Tampan Berdasi (MxM)

By DaddyRayyan

80.5K 8.9K 4.6K

Orang yang paling kamu hindari sejak zaman sekolah adalah bosmu di kantor. Orang yang kamu benci semasa sekol... More

Pendahuluan + audio suara karakter
P r o l o g
Dasi 1
Dasi 2
Dasi 3
Dasi 4
Dasi 5
Dasi 6
Dasi 7
Dasi 8
Dasi 9
Dasi 10
Dasi 11
Dasi 12
Dasi 13
Dasi 14
Dasi 15
Dasi 16
Dasi 17
Dasi 18
Dasi 20
Dasi 21
Dasi 22
Dasi 23
Dasi 24
Dasi 25
Dasi 26
Dasi 27
Dasi 28
Dasi 29
Dasi 30
Dasi 31
Dasi 32
Dasi 33
Dasi 34
Dasi 35

Dasi 19

1.9K 245 123
By DaddyRayyan

Haloo, Semua. Maaf minggu ini aku cuma bisa update satu kali. Lagi sibuk urus PO dan percetakan.

Yes, aku lagi cetak novel Rashoura (Gebetanku Banci, Daddy Hot, Aku dan Atasanku)! Jadwal PO hingga 18 Februari 2024.

Untuk pemesanan, silakan isi form berikut: https://rb.gy/xgtbjd atau scan QR code berikut:

Jika ada pertanyaan, jangan sungkan untuk bertanya, ya! Kamu dapat hubungi admin kami di:

WhatsApp: 0887‑7100‑007

DM Instagram: @ ra_shou








*

*

Shouki_Wisanggeni mengikutimu.

Notifikasi itu datang tiga minggu kemudian, tepat sehari sebelum acara ulang tahun Kanaka.

Rayyan menatap notifikasi itu agak lama.

Beberapa minggu lalu Rayyan sempat berharap Pak Wis mengikutinya, Pak Wis menonton live-nya, lalu ia menyerah karena rasanya tak mungkin. Saat kamu sudah ikhlas dan tidak menginginkannya lagi, akhirnya Tuhan mewujudkannya.

Selama hampir sebulan ini Rayyan terus menyibukkan diri agar bisa mengenyahkan rasa ngilu di dadanya setiap kali teringat Shouki Wisanggeni. Followers tanpa terasa terus bertumbuh, konten terus berkembang. Rayyan Nareswara memiliki dua pekerjaan sekarang; office boy merangkap content creator. Aneh tapi nyata.

Kontrak kerja sudah diperbarui oleh Pak Arian. Karena Rayyan juga bekerja sebagai model Kanaka selama beberapa kali dalam seminggu, sistemnya ia akan digaji per jam sebagai OB. Lebih adil seperti itu. Pada sisa waktunya Rayyan bebas membuat konten sendiri ataupun bersama Kanaka.

Hari ini Rayyan membuat video di akun TikTok-nya sendiri. Rayyan tidak lagi menjadi model di akun brand KaJa Design. Kali ini Kanaka yang mengadakan koleksi busana untuk Rayyan kenakan pada akun Rayyan sendiri, alias Rayyan di-endorse oleh Kanaka.

Video Rayyan menampilkan transisi dirinya yang berpakaian office boy, lalu berganti ke baju koko KaJa Design, lalu beralih ke setelan jas hitam berdasi ala CEO.

Tagline: "Mau OB, influencer, sampai CEO. Kamu bisa kerja jadi apa aja, asal halal"

"CAKEEEEEP!" Mas Ginting dan tim Kanaka berseru setelah Rayyan selesai shooting.

Videonya mendapat belasan ribu likes dalam waktu singkat sampai terkadang Rayyan bingung. Apakah netizen yang mengikutinya ini tidak bekerja? Tidak adakah kesibukan selain melihat media sosial sepanjang waktu?

