TRAITOR, Draco Malfoy

By TWAIVVER

19.1K 2.6K 458

[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ] 𝗪𝗵𝗮𝘁 𝗶𝗳, he's in love with both of them? ....There is no "what if", he 𝗶𝘀 in love with th... More

I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII
XXIX
XXX

XXIV

152 24 8
By TWAIVVER

Henry duduk di balkon sambil menghadap pemandangan hutan dibelakang rumahnya yang asri.

Hari ini adalah tepat setahun yang lalu ketika ia pindah ke Ingrris, meninggalkan bisnis keluarganya yang sukses di Amerika, dalam upaya memenangkan hati Lily.

Selama setahun terakhir, dia berusaha menunjukkan padanya pria seperti apa dia sebenarnya, pria yang akan mencintainya tanpa syarat dan membuatnya bahagia.

Namun sepertinya setiap kali dia membuat kemajuan dengan Lily, hal itu diikuti oleh kemunduran lainnya.  Dia menyaksikan pernikahan Draco dan Lily tumbuh lebih kuat, lebih berkomitmen dari sebelumnya.

Seolah-olah alam semesta menentangnya, seolah-olah bekerja melawan segala upayanya.

Meski begitu, Henry menolak menyerah. Dia bertekad untuk memenangkan hati Lily, untuk menunjukkan padanya bahwa dialah pria yang pantas dia dapatkan.

Dia tahu itu tidak akan mudah, tapi dia bersedia melakukan apa pun untuk mewujudkannya.

Henry menarik napas dalam-dalam dan memandang ke luar lagi, merasakan campuran antara harapan dan keputusasaan.

Dia tahu bahwa jalan di depannya akan penuh tantangan, namun dia siap menghadapi nasib apa pun yang akan menimpanya.

Dia hanya berharap bisa melakukannya dengan Lily di sisinya.

🫧

Disisi lainnya, di Malfoy Manor,

Suasana hati Lily sedang baik saat dia bangun pagi itu, merasa segar dan siap untuk memulai hari.

Lily sangat bahagia saat melihat perubahan tingkah laku Draco. Setelah menjalani beberapa bulan yang panjang rasanya seperti ada tembok di antara mereka.

Dan kemudian, tiba-tiba, dia tampak berubah dalam semalam. Dia tidak lagi jauh dan dingin, tapi hangat dan penuh kasih sayang.

Dialah pria yang selama ini dikenalnya, pria yang begitu perhatian dan penuh kasih sayang di sepanjang hubungan mereka sebelum mereka menikah.

Seolah-olah setahun yang lalu tidak pernah terjadi, seolah-olah mereka tidak pernah berpisah dalam cara apa pun.

Dia bisa melihat cinta di matanya saat dia menatapnya, dan dia bisa merasakan kehangatan dalam sentuhannya saat dia memeluknya.

Mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama, berjalan-jalan dan mengobrol berjam-jam tentang apa saja.

Hari-hari berlalu, Lily mendapati dirinya semakin gembira.  Seolah-olah dia akhirnya bisa bernapas lagi, menjalani hidupnya tanpa rasa takut akan apa yang mungkin terjadi selanjutnya.

Dia tidak tahu persis apa yang menyebabkan perubahan perilaku Draco yang tiba-tiba, tapi dia tidak perlu tahu. Yang penting baginya adalah mereka kembali ke jalur yang benar dan pernikahan mereka lebih kuat dari sebelumnya.

Lily merasakan kedamaian yang sudah lama tidak dirasakannya. Dia tahu bahwa hubungan mereka telah melalui banyak hal, namun mereka menjadi lebih kuat dan lebih saling mencintai dibandingkan sebelumnya.

Ia tidak sabar untuk melihat masa depan mereka, tetapi untuk saat ini, dia puas dengan saat ini. Selama Draco ada di sisinya, Lily merasa dia bisa menaklukkan apapun. Dan itulah yang terpenting.

