TRAITOR, Draco Malfoy

By TWAIVVER

19.1K 2.6K 458

[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ] 𝗪𝗵𝗮𝘁 𝗶𝗳, he's in love with both of them? ....There is no "what if", he 𝗶𝘀 in love with th... More

I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII
XXIX
XXX

XXI

132 21 5
By TWAIVVER

☁️

Lily sedang menikmati bulan madunya bersama Draco di properti keluarga Malfoy yang terletak di negara Swedia.

Begitu bahagia Lily menjalani bulan madunya, sampai-sampai ia perlahan mulai melupakan hal-hal yang Narcissa ucapkan dihari pernikahannya beberapa minggu lalu.

Suatu malam, Draco membuat Lily meleleh bagaikan es krim di cuaca panas ketika ia menyewa seluruh restoran muggle mewah yang terkenal akan view nya yang luar biasa dan makanan yang lezat untuk makan malam romantis.

Namun Lily memperhatikan bahwa Draco bertingkah aneh. Dia terus melirik ke arah langit, memperhatikan setiap pergerakan diudara dan tampak tegang, seolah-olah dia sedang menunggu owl untuk membawakan surat.

"Semua baik-baik saja, Drac?" Lily mengelus tangan Draco yang langsung menoleh kearahnya setelah merasakan sentuhan Lily.

"Pardon?"

Lily menghela nafas pelan, "apakah kamu menunggu perkamen?"

Draco menggeleng dan kembali fokus ke makanannya, ia menarik tangannya dari genggaman Lily.

"Tidak, ah... Aku hanya sedikit lelah, apakah tak apa-apa kalau kita kembali setelah ini?" Lily tersenyum tipis kemudian mengangguk.

Mereka menghabiskan sisa malam itu dengan hening, Lily beberapa kali melirik Draco yang sama sekali tak mencari topik untuk berbincang dengannya.

☁️

Beberapa hari kemudian, saat Lily duduk santai sambil menikmati pemandangan danau yang ada di belakang estate tersebut, Lily memperhatikan Draco yang sedang berlari menghampiri Owl yang sudah menunggu dipinggir jendela.

Draco membuka perkamen itu dengan senyuman lebar, menatap tiga lembaran tersebut dengan mata berbinar.

"Apakah ada berita baik?" Lily bertanya dari tempat ia duduk, Draco meliriknya kemudian menggeleng.

"Bukan apa-apa, hanya surat dari kementerian, aku akan mulai bekerja disana setelah kita kembali ke Inggris."

Bohong.

Kementerian tidak mungkin memakai perkamen murahan untuk menyurati seorang Malfoy. Meskipun sang Malfoy yang disurati itu adalah Draco.

Beberapa hari berlalu, dan perkamen demi perkamen terus menerus datang. Lily pun memperhatikan bahwa Draco terus menulis kepada seseorang dan sepertinya dia tidak menikmati dirinya sendiri ketika Draco tak menulis, atau membaca isi dari perkamen yang datang.

Jadi Lily bulatkan tekadnya, dihari terakhir bulan madu mereka, Lily membuka laci-laci meja dimana Draco menghabiskan setengah bulan madu mereka berada.

Dan disana lah ia menemukan setumpuk perkamen yang dihiasi oleh tinta yang membentuk kata-kata yang kembali menghancurkan hati Lily.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Lily menoleh ke arah pintu, Draco berdiri disana, masih dengan baju tidurnya dan rambut pirangnya masih berantakan.

Ia melirik sekitarnya, ruang kerja itu berantakan karena perbuatannya. Lily kembali melirik ke arah Draco, air mata bercucuran ke pipinya.

"Mistress?"

"You made Hermione fucking Granger your mistress?!" Lily melempar perkamen itu ke arah Draco.

Lily memperhatikan reaksi suaminya dengan cermat, jantungnya berdebar kencang saat dia mencoba membaca ekspresi suaminya. Matanya terasa panas selagi dia terus menatap Draco dengan penuh kecewa, wajahnya memerah dan tangannya gemetar.

"Jawab aku!"

Draco menatap Lily, matanya membelalak karena rasa bersalah dan takut. Dia menarik napas dalam-dalam dan akhirnya mengakui kebenarannya, suaranya bergetar saat berbicara.

