🔑
“Mending gua balik lagi, engga apa apa gua nunggu di depan gerbang atau engga gua pulang aja itu lebih baik dari pada gua harus manjat tembok keliling ini.” Keyla mendengus sebal melirik sejenak ke arah Ziko. Andai saja ia tidak ikut Ziko, sudah dipastikan Keyla tidak akan berada di situasi seperti ini. Keyla melangkahkan kakinya pergi dari sana.
Keyla tidak habis pikir dengan jalan pikir Ziko. Keyla kira maksud Ziko menghantarkannya ke lingkungan sekolah melalui suatu jalan yang dibuat Ziko sendiri, nyatanya Keyla harus memanjat tembok keliling belakang sekolah yang tingginya 4 meter. Jika, laki laki pasti tidak masalah memanjat tembok keliling itu tapi dia perempuan yang menggunakan rok. Pasti kesusahan ditambah tembok keliling yang tinggi tersebut.
Ada dua opsi. Keyla harus menaiki tembok keliling dan ikut ulangan atau Keyla pulang ke rumah dan meninggalkan ulangan pentingnya.
Handphone gua ketinggalan lagi, Shibal.
“Siapa yang bilang lo harus manjat nih tembok?” tanya Ziko bersedekah dada dengan satu alis dinaikan.
Keyla menghentikan langkahnya, membalikan badannya. “Emang harus manjat kan?” tanyanya kembali dengan nada penuh tanya.
Ziko terkekeh kecil mendengar pertanyaan konyol tersebut. “Lo bantu gua cari tembok yang ada lubang kuncinya.” kata Ziko, sembari menggelengkan kepalanya, reaksi wajah bingung Keyla mengapa tampak lucu.
Dahi Keyla mengerut. “Jangan bilang dibalik tembok tinggi ini ada pintu?” tanya Keyla, ia mengikuti arahan Ziko untuk mencari lubang kunci pada tembok tersebut, sama seperti Ziko yang sibuk merabah setiap sudut tembok.
“Pertanyaan lo kenapa kaya orang bodoh sih?” ketus Ziko, melemparkan hoodie ke arah Keyla. “Kalau kita engga bisa nemuin lubang kunci dengan terpaksa kita harus manjat nih tembok.” Ziko menepuk dua kali tembok tinggi tersebut.
Keyla menggelengkan kepalanya. “Masa pasrah, coba kita cari lagi jangan nyerah dulu.” Keyla berusaha menemukan lubang kunci tersebut, hoodie kebesaran milik Ziko sudah terlilit rapi pada pinggang Keyla.
“Lo yang buat pintunya masa lupa dimana letak pintunya?” tanya Keyla melirik sejenak ke arah Ziko, pemuda itu tampak serius mengecek setiap sela tembok.
“Bukan gua yang buat, pintu rahasia sudah ada sejak angkatan kakak kelas dulu. Niat awal mereka buat pintu rahasia untuk berjaga jaga jika ada sesuatu yang tidak diharapkan, mengingat sekolah kita hanya mempunyai dua pintu. Dua pintu tersebut pun berada di depan sekolah dan samping sekolah. Lo tau sendiri jalan depan sekolah itu ramai, jadi kakak kelas dulu buat nih pintu.” jelas Ziko, menepuk nepuk tembok keliling tersebut.
“Tapi, kenapa lo salah gunain buat bolos?” tanya Keyla, menyandarkan punggungnya menatap Ziko.
Ziko membuang napasnya kasar. “Pintu alternatif menuju kebebasan.” balas Ziko terkekeh kecil, semua temannya dan kakak kelas yang ikut bolos pasti selalu menjawab hal yang sama.
“Kenapa disebut pintu alternatif menuju kebebasan?” tanya Keyla.
“Karena gua dan semua yang keluar masuk bk itu anak bandel.” balas Ziko, tertawa kecil penuh kemirisan. “Menurut pandangan kalian begitu bukan? Sebenarnya anak anak yang selalu melanggar aturan sekolah, mereka hanya ingin kebebasan bukan sebuah tekanan.” imbuh Ziko menekan satu kata terakhir, melirik sejenak ke arah Keyla.
Pancaran mata penuh kesendirian itu, tampak tidak asing di mata Keyla. Apakah Ziko sedang meluapkan emosi dan unek uneknya yang selama ini dipendamnya? Atau Ziko sedang membuat drama lagi? Ada berapa kepribadian penuh muslihat itu sebenarnya? Pikir Keyla, menebak nebak jalan pikir Ziko, mengapa pemuda itu sangat mudah menceritakan semuanya.
Beda dengan hatinya yang merasakan kesedihan mendalam sosok bandel bernama Ziko.
“Termasuk lo?” tanya Keyla menunjuk Ziko.
Justru, pemuda dengan seragam urakan itu tertawa kecil. “Gua?” tunjuk Ziko pada dirinya sendiri. “Bukannya lo udah tau sendiri sikap bajingan gua.” jawab Ziko, berjalan pelan menuju ke arah Keyla.
“Lo percaya ucapan gua barusan?” tanya Ziko sembari mendekatkan wajahnya, menatap kedua bola mata bewarna coklat milik Keyla. “Lo seharusnya engga percaya dengan ucapan bajingan kaya gua, Key.” imbuh Ziko, sembari memutar sebuah lubang kunci tepat di samping Keyla.
Saat bersiap akan menonjok wajah menyebalkan Ziko, justru putaran pintu membuat Keyla hampir terjatuh. Kedua matanya terpejam bersiap jatuh tapi tunggu... ia tidak merasakan sakit sama sekali. Justru merasakan tiupan pada wajahnya.
“Gua cium boleh?” tanya Ziko tersenyum kecil saat Keyla melototkan kedua bola matanya. “Gua bercanda.” Ziko menjauhkan wajahnya dari Keyla, sembari membantu Keyla agar tidak jatuh.
“Apa?” ketus Keyla saat Ziko menepuk bahunya.
“Mau gua cium Kak?” tanya Ziko menunjuk pipi kiri Keyla.
Keyla membuang napasnya sabar, saat tangan kanannya akan melayangkan tonjokan pada wajah menyebalkan itu. Tiba-tiba suara seseorang membuat mereka berdua saling pandang satu dengan lainnya menatap seseorang yang bertepuk tangan ke arah mereka.
“Juara dua dikelas bersama biang onar sekolah? Wah! Berita hot yang wajib menjadi bahan gosip SMANSTRA.” Ridwan bersedekap dada menatap bergantian Keyla dan Ziko.
“Gua kira seorang Keyla yang selalu mendapatkan ranking dua dan lima paralel tidak pernah terlambat, nyatanya sekarang justru terlambat memasuki kelas dan meninggalkan dua mata pelajaran penting.” imbuh Ridwan terkekeh, ada rasa senang saat melihat saingannya melanggar tata tertib sekolah.
Saat Keyla akan membuka suaranya, Ziko lebih dahulu memotong ucapannya. Pemuda berseragam urakan tersebut, menyugar rambutnya sebelum berujar. “Lo juga, ini masih dalam jam pelajaran dan lo dengan mudahnya berkeliaran sampai belakang sekolah.”
“Ingat ini sudah berada di lingkungan sekolah, hormat kepada kakak kelas itu penting, kecuali bagi mereka yang kurang sopan santun.” Ridwan terkekeh kecil.
“Emang yang ngomong udah sopan?” tanya Ziko, menepuk dua kali bahu Ridwan. “Abang.” bisik Ziko, berlalu pergi dari sana. Sebelum berlalu pergi Ziko sempat memberikan lambaian tangan dan kedipan genit kepada Keyla, dibalas tatapan permusuhan oleh Keyla.
“Woy!” teriak Ziko diatas tangga menuju lantai dua.
Ridwan membalikan badannya, menatap tajam bocah ingusan yang sedang tersenyum lebar ke arah mereka. Sama halnya dengan Keyla yang bersedekap dada menatap bingung ke arah Ziko.
Bocah goblok. Umpat Keyla saat Ziko mengacungkan kedua jari tengahnya ke arah Ridwan. Dibalas acungan jari tengahnya juga oleh Ridwan.
“Jagain bini gua jangan sampai lo apa apain!” teriak Ziko, sebelum benar benar pergi dari sana.
“Bajingan tengil.” gumam Keyla, mengepalkan kedu telapak tangannya. Memang dasar menyebalkan, menyebalkan, menyebalkan.
“Udah nikah?” tanya Ridwan tersenyum miring saat mendengar gumaman Keyla.
“To the point.” balas Keyla ketus.
“Jawab pertanyaan gua terlebih dahulu. Suatu rantai DNA normal memiliki urutan basa nitrogen yaitu AAT – CTA – CCG – GAC. Jika terjadi adisi basa nitrogen G pada rantai pangkalnya maka urutan basa nitrogen yang terbentuk?” tanya Ridwan terkekeh kecil.
“Adisi adalah penambahan basa nitrogen di pangkal atau ujung rantai nukleotida. Suatu rantai DNA normal dengan urutan basa nitrogen AAT – CTA – CCG – GAC mengalami adisi basa nitrogen G pada rantai pangkalnya sehingga urutan basa nitrogen menjadi GAA – TCT – ACC – GGA – C. Udah gua jawab boleh pergi?” tanya Keyla melangkahkan kakinya pergi dari sana.
“Pergi ke kelas.” balas Ridwan menatap punggung Keyla.
“Pergi ke alam lain,” ucap Keyla diakhiri dengusan sebal.
“Candaan lo engga lucu, bodoh!” Ridwan berlari mengejar Keyla, saat sudah berada di samping gadis tersebut. Ridwan langsung mengacak poni Keyla, dengan gemasnya.
“Lo mirip Pinkie Pie,” ucap Ridwan sebelum pergi dari sana mendahului Keyla.
“Suka kartun?” monolog Keyla terkejut, sembari membenarkan poninya yang berantakan ulah Ridwan Radhika.
Jawaban ditunggu.
🔑
TBC
Salam hangat dari AN 🤎🥧