ARCHETYPE

Av Jane_byme

25.3K 4.1K 3K

Dalam lanskap intrik dan kekuasaan, Ana terjerat dalam belenggu Arkha, seorang dominan bajingan tak terkalahk... Mer

Archetype: Prolog
Part 1: Explanation
Part 2: Reprimand
Part 3: Take
Part 4: Approval
Part 5: Burden
Part 6: Confession
Part 7: Present
Part 8: Reverse
Part 9: Dropped
Part 10: Arkhatama
Part 11: Business
Part 12: Drunk
Part 13: Inception
Part 15: Nobody
Part 16: Better Than Me?
Part 17: Swim Smile
Part 18: Eclipse
Part 19: What are we?
Part 20: Ana
Part 21: Oncoming
Part 22: That Day
Part 23: Prove
Part 24: Shade
Part 25: Control
Part 26: Enough
Part 27: Abscond

Part 14: Krypton

781 140 130
Av Jane_byme

Heyoo sesuai janji yaa. Makasii teman-teman kerja samanya!!! Selamat membaca 🫶🏻

____


Ana termenung memandangi gedung menjulang tinggi, ia menelan segala kegugupan sekaligus semangat bergejolak setibanya di depan perusahaan Krypton. Ia bergerak masuk, matanya berpendar pada langit-langit dan lantai berkilau. Detik pertama membuatnya terpesona kemegahan arsitektur interior nan menawan.

Ia berinisiatif menemui resepsionis, tetapi belum sempat bertanya, seorang lelaki berumur sekitar 30 tahun dan bermata sipit menghampiri sembari mengulurkan jabatan tangan yang ragu-ragu diterima oleh Ana.

"Saya Raja Dewantara. Head of  food and beverage division. Untuk hari ini saya akan memberi arahan, setelah itu saya harus rapat pukul sepuluh. Anda bisa melakukan pekerjaan anda saat makan siang," ungkapnya terkesan sangat tegas.

"Saya Sirena Isadora."

"Mari ikut saya." Raja memimpin jalan guna masuk ke dalam lift. "Terdapat dua kafetaria di sini, lantai 15 dan lantai 30. Sesuai perintah, anda di tempatkan di kafetaria utama, lantai 30. Kafetaria kedua lebih banyak karyawan dan staff, berbeda dengan kafetaria yang didominasi oleh manager dan ekspariat."

Ana menangguk paham, masih juga memuji luasnya bangunan tersebut meski sudah memiliki 41 lantai.

Ketika mereka sampai, Ana kerap mencermati setiap panduan Raja. Ana terkesiap meninjau rambut anburadul di pantulan kaca, lekas ia merapikannya, pagi ini dia begitu ceroboh.

Pertama, ia memang bangun seperti biasa, tetapi melupakan tabung gas kosong dan menyita waktunya. Kedua, ia buru-buru mengantar Shea sekolah meski tidak terlalu jauh. Ketiga, tatkala ia menaiki kereta, ia tersadar salah membawa dompet karena mencari kartu kereta di dompet yang lain.

Seiring melewati koridor-koridor, Ana tak mampu menyembunyikan senyum kecilnya. Pemandangan sibuk para karyawan yang sibuk, berpakaian rapi, dan berfokus pada pekerjaan mereka, memberinya keyakinan bahwa dia berada di tempat luar biasa meski terpaksa.

Sesampainya di kafetaria bak restoran, Ana menatap jendela besar, memperlihatkan pemandangan ramainya kota. Dari ketinggian ini, dia bisa menjumpai keindahan dan hiruk-pikuk aktivitas.

Raja menjelaskan secara gamlang dan detail mengenai tugas Ana, dia juga mengajaknya menelusuri berbagai tempat lebih dulu. Ana cukup memahami prosedur dan strategi dalam melayani setiap pekerja Krypton.

Selepasnya, briefing dilakukan sebelum mulai bekerja, di sanalah Ana memperkenalkan diri lebih banyak di hadapan rekan-rekan barunya.

Ana memberikan senyuman ramah sebagai penutup kalimat, "Panggil saya Ana saja."

"Welcome." Mereka sahut-menyahut menyambut.

"Terima kasih."

Semua berjalan lancar. Ana sudah mengenakan apron, berdiri di belakang meja di mana banyaknya hidangan terletak. Ia sangat tidak percaya perusahaan ini menyajikan setumpuk menu secara gratis setiap hari, dan lagi masakan asli dari pegawainya. Keluarga Kailash memang mencapai kejayaan, Ana sampai pening sendiri.

Anehnya, netra Ana tak henti mencari seseorang, yang diharapkan muncul atau menyapa di hari pertamanya, sebagai teman. Tak lain, ia resah menanti kehadiran Arkhatama. Rasa penasarannya menggerogoti setakat ia mengingat perkataan Raja.

"Kak, memangnya mau ada rapat apa?" Ana bersoal kepada Mia selaku rekannya di meja saat ini, wanita bersuami dan beranak dua, dia lebih tua enam tahun di atas Ana.

"Perayaan hari jadi perusahaan," sahutnya sibuk mengelap sendok-sendok dengan kain. "Jumat nanti Krypton ulang tahun ke 35, makanya mau ada pesta di sini. Acara buat para pekerja diadakan di siang hari, malamnya acara khusus orang-orang penting, para mitra bakal datang."

"Terus pelayanannya gimana?"

"Untuk itu minggu kemarin udah ditentuin siapa yang ikut dari divisi kita. Lumayan, dek, dapat bonusnya gede banget."

"Berapa?"

"Gak nentu, tapi lumayan banget, banget, banget."

Sontak Ana termangu, memikirkan apakah ada kesempatan bergabung. Ia membutuhkan uang lebih untuk membayar kelas renang Shea dan juga sewa unit.

Selepas rapat, Raja hendak mengurusi laporan persediaan. Namun, kegiatannya tertunda tatkala Ana mendekatinya dengan wajah menompang harapan.

"Pak Raja, maaf mengganggu waktunya," cicit Ana amat sopan dan Raja menerimanya. "Saya ingin bertanya, untuk pelayanan tamu, apakah masih memerlukan setidaknya satu orang lagi?"

"Maksud?" Raja kurang paham, tetapi sejujurnya ia ingin Ana langsung pada inti.

"Saya bersedia membantu."

Raja terdiam sejenak, sesungguhnya ia tidak tahu itu dapat dilakukan atau tidak mengingat perintah dari atasan. Namun, waktu sangat pas baginya menemukan Arkhatama di koridor. "Tunggu."

Ana menyaksikan ke mana Raja pergi dan ia tangkas dililit kecanggungan atas keberadaan Arkha bersama sejumlah orang, dia terkesan penuh wibawa. Dia selalu seperti itu, dia tahu dia mempesona.

Langsung Ana menurunkan kelopak mata saat bersirobok dengan Arkha yang tengah mendengarkan Raja tentangnya. Itu tidak lebih dari sebuah amatan dingin, lelaki itu melintas lagi tanpa sesuatu yang Ana harapkan.

"Diterima," papar Raja mendadak sudah di dekatnya. "Karena anda baru, diharapkan kebal bila ada tekanan, saya akan memasukkanmu ke dalam grup acara."

Ana pun berterima kasih lalu kembali melakukan tugas.

Tatkala waktu makan siang tiba, kafetaria begitu ramai, Ana tak berjeda membagikan berbagai menu ke atas nampan setiap pegawai yang mengantri. Lumayan menyenangkan karena terbilang lama Ana tidak benar-benar melakukan sebuah pekerjaan beberapa bulan ini. Seiring berjalannya waktu, kafetaria tak sepadat 45 menit silam, sedikit ada kelonggaran bagi Ana dan Mia.

Akan tetapi, kesibukan Ana terkecoh, ia terpaku atas adanya Arkha di hadapannya. Mengasongkan nampan pada Ana, raut wajah datar dan rahang ketat, mimik yang sulit Ana terka. Dia tidak bicara sama sekali, jadi, lekas Ana menyiapkan makan siang untuknya.

Arkha mengucapkan terima kasih hanya pada Mia, kemudian pergi ke satu meja dekat jendela dan bergabung dengan para rekannya. Dia asyik menyantap makan siang, tanpa merasakan beban yang Ana karungi saat ini.

"Jarang lho si bapak makan di sini, biasanya selalu di ruangannya," celetuk Mia memelankan suara.

Ana tidak bisa protes, tetapi Arkha benar-benar menanggapnya tak kasat mata.

***

Ana selesai pukul 4 sore, ia memilih berjalan kaki ke stasiun yang tidak terlalu jauh, hanya sekitar sepuluh menit.

Melihat banyaknya makanan pinggir jalan, Ana menentukan membeli pecel ayam sebanyak tiga bungkus untuk makan malam. Uang saku di dompet tersisa tepat 7.000 rupiah, maka dari itu, ia mampir ke supermarket guna membeli susu cokelat kacang mete favoritnya. Hanya dilakukan ketika tidak bersama Shea.

Gadion Oberon memasuki toko yang sama, lelaki bertopi itu hendak membeli sekaleng soda guna menyegarkan tenggorokan. Seketika mata terpacu pada Ana tak jauh darinya, ia mengamati wanita itu layak titik api, melamat paras macam kecantikan langka. Ia memutuskan lamunan serentak Ana melintas ke meja kasir, segera ia menyusul dengan tangan menggenggam soda.

"7.400," ujar wanita penjaga kasir yang membentuk kerutan di wajah Ana.

"Apa? Di rak gak tertulis segitu. 6.900." Ana menekuk alis garang, tidak mungkin ia mengatakan uangnya kurang dan jelas-jelas itu akan mempermalukannya.

"Mohon maaf yang sebesar-besarnya, sepertinya ada beberapa produk yang belum di-update, susu ini naik 500 rupiah."

"Saya bayar sesuai harga yang tercantum," tekan Ana mengasongkan sisa uangnya.

"7.400, Mbak."

Ana mendengus, mengambil recehnya lagi. "Kalo gitu saya gak jadi beli."

"Nggak bisa, Mbak, udah di-scan," timpal wanita tersebut menciptakan banyak pasang mata menonton.

"Bukan salah saya."

Di belakang, Dion memantau kepergian Ana, lambat-lambat semua orang beralih fokus, terkecuali Dion yang anehnya tersungging.

"I take this," ujarnya merujuk pada sekotak susu itu. Setelah buru-buru membayar, Dion bersicepat mengejar langkah wanita itu.

"Permisi." Dion memanggil, kontan Ana menoleh dengan tampang kesal ketika ia menyodorkan susu tersebut.

"Jangan kasianin orang, bisa?" ketus Ana, serta-merta memendam rasa malu tak terkira.

Dion terkekeh, tak ingin menyia-nyiakan waktu. "Can i have your number?"

"Bacot." Ana melanjutkan perjalanannya menuju stasiun. Menjauhnya Ana justru menuaikan tawa renyah Dion, lelaki itu bergeming cukup lama, kemudian memutuskan menyicipi susu.

Sesampainya di rumah, terdapat Lintang dan Shea yang sibuk mengerjakan PR, melihat cara Lintang membantu menjadikannya amat tenang. Tidak terlewatkan, ia mencium putrinya setelah bersapa.

"Makasi udah jemput Shea." Ana berucap dan menerima anggukan dan senyuman manis dari Lintang. "Ini aku bawain pecel ayam."

"Yeaayy!! Ayo, makan!!" seru Lintang mengikuti Ana ke dapur untuk menyiapkan piring.

"Gimana hari pertama?" tanya Lintang sembari membuka bungkus kertas nasi bersamaan dengan Ana.

"Basic," lirih Ana, ia menyanggul rambutnya sejenak. "Capek juga ternyata, rame banget ... tapi enak sih orangnya baik-baik. Gak tau kedepannya."

"Kalo si itu?"

"Itu siapa?"

"Arkha."

"Ya, gak gimana-gimana..."

"Serius? Masak, sih? Bukannya dia sengaja lakuin semua itu biar sama lo terus?"

Ana melirik sengit, entah pikiran apa yang merasuki Lintang saat ini. "Ngaco."

"Ana," panggil Lintang, sedikit membawa Ana ke sudut dapur agar Shea tidak mendengar pembicaraan mereka. Ana terheran, terlebih tatkala Lintang mulai berbisik, "Waktu malam dia nganter lo, gue langsung periksa pas dengar kunci pintu lo kebuka. Gue liat dia ... lagi ngendus lo."

"Hah?" Ana tidak dapat mencerna perkataan Lintang.

"Ngendusin dada lo!" tandasnya yakin. "Dia juga kayak mengerang gitu, Na..."

"Hah?" Makin menjadi-jadi pula keterkejutan Ana saat ini.

***

Bagai terdesak kemarahan menggumpal di seluruh nadi, Arkha murka tak terkendali.

Makan malam hikmat di rumah utama sedang terjalin, ia datang terakhir, tak tahu pula Megan turut diundang. Di samping itu, Arkha marah pada diri sendiri karena di saat seperti ini kepalanya terus menyerukan Ana. Ia benci itu, sangat benci karena tahu mungkin ia akan gila kali ini. Sebenarnya, Arkha tak sanggup untuk mendiami Ana di saat tubuh terlalu menginginkannya. Lagi-lagi itu yang Arkha benci dari Ana.

Arkha memang tidak memiliki kuasa atas fakta ayah kandung Seashella, hanya saja dari sekian banyak lelaki di dunia ini, mengapa Ana menyerahkan dan memberikan dunia serta menderita demi Bayu?

Ia menyembunyikan kegentaran saat mengetahui itu, dadanya sakit hingga tak tertahankan. Ia benci mengetahui antaranya dan Ana pasti terselip Bayu.

Terlebih lagi, sekarang Abraham mengajaknya berbincang empat mata. Ia paling tak suka, tahu apa tujuan dan itu kenyataan kedua yang menjadi masalahnya dengan Ana.

"Pernikahanmu mungkin harus segera dilaksanakan. Tidak perlu ditunda lagi. Ayah sudah bicara pada Megan dan dia menunggu keputusanmu."

Arkha rasa oksigen menyusut, seolah ingin mematikannya saat ini juga. Selalu menurut, tetapi untuk kali ini, di kala perasaan berkecamuk, terkikis, dan berantakan, ia berani menentang.

"Fokus terhadap dua hal yang tidak kusukai dan melaksanakannya dalam waktu bersamaan akan merusak segenap langkahku dalam berbisnis. Dan lagi, Ayah terlalu banyak meminta," sanggah Arkha langsung menyudahi percakapaan dengan angkat kaki dari ruangan sang ayah.

###

Hehehe gimana rasa galau itu mas dan mbaknya? Enak nggak? Nggak, ya? Makanya jangan gengsi yaa.

Jangan panjang panjang ah biar cepet kangen.

Oh iya fast track part 15-16 tersedia di karyakarsa besok malam yaa ❤️ untuk lanjutan di wp tergantung cepet gaknya sama antusiasny ya 🫶🏻

Fortsätt läs

Du kommer också att gilla

35.9K 3.4K 20
Plak!!! Lisa terdiam merasakan panas di pipinya, saat kekasihnya yang dia cintai menamparnya. Hatinya terasa begitu sakit. Apalagi, dia melihat sang...
382K 39.5K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
762K 36.5K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
104K 7.6K 51
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote