si Tristan bareng kontol Brandon nanti. Brandon sendiri sedang mengerjai pantat gua dengan lidahnya sesuai permintaan gua. Si Brandon juga diam saja, tidak berani menanggapi proposal gua. Sekarang, dia cuma berfokus berusaha memberikan servis rimming terbaik di pantat gua. Rasanya ngentotin orang sambil pantat gua di-rimming enak banget!



"Brandon, berhenti dulu rimming-nya..." ucap gua yang segera dipatuhi si Brandon.



Gua pun lepas kontol gua yang sedang menggagahi isi pantat Tristan.



"Elu sekarang entot pacar elu... Suruh dia dudukin hadap belakang..."



Badan si Tristan yang masih lemes itu berusaha berdiri dan mengikuti permintaan gua. Gilanya lagi, dua cowok ganteng ini mau-maunya saja mengikuti permintaan-permintaan nyeleneh gua. Si Tristan langsung membelakangi pacarnya itu dan menduduki kontol ngacengnya yang sudah minta dipuaskan. Tristan dengan mudah bisa menaklukkan kontol si Brandon di dalam pantatnya sambil menaik-turunkan pantatnya dengan binal sambil mulut mereka berdua mengerang penuh kenikmatan.



Melihat tubuh mulus kekar kedua pria itu saling memberikan kenikmatan, gua jadi ngaceng juga. Gua pengen mendapatkan lubang juga.



"Tristan, sekarang elu siap-siap gua entot juga..."



"Aduh, jangan, Ko..." ucap Tristan memelas.



"Bangsat, gua bukan psikopat!" semprot gua marah-marah. "Elu kira gua tega nge-double memek si Brandon sekarang? Elu mau pacar elu mati, hah? Dia baru aja diperawani hari ini... Mana bisa dia di-double sekarang?"



Tristan diam saja, merasa ucapan mulut gua masuk akal.



"Elu kagak usah munafik! Elu kan sudah sering gua entot! Lubang elu sudah terbiasa muasin kontol-kontol pria! Bukannya kesakitan, akhir-akhirnya elu juga keenakan lah di-double gua sama Brandon! Elu itu ibarat sudah siap jadi pelacur haus kontol, Tristan! Lihat aja elu dari tadi ngemis-ngemis kontol gua! Kurang lonte apa lu, hah?"



Tristan cuma diam saja, tidak tahu harus menjawab apa terhadap omongan gua.



"Sekarang, siap-siap aja elu mabuk kontol! Habis ini, elu tiap hari bakal minta disodokin kontol aja ke depannya! Percaya aja lu sama gua!"



Ekspresi wajah Tristan sama sekali tidak bisa gua baca. Tatapan matanya benar-benar membuat kepala gua penuh tanda tanya. Hanya saja, di titik ini, gua sama sekali tidak peduli. Gua sudah terlalu bersemangat menikmati keadaan ini. Gua benar-benar bernafsu melihat dua cowok ganteng ini bertekuk lutut terhadap gua, tidak peduli seberapa kasar hinaan yang gua ucapkan. Apalagi, gua benar-benar sebal sama Tristan sekarang. Masih ada rasa sakit di hati gua gara-gara dia tidak mau gua sentuh. Dia memperlakukan gua selayaknya binatang najis saja. Gua mau memberi dia pelajaran.



"Elu agak tiduran nyander ke si Brandon, Tristan!" perintah gua dingin.



Pantat montok Tristan masih terisi kontol si Brandon dengan nyaman di dalamnya. Brandon pun memegangi pantat montok Tristan sambil Tristan mengarahkan punggungnya untuk bersandar ke dada Brandon. Sekarang, pantat Tristan yang masih penuh kontol Brandon terbuka, memamerkan memek pink kecilnya yang sedang digagahi oleh kontol besar pacarnya sendiri. Gua pun tidak bisa menahan rasa penasaran gua untuk mencicipi keketatan memek Tristan dengan double penetration.



"Tan, gua entot elu..." ucap gua memberi aba-aba pada Tristan.






Ilustrasi: Tristan




Tristan tampak bergidik dan berusaha memegangi kaki kekar si Brandon kuat-kuat. Tampaknya, dia berusaha mencari ketenangan dengan cara skinship dengan pacarnya. Gua pun dengan tidak sabar mendorong kontol ngaceng gua ke dalam liang ketat si Tristan yang memang sudah penuh kontol kekasihnya itu. Detik itu juga, gua seperti tersedot dalam sebuah gua kenikmatan. Kantong kemih gua seperti disedot sebuah vacuum cleaner yang ingin menyerap habis pejuh gua. Kami bertiga mengerang bersamaan ketika alat kelamin kami bertiga saling menyatu bersama di kehangatan liang senggama Tristan.



