Elvian menatap Rigal 'asli' datar. Bocah yang sering Elvian katai 'bocah bodoh' ini tiba-tiba datang dan berdiri di depannya, sambil terus mengomel, dan menyebabkan kupingnya sakit.
"Bang, gue itu nggak bodoh!"
"Stop ngumpatin gue bocah bodoh!"
"Denger nggak lo?!"
"Astaga, lo denger gue nggak sih, bang?"
"Bang Vian!"
Oke cukup.
"Langsung ke intinya." Tekan Elvian sambil menatap tajam Rigal yang tengah melotot sinis.
Wajah pucat nya merenggut penuh kekesalan. Membuat Elvian tanpa sadar menggigit pipi bagian dalamnya karna merasa sedikit gemas.
"Gue kesini cuman mau bilang tolong bantu cari musuh keluarga gue dan matiin mereka. Setelah itu lo boleh hidup bebas pake raga gue, sekalipun lo nggak mau lagi berhubungan lagi sama Adinata. Karna setelah raga itu di isi jiwa lo, raga itu punya lo, bang. Elvian Jhonson, bukan lagi Rigala Mada Adinata. Ya, walaupun sebenernya gue nggak maksa lo sih"
Rigal menjelaskan sambil sesekali menggaruk tengkuknya. Sementara Elvian yang mendengar penjelasan Rigal tanpa pikir panjang mengangguk ringan. "Oke"
Rigal melongo setelah mendengar jawaban enteng Elvian. Segera ia berseru sambil melotot.
"Musuh keluarga gue nggak cuma satu keluarga ya anjir! Apalagi mereka bukan keluarga biasa, mereka itu keluarga berbahaya bang.. lo jangan main oke-oke aja dong! kalo lo nolak juga nggak papa kok, nggak ada sanksi khusus. Ya, palingan hidup lo nggak bakal jauh dari Adinata.."
Ucapan terakhir Rigal entah mengapa terdengar horor ditelinga Elvian. Hidup bersama-sama dengan Adinata? Hey! jangan harap!
"Gue bakal cari musuh Adinata" putus Elvian dingin.
Rigal menatap Elvian berbinar. "Lo bener-bener lelaki sejati bang, gue cinta sama lo!" ucap Rigal alay.
Sementara Elvian mendelik. "Jijik" balasnya pedas.
Rigal tertawa keras. "Haha, gue pergi ya bang. Lo jangan kangen sama gue lho bang"
Elvian mengangguk lalu mulai berbaring di kasur mengabaikan Rigal yang masih belum pergi.
Rigal menatap Elvian sambil tersenyum lebar. Setelahnya Rigal benar-benar menghilang digantikan partikel kecil seperti kunang-kunang sebagai tanda dirinya pernah singgah.
Elvian kembali bangkit dari tidurnya. Menatap partikel kecil itu sambil tersenyum tipis. Bocah bodoh itu cukup menyenangkan walau cerewet.
***
Pagi harinya seperti biasa, Rigal berolahraga. Hari ini adalah hari minggu jadi rutinitas biasa yang Rigal lakukan tidak berlaku di hari ini.
Jadwal hari ini adalah pergi ke markas Unvrsl'lhgt untuk menyatakan dirinya benar-benar ingin keluar. Dan setelahnya mungkin(?) Rigal akan menjenguk Rui dirumah sakit. Juga mengantar Alvin cek penyakitnya.
Tidak, tepatnya menyeret Alvin cek 'lagi' agar penyakit itu cepat diatasi dan benar-benar hilang.
Rigal pikir, mempunyai penyakit itu merepotkan.
Setalah siap dengan pakaiannya, Rigal bergegas mengambil helm dan berjalan keluar apartemen menuju parkiran tempat motornya berada.
Beberapa menit perjalanan, Rigal akhirnya sampai didepan gudang terbengkalai tempat berkumpulnya geng Rigal 'asli'
Tempatnya kumuh. Dan jujur saja, Rigal tepatnya jiwa Elvian sangat benci dengan tempat yang kotor.
Dengan malas Rigal berjalan masuk menuju gudang itu
Rigal tanpa tau malu berjalan masuk tanpa mengetuk pintu usang gudang itu.
"Mada!" Bocah laki-laki bertubuh mungil berlari kecil ke arah Rigal.
'Kecil sekali.. seperti, beruang(?)'
Beruang mah besar njir, yang kecil itu semut!- author
Rigal menatap bocah itu dengan datar. "Siapa?" Tanyanya dingin.
Bocah itu memiringkan kepalanya. "Lo lupa sama sohib lo sendiri?!" Ujarnya seraya mendengus.
'Bocah bodoh tidak pandai mencari teman ya?!' batin Rigal mengejek.
"Siapa, Res?" Laki-laki dengan tato naga di lengannya kanannya berjalan mendekat ke arah Rigal dan bocah yang mengaku sohib Rigal.
"Ini bang, si Mada masa nggak kenal gue" adunya pada laki-laki itu.
Laki-laki itupun menatap Rigal segan. "Andra kemarin cerita sama Abang, Res. Katanya kemarin dia ketemu Mada, tapi Mada nggak kenal sama dia. Abang pikir dia bercanda, tapi ternyata bener, ya? Dan katanya Mada mau keluar dari UL.. bener ya Mad?"
Penjelasan singkat itu membuat bocah yang dipanggil Res menatap Rigal tak percaya. "Bohong kan Mad?" Tanya nya memastikan.
Sayangnya Rigal memberi respon dengan gelengan. Yang artinya memang benar.
Membuat bocah itu melemaskan bahunya.
"Ayo duduk dulu, Mad. Tunggu anak-anak kesini dan lo boleh kasih tau alasan lo milih keluar dan biar mereka nggak banyak tanya sama lo, juga biar lo juga nggak terganggu nanti." Penjelasan kakak Andra membuat Rigal mau tak mau mengangguk membenarkan.
Akan merepotkan jika mereka terus merecoki nya menanyakan alasan. Padahal alasannya hanya satu.
Yaitu, geng adalah hal yang merepotkan.
Rigal, kakak Andra- Arseno, dan Res- Ares, duduk dibangku dalam gudang itu. Tidak, tepatnya hanya Rigal dan Arseno yang duduk dibangku. Ares duduk sedikit jauh dengan mereka karna tempat yang mereka duduki adalah tempat inti.
Rigal melihat-lihat isi gudang itu. Rigal pikir, bagian dalam dan luar sangat berbeda jauh. Didalam nampak rapi walau barang-barangnya terlihat tua dan usang, tapi bagian luar nampak kumuh dan kotor. Entah mengapa Rigal juga merasa nyaman duduk dengan mereka yang bernotabe orang baru dihidup nya. Mungkin karna tubuh yang sekarang dipakainya adalah milik Rigal, dan orang-orang ini adalah orang yang berharga bagi Rigal 'asli', sih.
Beberapa menit menunggu dengan suasana canggung. Tidak, tepatnya hanya Arseno dan Ares yang merasa canggung kecuali Rigal yang duduk anteng tanpa kecanggungan.
Anak-anak UL mulai berdatangan. Sekitar 30 anak dengan jaket yang sama mulai duduk melingkar dengan Arseno dan Rigal ditengah.
Lambang burung elang dengan tulisan 'Universal light' sesuai nama geng tepat di bagian dada kiri jaket.
Entah siapa yang mengusulkan lambang burung itu, yang jelas artinya tak lebih dari 'Perlindungan dan perlawanan pada lawan'
Artinya mereka akan saling melindungi dan melawan dengan ganas para musuh yang berani mengusik satu saja diantara mereka. Ditambah arti dari nama geng itu sendiri.
Cahaya semesta yang artinya mereka adalah cahaya satu sama lain begitu? Mengisi hari-hari seperti semesta yang selalu ada dan melihat kita?
Wow, itu cukup bagus.
B+ untuk pembuat lambang dan namanya.
"Kenapa bang? kok kita dikumpulin mendadak gini?" Tanya salah satu anggota.
Arseno menatap anggota itu. Sergio namanya.
"Mada mau ngomongin sesuatu sama kalian. Kalian boleh tanya apapun yang kalian mau tau sama dia, karna mungkin kedepannya nggak akan bisa lagi.."
Ucapan Arseno membuat semua anggota menatap Rigal meminta penjelasan.
Tatapan itu menuntut. Membuat Rigal menghela nafas pelan dan menatap datar para anggota.
"Keluar" Ucapan singkat bernada dingin membuat beberapa anggota mundur.
"B-bang Mada nyuruh kita keluar ya bang?" Tanya Delio pada Arseno dengan gugup dan takut.
Arseno menggeleng. Berusaha terlihat biasa saja didekat Rigal, padahal dirinya tengah tercekik auranya sekarang. "N-nggak kok. Mada bilang, dia mau keluar dari geng. Kalian.. nggak keberatan kan?"
Hening.
Suasananya menjadi hening setelah kalimat itu diucapkan oleh Arseno.
Beberapa menit berlalu, suasana nya menjadi ribut penuh suara pertanyaan yang dilontarkan para Rigal.
"Kenapa?"
"Kenapa bang Mada mau keluar?"
"Abang mau ninggalin geng kita bang?"
"Kenapa lo tiba-tiba mau out, Mad?"
"Sebutin alesannya!"
"Kenapa?"
Banyak pertanyaan 'kenapa?' dari para anggota. Dan apa yang dijawab oleh Rigal?
Hanya gelengan.