"Ya."

Mata Lily membelalak kaget. Dia merasa perutnya seperti baru saja ditinju, dan dia berusaha mengatur napas saat kata itu masuk ke dalam telinganya. Dia menatap Draco, hatinya hancur saat dia mencoba memproses apa yang baru saja Draco katakan padanya.

Lily merasakan amarahnya muncul di dalam dirinya, "bagaimana kamu bisa melakukan ini padaku? Bagaimana kamu bisa menikah denganku dan kemudian menjadikan seorang mudblood sebagai mistress mu? Di saat kita sedang berbulan madu?!" Dia berteriak.

Raut wajah Draco memperlihatkan bahwa ia merasa bersalah, tapi dia tidak mundur. "Lily, aku mencintaimu, sungguh. Tapi aku juga mencintai Hermione," katanya. 

"Tentu kau tahu tentang ini, setelah kau dengan lancangnya membongkar surat-surat ku-"

"Lancang!?" Seru Lily.

Draco menghela nafasnya, sadar bahwa ia salah bicara.

"Bukan begitu maksudku-" . "Kau bilang aku lancang sedangkan kau yang-" . "Bisakah kau membiarkan aku bicara-" . "Aku ini istrimu!"

Keduanya berbicara secara bersamaan, tak mendengarkan satu sama lain dan terus menyerang satu sama lain dengan kata-kata.

"Aku tidak bisa menghilangkan perasaanku padanya begitu saja!"

Draco menatap ke lantai, wajahnya berkerut karena rasa bersalah dan kesakitan. Dia mencoba menjelaskan dirinya sendiri, tapi kata-katanya sepertinya membuat Lily semakin kesal.

Draco mencoba menenangkannya. "Lily, tolong, ayo kita bicarakan hal ini."

"Bicara tentang apa? Bagaimana kamu selingkuh dengan mudblood dan menjadikan dia mistress mu!?"  Lily meludah kembali. 

Lily merasa seluruh udara telah hilang dari dirinya. Dia terluka, marah, dan sangat kesal, dan sekeras apapun dia berusaha menahan air matanya, dia gagal.

Lily terdiam, pikirannya berpacu saat dia mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Kemarahan dan rasa sakit hati bertabrakan di dalam dirinya, dan dia merasa seperti sedang linglung.

"Teganya kamu, Draco?" Ia berbisik, suaranya bergetar.

Draco menatapnya, wajahnya berkerut karena rasa bersalah dan sakit.

“Aku minta maaf, Lily. Aku mencintaimu dan tidak pernah bermaksud menyakitimu-"

"Kamu mencintainya lebih dari kamu mencintaiku bukan?" Bentak Lily, suaranya penuh kesedihan.  "Bagaimana kamu bisa mengatakan itu? Bagaimana kamu bisa mengharapkan aku percaya bahwa kamu mencintaiku setelah apa yang telah kamu lakukan?"

"Menjadikannya dia mistress...." Lily terduduk, menangis sambil memeluk lututnya.

Draco mencoba meraih tangannya, tapi Lily menariknya. "Aku tidak ingin berbicara denganmu sekarang," Lily tidak percaya sepatah kata pun yang diucapkan Draco. Saat mereka berdua duduk diam, ketegangan di antara mereka terasa hampir secara fisik.

Lily merasa dunianya runtuh di sekelilingnya. Dia tidak tahu lagi harus berbuat apa, atau siapa yang harus dipercaya. Yang dia tahu hanyalah hatinya hancur, dan pengkhianatan Draco telah melukai hatinya lagi. Dia tidak tahu apakah dia bisa memaafkannya, atau apakah pernikahan mereka bisa diselamatkan. Yang bisa dia lakukan hanyalah mencoba mengambil potongan-potongan itu dan mencari tahu ke mana harus pergi setelahnya.

"Aku minta maaf, Lily. Aku tidak pernah bermaksud menyakitimu. Masalahnya, aku mencintaimu. Aku sungguh mencintaimu. Tapi aku juga mencintai Hermione. Aku tidak bisa menahannya."

Mata Lily berkaca-kaca saat dia memandang suaminya, pria yang telah bersumpah untuk menghabiskan sisa hidupnya bersamanya. Dia merasa seperti hidup dalam kebohongan, bahwa cinta yang dia pikir dia miliki hanyalah sebuah fantasi.

"Lily, tolong," Draco memohon, suaranya pecah. "Aku tidak ingin kehilanganmu. Tidak bisakah kita menyelesaikan ini?"

Lily menatap Draco lama sekali, hatinya berat karena beban fakta ini. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, atau bagaimana perasaannya. Dia begitu mencintai Draco, tapi dia belum pernah merasa begitu dikhianati seumur hidupnya.

"Aku ingin pulang."

☁️

Tiga hari kemudian, Lily duduk di hadapan Blaise di pub favorit mereka, Three Broomsticks Inn.

Lily mengambil napas dalam-dalam saat dia mulai melampiaskan rasa frustrasinya tentang hubungannya dengan Draco.

Blaise mendengarkan dengan saksama saat Lily berbicara. Saat Lily menyelesaikan ceritanya, ekspresi kemarahan dan rasa jijik melintas di wajah Blaise.

"Lily, aku muak dengan omong kosong Draco. Dia selalu memperlakukanmu seolah-olah kamu lebih rendah darinya, dan inilah saatnya dia belajar bahwa kamu pantas mendapatkan yang lebih baik," katanya, suaranya meninggi.

“Kamu terlalu baik untuknya, Lily. Kamu harus meninggalkan dia dan menemukan seseorang yang menghargai dan menghormati kamu apa adanya.”

Lily menatap Blaise sambil melotot, "kau gila? Aku tidak mungkin meninggalkan Draco."

Blaise mengerutkan keningnya, "kau yang gila ya? Kalian baru menikah selama, entahlah, 3 atau 4 minggu dan dia sudah mengambil seorang mudblood sebagai mistress nya."

"Bagaimana nasibmu ditahun ke-3 atau ke-4 pernikahan kalian? Merlin..." Gumam Blaise.

Lily menatap kopinya, merasa terpecah antara cintanya pada Draco dan rasa jijik serta marah yang dia rasakan atas perilaku Draco.

Ia tahu jauh di lubuk hatinya bahwa apa yang dikatakan Blaise masuk akal, tapi dia tidak yakin apakah dia memiliki kekuatan untuk meninggalkan Draco.

Lily dan Blaise duduk diam sejenak, masing-masing tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Lily menarik napas dalam-dalam dan menatap temannya dengan senyum sedih.

"Aku tahu, Blaise. Aku tahu perilaku Draco... Sungguh disayangkan. Tapi aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Aku terlalu mencintainya. Dan aku tahu dia juga mencintaiku, meski dia tidak selalu menunjukkannya."

Blaise menghela nafas dan bersandar di kursinya, merasa tak habis pikir dengan temannya itu.

"Kau ini bodoh ya? Draco perlu berubah, atau dia harus kehilanganmu. Dia tidak bisa terus-terusan memperlakukanmu.  seperti ini."

Lily mengangguk pelan, rasa sedih mendalam menyelimutinya. Dia tahu Blaise benar, tapi masih sulit menghadapi kenyataan. "Aku tahu," katanya pelan.

“Tapi aku tidak tahu bagaimana membuatnya menyadari kesalahannya. Aku sudah mencoba berbicara dengannya, tapi sepertinya dia mulai mengerti. Dan aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja... Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa dia."

Blaise mengerutkan kening, jelas frustrasi pada Draco.

"Kau memang yang paling pintar diantara kita semua, tapi demi Salazar, kau sangat bodoh kalau soal cinta."

Lily terkekeh pelan, kemudian ia kembali terdiam, menatap butterbear nya sedang sendu.

Blaise menatapnya dengan iba, ia mengelus lengan Lily. "Aku selalu disini, mendukungmu, begitupula dengan Pansy, dan yang lainnya."

Lily tersenyum tipis, "terimakasih Blaise, aku berhutang budi."

Blaise terkekeh.

"Traktir aku butterbear, kau hutang banyak sekali padaku."

Continue Reading

You'll Also Like

487K 7.4K 82
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...
164K 4.7K 64
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...
22.1K 346 63
You have an untold past that only the third hokage, you and Naruto Uzumaki knows. Naruto is your best friend at the hidden leaf academy. After gradua...
1.2M 54.4K 100
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC