Plot Twist - JoongHwa

Oleh WinterCreamm__

17.7K 2.4K 981

Kirain masih bocah Eh taunya dah tua Kirain anak sekolah Eh taunya CEO perusahaan ternama Kirain uke Eh taun... Lebih Banyak

Suatu hari di musim dingin
🍭 1 ☁️
🍭 2 ☁️
🍭 3 ☁️
🍭 4 ☁️
🍭 5 ☁️
🍭 6 ☁️
🍭 7 ☁️
🍭 8 ☁️
🍭 9 ☁️
🍭 10 ☁️
🍭 11 ☁️
🍭 12 ☁️
🍭 13 ☁️
🍭 14 ☁️
🍭 15 ☁️
🍭 16 ☁️
🍭 17 ☁️
🍭 19 ☁️
🍭 20 ☁️
🍭 21 ☁️
🍭 22 ☁️
🍭 23 ☁️
🍭 24 ☁️
🍭 25 ☁️ (Last)

🍭 18 ☁️

641 82 29
Oleh WinterCreamm__

Pukul tujuh kurang sepuluh menit, Seonghwa duduk di ruang tamu flatnya dengan gugup. Sebentar lagi Hongjoong akan menjemputnya, Jongho dan Yeosang sudah pergi lebih dulu setelah banyak membantunya.

Seonghwa cukup percaya diri akan penampilannya, hanya saja ... apa semua akan baik-baik saja? Jujur saja ia benar-benar belum siap, ia takut akan reaksi yang mungkin Ayah Hongjoong tunjukkan.

Apalagi setelah ia mendengar cerita Hongjoong, Seonghwa meyakini Ayah Hongjoong merupakan orang yang tegas, dan tentunya sangat memikirkan masa depan Hongjoong. Apa ia akan mendapatkan restu?

Setelah seharian mendapat banyak plot twist tak terduga, kini jalan cerita kehidupannya pun terasa begitu cepat. Kisah cintanya tidak mungkin tiba-tiba berubah genre menjadi angst, kan?

Suara bel pintu, sontak mengagetkan Seonghwa.

"I-iya," balasnya terbata, bangun dengan terburu dan berjalan cepat menuju pintu, membukanya. Seonghwa terpaku ketika bertemu pandang dengan Hongjoong.

Baru pertama kali Seonghwa melihat Hongjoong mengenakan pakaian formal lengkap dengan jas dan dasi, surainya bahkan disisir rapi dan memperlihatkan jidat yang selama ini selalu ditutupi.

Alasan Seonghwa tak berpikir sedikit pun jika Hongjoong merupakan CEO adalah karena Hongjoong selalu mengenakan kemeja dengan kerah terbuka tanpa dasi serta surai berantakan setiap kali menemuinya yang mengantarkan jajanan manis.

Hongjoong memang tampan, dan hari ini, kekasihnya terlihat semakin tampan. Tanpa sadar, kedua pipi Seonghwa memerah, pikirannya sedikit teralihkan, ia tersipu dan lekas memutus kontak mata.

Hongjoong sendiri ikut terpaku melihat tampilan Seonghwa, polesan tipis pada wajah dan bibir membuat Seonghwa semakin terlihat manis dan cantik. "Ekhem," dehemnya setelah sadar hanya diam memandang wajah Seonghwa. "Kamu sudah siap?" tanyanya memastikan, barangkali Seonghwa masih membutuhkan waktu untuk mempersiapkan diri.

"Ah, iya. Aku sudah siap," jawabnya. Melangkah keluar, kembali menutup pintu dan menguncinya. Setelan yang dikenakan, Seonghwa cek sekali lagi, ia harus terlihat rapi. "Aku siap," ujarnya sekali lagi.

"Jangan gugup, kamu terlihat sangat manis, Ayah dan Ibu pasti menyukaimu," ujar Hongjoong menenangkan, menggenggam sebelah tangan Seonghwa dan mengecupnya. Memberi Seonghwa waktu sedikit lagi, dan membawanya menuju mobil. "Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apa pun, santai saja, Seonghwa."

"Iya, aku akan berusaha," jawab Seonghwa, berusaha terlihat tenang, tak tahu saja detak jantungnya sudah berdebar tak karuan atas perlakuan Hongjoong barusan.

|

Sesampainya di rumah Hongjoong, Seonghwa semakin overthinking, tak bisa tenang setelah melihat sebesar apa rumah Hongjoong. Seonghwa bahkan tidak yakin ini masih bisa disebut rumah, saking megahnya sampai-sampai lebih terlihat seperti mansion bahkan istana.

Seonghwa rasanya ingin kabur, karena ia baru ingat ini bukan makan malam biasa, melainkan juga pesta untuk merayakan keberhasilan Hongjoong dan suksesnya kerja sama dengan pengusaha ternama.

Banyak sekali tamu undangan yang Seonghwa yakini mereka pun orang-orang kaya. Ia takut sekali salah bersikap dan membuat Hongjoong malu karena tak tahu etika versi orang-orang kaya.

"Kak Hwa."

Panggilan pelan itu, sontak membuat Seonghwa terkejut. "A-ah, Yeo."

"Biasa aja elah, Kak, kaku amat. Jangan khawatir, di sini gak ada istilah orang kaya dan orang miskin, semuanya berbaur, karyawan Kak Hongjoong dari berbagai devisi juga hadir, termasuk mitra kerja seperti cleaning service,

"karena acara ini juga diadakan untuk merayakan keberhasilan seluruh karyawan yang ikut memberikan dukungan dalam mewujudkan strategi yang Kak Hongjoong usung," ujar Yeosang sembari menepuk pelan bahu Seonghwa, menenangkannya. "Kak Hongjoong mana?"

"Seseorang tadi memanggilnya, Hongjoong memintaku menunggu di sini," jawab Seonghwa, tak bisa untuk tidak meremat jari di setiap kalimat. Dapat ia rasakan tatapan dari banyaknya tamu undangan karena ia datang bersama Hongjoong. Yang berbisik-bisik membicarakannya dengan terang-terangan pun tak sedikit.

Yeosang mengangguk paham. "Gak akan lama kok, paling cuma ngasih sambutan doang. Aku temenin sampai Kak Hongjoong balik," ujarnya kembali menenangkan, ia pun tahu, pasti banyak orang yang penasaran akan siapa pria yang kakaknya bawa. "Mau kue ga—Hoho! Aku di sini," pandangan Yeosang beralih, menatap Jongho yang baru saja masuk dari pintu utama setelah ke kamar mandi. "Mau kue gak?" tanyanya lagi pada Seonghwa setelah Jongho berdiri di sampingnya.

Seonghwa menggeleng pelan.

"Mau permen?" kali ini Jongho yang bertanya. "Rasa karamel, manisnya bikin rileks."

"Boleh, terima kasih, Jongho," jawabnya, menerima permen yang Jongho beri. Langsung memasukkannya ke dalam mulut, rasa manis yang lembut membuat Seonghwa sedikit rileks.

Pandangan Seonghwa beralih, menatap Hongjoong yang berdiri di podium, tak berkedip sampai Hongjoong selesai memberikan sambutan. Atensinya tak bisa beralih dari Hongjoong yang tengah menyapa beberapa tamu sebagai bentuk formalitas. Setelah beberapa saat, Hongjoong akhirnya berjalan menghampirinya.

"Terima kasih sudah menemani Seonghwa," ujar Hongjoong pada Yeosang.

"Apa sih yang engga buat Kakak ipar," balas Yeosang, dan terkekeh jahil pada Seonghwa. "Kalau gitu duluan ya Kak," pamitnya, "ayo, Hoho." Menggenggam tangan Jongho, Yeosang berlalu menuju ruangan lain.

"Kita pun harus pergi."

Ucapan Hongjoong, tentu membuat Seonghwa terkejut. "Eh? Ke mana?" tanyanya bingung.

"Makan malam bersama Ayah dan Ibu," jawab Hongjoong.

Sukses membuat Seonghwa kembali membeku, kedua tangannya terasa dingin, detak jantungnya berpacu dua kali lebih cepat.

"Ayo, Ayah dan Ibu sudah menunggu." Hongjoong mengulurkan sebelah tangannya, dengan sabar menunggu Seonghwa meraihnya. Ia paham betul akan kegugupan yang Seonghwa alami, sehingga ia berusaha tak menambahnya.

Setelah beberapa saat, Seonghwa menyambut uluran tangan Hongjoong, menggenggamnya dengan erat. "Aku siap," ujarnya.

Hongjoong mengangguk, berjalan pelan menuju ruangan di mana makan malam khusus keluarga akan diadakan.

Seonghwa sendiri terus menenangkan dirinya di setiap langkah, ia tak boleh gugup, setidaknya ia harus terlihat tenang. Namun, ketika memasuki ruangan, pandangan Ayah Hongjoong seolah langsung menusuk melewati jantungnya.

Detak jantung seketika kembali berpacu dengan cepat, Seonghwa menarik napas pelan, berusaha keras agar keringat dingin tak membasahi dahi atau tampilannya akan berantakan.