Dia tidak ingin memikirkan tentang Hermione atau wanita lain mana pun yang mencoba menghancurkan pernikahan mereka. Yang dia inginkan hanyalah agar mereka bisa bersama, seperti yang seharusnya selalu terjadi.

Lily bangkit dari tempat tidur dan langsung menuju dapur, bersemangat untuk mulai menyiapkan sarapan untuk Draco. Itu adalah salah satu bagian favoritnya hari itu, memasak untuknya dan melihatnya menikmati hasil kerja kerasnya.

Saat dia sedang menyiapkan meja, dia mendengar burung hantu Malfoy datang. Dia pergi ke pintu depan dan mengambil surat itu, memperhatikan sebuah amplop biasa itu. Lily merobeknya, ingin melihat berita apa yang dibawanya.

Namun saat dia mulai membaca undangan itu, jantungnya berdebar kencang. Itu adalah undangan pernikahan Harry dan Ginny!

Harry Potter dan Ginny Weasley akan menikah!

Lily sangat senang saat melihat undangan itu, jantungnya berdebar kencang saat membayangkan bagaimana rasanya menghadiri pernikahan Harry dan Ginny.

Dia tahu ini akan menjadi perayaan yang menyenangkan, salah satu momen paling berkesan dalam hidupnya. Dan dia hanya ingin mengalaminya bersama Draco di sisinya.

"Draco, kamu harus ikut denganku!"  serunya, matanya bersinar karena kegembiraan. "Ini akan menjadi hari yang istimewa, akan lebih baik lagi jika kamu berada di sana."

Draco mendongak dari korannya, sedikit kejutan di matanya. "Kau ingin aku pergi ke pernikahan Potter dan Ginny Weasley bersamamu?" ulangnya, suaranya skeptis. Dia tahu seberapa dekat Harry dan Lily, betapa dia peduli padanya.

"Ya, tentu saja!" Jawab Lily, nadanya tegas. "Kamu adalah suamiku, dan aku ingin mengalami momen ini bersamamu. Akan lebih istimewa lagi jika kamu berada di sisiku."

Draco tidak membutuhkan bujukan lebih lanjut. Dia tahu betapa berartinya hal ini bagi Lily, meskipun dirinya dan Harry memiliki hubungan yang sulit dalam menjaga kedamaian dalam pertemanan.

"Baiklah, terserah kamu saja, aku menurut." Lily melompat kesenangan, pernikahan Harry dan Ginny akan menjadi pernikahan pertama yang Draco dan Lily hadiri bersama.

🫧

Telah tiba hari dimana Harry Potter dan Ginny akan mengucapkan sumpah cinta mereka, setelah menjalani masa pacaran yang singkat dan tiba-tiba.

Henry tiba di tempat pernikahan dengan perasaan campur aduk antara kegembiraan dan rasa gentar, mengetahui dia harus menghadapi Draco dan Lily.

Selama resepsi, Henry mendapati dirinya hanya berdiri atau duduk sambil memegang gelas sampanye, sesekali ia berbincang dengan Fred, atau mungkin itu George?

Ia tak menyangka bahwa Harry Potter yang tak terlalu ia kenali mengundangnya ke pernikahannya. Tapi ia menghargai undangan Harry sehingga ia hadir disana.

Henry menatap sekitarnya, ia diam-diam merasa senang akan pernikahan ini, bukan karna apa-apa, ia hanya suka saja dengan pernikahan.

Berbeda Draco yang tak terlihat bersemangat dengan pernikahan ini, namun ia terlihat cukup puas karena Lily berada disana.

Laki-laki pirang itu menyadari kehadiran Henry yang sejak tadi tak berhenti mencuri-curi pandang kepada istrinya.

Draco hanya meliriknya tajam, walaupun Henry tak sekalipun meliriknya.

Mata hijau pria itu hanya menuju ke Lily seorang.

Hal itu membuat Draco muak.

"Ada apa dengan teman Amerika mu itu, sepertinya ada kecoak yang tersangkut dimatanya." Lily menoleh Draco, kemudian menoleh pada Henry yang tengah menatapnya.

Pria itu memberikan Lily sebuah senyuman hangat, yang kemudian Lily kembalikan padanya.

"Ah, Henry ada disini... Kita harus menyapanya-"

"Untuk apa? Agar dia bisa memandang mu jauh lebih jelas lagi?" Tatapan Lily kembali kepada Draco.

"Apa maksudmu?" Tanya Lily, benar-benar bingung akan sikap judes suaminya.

Draco hanya memutar bola matanya malas, kemudian ia berjalan pergi dari Lily.

Lily menatap punggung Draco dengan kening yang mengkerut, tapi ia mengabaikannya dan menghampiri Henry.

"Aku tak tahu kamu berteman dengan Harry? Kalian kenal dimana?" Ucapnya membuka pembicaraan pada Henry.

"Oh, kami kenal dari tuan Webber yang menjual rumahnya padaku." Lily mengangguk mengerti sambil menggoyangkan gelas sampanye nya pelan.

Henry menatapnya dengan seksama, mengagumi perempuan itu dari setiap fitur wajahnya.

"Kau terlihat cantik."

Lily menoleh pada Henry, menatap mata hijaunya yang mengkilap bagai zamrud.

"Terimakasih Henry, kau baik sekali." Lily tersenyum padanya, membuat senyuman Henry kembali mekar.

Lily kembali mengucapkan sesuatu, namun sesuatu menangkap perhatian Henry sehingga ia tidak fokus pada ucapan Lily.

Seorang perempuan berambut coklat tengah mengikuti Draco berjalan menjauh dari kerumunan orang.

Hermione Granger, dialah perempuan itu.

Henry melirik Lily yang masih berbicara sambil sesekali melirik sampanye ditangannya atau Ginny Weasley yang tengah berdansa bersama Arthur Weasley.

"Maaf, Lily, aku harus permisi sebentar."

Perempuan itu terdiam sejenak, kemudian mengangguk pelan sebelum kembali berbicara.

"Semuanya baik-baik saja?" Tanyanya.

"Ya, aku hanya perlu ke kamar mandi." Lily kembali mengangguk, kali ini dengan senyuman tipis.

🫧

Ketika Henry kehilangan jejak akan Hermione yang tadi ia ikuti, Henry mengumpat pada dirinya sendiri dengan pelan.

Dia hendak berbalik dan kembali pada Lily, tapi dia melihat Draco dan Hermione bertemu dalam bayang-bayang. Mereka membisikkan sesuatu satu sama lain, dengan wajah berdekatan.

Henry tidak bisa mempercayai matanya. Di sana, di sudut terpencil pernikahan Ginny Weasley, berdiri Draco, tertawa dan berbicara dengan seorang wanita yang Henry anggap sebagai kekasih rahasianya.

Henry tidak tahu harus berbuat apa.  Sepertinya dia berada dalam mimpi buruk, mimpi buruk yang menimpa Lilynya. Dia merasa mual di perutnya.

Ia berdiri didekat sebuah tembok, menyembunyikan dirinya sendiri sampai ia mendengar langkah kaki yang ia yakini adalah milik Draco.

Setelah Draco pergi, Henry mendekati Hermione yang baru saja akan pergi, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia saksikan.

“Jadi itu benar?” Dia bertanya, suaranya bergetar karena emosi. "Kaulah pelaku dari hampirnya kerusakan dalam pernikahan Lily?"

Hermione melotot, terkejut akan kehadiran pria yang ia tak sangka mengenalinya.

Hermione tahu siapa Henry Travers, seorang anggota keluarga Travers yang memiliki bisnis tongkat sihir di Amerika,

dan teman lama Lily Gaunt yang menurut Draco jatuh cinta padanya.

Ralat, Lily Malfoy.

Karena marah, Henry mendekati Hermione, matanya menyala-nyala karena marah. "Kau berteman dengan Lily, dan tega melakukan ini padanya?" Dia mendesis, suaranya rendah tapi intens. "Bagaimana kamu bisa menjadi perusak rumah tangga dalam pernikahan mereka?"

Mata Hermione membelalak kaget, tapi dia tidak mundur. "Aku tidak bertanggung jawab atas pernikahan Draco," balasnya, suaranya tegas. “Kami berdua sudah dewasa, kami berdua bebas mengambil keputusan sendiri.”

"Perlakuan kekanak-kanakan kalian tidak mencerminkan kedewasaan yang kau bicarakan, Granger." Bentak Henry, kemarahannya semakin memuncak, dan dia merasa seperti akan meledak.

"Kau merusak pernikahan mereka," teriaknya, suaranya bergetar karena emosi. “Kau mengolok-olok semua yang mereka miliki bersama.”

Henry tahu bahwa dia telah melewati batas dengan ikut campur akan pernikahan Lily, tetapi dia tidak dapat menahan diri. Kemarahannya dan rasa sakit hatinya atas kesakitan yang Lily harus rasakan terlalu hebat, dan menyebabkan emosinya meluap.

"Tidak perlu menjadi munafik dan menghakimi aku, tuan Travers." Ujar Hermione.

"Kita berdua sama-sama tahu, dan kau pasti lebih tahu, bahwa kau mencintai Lily." Lanjutnya.

Henry terdiam, ia menatap perempuan didepannya sambil mengigit lidahnya sendiri.

"Akupun begitu dengan Draco," Hermione melirik kearah kerumunan yang jauh dari mereka, dimana Draco berada diantara orang-orang itu. "Kau dan aku ini sama, sama-sama dirugikan karna pernikahan mereka."

Henry terdiam sesaat, ia membuang pandangannya, bayang-bayang Lily muncul di kepalanya.

Dada Henry terasa sesak, matanya mulai terasa berair saat ia melihat Lily di kepalanya.

Hermione menatap pria itu, menyaksikan bagaimana dia juga sama terlukanya dengan dirinya.

Perempuan itu menghela nafasnya pelan, nafasnya bergetar karena rasa iba perlahan melanda dirinya.

Henry memejamkan matanya sejenak, kemudian tanpa menghadap ke Hermione, ia berbicara.

"Ya, memang aku mencintai Lily," jawab Henry, suaranya bergetar saat ia menyebut nama Lily.

Hermione menatap punggung Henry, menunggunya untuk melanjutkan ucapannya selagi pria itu berbalik dan menatapnya dengan matanya yang memerah.

"Tapi aku tak seperti kamu yang dengan tak tahu malu menjadi wanita simpanan suami temanmu sendiri." Bentak Henry, ia mengambil satu langkah ke depan, membuat Hermione reflek mundur.

Hermione hanya terdiam dan terus mundur sampai punggungnya menyentuh dinding yang dingin, menatap mata hijau yang indah itu memancarkan amarah padanya.

"Jadi jangan samakan aku denganmu, Granger. Karna walaupun aku membenci fakta bahwa Lily adalah milik Draco, aku tidak egois dan tak tahu diri sepertimu."





































A/n: info dapet cowo macam henri travers scott

Continue Reading

You'll Also Like

891K 54.7K 119
Kira Kokoa was a completely normal girl... At least that's what she wants you to believe. A brilliant mind-reader that's been masquerading as quirkle...
2.6M 184K 82
[ WAJIB FOLLOW DULU SEBELUM BACA ] ⚡ Keano Alezandro, siapa yang tidak mengenalnya? Ketua gang Draco yang memiliki prinsip, Membantai bukan di bantai...
382K 27K 28
"hi, nice to meet you! i'm lee minho" "wait, you can see me?" in which han jisung is a lonely ghost who's stuck on earth and the only person who sees...
405K 6.4K 80
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...