Saat live malam itu, ada banyak tanggapan dan pertanyaan masuk untuknya.


apresbuck: mas rayyan diundang ke ultah kak @kanaka_jayanti ga?

achmadR: bang rayyan ini banyak fansnya kayak si puji ya

chachahei009: kaaak bikin konten prank donh

botihotbeletot: kak bales DM aq dong aq kesepian

miraSsSs: kak nyanyiin lagu galau dong

UniquStoreCL: Kk kok ga resign sbg OB, kk kan udah jadi artis tiktok dan selebgram?? Gajinya pasti lebi gede


Rayyan menjawab pertanyaan yang terakhir, "Saya udah dikontrak. Saya enggak mau khianatin kepercayaan dari kepala HRD dan bos saya di kantor ini."

Rayyan teringat advice dari Mas Bayu soal itu. Dia pun sedang memikirkannya.

"Saya enggak bisa bilang akan selamanya di sini. Maybe suatu hari kontrak habis, dan ada sesuatu yang membuat saya udah enggak kerja jadi OB lagi, tapi saya enggak mau mikirin itu sekarang. Saya mau fokus sama apa yang ada sekarang aja. Seperti yang kalian tau, saya udah pernah ngerasain gimana rasanya ketika lagi di atas angin, dan dalam waktu satu hari jatuh ke jurang. Saya jalani hidup apa adanya aja."


achmadR: Salut banget sama abang satu ini

will.smith.gitu.lho: Keren banget sih kaak

amboinikmatnyo: sukses selalu mas rayyan

OBgantengfans: abang inspirasiku. Banyak kok bang yang jadi OB dulu terus jadi artis. Kayak si yanglek itu


Rayyan tersenyum. "Oke, malam ini kita nyanyi lagu apa?" Rayyan genjrang-genjreng gitar. "Maaf, saya banyak taunya lagu-lagu lama. Malam ini edisi lagu luar, yuk. Coba kalian sebutin lagu tahun 90-an dan 2000-an dari band luar, nanti saya mainin yang saya tau."


terapoapoahoy: kak cba mainin lagu peterpan yg lawas kaak. band dlm negri aja laah aku cinta rupiah

aminkandulusaja: w taunya lagu2 linkin park kalo luar. RIP chester

aresta889: lagunya muse kak. dulu booming, tau ga? masa gak tau

kiky_mastersep: radiohead mas. legend jugaa tu


Rekomendasi judul lagu lawas dari netizen bergulir cepat. Rayyan hanya bisa menangkap beberapa komentar.

Di antara netizen yang mengetikkan judul lagu, ada satu pesan lewat yang bergulir dan menghilang dengan cepat, tetapi Rayyan sempat membacanya.


A___gus: Mas rayyan kan deket sama mba kanaka. trus bosnya mas rayan itu calon suami mba kanaka kan? mereka hubungannya baik2 aja ga sih mas? kepo aja soalnya--


Soalnya apa?

Rayyan mencoba menggulir pesan itu dengan jari, tetapi sudah tak bisa menemukannya lagi.

....

Ah, jangan suka kepo-in hubungan pribadi orang lain. Rayyan juga tidak ingin tahu.

Rayyan tersenyum dan membahas soal lagu saja. "Oke, Radiohead? Saya zaman SMP dan SMA dulu suka Radiohead. 'Creep'. Siapa yang enggak suka lagu itu? Lagu pertama kali saya belajar gitar. 'High and Dry' juga. Favorit saya sampai sekarang."

Rayyan memainkan intro lagu "Creep" dengan petikan dan ketukan pada bodi gitarnya, lalu ia bernyanyi dengan suara berat. Lagi, saat Rayyan memejamkan mata, ia melihat sosok Shouki Wisanggeni hadir tanpa diundang. Lelaki itu hadir pada setiap petikan jari, mengulang masa lalu ketika Shouki menatap Rayyan dengan senyum cemerlang, memuji setiap permainan gitarnya.

Kak Rayyan keren banget!

Rayyan melantunkan lirik lagu itu dengan suara rendah.

....

When you were here before

Couldn't look you in the eye

You're just like an angel

I wish I was special

You're so fuckin' special

But I'm a creep

I'm a weirdo

What the hell am I doin' here?

I don't belong here

Whatever makes you happy

Whatever you want

I wish I was special

....