"Aaahhh..." erang kami bertiga.



{ SENSOR }



( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )



[ ... ]


CUPLIKAN SELANJUTNYA


Setelah menuntaskan orgasme gua di liang senggama si Tristan, gua cabut kontol gua dan meninggalkan mereka berdua tanpa kata-kata. Gua sengaja ingin memperlakukan mereka seperti dua lonte murahan. Gua bangun dan hendak masuk ke kamar mandi.



Waktu hendak berjalan, Brandon memegang tangan gua dan berbisik, "Maafin gua..."



Gua tepis tangannya dingin. Segera saja gua masuk ke kamar mandi. Gua segera menyalakan shower kencang-kencang agar gua tidak mendengar pembicaran mereka berdua di luar sana. Diam-diam, gua juga menangis. Gua juga ingin suara shower ini menutupi suara tangis gua. Gua tidak mau si Brandon, apalagi si Tristan, bisa mendengarkan tangis kesedihan gua. Gua merasa gua ini pria paling bodoh di dunia. Saat itu, gua merasa kecewa dan rendah banget. Gua marah ke semuanya, termasuk ke diri gua sendiri.






Ilustrasi: Andrew




Setelah mandi, gua pakai baju dan membereskan barang-barang gua. Gua tidak mau tidur sama mereka. Gua lebih baik nyewa kamar lain atau pulang.



Melihat gua membereskan tas gua, Brandon ngomong ke gua, "Ndrew, mau kemana? We need to talk..."



Gua diam saja, tetap bersikeras membereskan baju gua.



"Not cool, Ko... Masa lu pergi langsung setelah entotin kami berdua?" ucap si Tristan.



"You bastards deserve it," ucap gua sambil keluar kamar.



Mereka juga tidak mengejar gua. Sebenarnya, lumrah saja mengingat mereka masih terkapar bugil di kasur berdua. Gua ke resepsionis untuk tanya kamar kosong. Ada sebuah kamar yang masih kosong, dan gua segera melakukan check-in. Di depan meja resepsionis, gua pun memblokir semua socmed dan juga nomor What'sApp mereka berdua. Gua juga memblokir nomor mereka agar tidak bisa menghubungi nomor ponsel gua.




[ ... ]




Hari demi hari berlalu. Gua enggak tahu si Brandon dan Tristan nyariin gua atau engga karena gua block semua komunikasi antara kami. Kos-kosan gua juga sangat private. Jadi, kalau tidak punya kunci pagar, mereka tidak akan bisa masuk. Gua juga yakin mereka tidak mungkin seniat itu menunggu gua seharian di luar pagar. Diam-diam, gua juga sering membuka foto kami bertiga yang ada di ponsel gua. Niat awalnya sih buat menghapus, tetapi kejadian malam itu kembali muncul jelas lagi di pikiran gua setiap melihat foto-foto kami bersama. Amarah dan berahi besar yang sama muncul lagi. Bahkan, gua tidak bisa menghentikan diri gua untuk tidak onani saat melihat foto kami bertiga. Sejak saat itu, gua sudah tidak perlu bokep kalau mau onani. Cukup liatin foto mereka berdua aja, gua udah sange berat.



Sebulan kemudian, gua memutuskan unblock mereka berdua. Sehari setelah unblock, pesan dari Brandon masuk ke What'sApp gua.



"Ndrew, gua tadi cek gua sudah bisa lihat Instagram lu. Terus, What'sApp elu juga sudah keluar fotonya... Thanks udah unblock, ya. Ada waktu, enggak? Gua butuh ngobrol sama lu soal kejadian waktu itu..."



Gua mengiyakan ajakan meet up itu.



Pada malam itu, kami ketemuan di kafe tempat kami biasa nongkrong bertiga. Kafenya tidak terlalu ramai. Jadi, kami bertiga bisa santai kalau mau ngobrolin hal tabu malam itu. Gua datang duluan. Kurang dari lima menit kemudian, Brandon dateng sama Tristan. Tristan enggak berani memandang mata gua sama sekali. Kelihatannya, dia merasa tidak nyaman.



"Apa kabar, Ndrew?" tanya si Brandon grogi.



"Baik-baik aja," jawab gua santai. "Let's cut to the chase aja... Skip basa-basinya dan langsung ke poin utamanya aja..."



"Gua yang harus jelasin ini ke elu, Ko..." ucap Tristan memberanikan diri untuk memandang gua.



Tristan menjelaskan mengenai hubungan dia sama Brandon. Awalnya, saat ketemu di konser, Brandon emang beneran tidak mau mendekati Tristan karena tahu gua suka Tristan. Tapi, Tristan terang-terangan menjelaskan ke Brandon kalau dia benar-benar suka sama Brandon. Awalnya Brandon agak menjauh, tapi setelah Tristan deketin terus, luluh lah hati Brandon. Bahkan, hari saat Tristan ngajakin gua ngentot gila-gilaan itu, si Tristan lagi patah hati gara-gara Brandon terus menolaknya. Tetapi, Tristan berhasil meyakinkan Brandon kalau dia mencintai Brandon tulus. Selain itu, Tristan juga meyakinkan hubungan mereka serius.



Sebenarnya, ceritanya sudah bisa diduga banget sih. Selama sebulan, skenario-skenario bagaimana mereka berdua pacaran sudah gua pikirkan. Dan salah satu skenario gua itu benar-benar terjadi nyata. Ditambah lagi, gua juga sudah mati rasa. Gua sudah masa bodoh awalnya. Tapi, di situ Tristan juga nangis sambil minta maaf ke gua. Dia ngerasa dirinya bangsat banget setelah Brandon cerita apa aja yang Tristan lakuin ke gua saat dia mabuk. Dia minta maaf sudah bilang gua gross ataupun menyuruh gua ngentotin mereka seenaknya gara-gara pembanding.



"Ko, maafin gua ya..." ucap si Tristan berlinangan air mata.



"Kalau lagi enggak mabuk, lu balik ke jiwa soft boy lu lagi, ya. Sebenarnya, sifat asli lu tuh yang mana sih, Tristan?



Tristan diam seribu bahasa mendengar jawaban gua.



"Gua cuma bercanda," jawab gua sambil tersenyum gua paksakan. "Anyway, gua sudah maafin elu berdua. Thanks sudah berusaha minta maaf walaupun gua sempat block kalian berdua sekitar sebulan, ya. I really appreciate that."



Gua bangun dari meja, tapi ditahan Brandon.



"Kami benar-benar minta maaf, Ndrew..." ucap si Brandon lirih.



"Sudah gua bilang, gua kagak marah..." ucap gua sambil tersenyum tipis. "Tapi, kalian juga sadar kan kalau hubungan kita enggak bakal bisa kayak dulu lagi? It's ok. You guys can still call me if you need something. Gua akan ada buat kalian..."



"Apa ada hal lain yang bisa kita lakuin biar bisa kembali seperti dulu?" ucap si Brandon sambil termenung.



"Ada sih..." jawab gua sambil tersenyum busuk.



"Apa itu?" tanya si Tristan bersemangat.



"Iya!" sahut si Brandon tak kalah bersemangatnya. "Apa itu? Kami akan lakuin!"



Gua berpikir sejenak dan mendekatkan muka gue ke mereka. Gua berbisik.



"Malem itu kan gua jadi kameramen kalian, ya? That sucks, guys... Cuma bisa lihat tapi sama sekali kagak bisa ikut... Next time, gua mau elu kirimin gua video seks kalian rutin..."



"Maksudnya...?" tanya Brandon dengan dahi berkerut.



"Next time, saat kalian ngentot, rekam sendiri dan kirim ke gua, ya... Jujur saja, gua turned on banget bayangin kejadian malam itu selama sebulan ini..."



Mereka berdua tampak berpikir keras.



"Jadi, gimana? Apa terlalu berat ya?" tanya gua tidak sabar.



"Sebenarnya, ada hal lain sih, Ndrew..." ucap si Brandon tiba-tiba.



"Kita bilang aja, nih?" tanya si Tristan tidak yakin.



"Dia yang ungkit-ungkit sendiri, sayang..." bisik Brandon balik ke Tristan.



"Ada apa, sih?" tanya gua penasaran.



"Sebenarnya, kami ada permintaan sama elu, bro..." ucap si Brandon memberanikan diri.



"Apa itu?" tanya gua penasaran.



