Assalamu'alaikum
Jangan lupa follow ig author:@wp.gulajawa
Gus Agam : agamganteng_12
Sebelum membaca awali dengan
Bismillahirrahmanirrahim
REVISI BAB 48
Warning : maaf alur / judul bab sedikit berbeda. Selamat menikmati.
***
Sudah satu jam berlalu. Keduanya melakukan banyak keseruan didalam sana. Saat ini Ziva tengah menunggu sang suami yang sedang mengantri gulali untuknya.
Tak lama Gus Agam akhirnya kembali dengan membawakan 3 bungkus gulali.
"Assalamu'alaikum, ya Humairah."
"Wa'alaikumsalam ya Habibi,"balas Ziva dengan tersenyum.
Dahi Gus Agam mengkerut. Dirinya merasa ada yang tak beres dengan sang istri. Kekhawatiran tentu muncul dalam benak Gus Agam. "Sayang, kita pulang ya. Kamu pasti cape, muka nya sampai pucat gitu."
"Ziva gapapa kok mas, Ziva masih kuat kok," kata Ziva dengan senyum manisnya.
"Tapi dari raut wajah kamu menunjukan kamu menahan rasa sakit. Jangan bohong, ayo kita pulang aja, kalau enggak kerumah sakit," lekaslah Gus Agam meraih tangan Ziva membantunya berdiri.
"Ga perlu kerumah sakit. Kita pulang aja," pintah Ziva dengan lembut.
"Enggak!! Kita harus kerumah sakit!!" tegas Gus Agam.
Mereka berdua pun mulai berjalan untuk menuju ke area parkiran. Namun baru tiga atau empat langkah. Tubuh Ziva hendak terjatuh, Gus Agam yang sadar lekas menahannya agar tak terjatuh.
Terlihat Ziva memejamkan mata, bahkan ada darah yang mengalir dari hidungnya.
Tangan Gus Agam bergetar melihat hal itu. Tubuh nya merasakan panas dingin.
Dengan cepat Gus Agam mengangkat tubuh sang istri, dan segera membawa nya ke parkiran.
***
Gus Agam berlari kalang kabut ke arah parkiran. Tanpa disangka disana Gus Agam bertemu teman lamanya. Mereka yang melihat Ziva terpingsan di dekapan Gus Agam, tentu merasa ingin tahu akan hal itu.
"Loh Fik. Loe disini, loh Ning Ziva kenapa?" Alman tentu sangat merasa bingung dengan situasi ini.
"Ga tau tiba-tiba pingsan. Padahal tadi aman-aman aja. Tolong bukain pintu mobil saya, dan saya minta tolong. Setir kan mobil saya, " pintah Gus Agam dengan suara yang sudah bergetar hebat.
Mereka yang menyadari keadaan genting itu lekas menolong Gus Agam membuka kan pintu mobil, Gus Agam lekas memasukan Ziva di bangku belakang. Lalu di ikuti dirinya.
Setelah memastikan semua nya sudah beres. Kenzo sebagai penyetir lekas menghidupkan mesin mobilnya.
Lekaslah mereka semua menuju rumah sakit terdekat dengan dikawal Zain, Bizar dan juga Alman.
***
Selang beberapa menit mereka tiba disebuah rumah sakit. Setelah tiba dengan buru-buru nya Gus Agam keluar dari mobil dengan menggedong tubuh Ziva masuk kerumah sakit, di ikuti teman temannya.
"Suster mana suster," Gus Agam membuat keributan disana dengan berteriak.
Dokter Izam yang tak sengaja lewat dan mendengar keributan dari Gus Agam lekas mendekat. "Tenang Gus, ini Ziva kenapa?"
Gus Agam lekas menggeleng, karena tak faham dengan situasi ini. Dokter Izam melihat tangan milik teman nya itu sudah bergetar.
"Yaa udah bawa ke ruangan IGD langsung," pintah dokter Izam
Gus Agam mengangguk, dengan
dengan tergesa gesa mereka semua pun segera menuju keruangan IGD.
***
Saat ini Ziva sudah didalam ruangan IGU. Gus Agam sedang menunggu diluar ruangan tersebut dengan penuh kepanikan.
Gus Agam sudah menelpon semua orang tuanya, dan menyuruhnya datang kerumah sakit. Namun dirinya tak memberitahu kenapa mereka disuruh ke sana, takut mereka akan panik dan terburu-buru datang.
Baru kali ini teman-temanya menatap heran kearah Gus Agam dengan panik yang tak biasa. Alman yang merasa khawatir pun ingin mencoba menenangkan nya.
"Fiik..," tangan Alman terulur menyentuh pundak Gus Agam yang bergetar itu.
"Al-man. SAYA GA MAU KEHILANGAN ZIVA, " gumam Gus Agam seraya tertunduk dengan tatapan putus asa dan frustasi.
"Tenang Fik. Istighfar, Ziva bakal baik-baik aja,"sahut Bizar yang kini ikut menyemangati teman nya itu.
Seketika Gus Agam melirik tajam kearah Bizar. "Baik-baik aja gimana?Kamu ga liat tadi pucet banget. Darah keluar dari dia!!"
"Okeh-okeh. Tenang dulu, jangan berfikir negatif ," Kata Kenzo melarat agar tidak gaduh.
Disaat kegaduhan itu. Dokter Izam pun keluar dari ruangan IGD itu. Gus Agam yang melihat hal itu lekas menghampiri dokter Izam.