Rayyan baru sadar setiap lagu yang ia mainkan kebanyakan mengungkap perasaannya pada Pak Wis. Ia mendengus, berhenti main beberapa saat, lupa kalau sedang siaran langsung. Netizen yang menonton sampai berkomentar.


siskaooo: Maasss kok diem sambil senyum2 gitu ih salting liatnyaa

mercy_l: cieee lg mikirin siapa tuu

erlinda_kpoper: terlalu menghayati ya kaya gini


Rayyan menghela napas dan berkata, "Iya, iya. Maaf saya memang lagi keinget seseorang." Rayyan melirik ke kamera. "Saya enggak tau orangnya lagi nonton apa enggak. Dia enggak pernah masuk ke live saya, sih. Kadang saya berharap orangnya lagi nonton, tapi ...."

Rayyan mendesah sebentar, tersenyum lebar ke kamera.

"Salah banget kalau saya punya perasaan mengharap kayak gini. Soalnya dia juga udah bahagia sama yang lain. Dan seseorang yang memiliki dia juga udah sempurna. Enggak boleh ada saya di antara mereka. Kalian setuju, enggak?"


Botihotbeletot: nangissss aku kayak org tolol krn kmu mas hiiiiihh kita hrus ketemuan suatu hri!

siskaooo: MASSS BIKIN LAGU AJA GIH. COCOOKK

bubynana: coba mainin lagu codplay yg sicientis

sintajojogenZ: ihhhh aku kok jadi ikut baper!!

mknkesinimknkesitu: mengsedih

Kanaka_jayanti: mas rayyan semangaat! T__T masih byk ikan di lautan mas.

Kanaka_jayanti: sumpah mas rayyan baik, pekerja keras, dan cakep bgt kalau kalian ketemu dia lgsg guys, siapa sih cewek yang nolak? ga mgkn ada yg nolak.


Rayyan diam.

Yang barusan Kanaka komen?

Ah.

Perutnya terasa seperti ditinju sekaligus dipuntir, mendadak Rayyan tertawa. Tawanya terdengar seperti napas yang kasar, dipaksakan.

Rayyan merasa sangat bersalah.

Memang dia yang paling bersalah.

Nikmati saja semua rasa-rasa ini sebelum ia pergi menghilang.

"Thank you, Mbak Kanaka. Saya enggak sebaik itu, Mbak, enggak ... saya punya banyak kesalahan di masa lalu, dan hidup yang saya jalani sekarang terjadi karena kesalahan di masa lalu itu. Saya mau nebus semua itu, mau jadi orang yang lebih baik. Supaya saya pantes dapetin apa yang terbaik. Jadi, kalau ada orang yang kenal saya dulu, dan pernah saya sakiti, saya minta maaf. Maaf .... " Rayyan menahan napas beberapa saat, lalu dia mengalihkan topik. "Sori jadi terlalu deep, ya? Nah, siapa tadi yang komen 'The Scientist' Coldplay? Memang cocok banget liriknya. Yuk, kita mainkan. Semoga saya enggak nangis." Rayyan nyengir lebar.

....

Come up to meet you, tell you I'm sorry

You don't know how lovely you are

Nobody said it was easy

It's such a shame for us to part

Nobody said it was easy

No one ever said it would be this hard

Oh, take me back to the start

....

Lepaskan dirinya malam ini.

Lepaskan Shouki.

Lepaskan Pak Wis.

Bye-bye masa lalu.

Bye ....

*

*

Acara ulang tahun Kanaka malam ini.

Rumahnya di kawasan Kemang, di kompleks perumahannya konglomerat. Kebanyakan rumah-rumahnya punya halaman luas dan punya tempat parkiran sendiri, sering dipakai untuk setting rumah orang kaya di sinetron-sinetron. Pun, Kanaka bilang "Alhamdulillah rumahku nyaman dan sederhana aja, kok."

Rayyan juga dulu sering bilang "rumah saya biasa aja, kok", tetapi kalau orang datang ke rumahnya, mereka akan menemukan yang besarnya seperti istana. Terkadang banyak orang merendah untuk meroket, tetapi ada juga yang merendah karena murni baik. Kanaka mungkin yang "merendah" karena murni tidak suka bersombong diri.