"Sejak hari itu, kehidupan seks kami berdua tidak mengasyikkan lagi, Ko..." sahut si Tristan tiba-tiba. "Sebulan terakhir, gua dan Brandon terus mencoba berbagai gaya seks dan juga mengeksplorasi tubuh kami masing-masing... Tidak ada yang berhasil membuat kami senikmat malam itu..."



"Elu benar-benar bikin kami berdua keenakan, Ndrew..." sahut si Brandon to the point. "Waktu kita pacaran dulu, gua tahu elu itu sangat jago memuaskan seorang pria di ranjang... Gua juga sadar elu ganteng dan seksi banget... Elu benar-benar the whole package... Tetapi, kita waktu itu tidak cocok sebagai sepasang kekasih dan lebih cocok sebagai sahabat..."



"Sekarang, Brandon juga memikirkan apa yang gua pikirkan, Ko... Kami merasa hubungan seks kami terasa lebih membara ketika ada Koko di situ... Kami benar-benar kangen memuaskan Koko bareng-bareng... Ternyata, sensasi itu yang membuat kami berdua semakin hot di ranjang..."



Sejenak, gua bingung dengan arah pembicaraan ini.



"Jadi, Andrew," ucap Brandon mengambil alih suasana. "Apa elu masih mau ngentotin kami berdua? Sekali-kali aja... Kami akan sangat menghargai hal itu kalau elu mau..."



"Koko benar-benar membuat kami berdua keenakan... Kami benar-benar ketagihan sama kontol Koko... Tubuh Koko... Semua yang Koko pernah lakuin ke kami di atas ranjang..."



Gua termenung... Bayangan-bayangan gua ngentotin mereka berdua di ranjang kamar hotel itu kembali merasuki pikiran gua... Gua harus bagaimana? Ini kan tawaran gila dan tidak masuk akal...



( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]

PANDUAN MEMBACA VERSI LENGKAP:

Salam Pembaca yang Budiman,

Jeremy Murakami datang dengan sebuah cerita baru nih. Kalian punya 3 opsi untuk membaca karya ini:

1. Melalui What'sApp ke 0813-3838-3995
Silakan mengirim pesan ke What'sApp tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin. File PDF akan dikirimkan melalui e-mail atau langsung via What'sApp, tergantung permintaan pembaca.

2. Melalui Telegram ke @reading4healing / https://t.me/reading4healing
Silakan mengirim pesan ke Telegram tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin.

3. Melalui KaryaKarsa
Nanti akan ada versi pdf yang wajib kalian download setelah melakukan dukungan, ya. Tolong langsung di-download karena menghindari ketidaknyaman di masa mendatang. Setelah di-download, file PDF itu sudah ada di ponsel Anda dan bisa dibaca kapan pun juga.
Pembaca bisa search di laman pencarian dengan ID: reading4healing.
Kalau pencarian dari aplikasi tidak bisa muncul, kalian harus membuka via web seperti Google Chrome atau Safari, lalu ketik karyakarsa.com/reading4healing dan follow terlebih dahulu. Setelah itu, kalian bisa membuka di aplikasi di bagian orang yang kalian follow.


Nama file di KaryaKarsa adalah: MPMDG_JM


Maaf apabila nama file dibuat singkatan. Ini agar menghindari pemblokiran akun KaryaKarsa terhadap cerita bertema dewasa.

Bila ada pertanyaan, bisa hubungi via What'sApp ke admin Reading4Healing di: 0813-3838-3995

Terima kasih atas dukungan & antusiasme pembaca sekalian dengan karya-karya saya selama ini.
Semoga pembaca sekalian mendapatkan kesehatan dan kelimpahan rezeki dari Tuhan yang melimpah.

Salam sayang,
Jeremy Murakami

Continue Reading

You'll Also Like

93.9K 3.6K 42
"Love like Flowers and Fire" - butterflies rising - House of the Dragon - (...
271K 1K 57
Kumpulan Cerita Panas buatan Roberto Gonzales. Khusus 21 tahun ke atas.
20.4K 2.5K 27
Lily Autumns has watched Allie Winters blow up her boss's, life three times. Once when Allie destroyed his company, and bought it for scraps, once wh...
68.6K 10.6K 42
Setelah mengetahui bahwa dirinya mengandung, Larasati Kirana sangat kebingungan. Ia memang punya kekasih, namun mereka tidak pernah melakukan hubunga...