"Zam. Istri ku kenapa zam, awal nya dia baik-baik aja, dia tersenyum. Kenapa tiba-tiba pingsan, dan muka nya sepucat itu , kenapa hidung nya mengeluarkan darah!!"
Dokter Izam tak bisa berkata-kata. Dirinya hanya bungkam melihat teman nya sudah bergetar hebat didepannya.
"ZAMM!! Loe denger gue gak!!" tanpa sadar Gus Agam menarik kerah milik sang dokter.
Teman temannya yang melihat hal itu pun segera melarat amarah dari Gus Agam.
"Fikar tenang!!"
Alman dan juga Kenzo lekas menjauhkan keduanya. Hela an nafas terdengar dari dokter Izam. Dengan perlahan dokter Izam menjelaskan situasi.
"Agam. Tolong tenang, istri kamu," Sang dokter terdiam sejenak. "Ginjal istri kamu yang sebelah kiri rusak," sambungnya.
Seakan disambar petir disiang bolong. Hati Gus Agam hancur seketika saat mendengar pernyataan itu.
"Eng-engga mungkin," Gus Agam tak percaya apa yang dirinya dengar. Tubuh Gus Agam semakin bergetar sangat kuat, bahkan keringat bercucuran dengan begitu derasnya.
"Enggak. Aku ga bisa kehilangan Ziva , aku ga mau ... aku ga mau!!" Gus Agam benar-benar tak habis pikir. Dirinya mengusap wajah nya dengan kasar.
Dokter Izam yang melihat hal itu lekas menenangkan temannya itu. Dokter Izam lekas menangkap wajah Gus Agam agar melihatnya. "Tenang Gam, tenang. Kita bisa cari jalan keluar nya dengan operasi dan donor ginjal okeh."
"Golongan ginjal istri kamu A , Kita harus cari golongan ginjal yang sama," sambung dokter Izam menjelaskan ke Gus Agam.
Gus Agam tampak berfikir sejenak setelah mendengar hal itu. Tak lama Gus Agam pun berbicara dengan penuh keseriusan. Namun, hal itu langsung ditolak oleh dokter Izam.
"Golongan ginjal aku sama seperti ziva. Donorkan milikku!!"
"Kamu gila," dokter Izam lekas melepas tangan yang menangkup wajah temannya itu. "Inget paru-paru loe itu udah rusak, kalau elo korbankan satu ginjal milik loe. Itu bikin fatal dan berkemungkinan elo bakal kehilangan nyawa. Ngerti!!!"
"Gue gak peduli, asalkan istri gue selamat. Gue rela mati asalkan istri gue selamat," ucap Gus Agam dengan rasa frustasinya
"AGAM LOE-"
"Zam please Zam. Ziva itu berarti bagi Gue. Please, Zam , please," Gus Agam meraih tangan sang sahabat untuk membuat sang sahabat setuju dengannya.
"Enggak Agam!! Ini beresiko!!"
"GUE GA PEDULI. Asal Ziva selamat. Jadi please."
Tubuh Gus Agam terperosot kelantai, dirinya menyentuh kaki sang sahabat. "Please Zam."
Keputusan ini hal yang sulit bagi dokter Izam. Dirinya tak sanggup melihat sahabatnya sefrustasi itu.
"Okeh!!"
Dengan berat hati, dokter Izam pun akhirnya mengalah menuruti keinginan dari Gus Agam. Tubuh Gus Agam dan Ziva pun langsung dibawa keruangan operasi.
***
Sekarang mereka tengah menunggu operasi itu berjalan. Semuanya tengah menunggu hasil yang baik. Ke lima teman Gus Agam berjaga disana, mereka terus berbolak balik disana.
Bahkan orang tua Ziva dan orang tua Gus Agam sudah berada disana. Beruntung orang tua Ziva tengah berada di solo karena pekerjaan.
"Kenapa bisa begini sih nak," tangisan umi Aisyah dan mamah Linda pecah disana setelah mendengar cerita dari Dokter Izam.
"Kami akan melakukan yang terbaik demi keduanya," kata dokter Izam dengan sungguh sungguh.
'Kalau gue ga janji sama elo Gam , mungkin gue udah bilang ke orang tua loe, kalok loe itu sebenarnya paru-parunya rusak,' batin Izam berusaha menahan rasa ingin mengingkari janji.
***
Suasana mencekam itu berlalu. Dokter yang melakukan operasi telah menyelesaikan tugasnya. Mereka keluar dari ruangan tersebut.
"Bagaimana dok?" dokter Izam mengajukan pertanyaan kepada teman nya itu. "Syukurlah. Keduanya berjalan baik," jawabnya .
"Alhamdulillah," sahut semuanya.
"Kita tunggu saja. Pasien tengah beristirahat," kata sang dokter.
"Okeh makasih," sahut dokter Izam.
"Bagaimana dengan suaminya?"tanya umi Aisyah .
"Suaminya baik-baik saja, dia tengah berbaring beristirahat. Kalian bisa menjenguknya jika mau."
Sang dokter lekas pamit dari sana. Semuanya terpaksa menunggu beberapa menit sebelum memasuki kamar Gus Agam.
******
"Akan ku korban kan apa pun demi istriku. Kebahagiaan dunia tak sebanding dengan kebahagiaan istriku. Akan ku jaga selalu dirimu. Tak kan kubiarkan sesuatu terjadi padamu. Meski nyawaku adalah taruhannya"
-Gus Agam Zulfikar Akbar
Akhiri membaca dengan mengucap
Alhamdulillah