"Ayah, Ibu, ini Seonghwa," ujar Hongjoong memperkenalkan yang terkasih pada kedua orang tuanya.

Tidak ada respons berarti, Ayah dan Ibu Hongjoong justru menatapnya dari kepala sampai ujung kaki. Seonghwa berusaha keras tak gemetar dan lekas memperkenalkan diri, bersyukur ia berbicara tanpa terbata.

"Duduk," titah Ayah Hongjoong.

Seonghwa duduk di samping Hongjoong, berusaha mengangkat wajah, tetapi ia tak berani, orang yang duduk di hadapannya adalah Ayah Hongjoong.

Tak bisa tenang, otaknya selalu berpikir berlebihan, jika teringat akan cerita Hongjoong, Seonghwa menjadi takut akan sekeras apa Ayah Hongjoong. Mungkin selera Ayah Hongjoong untuk seseorang yang akan menjadi menantu juga tinggi.

"Hongjoong,"

Suara Ayah Hongjoong kembali terdengar.

"Iya, Ayah?"

"Apa kau mencintai Seonghwa?"

"Iya, Ayah. Aku sangat mencintainya," balas Hongjoong, menatap lurus mata sang ayah sembari menggenggam erat tangan Seonghwa.

Ayah Hongjoong mengangguk, tatapannya beralih pada Seonghwa. "Dan kau, Seonghwa. Apa kau mencintai Hongjoong?"

Seonghwa tahu, itu bukan sekedar pertanyaan, tetapi juga mungkin ujian apakah ia layak. Ia memberanikan diri untuk mengangkat wajah dan menatap langsung manik mata Ayah Hongjoong. "Iya, aku mencintai Hongjoong, sangat," jawabnya, tak berbicara terlalu formal karena Hongjoong telah memberitahu beberapa hal mengenai bagaimana cara berbicara dengan ayahnya ketika menuju ke tempat ini.

Mungkin seharusnya ia menjawab dengan lebih panjang, tetapi Seonghwa merasa itu sangat cukup, karena jawabannya, merupakan kejujuran dari hatinya.

"Dilihat dari mana pun, anakku itu tak ada bagusnya, tak ada kelebihannya, masih banyak kekurangannya. Apa yang kau lihat dari Hongjoong sampai-sampai berani mengatakan mencintainya?"

Deg!

Seonghwa terkejut akan apa yang baru saja Ayah Hongjoong katakan, sudah banyak prestasi dan kontribusi yang Hongjoong lakukan untuk perusahaan, tetapi Ayahnya masih menganggap Hongjoong penuh celah?

Jujur saja, Seonghwa tak terima. "Mungkin, bagi Anda Hongjoong masih memiliki banyak sekali celah, tetapi bagiku, Hongjoong adalah pria sempurna.

"Memiliki perilaku yang hangat, sangat penyabar, dan tentu saja memiliki hati yang baik. Hongjoong sangat kuat baik mental atau pun fisiknya, walau demikian, Hongjoong tak pernah menghakimi orang lain dengan seenaknya,

"bahkan, untuk diriku yang pernah salah paham, Hongjoong dengan sabar memberitahu dengan pelan, tak mempermalukan aku, dan sangat menghargaiku. Itu semua, membuatku semakin jatuh cinta padanya, dan aku bangga menjadi bagian dari hidupnya," jawab Seonghwa, tatapan matanya tak beralih sedikit pun dari manik Ayah Hongjoong.

Menunjukkan betapa serius ia akan ucapannya, juga sebagai bentuk protes jika ia tak setuju akan perkataan Ayah Hongjoong yang terasa sedikit menghina. Karena bagi Seonghwa, Hongjoong tak ada kurangnya, pria sempurna yang tak memiliki celah.

Ayah Hongjoong sendiri sedikit terpaku akan jawaban Seonghwa, pria manis di depannya berkata jujur, bahkan membela Hongjoong secara tak langsung tetapi terdengar tegas dari kalimat yang dilontarkan.

Dan yang lebih penting, Seonghwa sama sekali tak menyebutkan akan harta ataupun pencapaian yang sudah Hongjoong miliki. Tak seperti banyaknya orang yang mengajukan lamaran, ketika ia melontarkan pertanyaan yang sama.

Dengan terang-terangan mereka mengatakan tak setuju dan menjelaskan jika Hongjoong tak memiliki kekurangan, berlanjut dengan membeberkan banyaknya prestasi yang sudah Hongjoong torehkan, yang tentunya, ia lebih tahu itu dari pada siapa pun.

Yang mereka semua incar hanyalah harta, dan ketenaran. Namun, berbeda dengan Seonghwa, yang pria itu sebutkan adalah kelebihan Hongjoong sendiri, bukan prestasinya dalam dunia kerja.

Ayah Hongjoong tertawa pelan, tawa bangga untuk dua putranya yang pandai memilih pasangan. Benar apa kata putra bungsunya, Seonghwa berbeda, Seonghwa adalah orang yang tepat untuk Hongjoong, orang yang akhirnya melihat Hongjoong, bukan harta dan segudang prestasinya.

Yeosang bahkan mengatakan Seonghwa sebelumnya tidak tahu jika Hongjoong merupakan CEO perusahaan ternama, Seonghwa pun terkejut setengah mati ketika mengetahuinya. Sungguh, calon menantunya ini penuh kejutan sekali.

Mendengar tawa pelan dari sang Ayah, Hongjoong ikut tersenyum lega, karena ia tahu, Seonghwa diterima, Ayah telah mengakui jika Seonghwa layak menjadi pendamping hidupnya.

Namun, berbeda dengan Hongjoong, Seonghwa justru panik bukan main, tak paham kenapa Ayah Hongjoong justru tertawa, apa ia salah bicara? Apa Ayah Hongjoong menertawakan jawabannya? Belum selesai Seonghwa berpikir, tawa Ayah Hongjoong justru semakin menggelegar.

"Astaga menggemaskan sekali, Seonghwa kamu tak perlu segugup itu. Jongho saja tidak segugup dirimu waktu pertama kali bertemu denganku, hahahaha.

"Maaf, jika sikapku membuatmu takut. Mungkin kamu menyadarinya, dan benar, aku tengah mengetesmu, dan kamu berhasil dengan sempurna.

"Hongjoong tak salah dalam memilih, kamu adalah orang yang tepat untuk putraku. Selamat datang dalam keluarga, Seonghwa, calon menatu keluarga Kim, kami menyambutmu," ujar Ayah Hongjoong.

Sontak membuat Seonghwa terkejut dengan pipi yang memerah, cara berbicara Ayah Hongjoong berubah seratus delapan puluh derajat, terdengar begitu hangat, juga menenangkan, rasa gugupnya langsung berkurang drastis.

Kekehan bahagia Ibu Hongjoong pun membuat Seonghwa semakin merasa diterima, ia sudah mendapat restu dari kedua orang tua Hongjoong, semua kebahagiaan ini tak bisa ia ukur dengan kata-kata.

Hati Seonghwa sangat tenang, dan bersyukur keluarga Hongjoong tak seperti yang ia bayangkan. Ia akhirnya paham akan perkataan Hongjoong di perjalanan. Jadi ini yang dimaksud dengan tak mencampur urusan bisnis dan kehidupan pribadi.

Sebagai pemimpin perusahaan, Ayah Hongjoong memang sangat tegas dan serius dalam memberikan bekal pada bawahan dan penerusnya kelak. Namun, di luar itu, Ayah Hongjoong merupakan sosok Ayah yang baik, penyayang, penyabar, dan sosok yang dapat dijadikan panutan.

Bahkan bagi pasangan yang akan menemani kedua putra kebanggaannya, kedua orang tua Hongjoong dan Yeosang tak mempedulikan latar belakang dan kasta seperti orang kaya kebanyakan.

Mereka hanya memastikan kedua putra mereka tak salah memilih. Selebihnya, siapa pun orangnya, kaya atau pun miskin, jika orang tersebut dapat memberikan kebahagiaan dalam kehidupan putra mereka, itu lebih dari cukup.

Hongjoong hidup di keluarga yang baik. Itu menjelaskan akan sikap Hongjoong yang begitu pengertian. Seonghwa tersenyum bahagia, rasa gugup sepenuhnya sirna, dan ia akhirnya sadar, Yeosang dan Jongho pun ada di sini.

Yeosang mengacungkan dua jempol padanya, Jongho sendiri hanya terkekeh menggemaskan ke arahnya. Seonghwa ikut tertawa pelan, menertawai diri sendiri, saking gugupnya, sampai-sampai tak menyadari dua entitas lain di meja.

"Jja, ayo makan," ujar Ibu Hongjoong.



Tbc

Ciee langsung dapet restu :3

Authan punya ff baru, silakan baca jika berminat.

ρʅσƚ ƚɯιʂƚ
Rabu, 17 januari 2024
Authan—♥︎

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

50.2K 8.3K 30
Hi Series #4 Apa yang bisa di harapkan dari Soobin yang bahkan tidak peduli dengan cinta? #1 in gs || 230722 #2 in local || 230422 ➡️03.04.22 02.05.2...
1M 84.4K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
129K 10.1K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
945K 45.2K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...