Dresscode-nya bebas, kata Kanaka. Rayyan bingung harus pakai baju apa. Belasan tahun ia tak pernah menghadiri acara apa pun, kecuali acara hajatan di kompleks perumahan, yang mana Rayyan jadi tukang galon untuk mengisi dispenser air minum. Jujur, dia merasa sangat canggung saat ini.

Sekarang Rayyan berkesempatan membeli pakaian bagus berkat penghasilan endorsement. Dia bisa saja pergi ke mal, memasuki butik-butik desainer seperti orang kaya baru yang ingin membeli seisi butik. Rayyan bisa memilih setelan jas yang paling pas dengan tubuhnya. Rayyan juga bisa membeli dasi!

Haruskah ia datang mengenakan dasi? Ah, terlalu berlebihan. Kanaka bilang acaranya cuma acara rumahan biasa. Rayyan menangkapnya sebagai sinyal agar ia mengenakan baju yang rapi, tetapi santai. Jadi, pada akhirnya Rayyan pergi berbelanja ke ITC, membeli kemeja songket modern warna biru emas (kata penjualnya kemeja ini laris manis di toko oranye) yang ia pasangkan dengan celana chino. Sepatunya oxford shoes. Ia juga membeli jam tangan bermerek yang harganya masih terjangkau sebagai aksesori. Total belanja tidak sampai tiga ratus ribu rupiah, lumayan masih hemat pengeluaran. Sense of fashion Rayyan sering dipuji oleh para mantan dan teman sekolahnya dulu, jadi mestinya pilihan pakaian Rayyan tak jelek-jelek amat meski harganya menengah ke bawah.

Parfumnya pakai parfum pemberian Mas Dicky. Rambut disisir rapi. Cukur-cukur biar muka mulus. Beres. Rayyan juga sengaja tidak makan sebelum ke acara, lumayan bisa menghemat biaya makan.

Rayyan pergi ke acara Kanaka menggunakan motor bebek, helm separuh muka. Belum sampai Kemang, ia sudah disuit-suitin di lampu merah. Memangnya bisa cowok mendapatkan cat calling?

"Ini Mas Rayyan si OB ganteng bukan, sih?" Mbak-Mbak yang lagi naik motor di sampingnya tiba-tiba menyapa.

"Eee—sumpah! Iya!" Mbak-Mbak lainnya menutup mulutnya, terus mengeluarkan ponsel dan live mendadak.

Mas-Mas di motor depan Rayyan agak kurang sopan, menyodorkan ponselnya untuk memotret muka Rayyan.

Rayyan cuma manggut sopan, lalu tertunduk. Harusnya besok pakai helm full face biar mukanya tidak terlihat. Lampu hijau. Rayyan langsung tancap gas.

Kata Mas Ginting, Rayyan harusnya pergi naik taksi online saja. Ya, mungkin lain kali. Apabila suatu hari ia berhasil bangkit kembali, menjadi Rayyan Nareswara yang berkecukupan, Rayyan tak tahu apakah ia siap. Rasanya asing, asing sekali saat ia harus memasuki kawasan elite rumah mewah bukan sebagai tukang galon atau kuli bangunan yang bekerja di bawah mandor proyekan. Rayyan sudah tidak dapat mengingat rasanya jadi orang berkecukupan yang uangnya tak habis-habis.

Karena itu, Rayyan sedikit canggung memasuki kompleks perumahan itu. Ia terbiasa menitipkan KTP ke satpam dan disemproti disinfektan, tetapi ditolak halus oleh satpam kompleks—"Enggak usah, Mas. Tamunya Mbak Kanaka, bukan? Rumahnya mentok ke kiri. Ehh—ini Mas Rayyan yang OB ganteng bukan, sih? Boleh enggak saya foto buat anak saya, suka banget sama Mas!"

Rumah Kanaka—atau lebih tepatnya rumah keluarga Pak Darmawan—bergaya minimalis. Barangkali ini yang Kanaka sebut "sederhana". Namun, siapa pun tahu rumah ini dibangun dengan rincian arsitektur yang tidak minimal. Fasad luarnya terdiri dari kombinasi material modern, seperti batu alam, kaca, dan elemen baja hitam. Kontemporer. Jenis rumah mewah yang mengikuti tren zaman sekarang. Halamannya sangat luas, sekitar sepuluh mobil bisa diparkir di sana.

Mau tidak mau Rayyan membandingkan sedikit dengan rumahnya yang dulu. Almarhum ayahnya lebih suka menonjolkan kekayaan dengan membangun pagar elektrik berdinding tinggi. Yang membuat tak sesiapa pun bisa mengintip isi rumah, tetapi tahu rumah itu sangat mewah dan luas. Rumah keluarga Pak Darmawan sebaliknya. Tidak ada dinding tinggi, rumahnya didesain dengan konsep terbuka. Taman minimalis yang menawan menyambut pengunjung saat melangkah ke dalam. Ada tanaman tropis yang rapi, batu alam, dan jalur setapak dengan lampu hangat yang mengarah ke pintu masuk.

Bisa dibilang rumah Kanaka adalah rumah impian Rayyan, atau impian semua orang. Nyaman, sejuk, memberikan suasana pulang ke rumah untuk beristirahat.

Kanaka berlari keluar dari dalam rumah. Ia mengenakan gamis warna lilac yang ringan dan terlihat lebih feminin dari biasanya. Ada Mas Ginting di belakangnya dengan kacamata yang ia letakkan di kening. Mas Ginting pakai kemeja garis-garis ketat yang benangnya mengilat dari brand terkenal.

"Mas Rayyan, masuk! Masuk! Ayo."

"Mbak Kanaka, selamat ulang tahun."

Mas Ginting cupika-cupiki Rayyan. "Mas Rayyan! Cucok kali OOTD-nya, udah enggak perlu stylist lagi, ya. Di live kemarin bikin baper banyak orang! Bisa kalau mau bikin single dangdut atau pop, kita mainkan aja!"

Rayyan terkekeh. "Jangan dulu, deh, Mas."

"Mas Rayyan diem-diem menghanyutkan, ya! Mau aku kenalin sama temen-temenku, enggak, Mas?" Kanaka bicara sambil mengajak Rayyan masuk, melintasi ruang tamu terbuka yang berperabot hitam putih elegan.

"Iya, cobak Mas Rayyan kasih tau tipenya kayak gimana, semua ada kayak variasi saus di atas meja itu." Mas Ginting bercanda.

"Memangnya siapa cewek beruntung yang bikin Mas Rayyan patah hati itu? Banyak, nih, yang ngantre pengin kenalan sama Mas Rayyan."

"Udah enggak, Mbak. Udah jauh di masa lalu itu. Saya mau bahagia dengan diri saya yang sekarang."

"Ah, masako." Mas Ginting menjawil pundak Rayyan.

"Iya, harus bahagia, dong! Mas Rayyan aku mau cek sound panggung dulu. Anggep rumah sendiri, ya! Jangan grogi!"

"Siap, Mbak. Jadi ada yang perlu saya bantu? Panggung aman? Ada meja atau kursi yang perlu diangkat-angkat?"

"Enggak ada, ya! Mas Rayyan ini tamuku!" Kanaka marah dengan nada bercanda. "Tapi kalau Mas Rayyan mau tampil main gitar, boleeeh banget! Sekarang nyantai aja, duduk makan-makan atau nongkrong di taman sama Mas Ginting. Gabung aja sama anak-anak."

"Yes, kemon, Mas Rayyan, aku balik ke anak-anak dulu. Nanti gabung sama kita, ya. Nanti aku kenalin sama temen-temen kita." Mas Ginting menunjuk taman terbuka. Sudah banyak tamu di sana. Beberapa influencer dan teman-teman figur publik duduk di meja bulat taman untuk kongko-kongko. Kanaka memang memiliki circle pertemanan yang baik dan berkelas. Circle yang seharusnya ada Rayyan Nareswara di dalamnya ... andaikan ia masih seperti dulu.

Rayyan bukan introver. Namun, orang paling ekstrover sekalipun bisa berubah introver saat ia dihadapkan dengan trauma batin, yang membuatnya harus pergi menghindari banyak orang. Melihat Mas Ginting nongkrong di antara selebgram dan artis membuat Rayyan merasa kecil. Siapa ia sehingga bisa duduk semeja dengan mereka? Barangkali belum saatnya untuk bergabung dengan mereka. Nanti dulu. Jadi, Rayyan memilih pergi berkeliling meja makanan dulu.

Sesuai dugaan Rayyan, makanannya sangat banyak. Ya, kalau anak konglomerat punya hajatan, mau acara sesederhana apa pun, selalu menyediakan meja-meja buffet panjang. Berbagai makanan khas Indonesia dan western ada di sini, ditata sedemikian rupa menyerupai meja restoran hotel bintang lima. Rayyan belum makan sejak sarapan jadi perutnya langsung bunyi melihat deretan mini sliders—burger mini dengan pilihan daging sapi, ayam, atau vegetarian, taco bar, piza mini gulung, dan bruschetta dengan topping tomat segar, alpukat, dan saus pesto di buffet ala western. Sementara di meja Indonesian food ada dadar gulung isi kelapa dan gula merah, kue lumpur, lumpia Semarang dengan saus kacang, ketoprak—

Rayyan hampir menabrak bapak-bapak saat lapar mata di depan meja buffet. Seorang pria paruh baya berdiri gagah dalam pakaian kemeja batik tulis sutra. Postur penuh wibawa dan rambut yang sudah memutih, tetapi dipangkas rapi seolah uban menjadi warna cat rambut trendi. Rayyan tahu dia bukan orang biasa dari penampilannya, yang mengingatkannya pada almarhum ayah Rayyan sendiri.

Ini Pak Darmawan, ayah Kanaka. Rayyan spontan membungkuk hormat pada pria itu, kemudian Pak Darmawan memberinya senyum kecil yang sangat ramah.

Apa yang Pak Darmawan lakukan di depan meja buffet? Bukannya mau makan, pria itu sedang mengamati satu-satu makanan yang disajikan. Kue klepon yang ditata miring sedikit saja langsung ia benarkan. Gelas-gelas untuk mengambil es campur pun ia tata ulang. Seorang perfeksionis. Padahal, ia bisa memerintahkan banyak asisten rumah tangga untuk membantunya menata meja, tetapi Pak Darmawan tipe pekerja keras yang lebih suka turun langsung ke lapangan. Pria yang memang pantas menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.

Pria seperti ini segera menjadi mertua Pak Wis. Rayyan diam-diam tersenyum karena iri sekaligus bahagia untuk pria itu.

Saat Rayyan sedang membayangkan wajah Pak Wis, pria itu hadir di hadapannya. Jantungnya berdentum.

Ia hadir begitu saja, bukan dikhayalkan. Shouki Wisanggeni melangkah dari arah taman dengan sepatu pantofel mengilat. Penampilannya sangat rapi meski Rayyan tahu Pak Wis datang ke sini juga menggunakan motor, bukan mobil. Kemeja semiformal warna broken white membalut tubuhya yang berotot, sempurna dengan terusan celana panjang hitam. Hari ini gaya Pak Wis terlihat lebih proper dari biasanya. Rambutnya klimis dan wangi parfumnya sudah menghampiri Rayyan sebelum pria itu bergerak mendekat. Rayyan tahu Pak Wis mempersiapkan dirinya sebaik mungkin untuk bertemu calon mertua.

Reaksi pertama Rayyan adalah tersenyum hormat pada atasannya, lalu segera menunduk dan pergi.

Pak Wis menoleh padanya, barangkali ia merasa Rayyan yang memperhatikannya lebih dulu. Dia tersenyum.

Senyum itu menghentikan Rayyan.

"Malam, Mas Rayyan," sapa Pak Wis.

Rayyan menjeda sebentar. "Malam, Pak."

"Udah dari tadi?"

"Saya baru dateng, Pak."

Mereka saling pandang, tersenyum.

Canggung, sangat.

Rayyan berdeham, membuang muka ke samping, ke arah taman ke arah panggung.

"Bapak udah makan?" tanya Rayyan basa-basi.

"Silakan, Mas Rayyan makan duluan aja. Saya masih kenyang."

"Barusan saya ketemu Mbak Kanaka ... Mbak Kanaka lagi cek panggung katanya."

"Oh, oke. Saya ke sana dulu kalau gitu."

"Pak—" Rayyan refleks memanggil, sebelum Pak Wis berbalik.

Pak Wis menoleh.

"Pak Wis ... makasih udah follow saya di Instagram. Suatu kehormatan."

"Oh, sama-sama. Meski saya juga jarang cek-cek media sosial," balas Pak Wis datar.

"Kenapa Bapak follow saya?"

"Mas Rayyan ini, kan, modelnya tunangan saya, udah pasti saya bakal support," jawabnya. "Semoga makin sukses, ya, Mas Rayyan."

Rayyan tersenyum senang. "Makasih, Pak."

"Oke, saya ke Kanaka dulu."

"Baik, Pak. Have fun, ... Pak."

Rayyan mendengar suaranya sendiri mengecil pada akhir kalimat basa-basi itu.

Rayyan masih terus tersenyum meski Pak Wis sudah tidak melihatnya. Lelaki itu sedang berlari kecil ke arah tunangan yang dicintainya.

Kanaka menoleh, kelihatan berseri-seri wajahnya menyambut Pak Wis yang mendekat.

Pak Wis juga tersenyum menatapnya, senyum yang sangat lebar, lebih lebar daripada senyuman masa SMA, saat ia memuji "Kak Rayyan keren banget".

Ah, semua itu masa lalu, Rayyan Nareswara.

Semua itu sudah selesai sebagai kenangan indah dan kini berakhir dengan senyum.

Tersenyum seharusnya membuat seseorang bahagia.

Rayyan bahagia.

Rayyan juga mendukung Pak Wis dan Kanaka bahagia.

Jadi, tak ada masalah. Hanya ada sedikit rasa yang mengganjal dan menyempit di tenggorokannya. Rayyan mengambil segelas seloki teh apel dan meneguk cairannya dengan kuat untuk mengenyahkan rasa menekan di tenggorokannya.

Pak Darmawan tampak sedang berjalan-jalan di taman, menyapa para tamu yang jauh lebih muda darinya. Semua orang menyambut Beliau dengan sikap hormat dan akrab, tertawa bersama. Semua tamu Beliau sapa dengan wajah ramah.

Pak Wis, sang calon menantu, sigap mendatangi Pak Darmawan, mencium tangannya dengan punggung yang landai membungkuk. Sepertinya mereka baru bertemu malam ini karena Pak Darmawan baru bergabung ke acara.

Namun—ada yang berbeda. Barangkali hanya perasaan Rayyan.

Tak ada senyum di wajah Pak Darmawan saat Pak Wis menempelkan punggung tangannya ke kening.

Pak Darmawan cuma mengangguk, lalu langsung menarik tangannya kembali untuk pergi menyapa tamu lain dengan wajah cerah.

Pak Wis menatap punggung calon mertuanya dengan senyum kecil. Senyum yang ... Rayyan sangat tahu itu senyum kecil yang sedih. Senyum yang membuat tenggorokan Rayyan kembali menyempit sehingga ia meneguk lagi teh apel. Rayyan pikir ia terlalu perasa.

"Eh, Nak Tariq, sini! Sini!" Pak Darmawan tiba-tiba berteriak ke arah pintu taman, melambaikan tangan pada seseorang. "Ya, ampun, udah lama enggak keliatan. Gimana kabar papamu?"

Rayyan mengawasi kehadiran seorang tamu lelaki. Baru saja datang dengan mobil mewah. Dia seumuran Kanaka. Gagah dan elegan. Wajahnya mengingatkan Rayyan pada pangeran Arab yang mukanya sering berseliweran di media sosial. Kulit putih, jangkung, dengan tipe wajah Timur Tengah yang tampan. Saat lelaki itu datang, Pak Darmawan langsung memeluk sangat akrab, menepuk pundaknya berulang. Apakah ia saudara Kanaka? Sepertinya bukan.

"Kana! Ini ada Tariq datang. Cepet sini kamu! Jauh-jauh dia udah datang ke sini, lho," Pak Darmawan memanggil Kanaka.

Saat lelaki tampan bernama Tariq ini menghampiri Kanaka dan Pak Wis, Kanaka memberi respons yang biasa saja, bahkan cenderung sedikit dingin, kontras dengan perlakuan sang ayah pada lelaki ini. Kanaka menerima kado dari Tariq dengan ucapan terima kasih yang sopan.

Di antara mereka Pak Wis tersenyum dengan rahang yang mengeras.

Kanaka berkata pada Tariq, "Mas Tariq, perkenalkan ini Mas Wis, tunanganku."

"Oh my God," Tariq menoleh sekilas, menjabat tangan Pak Wis tanpa melihat wajah Pak Wis. "Kamu punya tunangan, Kana? Sejak kapan?"

"Sudah lama, Mas. Papa belum cerita?"

"Belum, malah papamu bilang kamu lagi nyari jodoh. Mungkin papamu bercanda?" Tariq menatap Pak Wis dan Kanaka bergantian.

"Papa memang suka bercanda, Mas."

Ketiganya diam.

Pak Darmawan hadir mengisi kecanggungan di antara mereka. Pak Darmawan meletakkan tangan kirinya di lengan Kanaka dan tangan kanannya di lengan Tariq. Pak Wis harus mundur selangkah menjauhi mereka.

"Tariq, suara kamu bagus, nanti nyanyi buat Kana, ya? Om mau denger kamu nyanyi lagu 'Delilah' lagi, kesukaan Om." Pak Darmawan tertawa. "Gimana?"

"Boleh, Om," kata Tariq. "Kalau Kana mau."

"Kana pasti mau, dong. Terakhir ketemu kamu juga nyanyi buat Kana, kan? Om seneng banget kalau kamu lebih sering main ke rumah."

"Boleh, Om? Enggak ada yang keberatan?" tanya Tariq, sembari sesekali melirik ke arah Pak Wis seolah minta izin.

"Iya, bentar lagi aku juga mau nikah sama Mas Wis jadi bakal sibuk banget," potong Kanaka.

"Oh, memangnya ada yang keberatan?" Pak Darmawan menyela. Akhirnya, Pak Darmawan menatap Pak Wis yang sedari tadi berdiri seperti hiasan di sana. Dia langsung menembak, "Wis! Kamu harus belajar dari Tariq. Dia ini anak temen Om. Kariernya sangat cemerlang sejak usia muda, udah jadi CEO perusahaan multinasional. Suaranya juga bagus, dan kalau enggak salah kamu juga jago main basket dan panahan, kan, Tariq? Sering menang kompetisi. Aktif olahraga, enggak penyakitan. Kamu belajar banyak-banyak dari dia, deh, Wis."

Pak Wis cuma bisa mengangguk, tersenyum.

"Oke, aku bakal lebih sering main ke sini, nanti aku ajak papaku juga," kata Tariq.

"Gapapa, dong. Kita seneng banget kamu ke sini," kata Pak Darmawan lagi. "Ya, kan, Kana?"

Kanaka seperti memaksakan senyumnya.





BERSAMBUNG

Continue Reading

You'll Also Like

4.4K 508 3
Delapan tahun berpacaran membuat Xiao Zhan dan Wang Yibo jauh dari kata romantis. Mereka menjadi terbiasa satu sama lain dengan sikap apa adanya, bah...
9.5K 957 28
Trope karyawisata khas Kelas 1A ditambah All Might dan Aizawa pergi ke Yokohama. Namun, Yokohama tampak damai sebelum Mori dan Fukuzawa memutuskan un...
2.2M 32.9K 47
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
56.2K 3.5K 28
Ketika penculikmu adalah cintamu. Cerita bertema gay